Pukulan Naga Sakti 3

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Senin, 12 September 2011

926
“Omitohud!” Ci long siansu segera berbisik memuji keagungan
Buddha, “dosa, dosa! Pinceng tak pandai berbicara, semoga lo sicu
berpaling kembali ke jalan yang benar....”
Selesai berkata, dua belas orang jago itu serentak bangkit berdiri,
kemudian dipimpin oleh ketua Siau lim pay dan Bu tong pay, mereka
berlalu dari situ dengan wajah sedih. Mendadak Keng thian giok cu
mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak bahak, kemudian
serunya :
“Harap saudara sekalian jangan keburu pergi dulu, lohu ingin
mengucapkan sesuatu kepada kalian.”
Tanpa terasa kedua belas jago dari dunia persilatan itu
menghentikan langkah mereka dan segera membalikkan badan.
“Apakah Thi lo telah berubah pikiran?” tanya Keng hian totiang
kemudian.
Keng thian giok cu Thi Keng segera tertawa :
“Lengan belalang membawa kereta, telur diadu dengan batu,
apakah kalian anggap cukup berkemampuan untuk melawan
kemampuan dari Hian im Tee kun ….?”
Mendadak dia melepaskan sebuah pukulan udara kosong ke
tengah angkasa, angin pukulan segera menderu deru diseluruh
ruangan membuat cahaya lentera yang ada disitu tertekan menjadi
kerdipan api kecil oleh sapuan angin pukulannya itu, akan tetapi tak
sebuah pun yang menjadi padam oleh hembusan tadi.
Kemudian secara tiba tiba Keng thian giok cu Thi Keng
membentak lagi :
“Bangun!”
Deruan angin tajam segera terhenti dan cahaya lentera pulih
kembali seperti sedia kala, menerangi seluruh ruangan menjadi
terang benderang. Demonstrasi pukulan It ciang poan im yang
(pukulan sakti membedakan im yang) dan tenaga sakti Khi mi lap
hap sinkang yang baru saja diperlihatkan benar benar merupakan
serangkaian kepandaian silat yang luar biasa sekali.

927
Tanpa terasa Sim ji sinni segera memuji.
“Saudara Ki, hanya beberapa puluh tahun tak bersua, tak nyana
kalau tenaga dalammu sudah mencapai tingkatan yang begitu
dahsyat, sungguh membuat siau moay malu sendiri!”
Keng thian giok cu memandang sekejap kearahnya lalu
tersenyum, kepada para jago yang masih hadir dalam ruangan,
segera ujarnya lagi :
“Asal salah seorang diantara kalian ada yang sanggup
mendemonstrasikan kemampuan seperti apa yang kulakukan,
sekarang juga lohu akan mengurungkan niatku untuk bergabung
dengan Ban seng kiong!”
Para jago segera terbungkam dalam seribu bahasa, sebab tak
seorang pun diantara mereka yang mampu berbuat demikian.
Kembali Keng thian giok cu Thi Keng berkata :
“Tenaga dalam yang dimiliki Hian im Tee kun berkali kali lipat
lebih hebat daripada kepandaian yang kumiliki, sekembalinya dari
sini aku harap kalian suka berpikir lagi beberapa kali, moga moga
saudara sekalian mau menyadari kekuatan sendiri dan suatu ketika
akan bekerja sama dengan lohu.”
Dalam mendemonstrasikan kehebatan tadi, sebetulnya Keng
thian giok cu Thi Keng bermaksud menghimbau para jago persilatan
agar mereka lebih mawas diri dan jangan bertindak secara
sembarangan sehingga mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri.
Akan tetapi, bagaimana mungkin para jago itu bisa memahami
maksud hatinya yang mendalam itu?
Dengan membawa perasaan hati yang gusar dan mendongkol,
mereka segera mengundurkan diri dalam gedung Thian liong pay.
Baru saja orang orang itu lenyap dibalik pintu, mendadak terdengar
Sim ji sinni berteriak kaget :
“Saudara Thi, ada orang yang menyembunyikan diri disini!”

928
Dia mengangsurkan secarik kertas ke tangan Keng thian giok cu
Thi Keng, kemudian tubuhnya melejit ke udara dan meluncur keluar
ruangan dengan kecepatan bagaikan sambaran petir.
Pada mulanya Sam ciat jiu Li Tin tang mengira jeritan kaget dari
Sim ji sinni itu ditujukan kepadanya, peluh dingin segera bercucuran
keluar saking tegangnya, dia mengira jejak persembunyiannya sudah
ketahuan lawan.
Menanti Sim ji sinni melambung ke udara, melewati samping
tubuhnya dan menuju keluar perkampungan, dia baru
menghembuskan napas panjang sambil diam diam mentertawakan
dirinya yang kelewat tegang.
Menyusul kemudian, terdengar suhunya tertawa nyaring
kemudian berkata pula :
“Mungkin si pokok pembicaraan kita sudah datang, harap kalian
berdua suka duduk dulu di sini, lohu akan pergi membantu sinni.”
Dia pun berkelebat pergi dengan melalui sisinya. Mendadak
terasa olehnya sepasang mata gurunya yang tajam berpaling dan
menatap sekejap ke tempat persembunyiannya, kemudian di sisi
telinga berkumandang suara bisikan lirih :
“Murid murtad, mau apa kau kembali lagi kemari? Ayo, kenapa
tidak cepat cepat pergi dari sini?”
Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu tahu
bayangan tubuhnya sudah lenyap dari depan mata. Tegurankah?
Atau perhatian? Atau mungkin mempunyai suatu maksud yang lain?
Ucapan mana terasa mempunyai maksud yang sangat mendalam,
sedemikian dalamnya sehingga untuk sesaat sulit bagi Sam ciat jiu Li
Tin tang untuk memahami arti yang sesungguhnya dari ucapan
tersebut.
Dengan perasaan sangsi, dia bermaksud untuk mengejar ke
depan, tapi dia sudah kehilangan jejak mereka berdua. Akhirnya dia
menghela napas dengan perasaan tak mengerti, hatinya benar benar
terasa bimbang.

929
Berbicara tentang Sim ji sinni, sebenarnya apa yang telah terjadi
sehingga dia melakukan pengejaran terhadap musuhnya? Ternyata
sewaktu Keng thian giok giok cu Thi Keng menggunakan tenaga
dalam Khi mi lap hap khikang untuk menggetarkan perasaan para
ketua dari partai besar, pada saat yang bersamaan pula Sim ji sinni
merasa tubuhnya ditimbuk seseorang dengan ilmu memetik daun
melempar bunga.
Ternyata benda yang digunakan sebagai timpukan adalah
segulung kertas, ketika kertas tadi diperiksa ternyata tercantumkan
beberapa huuf yang berbunyi begini :
“Pergilah sepuluh li ke arah timur, akan kutunggu di tepi kolam
Kiu ci Tong!”
Surat itu ditimpuk kearahnya, itu berarti ada orang yang sedang
mencari gara gara dengannya. Sebagai seorang gembong iblis yang
menganggap dirinya paling unggulan, sudah barang tentu dia tak
sanggup menahan gejolak emosi di dalam dadanya. Maka tanpa
berpikir panjang lagi dia segera berangkat menuju ke kolam Kiu ci
tong sepuluh li dari situ.
Dengan kecepatan gerakan tubuhnya, sepuluh li dapat ditempuh
dalam waktu sekejap mata. Yang dimaksud sebagai kolam Kiu ci
tong adalah sebuah kolam berlumpur yang amat besar, di tepi kolam
penuh tumbuh pohon yang liu.
Jika dilihat dari kejauhan, empang tersebut nampak sangat indah,
tapi kalau didekati maka orang akan merasa kecewa, sebab bau
lumpur dari empang tersebut amat menusuk hidung.
Setibanya di tepi empang tersebut, Sim ji sinni segera menegur
dengan suara dingin :
“Pinni telah datang, siapa yang mengundangku kemari? Ayo
cepat jawab!”
“Lohu yang mengundangmu kemari, tidak kau sangka bukan!”
suara tersebut berasal dari belakang tubuhnya, membuat pendeta

930
tersebut segera membalikkan tubuhnya dengan kaget. Tapi ia
segera menjadi tertegun, lalu tegurnya :
“Ki toako, masa kau?”
Di tempat yang tiada orang ketiga, dia memanggil nama asli Ki
Seng tanpa sangsi.
“Lohu bukan manusia yang bernama Toan bun ciat jiu ciang Ki
Seng, kau jangan salah menduga!”
“Lantas siapakah kau?” Sim ji sinni kelihatan agak gugup dan
gelagapan.
“Kecuali bukan sebagai Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng, wahai Kiu
wi yau hu (siluman rase berekor sembilan) Oh Bi nio, menurut
pendapatmu siapakah lohu?”
Tiba tiba siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio menjadi sangat
terperanjat :
“Jadi kau, kau benar benar adalah Keng thian giok cu?”
Keng thian giok cu Thi Keng segera tertawa nyaring :
“Haaahhhh..... haaahhhh..... haaahhhh..... lohu tak suka kalau
ada orang menyaru sebagai diriku hanya untuk melakukan
perbuatan jahat belaka, menurut pendapatmu, apakah lohu akan
membiarkan Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng tetap mencatut namaku
untuk melakukan perbuatan terkutuk?”
Siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio segera merasakan
betapa seriusnya persoalan itu, walaupun dia merasa punya
kepandaian, tapi terhadap Keng thian giok cu Thi Keng tak berani
berbuat seenaknya, sebab dia tahu kemungkinan baginya untuk
meraih kemenangan kecil sekali.
Apalagi kalau ditinjau dari perbuatan Keng thian giok cu Thi Keng
yang sengaja memancingnya ke situ, dapat diketahui kalau pihak
lawan mempunyai suatu maksud tertentu. Walaupun dia sudah
dapat menduga apa yang hendak dilakukan Keng thian giok cu Thi

931
Keng, akan tetapi dia belum mau percaya terhadap dugaan sendiri,
maka tak tahan dia bertanya lagi :
“Mau apa kau sekarang?”
Dengan wajah amat serius Keng thian giok cu Thi Keng berkata :
“Untuk melenyapkan bibit bencana bagi dunia persilatan,
terpaksa aku harus bertindak keji kepadamu!”
Siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio cukup mengetahui
ketegasan Keng thian giok cu Thi Keng. Biasanya apa yang
diucapkan tak pernah diingkari lagi, maka dengan perasaan
terkesiap buru buru teriaknya :
“Jadi kau hendak turun tangan kepadaku?”
“Yaa, aku hanya mengharapkan kesadaranmu untuk
menyerahkan nyawamu itu!” jawab Keng thian giok cu Thi Keng
tegas.
Tiba tiba siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio tertawa
terbahak bahak.
“Haaahhh..... haaahhhh..... haaahhhh..... Thi Keng, apakah kau
sudah membayangkan bagaimana akibat dari perbuatanmu itu?”
Dengan wajah yang sama sekali tak berubah, Keng thian giok cu
Thi Keng menjawab :
“Segala sesuatunya sudah lohu pikirkan masak masak, aku rasa
tak mungkin akan mengakibatkan sesuatu yang tidak
menguntungkan bagi diriku ....”
Ditekan oleh ketenangan serta ketegasan Keng thian giok cu Thi
Keng, Siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio menjadi gelagapan
sendiri.
“Hari ini, jika kau membinasakan aku, mungkin di dalam upacara
besok kau tak akan bisa mempertanggungjawabkan diri kepada
utusan khusus dari Ban seng kiong.”

932
“Soal itu sudah lohu perhitungkan sebelumnya, jadi kau tak usah
terlampau merisaukan akan hal ini, tentu saja ada orang lain yang
akan menggantikan kedudukanmu itu.”
Selesai berkata, dia lantas menunjuk ke belakangnya sambil
berkata lagi :
“Coba kau lihat, siapakah yang berdiri di belakangmu itu?”
Siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio adalah seorang yang
amat mudah curiga, dia mengira Keng thian giok cu Thi Keng sedang
mempergunakan akal muslihat untuk membohonginya agar
berpaling, kemudian menyergapnya. Dengan cepat dia menghimpun
segenap tenaga dalamnya kedalam telapak tangan, kemudian
serunya cepat :
“Peduli siapakah dia, aku tak akan termakan oleh tipu muslihat
itu.”
Keng thian giok cu Thi Keng segera tertawa terbahak bahak.
“Haaahhh.... haaahhhh..... haaahhh.... jadi kau menganggap lohu
adalah seorang manusia yang suka menyergap orang dikala orang
lain tidak siap....? Tak usah kuatir, berpaling saja dengan berlega
hati.”
Ada kalanya, terhadap diri sendiripun siluman rase berekor
sembilan Oh Bi nio tidak percaya, bagaimana mungkin dia akan
mempercayai perkataan orang lain? Maka sambil tertawa dingin
katanya :
“Thi Keng, kuanjurkan kepadamu agar tak usah menggunakan
akal muslihat untuk membohongi aku, kalau ingin turun tangan,
pergunakan saja kepandaian aslimu.”
Mendadak dari belakang tubuhnya berkumandang suara
pembicaraan seseorang :
“Itu namanya menilai seorang yang bijaksana dengan pikiran
seorang siaujin, Bi nio! Seandainya kami berniat menyergapmu
cukup dengan sebuah pukulan saja, kau sudah mampus sedari tadi.”

933
Suara itu berkumandang amat nyaring, dipancarkan dari tiga
depa saja di belakang tubuhnya. Dengan perasaan amat terkesiap,
siluman rase berekor sembilan melayang ke arah lain sehingga
berdiri dalam posisi segitiga lalu dengan wajah berubah hebat dia
mendongakkan kepalanya, tapi dengan cepat seluruhnya tubuhnya
menggigil keras, wajahnya berubah semakin memucat, lama, lama
kemudian dia baru dapat menyapa dengan suara rendah.
“Cici!”
Rupanya orang yang berdiri di belakang tubuhnya sekarang
bukan lain adalah Sim ji sinni pribadi. Sebelum menjadi pendeta
dulu, nama awam Sim ji sinni adalah Oh Kim sian, dengan siluman
rase berekor sembilan Oh Bi nio adalah kakak beradik tong ....
Dari kakak beradik itu, yang satu berhati saleh dan menjadi
seorang sinni nomor wahid di dunia, sementara yang lain berbuat
jahat sehingga menjadi seorang gembong iblis yang banyak
melakukan kejahatan.
Untuk menyadarkan adik tong nya ini, banyak waktu dan tenaga
yang telah dikorbankan Sim ji sinni, tapi sayang adik tong nya itu
tetap berkeras kepala. Akhirnya siluman rase berekor sembilan Oh Bi
nio sengaja menyingkir dari hadapan Sim ji sinni, daripada tiap hari
dinasehati terus sehingga membuat hatinya menjadi amat kesal.
Dalam waktu singkat, puluhan tahun sudah lewat, siluman rase
berekor sembilan Oh Bi nio telah mendapatkan Hian im Tee kun
sebagai tulang punggungnya, dengan mengandalkan kekuatan
tersebut dia mulai berani melawan dan memusuhi Sim ji sinni secara
terang terangan.
Hari ini, dia dapat berjumpa dengan Sim ji sinni, sesungguhnya
kejadian ini tidak diluar dugaan, dia hanya tak menyangka kalau
perjumpaan tersebut dilangsungkan justru disaat dia berada dalam
posisi yang terjepit.
Sekalipun posisi siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio
sekarang amat berbahaya, namun jika dipandang dari sudut lain,

934
siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio merasa beruntung juga
dengan kemunculan dari Sim ji sinni itu.
Dengan mengandalkan hubungannya selama ini dengan Sim ji
sinni, sekalipun Keng thian giok cu Thi Keng bersikap lebih keji pun
tak mungkin akan tega untuk turun tangan kepadanya.
“Cici!” siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio segera berseru,
kemudian selangkah demi selangkah berjalan mendekati Sim ji sinni,
bahkan ketika berjalan maju, dia sempat mengerling sekejap ke arah
Keng thian giok cu Thi Keng, seakan akan dia seperti bilang begini :
“Coba sekarang, akan kulihat kau bisa berbuat apa kepadaku!”
Siapa tahu sebelum siluman rase berekor sembilan sempat
mendekati, Sim ji sinni pendeta perempuan itu sudah keburu
membentak keras lebih dahulu :
“Berhenti! Kau tak boleh berjalan mendekat.”
Agaknya siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio sudah cukup
memahami watak Sim ji sinni yang lemah lembut, meski sudah
dibentak akan tetapi dia tak pernah berhenti, bahkan wajahnya
segera mengulumkan sekulum senyuman yang tebal.
Dengan langkah lemah gemulai, setindak demi setindak dia
berjalan mendekati Sim ji sinni, kemudian katanya :
“Aduuuh.... mengapa sih cici bersikap begini galak? Siapa suruh
aku menjadi adikmu sekalipun dimaki atau dihantam, aku tak berani
untuk membalas.”
“Omitohud!” Sim ji sinni berbisik lirih, “demi kepentingan umum
terpaksa pinni harus mengorbankan saudara sendiri, adik Bi,
maafkan aku.”
Diam diam dia menghimpun tenaga dalamnya kemudian
diayunkan kemuka, selapis hawa sakti segera menghadang gerak
gerik maju dari siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio.
Sikap tegas dari Sim ji sinni itu sama sekali tidak disangka oleh
siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio, begitu melihat gelagat

935
tidak menguntungkan, dia tak rela untuk menyerah dengan begitu
saja, sambil menghimpun tenaga dalamnya dan melakukan tubrukan
kemuka, teriaknya sambil menangis tersedu :
“Oooh enci, kau benar benar amat keji, adik mau mati saja, biar
kalau mati, mati ditanganmu sendiri, oooh..... cici, penuhilah
harapanku ini....”
Dia bermaksud untuk menggunakan kata kata yang memelas
untuk meluluhkan hati encinya, dalam anggapannya Sim ji sinni tak
akan melukai dia. Oleh sebab itu, hatinya merasa sangat lega.
Berbicara soal ilmu silat, tenaga dalam yang dimilikinya sekarang
sudah terhitung luar biasa, kenyataannya tujuh bagian tenaga dalam
Boan yok sinkang yang dipancarkan Sim ji sinni belum berhasil
membendung gerak terjangannya yang menggunakan tenaga dalam
sebesar sepuluh bagian, bahkan ia berhasil mendekati sampai jarak
sejauh lima depa lebih .....
Karena terlampau didesak, dengan perasaan apa boleh buat
terpaksa Sim ji sinni harus meningkatkan tenaga dalamnya hingga
mencapai sepuluh bagian lagi, dengan kekuatan sedemikian besar
itulah, akhirnya dia berhasil memaksa siluman rase berekor sembilan
Oh Bi nio mundur sejauh lima langkah lebih.
Setelah itu, sambil memejamkan matanya rapat rapat dia berbisik
lagi lirih :
“Omitohud! Bukan pinni kelewat keji, jika hari ini kulepaskan
selembar nyawamu maka seluruh dunia persilatan akan terjatuh ke
dalam cengkeraman iblis dan tak pernah akan bangkit kembali, adik
Bi! Sesudah bencana ini bisa dilewatkan, pinni akan mengurung diri
selama sepuluh tahun untuk menebus dosaku hari ini.”
Setelah berhenti sejenak, akhirnya dia berkata lebih jauh dengan
nada tegas :
“Silahkan Thi sicu mewakili pinni untuk melaksanakan hukuman
ini ....”
Sekalipun dia bersedia mengorbankan saudara sendiri demi
ditegakkannya keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan, kalau

936
dia disuruh turun tangan sendiri, bagaimana pun toh tetap tidak
tega.
Agaknya Keng thian giok cu Thi Keng cukup memahami kesulitan
yang dihadapi Sim ji sinni, dia segera melompat ke depan dan
melayang turun berapa depa di depan tubuh siluman rase berekor
sembilan Oh Bi nio. Setelah itu sambil melepaskan sebuah pukulan
katanya :
“Untuk melenyapkan bibit bencana bagi umat persilatan, terpaksa
lohu harus melakukan pembunuhan ini!”
Angin pukulan yang amat keras dengan cepat meluncur ke depan
dan menghantam tubuh siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio.
Melihat usahanya merengek rengek tidak mendatangkan hasil,
siluman rase berekor sembilan segera memutar biji matanya untuk
mencari jalan guna melarikan diri. Mendadak sepasang telapak
tangannya diayunkan ke depan melepaskan sebuah pukulan
dahsyat.
Tatkala sepasang tangan saling beradu, menggunakan
kesempatan itulah dia melayang mundur sejauh tiga kaki, kemudian
menutulkan kaki kedepan dan melayang sejauh lima kaki lagi.
“Lonio tak bisa memenangkan kalian berdua, oleh sebab itu
terpaksa harus memohon diri lebih dulu!” serunya sambil tertawa
nyaring.
Perempuan licik itu ternyata mengambil langkah seribu sejak
pada jurus gebrakan yang pertama, agaknya tindakan ini sama
sekali diluar dugaan Sim ji sinni maupun Keng thian giok cu Thi
Keng. Sudah barang tentu Keng thian giok cu Thi Keng tak akan
membiarkan musuhnya melarikan diri, dia segera membentak
nyaring :
“Kau tak bakal bisa lolos dari cengkaramanku!”
Tubuhnya melejit enam tujuh kaki ke tengah udara, lalu dengan
mengembangkan jurus Im liong kiu coan (naga sakti berputar
sembilan kali) dia melambung ke udara sambil melakukan tubrukan.

937
Walaupun siluman rase berekor sembilan lihay, bagaimana
mungkin dia bisa menangkan kelihayan dari Keng thian giok cu yang
memiliki tenaga dalam satu tingkat lebih sempurna darinya?
Baru saja dia melarikan diri sejauh sepuluh kaki, Keng thian giok
cu Thi Keng sudah melayang diatas kepalanya, kemudian segulung
tenaga tekanan yang sangat dahsyat langsung menindih keatas
kepalanya.
Siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio tertawa dingin, dari
dalam pinggangnya dia mengeluarkan sebuah angkin dan segera
diayunkan kearah tubuh Keng thian giok cu Thi Keng.
Jilid 29
Angkin itu tak lain adalah angkin Jit cing tay yang biasanya
digunakan siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio untuk berkelana,
tujuh warna warninya sudah membingungkan, apalagi yang hebat
adalah asap pemabuk yang sengaja disembunyikan dibalik senjata
tersebut, siapa saja yang terkena pasti akan roboh.
Sim ji sinni kuatir Keng thian giok cu Thi Keng tidak mengetahui
kelihayan dari angkin Jit cing tay itu, buru buru dia memperingatkan
:
“Thi sicu, hati hati dengan obat pemabuknya!”
“Kalau hanya obat pemabuk mah tak bakalan merobohkan lohu!”
sahut Keng thian giok cu Thi Keng di tengah udara.
Sewaktu tenaga pukulannya dilontarkan kebawah, siluman rase
berekor sembilan Oh Bi nio berikut angkin tujuh warnanya kontan
mencelat sejauh satu kaki lebih. Rupanya Keng thian giok cu Thi
Keng sudah berhasrat untuk melangsungkan pertarungan kilat dan
segera menyelesaikannya. Oleh sebab itu, serangan serangan yang
dia lancarkan semuanya tidak mengenal rasa kasihan, dengan
tenaga dalam yang dikerahkan mencapai dua belas bagian, dia
melancarkan serangan serangan mematikan yang sangat dahsyat.

938
Pada dasarnya tenaga dalam yang dimiliki Kiu wi yau hu Oh Bi
nio memang bukan tandingan dari Keng thian giok cu Thi Keng,
apalagi dia pun berhasrat untuk mencari keuntungan dengan
mengandalkan obat pemabuknya, sehingga tenaga yang dipakai pun
tak pernah mencapai hingga pada puncaknya, tak heran kalau sekali
hantam tubuhnya segera terluka sangat parah.
Begitu berhasil merobohkan siluman rase berekor sembilan Oh Bi
nio, Keng thian giok cu Thi Keng tidak melayang turun kebawah lain,
dia hanya menjejakkan kakinya keatas kaki yang lain, kemudian
seperti seekor burung raksasa segera melayang kembali ke belakang
tubuh perempuan siluman itu. Dengan suatu sodokan kilat tahu tahu
ia menotok jalan darah kematian Jit kan hiat ditubuh lawannya.
Sia sia saja siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio memiliki
kepandaian silat yang sangat lihay, sebab pada hahekatnya dia tak
berkesempatan lagi untuk melancarkan serangan. Dalam keadaan
yang gugup dan gelagapan inilah, akhirnya dia tewas ditangan
lawan.
Setelah perempuan siluman itu tewas, Sim ji sinni baru melayang
mendekat dan membacakan doa kematian untuk siluman rase
berekor sembilan Oh Bi nio. Setelah itu, dia melepaskan pakaian dari
siluman itu dan dikenakan ditubuh sendiri, angkin tujuh perasaan
dan obat pemunah yang berada di saku perempuan itu juga diambil
semua.
Pada akhirnya, sambil mundur lima langkah dia berkata :
“Masih ada tindakan yang terakhir lagi, silahkan sicu sekalian
melakukannya!”
Keng thian giok cu Thi Keng berkerut kening, kemudian
menghela napas panjang :
“Aaai...... seandainya perbuatan lohu hari ini diketahui kawan
kawan persilatan, orang lain pasti akan menuduh diriku sebagai
seorang manusia yang berhati keji!”
“Omitohud!” kembali Sim ji sinni merangkap tangannya di depan
dada, “membasmi kejahatan dari muka bumi merupakan kewajiban

939
dari setiap orang, ketika Thi sicu membasmi kaum iblis di masa
lampau apakah kau pun pernah berhati lemah?”
Keng thian giok cu Thi Keng segera tertawa getir :
“Melenyapkan jenasah dari muka bumi atau merusak tubuh orang
yang telah mati merupakan perbuatan yang dikutuk setiap orang,
bagaimana mungkin lohu bisa merasa lega?”
“Omitohud! Bila urusan kecil tak bisa ditahan, masalah besar
pasti akan terbengkalai, keadaan sekarang ibaratnya anak panah
yang berada di atas gendewa, sekalipun tak ingin dilepaskan juga
harus dilepaskan apalagi urusannya timbul karena keadaan yang
mendesak, aku rasa orang pasti dapat memakluminya.”
“Aaaai, kalau begitu terpaksa lohu harus bertindak kasar!”
Sepasang telapak tangannya segera diayunkan ke atas tanah
membuat sebuah liang besar. Setelah melemparkan jenasah siluman
rase berekor sembilan Oh Bi nio ke dalam liang kemudian menutup
kembali liang kubur tersebut. Dengan mengerahkan tenaga sakti
Sian thian bu khek ji gi sinkang nya dia menghantam jenasah
siluman rase itu melalui atas permukaan tanah.
Termakan oleh pukulan maupun hawa sakti tersebut, jenasah
siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio yang berada di dalam tanah
segera terhajar sampai hancur tak berwujud rupa lagi. Dalam
keadaan demikian, sekalipun ada orang menemukan jenasahnya,
belum tentu akan mengenali jenasah siapakah dia.
Sekalipun Keng thian giok cu Thi Keng berbuat demikian demi
kepentingan seluruh umat persilatan, akan tetapi dengan wataknya
yang jujur dan bijaksana, tak urung sedih juga hatinya sesudah
melakukan perbuatan tersebut.
Dengan kening berkerut, dia mengebutkan bajunya dari debu lalu
sambil tertawa getir katanya :
“Moga moga saja perbuatan kita sekarang tak sampai disalah
tanggapi oleh para jago dari pelbagai perguruan.”

940
“Omitohud! Buddha pernah bilang : kalau bukan aku yang masuk
neraka, siapakah yang akan masuk neraka? Asal kebenaran dan
kebajikan masih tumbuh dalam hati kita, buat apa persoalan
persoalan semacam itu mesti kita pikirkan sekarang?”
Keng thian giok cu Thi keng segera tertawa nyaring.
“Kalau tidak bercocok tanam, darimana bisa menarik hasil panen?
Lohu memang bodoh, mari kita pulang!”
Dua sosok bayangan manusia segera melayang kedepan dengan
kecepatan tinggi, tak selang berapa saat kemudian bayangan tubuh
mereka sudah lenyap dari pandangan mata.
Tak lama setelah bayangan tubuh mereka lenyap, dari belakang
sebatang pohon muncul seorang pemuda tampak berbaju biru langit.
Orang itu menyelundup ke sana di saat Keng thian giok cu Thi Keng
sedang menghajar tubuh siluman rase berekor Sembilan tadi.
Tenaga dalam yang dimiliki pemuda tampan itu masih jauh
melebihi kepandaian Keng thian giok cu Thi Keng maupun Sim ji
sinni, oleh sebab itu perbuatannya sama sekali tak dirasakan oleh
dua orang jago lihay tersebut.
Tapi berhubung kedatangannya terlambat selangkah, dia hanya
sempat menyaksikan adegan keji dimana Keng thian giok cu Thi
Keng menghancurkan jenasah untuk menghilangkan jejak, dia tak
sempat menyaksikan kebesaran jiwa maupun pengorbanan yang
dilakukan Keng thian giok cu Thi Keng dan Sim ji sinni sebelumnya.
Dengan membawa perasaan sedih dan menderita, pemuda itu
berjalan mendekati liang kuburan yang digunakan untuk mengubur
jenasah siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio, kemudian dengan
mengandalkan tenaga hisapan telapak tangan tunggalnya, dia telah
berhasil mengeluarkan jenasah siluman perempuan itu dari dalam
liang kubur.
Waktu itu, jenasah siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio telah
hancur hingga tak berwujud sebagai manusia lagi, yang tersisa

941
hanya sekumpal daging belaka, keadaannya benar benar sangat
mengerikan hati.
Menyaksikan semuanya itu, dia menghela napas sedih, lalu
bergumam :
“Yaya, setelah menyaksikan semua perbuatanmu dengan mata
kepalaku sendiri, bagaimana mungkin aku dapat memberikan
pertanggung jawaban kepada liang sim ku?”
Tak usah ditanya lagi, pemuda tampan itu tak lain adalah Thi Eng
khi, ciangbujin angkatan ke sebelas dari perguruan Thian liong pay.
Rupanya dia yang sedang melakukan perjalanan siang malam
menuju pulang bersama sama Sam ku sinni, Pek leng siancu So Bwe
leng dan Pencuri sakti Go Jit telah bertemu dengan ibunya Yap Siu
ling tanpa sengaja di kota Poo eng.
Perjumpaan tersebut benar benar mengharukan setiap orang, dia
perkenalkan lebih dulu Sam ku sinni dan Pencuri sakti Go Jit kepada
ibunya, setelah itu baru membimbing Pek leng siancu So Bwe leng
untuk memberi hormat kepada ibunya.
Dari hubungan yang hangat antara Thi Eng khi dengan So Bwe
leng, dengan cepat Yap Siu ling memahami apa gerangan yang
terjadi, tapi pada dasarnya dia sudah menyetujui hubungan putranya
dengan Ciu Tin tin maka tanpa terasa diamatinya So Bwe leng
beberapa kejap.
Berbicara soal paras muka, kecantikan Pek leng siancu So Bwe
leng maupun kecantikan Ciu Tin tin hampir boleh dibilang seimbang,
tapi berbicara soal watak, Pek leng siancu So Bwe leng jauh lebih
polos, lebih lincah dan lebih manja ketimbang Ciu Tin tin.
Itulah sebabnya, setelah Yap Siu ling berjumpa dengan gadis ini,
dia merasa gadis tersebut sudah sepantasnya untuk menjadi anak
menantunya pula. Maka dia tidak membiarkan Pek leng siancu So
Bwe leng melanjutkan hormatnya, gadis itu dirangkul dengan
hangat, kemudian diajak membicarakan berbagai persoalan.

942
Pada dasarnya Pek leng siancu So Bwe leng memang pandai
berbicara, apa saja yang dia ketahui segera diceritakan dengan
lancar dan manja, hal ini membuat Yap Siu ling makin gembira
hatinya.
Sepanjang perjalanan, Thi Eng khi telah menceritakan semua
pengalamannya kepada Pek leng siancu so Bwe leng, karena itu
anak muda tersebut tak usah bersusah payah untuk mengulangi
kembali pengalamannya itu ....
Sesudah selesai bercerita, Pek leng siancu So Bwe leng baru
teringat untuk menanyakan keadaan Yap Siu ling, tanpa terasa dia
lantas berseru :
“Ibu ...... ”
Tapi setelah ucapan tersebut dilontarkan, dia baru tahu kalau
sudah salah menyebut, kontan saja paras mukanya berubah menjadi
merah padam karena jengah, cepat cepat kepalanya disusupkan ke
dalam pelukan Yap Siu ling dan tak berani membicarakan lagi.
Betapa gembiranya hati Yap Siu ling menyaksikan sikap manja
dan polos dari dara tersebut, cepat cepat dipeluknya gadis itu
kencang kencang, kemudian katanya pelan :
“Nak, cepat atau lambat kau toh akan memanggil ibu kepadaku,
bila kau bersedia memanggilnya mulai sekarang, aku akan merasa
semakin gembira .... ”
Ucapan mana bukan saja membuat Pek leng siancu So Bwe leng
semakin tak berani mendongakkan kepalanya, bahkan Thi Eng khi
sendiripun merasakan wajahnya amat panas, yaa malu, yaa
berdebar.
Kehangatan meski membuat suasana menjadi riang, sayang tidak
berlangsung terlampau lama, akhirnya kenyataan telah
menghentikan mereka dari suasana gembira.
Ketika Thi Eng khi bertanya kepada ibunya, mengapa dia seorang
diri tinggal di kota Poo eng, dengan wajah sedih Yap Siu ling segera

943
mengisahkan semua peristiwa yang terjadi di rumah. Sebagai akhir
kata, dia menambahkan :
“Nak, aku rasa untuk sementara waktu kau jangan pulang ke
rumah lebih dulu, mari kita pergi ke rumah Lim supekmu lebih dulu
sebelum menentukan tindakan selanjutnya!”
Tapi Thi Eng khi terlampau merisaukan keadaan dalam rumah,
ditambah pula dia pun sangat menguatirkan keselamatan Sam ciat
jiu Li Tin tang, karena anak muda itu bersikeras hendak berangkat
ke kota Hway im pada saat itu juga.
Terpaksa untuk sementara waktu Yap Siu ling bersama sama
Sam ku sinni, pencuri sakti Go Jit dan Pek leng siancu So Bwe leng
tinggal di rumah penginapan, mereka membiarkan Thi Eng khi
berangkat pulang seorang diri sambil mengambil tindakan menurut
keadaan.
Yap Siu ling berpesan kepada Thi Eng khi agar dia jangan
menampakkan diri bilamana tidak perlu, alangkah baiknya kalau
semuanya diselidiki secara diam diam.
Kali ini, Pek leng siancu So Bwe leng memperlihatkan sikap yang
penurut sekali, ternyata dia tidak memohon kepada Thi Eng khi
untuk mengajaknya pergi, sebaliknya melakukan perjalanan bersama
sama Yap Siu ling.
Dengan kepandaian silat Thi Eng khi yang lihay, dia berhasil
menyusup ke gedung Bu lim tit it keh tanpa diketahui siapapun,
bahkan berhasil pula mengikuti adegan terakhir dimana Sim ji sinni
dan Keng thian giok cu Thi Keng menghabisi nyawa siluman rase
berekor sembilan dan menghancurkan jenasahnya.
Berhubung dia hanya menyaksikan cara kerja yayanya tanpa
mengetahui alasan maupun kesulitan yayanya hingga membunuh
orang, kenyataan tersebut segera membuat hatinya pedih sekali
apalagi setelah dicocokan dengan apa yang didengarkan di tempat
luaran, semuanya itu membuat hatinya serasa remuk rendam.

944
Bayangan yayanya yang selalu ditempatkan dalam hatinya
sebagai suatu kebenaran dan keadilan, lambat laun hal tersebut
menjadi semakin hambar dan tawar. Tentu saja dia tak berani
mengambil suatu kesimpulan terhadap yayanya, tapi kenyataan yang
terbentang didepan mata memaksanya harus berpikir ke arah yang
paling jelek.
Menghadapi persoalan paling pelik yang dijumpai sekarang dia
membutuhkan suatu penegasan yang cepat. Tapi saat itu, pikirannya
serasa kosong, bimbang dan tidak menentu, dia tak tahu bagaimana
dia harus bertindak lebih jauh.
Pikir dan pikir terus, akan tetapi dia belum berhasil juga untuk
memecahkan masalah tersebut. Di saat dia sedang berpikir dengan
seksama itulah, tiba tiba muncul sesosok bayangan manusia yang
berkelebat lewat dari sebelah kiri tubuhnya pada jarak sejauh dua
kaki.
Mula mula bayangan manusia itu seperti tidak nampak kehadiran
Thi Eng khi disana, dia baru menjumpai kehadiran pemuda itu
setelah tubuhnya berada empat lima kaki jauhnya dari tempat
semula.
Tiba tiba saja orang itu membalikkan badannya dengan gerakan
Yau cu huan sin (burung belibis membalikkan badan). Gerakan
tubuhnya yang sedang menerjang ke depan segera dihentikan,
kemudian berbalik menerkam ke arah Thi Eng khi.
Berbicara soal tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi sekarang,
jangankan orang itu sudah menerjang datang, sekalipun masih
berada puluhan kaki jauhnya, kehadiran orang itu sepantasnya
sudah diketahui. Tapi, hingga orang itu mencapai di belakang
tubuhnya, ternyata anak muda tersebut masih belum merasakan apa
apa, bahkan masih saja berdiri termangu mangu.
Dengan cepat sorot mata orang itu tertarik oleh gumpalan
jenasah berdarah yang tergeletak di depan tubuh Thi Eng khi, selain
daripada itu, agaknya dia pun tidak bermaksud untuk menyerang
atau melukai pemuda itu secara diam diam.

945
Dengan cepat dia berhenti disamping Thi Eng khi, sebetulnya
berniat menghardiknya tapi setelah melihat jelas raut wajah pemuda
tersebut, tiba tiba dia berseru dengan nada tercengang :
“Ooooh, rupanya saudara cilik!”
Menyusul kemudian, dengan wajah serius dia menuding ke arah
gumpalan daging hancur tersebut sambil menegur :
“Apa yang sebenarnya telah terjadi?”
Thi Eng khi dibuat tertegun oleh pertanyaan orang, setelah
diamati lagi dengan seksama barulah diketahui olehnya bahwa orang
tersebut adalah kakak tuanya si pengemis sakti bermata harimau Cu
Goan po.
Perasaan Thi Eng khi pada waktu itu sungguh amat sensitif,
begitu berjumpa dengan pengemis sakti bermata harimau Cu Goan
po, dia merasa seolah olah bertemu dengan sanak sendiri saja, rasa
sedihnya segera meluap, segera teriaknya :
“Engkoh tua .... ”
Tenggorokannya seakan akan tersumbat, kata kata selanjutnya
tak bisa diungkapkan lagi. Sebenarnya antara pengemis sakti
bermata harimau Cu Goan po dengan Thi Eng khi sudah terikat
dalam hubungan persaudaraan yang akrab, tapi sikapnya sekarang
justru jauh berbeda seperti keadaan di hari hari biasa, dia seperti tak
berani menyatakan hubungan yang kelewat akrab.
Sambil menuding gumpalan daging diatas tanah, kembali dia
bertanya :
“Sebenarnya apa yang telah terjadi? Siapakah yang telah tewas?”
Thi Eng khi semakin sedih lagi setelah menyaksikan sikap
pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po kepadanya makin jauh
dan dingin. Dia menduga hal ini tentu disebabkan tindakan yayanya
yang telah bergabung dengan pihak Ban seng kiong sehingga
terhadap dirinya pun orang turut memandang hina.

946
Thi Eng khi adalah seorang pemuda yang tinggi hati, kendatipun
dia merasa sedih sekali, namun berada dalam keadaan demikian, dia
tidak ingin merendahkan diri untuk mengungkapkan kepedihan
hatinya kepada pengemis tersebut.
Selain itu, diapun tak ingin membicarakan kesalahan kakeknya
didepan orang lain, kendatipun kakeknya telah melakukan kesalahan
besar, sudah sepantasnya kalau dia sendiri yang menanggung dan
dia sendiri yang menyelesaikan, orang luar tak perlu turut
mengetahui kejelekan rumah tangga sendiri.
Maka dengan kening berkerut sahutnya :
“Maaf, tidak leluasa buat siaute untuk menerangkan persoalan ini
....!”
Rupanya si pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po juga
tidak menyangka kalau Thi Eng khi bakal bersikap demikian
kepadanya, sesudah tertegun katanya :
“Saudara cilik, apakah kau sedang marah dengan engkoh tuamu
ini....?”
“Siaute tidak berani!” jawab Thi Eng khi hambar.
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po menghela napas
panjang, katanya kemudian :
“Penampilan kakekmu dalam dunia persilatan kali ini benar benar
menunjukkan perubahan karakter yang sangat mengecewakan, kini
kita berbeda tujuan dan aliran, mustahil bagi kita untuk berkawan,
meskipun aku si pengemis tua merasa sayang juga dengan dirimu,
tapi akupun tak ingin kau menjadi manusia yang tidak berbakti.
Aaaai....! Hubungan kita dimasa lampau pun terpaksa harus
dibubarkan dulu untuk sementara waktu .... ”
Selesai berkata, tanpa berpaling lagi dia segera berlalu
meninggalkan tempat itu. Berbicara yang sesungguhnya, Thi Eng khi
tak dapat menyalahkan sikap si pengemis sakti bermata harimau Cu
Goan po yang tidak hangat, berbicara menurut suara hatinya maka
kesalahan yang sebenarnya terletak pada kakeknya yang bersikap

947
kurang baik di hari tuanya sehingga dia mengirim Thian liong pay
menuju ke lembah kehancuran.
Dia tak ingin menjadi penjahat secara membuta, diapun tak
dapat melawan kehendak kakeknya secara terang terangan, tapi dia
pun tak menginginkan orang orang dari golongan lurus memandang
rendah sifat maupun tindak tanduknya.
Ia benar benar dibuat serba salah oleh keadaan, bagaimanapun
dia memutar otak akan tetapi tidak berhasil juga untuk menemukan
suatu cara yang tepat untuk mengatasi keadaan yang kritis itu.
Mendadak terdengar suara jeritan ngeri yang memilukan hati
berkumandang secara lamat lamat dari kejauhan sana. Hatinya
menjadi amat terperanjat, tidak sempat melamunkan masa
depannya lagi, dia segera mengembangkan ilmu gerakan tubuh Hu
kong keng im (cahaya kilat bayangan lintas) dan meluncur ke arah
mana suara tadi berasal.
Sepanjang jalan dia masih sempat mendengar bentakan
bentakan nyaring yang menggelegar angkasa, tak selang berapa
saat kemudian, dari kejauhan dia saksikan ada dua sosok bayangan
manusia sedang bertarung dengan amat serunya. Kecuali dua orang
yang sedang bertarung sengit, di sekeliling arena masih nampak
juga lima orang yang berdiri sambil berteriak teriak memberi
semangat.
Tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi amat sempurna,
sekalipun berada dalam kegelapan malam, akan tetapi ia masih
dapat melihat setiap benda yang berada dalam jarak sepuluh kaki
dengan jelas.
Dalam sekilas pandangan saja, dia sudah mengenali kalau salah
satu diantara dua orang yang sedang bertarung itu adalah susioknya
(paman guru) yakni Sam ciat jiu Li Tin tang.
Tampaknya Sam ciat jiu Li Tin tang telah menderita luka dalam
yang cukup parah, gerak geriknya sudah tidak lincah lagi, tapi
didorong oleh semangat pantang menyerah yang berkobar kobar

948
serta prinsip lebih baik mati daripada dihina, dia memberikan
perlawanan terus secara gigih dan bersemangat.
Sebaliknya, orang yang sedang melawan Sam ciat jiu Li Tin tang
itu sama sekali tak dikenal oleh Thi Eng khi. Tapi dari lima orang
yang sedang berteriak teriak disisi arena untuk memberi semangat
itu, tiga diantaranya dikenal sekali olehnya, mereka adalah Sin tou
(unta sakti) Lok It hong, pengemis sakti bermata harimau Cu Goan
po serta Ci long taysu dari Siau lim pay.
Thi Eng khi segera merasakan hawa amarahnya berkobar dan
menyusup kedalam benaknya, ia merasa sikap partai partai besar
kelewat menghina orang. Dengan cepat tubuhnya melejit ke tengah
udara, kemudian sambil berpekik nyaring, dia menerjang kearah dua
orang yang sedang bertarung itu.
Gerakan tubuh Hu kong keng im yang dimilikinya itu benar benar
cepat seperti sambaran kilat, walaupun memancing perhatian kelima
orang yang menonton jalannya pertarungan tersebut, akan tetapi
sama sekali tidak memberi kesempatan kepada mereka untuk turun
tangan menghalanginya.
Tahu tahu sebuah pukulan yang dilepaskan dari tengah udara
telah memisahkan Sam ciat jiu Li Tin tang yang sedang bertarung
dengan pihak lawannya, bahkan kedua belah pihak sama sama
mundur sejauh lima langkah lebih.
Kemudian sambil berdiri diantara kedua orang itu, teriaknya keras
keras :
“Harap berhenti dulu, dengarkan perkataanku!”
Berbicara yang sebenarnya, ilmu silat yang dimiliki orang yang
sedang bertarung melawan Sam ciat jiu Li Tin tang itu dua kali lipat
lebih hebat daripada Sam ciat jiu Li Tin tang, akan tetapi berhubung
ia bertekad hendak menawan musuhnya dalam keadaan hidup hidup
dan tak ingin mencelakai jiwanya maka untuk sementara waktu
usahanya tersebut tidak mendatangkan hasil seperti yang diinginkan.

949
Waktu itu, Sam ciat jiu Li Tin tang telah berhasil ditotok oleh
sodokan jari tangannya hingga menderita luka parah, harapannya
untuk membekuk musuh dalam keadaan hidup pun sudah berada
didepan mata, siapa tahu disaat seperti inilah seorang pemuda
tampan berbaju biru telah melibatkan dirinya.
Dengan amarah yang berkobar kobar dia segera mendongakkan
kepalanya dan tertawa keras.
“Haahhhh..... haaahhhh..... haaahhhhh.... kalau dilihat dari
dandananmu, jelas kau adalah anak murid Thian liong pay, dengan
kemampuan itu ingin mencampuri urusan kami, hmmmm! Apakah
kau anggap sudah cukup mampu untuk menghadapi kami?”
Baru selesai dia berkata, pengemis sakti bermata harimau Cu
Goan po yang berada di samping segera memperingatkan :
“Ting ciangbunjin, dia adalah ciangbunjin angkatan kesebelas dari
Thian liong pay Thi Eng khi, Thi siauhiap adanya!”
Ting kong, ketua Cing shia pay yang mendengar perkataan itu
menjadi tertegun, mukanya segera berubah menjadi merah
sebagian. Disaat dia masih termangu inilah, lalu ujarnya kepada Thi
Eng khi :
“Saudara cilik, aku si pengemis tua bukan manusia yang menjual
teman untuk mencari pahala, tapi berhubung kita berdiri dalam
posisi yang berbeda maka seandainya terdapat hal hal yang tidak
berkenan dihatimu, harap saudara cilik sudi memaafkan.”
Dengan puluhan patah kata itu, dia hendak mengemukakan
posisi sendiri dalam peristiwa mana, namun kepedihan hatinya bisa
dilihat dari sepasang matanya yang berkaca kaca itu.
Thi Eng khi adalah seorang pemuda yang mempunyai kebesaran
jiwa yang amat mengagumkan, asal persoalannya sudah dijelaskan,
maka dia tak akan mempersoalkan kembali.
Kalau hendak disalahkan maka yang harus disalahkan adalah
kakek sendiri, seandainya kakeknya tidak melakukan perbuatan yang

950
sukar dipahami dan diterima orang banyak ini, niscaya orang lain
pun tak akan bersikap demikian pula terhadapnya.
Betul, di dalam persoalan ini dia tidak tersangkut tapi orang lain
tak akan percaya dengan begitu saja atas perkataannya maka dari
itulah anak muda tersebut juga tidak berniat untuk memberi
penjelasan apapun terhadap mereka.
Sesudah tertawa getir, katanya :
“Engkoh tua, waktu yang makin berlarut akan memperlihatkan
watak manusia yang sebenarnya, manusia macam apakah diri siaute
ini, suatu hari kalian pasti akan memahami sendiri.”
Kemudian setelah memberi hormat, tambahnya :
“Untuk sementara waktu, siaute hendak memohon diri lebih dulu
kepada kalian!”
“Tunggu sebentar!” hadang Ting kong, ketua dari Cing sia pay
secara tiba tiba, “sewaktu berada di rumah kalian tadi, ucapan lohu
sekalipun belum sempat diutarakan hingga selesai, kini aku berharap
ciangbunjin sudi mengikuti lohu sekalian untuk melangsungkan
pembicaraan lagi!”
Thi Eng khi sama sekali tak tahu kalau di rumah tadi telah terjadi
suatu peristiwa dimana para ketua dari pelbagai partai telah diejek
dan dicemooh Keng thian giok cu habis habisan, akan tetapi sebagai
seorang pemuda yang pintar dia dapat segera menangkap maksud
sebenarnya dari lawannya ini.
Tanpa terasa ia lantas bertanya :
“Siapakah kau?”
Ketua Cing sia pay Ting kong segera memperkenalkan diri,
sedangkan pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po juga segera
memperkenalkan dua orang yang belum dikenal oleh Thi Eng khi itu.
Ternyata kedua orang itupun merupakan ketua dari partai besar,
sastrawan berusia lanjut yang memakai jubah putih adalah ketua
dari Hoa san pay, Pek in siusu (sastrawan berbaju putih) Cu Wan

951
mo, sedangkan kakek yang jangkung kurus adalah ketua dari Tiong
lam pay, ku tiok siu (kakek bambu kering) Yap Han san.
“Kalian menghendaki aku kemana?” Thi Eng khi segera menegur.
Thi Eng khi termenung sejenak, kemudian katanya :
“Ting ciangbunjin, bagaimana kalau di kemudian hari saja?”
Maksud Thi Eng khi, dia hendak kembali untuk mengundang Sam
ku sinni yang menampilkan diri dan melakukan pembicaraan dahulu
dengan para ciangbunjin dari pelbagai aliran itu kemudian
pertemuan segitiga baru diselenggarakan.
Ting Kong, ketua dari Cing sia pay memandang sekejap kearah
kelima orang rekannya, kemudian bertanya :
“Bagaimanakah menurut pendapat kalian?”
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po cukup mengetahui
bagaimanakah perasaan para ketua dari pelbagai partai saat ini,
terutama setelah menerima cemoohan dari Keng thian giok cu tadi,
bila Thi Eng khi menolak untuk mengikuti mereka pergi, bisa jadi
suatu pertarungan sengit tak bisa dihindari lagi.
Maka secara diam diam dia berniat untuk melindungi
keselamatan Thi Eng khi, ujarnya dengan cepat :
“Menurut pendapat siaute, lebih baik kita turuti saja kehendak Thi
ciangbunjin dengan mengundurkan saat pembicaraan sampai di
waktu mendatang saja.”
Dengan pandangan berterima kasih Thi Eng khi memandang
sekejap ke arah pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po.
Sekalipun pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po sendiri tak
berani saling bertatapan muka dengan anak muda tersebut tapi
berhubung ia sudah mempunyai kesempatan untuk membantu Thi
Eng khi dengan sepatah dua patah kata, maka sekulum senyuman
segera menghiasi ujung bibirnya ....
Ku tiok siu (kakek bambu kurus) Yap Hap san, ketua dari Tiong
lam pay segera menggelengkan kepalanya berulang kali katanya :

952
“Siaute tidak setuju dengan pendapat dari saudara Cu, besok
adalah saat Thian liong pay bergabung secara resmi dengan pihak
Ban seng kiong, apabila kesempatan pada hari ini kita sia siakan,
mungkin pembicaraan kita dengan Thi ciangbunjin di kemudian hari
tak akan mendatangkan manfaat apa apa.”
Si unta sakti Lok It hong juga berteriak dengan suara lantang :
“Benar, kemunculan si tua Thi akan sangat mempengaruhi kuat
lemahnya posisi dalam dunia persilatan dewasa ini, kesempatan
pada hari ini siaute rasa tak boleh dilepaskan dengan begitu saja.”
“Omitohud!” Ci long taysu dari Siau lim si juga merangkap
tangannya didepan dada, “setelah pertemuan dibukit Siong san,
lolap merasa kagum sekali atas kebijaksanaan Thi ciangbunjin, lolap
berharap kau bisa lebih mementingkan soal dunia persilatan dan
jangan menampik ajakan kami ini.”
Ketika pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po menyaksikan
semua orang berpendapat demikian, dia jadi sungkan untuk
berbicara lagi, sebab ia kuatir orang lain akan salah beranggapan
tentang dirinya, maka sambil menghela napas dia menggelengkan
kepalanya berulang kali, perasaan hatinya terasa amat berat.
Paras muka Thi Eng khi berubah beberapa kali, dia merasa
perkataan orang orang itu memang sangat masuk diakal, tapi secara
lamat lamat terasa pula nada paksaan, seakan akan bagaimanapun
juga dia harus pergi mengikuti mereka.
Sementara dia sedang merasa sangsi untuk mengambil
keputusan, Sam ciat jiu Li Tin tang telah mengirim suara dengan
ilmu menyampaikan suaranya :
“Dengan kemarahan yang meluap luap, kurang cocok untuk
memenuhi undangan mereka pada saat seperti ini, harap
ciangbunjin suka mempertimbangkan diri lebih dulu sebelum
mengambil keputusan.”
Sebagaimana diketahui, Thi Eng khi baru saja pulang ke rumah,
sehingga dia kurang begitu paham terhadap semua yang terjadi,
sekalipun pembicaraan hendak dilakukan, paling tidak ia harus

953
memahami dahulu keadaan yang sebenarnya kemudian baru
memutuskan, itulah sebabnya untuk sementara waktu pemuda itu
tak tahu bagaimana harus bertindak.
Ting Kong, ciangbunjin dari Cing sia pay segera tertawa nyaring,
sambil mengulapkan tangannya dia berseru :
“Thi ciangbunjin tak usah mempertimbangkan lagi, ayo silahkan!”
Diantara ulapan tangannya, terlihat bayangan manusia berkelebat
lewat, kecuali pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po masih
berdiri tetap berdiri di tempat semula, lima orang lainnya telah
menyebarkan diri dan berdiri di sekeliling Thi Eng khi.
Ditinjau dari keadaan tersebut, jelaslah sudah kalau orang orang
itu tak akan memberikan waktu buat Thi Eng khi
mempertimbangkan diri, bagaimana pun juga dia harus pergi
mengikuti mereka.
Thi Eng khi sebagai seorang ciangbunjin, kendatipun ada niat
baginya untuk memenuhi keinginan orang, toh dalam perasaannya
tindakan lawan mendatangkan juga suatu kesan yang kurang baik.
Apalagi seandainya dia tunduk di bawah paksaan orang, sedikit
banyak hal mana akan mempengaruhi juga kedudukan serta
pamornya sebagai ketua Thian liong pay. Sebagai anak muda yang
berdarah panas, tentu saja dia tak sudi diperlakukan demikian.
Dengan kening berkerut segera serunya :
“Sayang aku masih ada urusan penting lainnya yang harus
diselesaikan, hari ini aku tak bisa memenuhi harapan kalian, harap
para ciangbunjin sudi memaklumi.”
Seusai berkata, lantas memberi kerlingan mata kearah Sam ciat
jiu Li Tin tang kemudian berlalu dari situ dengan langkah lebar. Sam
ciat jiu Li Tin tang berjalan mengikuti Thi Eng khi, tapi berhubung ia
tak tahu sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang dimiliki oleh
anak muda itu sekarang, tak urung timbul juga rasa kuatirnya.

954
Sedikit banyak dia mengerti kalau enam orang yang mereka
hadapi adalah jago jago pilihan dari dunia persilatan, dia kuatir Thi
Eng khi tak sanggup menghadapi serangan gabungan orang orang
itu.
Ketua Cing sia pay Ting Kong yang menyaksikan Thi Eng khi tidak
menggubris tegurannnya bahkan bersiap hendak pergi dari situ,
kontan amarahnya berkobar. Dengan cepat ia menghadang di depan
pemuda itu sambil berseru :
“Thi ciangbunjin, jalan ini buntu bagimu.”
Thi Eng khi segera membalikkan badan mencoba untuk melalui
arah yang lain. Tapi si unta sakti Lok It hong segera menghadang
pula jalan pergi Thi Eng khi sambil berkata dengan tertawa :
“Kita sudah saling bersua muka, bagaimana pun jua hari ini kau
mesti memberi muka untuk kami.”
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Thi Eng khi mengalihkan
kembali arah perjalanannya ke jurusan lain. Ketua Tiong lam pay, si
kakek bambu kering Yap Han san segera melintangkan senjata
bambu kuningnya sambil berseru :
“Harap Thi ciangbunjin suka berpikir tiga kali lebih dulu sebelum
bertindak.”
Thi Eng khi memandang sekejap kearah pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po yang sedang berdiri dengan wajah serba salah,
karena kuatir menyusahkan engkoh tuanya ini, maka dia lantas
mengalihkan diri ke jurusan lain.
Kali ini jalan perginya dihadang oleh Ci long taysu dari Siau lim
pay, terdengar pendeta itu berkata :
“Harap Thi ciangbunjin suka memikirkan keselamatan orang
banyak dengan mengambil tindakan bersama kami untuk
menanggulangi peristiwa ini!”
Thi Eng khi telah mencoba untuk menembusi empat penjuru, tapi
semua jalan telah dihadang orang, terpaksa dia dia harus kembali ke
tengah arena seraya berkata dengan lantang.

955
“Pun ciangbunjin juga mempunyai kesulitan yang sukar untuk
diutarakan, harap kalian jangan mendesak orang kelewat batas.”
“Di dalam perjalanan ini, kamipun tak akan memaksa Thi
ciangbunjin untuk melakukan perjanjian apa apa dengan kami,” kata
si unta sakti Lok It hong dengan cepat, “kami hanya ingin mencegah
kakekmu bekerja sama dengan pihak Ban seng kiong, padahal
tindakan kamipun akan mendatangkan dua keuntungan, mengapa
Thi ciangbunjin tidak menerimanya saja dengan senang hati? Kecuali
Thi ciangbunjin memang tak memiliki jiwa ksatria seperti dulu lagi,
tentu saja hal ini harus dibicarakan lain.”
Berbicara yang sebenarnya, Thi Eng khi mempunyai jiwa ksatria
yang mengagumkan, jiwa tersebut seakan akan sudah tertanam di
dalam harinya semenjak dilahirkan di dunia ini, bilamana keadaan
terpaksa, bisa jadi dia akan melenyapkan anggota keluarga sendiri
demi ditegakkannya keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan.
Tentu saja hal ini hanya dilakukan olehnya bila keadaan benar
benar sudah terpaksa. Sebelum keadaan berkembang menjadi
begitu kritis, dia tak nanti akan melakukan tindakan seperti itu.
Dia memang ingin membawa perguruan Thian liong pay menuju
ke puncak kejayaannya, diapun ingin melenyapkan bibit bencana
dalam dunia persilatan, tapi dia tak ingin melakukan suatu kesalahan
terhadap kakeknya sehingga dianggap orang sebagai cucu yang
tidak berbakti.
Berada dalam keadaan seperti ini, dia telah disudutkan pada
pemilihan antara kebenaran dan hubungan keluarga, keputusan
tentang hal ini hanya dia sendiri yang berhak untuk memutuskan,
orang lain tentu saja tak dapat memaksakan kehendaknya.
Kini, si unta sakti Lok It hong menghadang jalan perginya sambil
mengucapkan kata kata yang tak sedap, dengan cepat kejadian ini
mendatangkan kesan antipatik di dalam hati Thi Eng khi. Kontan
saja dia berseru sambil tertawa dingin :
“Lok tayhiap, jadi kau hendak menjadikan aku sebagai sandera?”

956
Sesungguhnya usul ini bukan muncul dari benak si unta sakti Lok
It hong seorang, melainkan atas persetujuan semua orang secara
diam diam, itulah sebabnya pula mereka menyerang Sam ciat jiu Li
Tin tang tadi.
Daripada Sam ciat jiu Li Tin tang, sudah barang tentu Thi Eng khi
merupakan sandera yang paling cocok, hanya sebagai orang orang
dari golongan lurus, mereka sungkan untuk menyebutkan kejadian
mana sebagai suatu usaha penyanderaan.
Tapi kini Thi Eng khi telah mengungkapkan masalah tersebut
secara berterus terang. Sebagai seorang ketua dari suatu perguruan
besar, tentu saja kejadian ini membuat mereka merasa seperti
kehilangan muka, dari malunya amarah segera berkobar dan tanpa
terasa merekapun saling berpandangan sekejap.
Diantara sekian jago yang hadir, si unta sakti Lok It hong paling
berangasan wataknya, ditambah pula ucapan tersebut muncul dari
mulutnya, tentu saja dia tak sanggup menahan diri lagi.
Sambil mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak,
kakek itu segera berseru :
“Haaahhhh..... haaahhhh...... haaahhhh...... perkataan Thi
ciangbunjin memang bagus sekali tapi lohu sekalian berani
bersumpah di hadapan Thian, meski tindakan kami kurang
mencerminkan keterbukaan serta kejujuran, namun tujuannya
adalah demi kepentingan seluruh umat persilatan, demi kepentingan
umum, terpaksa kami harus menyusahkan Thi ciangbunjin
sebentar.”
Thi Eng khi memperhatikan keenam orang itu sekejap, lalu sambil
mengangkat kepalanya dia berkata :
“Demi keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan,
ciangbunjin Thian liong bersedia mewakili segenap anggota
perguruannya untuk mengorbankan kepala dan darahnya tanpa
pamrih, tapi bila ada orang ingin menghina partai Thian liong pay
kami, Hmmm! Maaf kalau aku tak akan berpeluk tangan dengan
begitu saja. Jika kalian tak mau pergi dari situ, jangan salahkan
kalau aku terpaksa akan bertindak kurang ajar!”

957
Seusai berkata, dia memberi tanda kepada Sam ciat jiu Li Tin
tang sambil berkata :
“Susiok, bila ada orang berani menghalangi kita lagi, terpaksa aku
akan memberikan perlawanan dengan kekerasan!”
Si unta sakti Lok It hong menjadi berkoak koak keras sesudah
mendengar ucapan itu, teriaknya :
“Kegagahan Thi ciangbunjin memang mengagumkan, dan lohu
yang nomor satu memujimu, tapi aku pula yang nomor satu akan
merasakan kelihayan ilmu silatmu itu!”
“Akan kuiringi keinginanmu itu, Lok tayhiap silahkan!”
Agaknya anak muda tersebut tahu kalau suatu pertarungan tak
dapat dihindari lagi, maka tantangan tersebut segera disambut
dengan terang terangan. Sejak terjun ke dunia persilatan belum
pernah si unta sakti Lok It hong menjumpai kejadian seperti ini,
apalagi menjumpai manusia yang sama sekali tidak memandang
sebelah mata pun kepadanya, dengan wajah merah membara
teriaknya kasar :
“Thi ciangbunjin, harap kau segera meloloskan senjatamu!”
Sebenarnya Thi Eng khi ingin menghadapi lawannya dengan
tangan kosong saja, tapi setelah dipikirkan kembali, dia merasa
dengan begitu maka si unta sakti Lok It hong pasti akan
menganggap peristiwa mana sebagai suatu penghinaan terhadap
dirinya, demi melindungi nama baik orang, terpaksa dia meloloskan
pedang emas naga langitnya dan disilangkan di depan dada untuk
bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tidak
diinginkan.
Unta sakti Lok It hong membentak nyaring, dari sakunya dia
mengeluarkan sebuah gelang emas yang memancarkan sinar
berkilauan, lalu dipecah menjadi dua dan digenggam pada kedua
belah tangannya. Setelah saling membenturkan sepasang gelang
emas tersebut hingga menimbulkan suara nyaring, serunya :
“Thi ciangbunjin, silahkan!”

958
Dia tak ingin turun tangan lebih dulu. Sekalipun Thi Eng khi
adalah ketua dari suatu perguruan besar tapi untuk menghormati
lawan yang lebih tua usianya diapun tak sungkan sungkan lagi,
pedangnya segera diayunkan kemuka menotok urat nadi pada
tangan kanan si unta sakti Lok It hong.
“Kalau begitu, maafkanlah daku!” serunya.
Serangan dilepaskan tanpa menimbulkan suara, yang diarahpun
bukan jalan darah yang mematikan, jelas sekali dia bermaksud
mengalah untuk lawannya kendatipun harus melepaskan serangan
lebih dulu.
Sambil tersenyum si unta sakti Lok It hong segera berkata :
“Thi ciangbunjin tak usah sungkan sungkan!”
Tangannya diayunkan membentuk satu gerakan melingkar untuk
menyongsong datangnya ancaman, bahkan dibarengi dengan gerak
melangkah mundur setindak, jelas diapun menyambut serangan
tersebut sebagai tata sopan santun belaka.
Thi Eng khi segera menggetarkan pedang emas naga langitnya
sehingga menciptakan bunga bunga pedang, mendadak tubuhnya
menerjang ke muka, pedangnya menyapu kekiri menyerang ke
kanan, dalam waktu singkat dia sudah melepaskan delapan buah
serangan berantai.
Kedelapan buah serangan mana semuanya menggunakan jurus
sakti dari ilmu pedang Thian liong kiam hoat, dilepaskan pula secara
beruntun dalam waktu singkat sekilas pandangan keadaannya mirip
sekali dengan naga sakti yang terbang diangkasa, hebatnya bukan
kepalang.
Si unta sakti Lok It hong tak berani bertindak gegabah, dengan
cepat dia mengembangkan pula senjata gelang Im yang siang
lunnya, menciptakan selapis cahaya emas, teriaknya :
“Sungguh sebuah serangan yang dahsyat!”

959
Ke kiri melakukan tangkisan, ke kanan melakukan penghadangan,
jurus disambut jurus, gerakan dipatahkan dengan gerakan, sambil
berdiri tak berkutik di posisi semula secara beruntun dia menyambut
kedelapan jurus serangan lawan.
Sekilas pandangan, orang akan menganggap dia menyambut
ancaman tersebut dengan enteng, namun dalam kenyataan dia
mempunyai kegetiran yang sukar diutarakan, rasa kagumnya
terhadap Thi Eng khi pun semakin bertambah besar.
Rupanya dalam melepaskan kedelapan jurus serangan berantai
itu, Thi Eng khi telah mengerahkan pula tenaga dalamnya, apalagi
tenaga Iwekang yang dimilikinya pemuda ini memang masih diatas
unta sakti tersebut, bisa dibayangkan betapa payah dan berat nya
Lok It hong menyambut serangan serangan tersebut.
Dengan perkataan lain, ketika unta sakti Lok It hong menangkis
serangan itu dengan tenaga sebesar enam bagian, serangan pedang
yang dilancarkan Thi Eng khi segera meningkat setengah lebih besar
dari serangan pertama, ketika si unta sakti Lok It hong telah
mengerahkan tenaganya sampai mencapai dua belas bagian
ternyata serangan pedang yang dilepaskan Thi Eng khi masih tetap
meningkat setengah lebih hebat dari keadaan sebelumnya.
Dalam selisih tenaga sebesar setengah bagian inilah sebetulnya
letak kelihayan dari anak muda itu, sebab hal mana hanya bisa
dilakukan bila ia bisa mengira ngira tenaga yang bakal digunakan
musuhnya sewaktu melancarkan serangan.
Terlepas apakah tenaga dalam Thi Eng khi lihay atau tidak, cukup
di dalam hal ini saja, si unta sakti Lok It hong sudah dibuat amat
terperanjat. Begitulah, dalam waktu singkat tiga puluh gebrakan
sudah lewat tanpa terasa, selama ini Thi Eng khi tetap menghadapi
serangan serangan unta sakti Lok It hong yang berkekuatan besar
itu secara enteng dan semau hati sendiri.
Mendadak anak muda itu berpekik nyaring, dia melepaskan
sebuah tusukan dari arah tengah. Cepat cepat si unta sakti Lok It
hong mengayunkan sepasang gelang emasnya untuk menangkis,

960
lalu kedua senjata itu berpisah, yang atas melakukan penekanan
sedang yang bawah melakukan tangkisan, bersama sama
menghadang datangnya pedang emas naga langit tersebut.
Di dalam serangannya ini, si unta sakti Lok It hong telah
menggunakan tenaganya sebesar dua belas bagian, dia bermaksud
ingin menjepit pedang emas milik lawannya. Siapa tahu, serangan
pedang Thi Eng khi itu meski nampaknya sangat enteng, padahal di
balik semuanya itu justru terdapat segulung tenaga yang amat besar
langsung mendesak ke tubuh Lok It hong.
Ketika sepasang gelang emas Im yang siang lun yang dilancarkan
unta sakti Lok It hong dengan tenaga sebesar dua belas bagian itu
saling membentur dengan serangan lawan, dia segera merasakan
sepasang tangannya bergetar keras, senjata Im yang kim lunnya tak
sanggup dipertahankan lagi, tak ampun senjata tersebut lepas dari
genggaman dan terjatuh beberapa kaki dari sisi arena.
Berbareng itu juga, dia merasakan datangnya segulung tenaga
dorongan yang sangat kuat menerjang dari belakang, sedemikian
dahsyatnya tenaga terjangan itu membuat dia tak mampu berdiri
tegak lagi dan langsung menerjang ke atas ujung pedang lawan.
Rupanya Thi Eng khi dan si unta sakti Lok It hong baru benar
benar menggunakan ilmu silatnya setelah pertarungan berlangsung
melebihi tiga puluh gebrakan, suatu ketika mendadak si anak muda
itu melepaskan sebuah tusukan ke arah dada lawan dan
mementalkan sepasang gelang emas Im yang siang lun si unta sakti
tersebut.
Siapa tahu pada saat itulah mendadak ada orang yang secara
diam diam melancarkan sebuah pukulan yang memaksa tubuh Lok It
hong terjerumus ke muka dan menyambut datangnya tusukan
pedang dari Thi Eng khi.
Berbicara menurut tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi
sekarang, paling banter si unta sakti Lok It hong hanya sanggup
mempertahankan diri sebanyak lima gebrakan saja, kini Thi Eng khi

961
bertarung sebanyak tiga puluh gebrakan lebih, hal mana sebenarnya
hanya dimaksudkan untuk memberi muka kepadanya.
Dengan nama besar dan kedudukan si unta sakti Lok It hong
dalam dunia persilatan, andaikata dia sampai dibikin keok di tangan
Thi Eng khi sebelum lewat lima gebrakan, sudah dapat dipastikan dia
akan merasa malu sekali.
Itulah sebabnya setelah lewat tiga puluuh gebrakan, Thi Eng khi
baru menggetar lepas senjata si unta sakti Lok It hong, itu pun
segera mengundang rasa terkejut dari para jago lainnya.
Mereka tak percaya kalau jagoan tangguh seperti Unta sakti Lok
It hong ternyata tak sanggup menahan empat puluh gebrakan di
tangan Thi Eng khi, dari sini bisa diketahui kalau Thi Eng khi adalah
seorang jago muda yang tak boleh dipandang enteng.
Serangan terakhir yang dilancarkan Thi Eng khi pun semula tak
bermaksud melukai orang, dia hanya lagi memaksa unta sakti Lok It
hong agar mundur selangkah kemudian dia baru akan menarik
kembali serangannya dan melepaskan musuhnya itu. Mimpipun dia
tak menyangka kalau si unta sakti Lok It hong ternyata tidak takut
mati bahkan menerjang maju secara kalap.
“Craaaapp!” tak ampun lagi pedang Thian liong kim kiam segera
menusuk dada Lok It hong dan tembus sedalam lima hun, untung
saja tak sampai melukai isi perutnya. Inipun berkat kesempurnaan
tenaga dalam Thi Eng khi yang berhasil mencapai tingkatan yang
luar biasa sehingga di saat yang paling kritis, ia masih sempat
menarik kembali serangannya, kalau tidak, mungkin si unta sakti Lok
It hong sudah tewas ditembusi tusukan pedang itu.
Dengan begitu, kejadian mana sama halnya dengan si unta sakti
Lok It hong berhasil memungut kembali selembar jiwa tua nya,
untuk sesaat dia jadi tertegun di tempat dan tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun ...... tanpa mengetahui kejadian
yang sebenarnya, mereka semua mengira Thi Eng khi telah
bertindak keji dengan menghadiahkan sebuah tusukan ke tubuh
unta sakti Lok It hong.

962
Dengan cepat peristiwa ini membangkitkan amarah bagi semua
jago persilatan itu. Bunyi gemerincingan nyaring berkumandang
memecahkan keheningan, masing masing jago segera meloloskan
senjata andalannya, kemudian sambil membentak keras mereka
memecahkan diri mengurung Thi Eng khi di tengah arena.
Ciangbunjin dari Cing sia pay, Ting kong, menggunakan sebilah
pedang tipis seperti daun pohon yang liu, panjangnya tiga depa
dengan lebar hanya satu inci, tubuh pedangnya lembek bagaikan
cambuk, suatu jenis senjata tajam yang aneh sekali.
Sewaktu tenaga dalamnya disalurkan keluar, tiba tiba saja
pedang Liu yap si kiam itu menegang keras, cahaya kehijau hijauan
dengan cepat memancarkan keluar dari seluruh tubuh pedang
tersebut.
Sambil menuding ke wajah Thi Eng khi bentaknya keras keras :
“Sungguh hebat ilmu pedang Thi ciangbunjin, lohu yang bodoh
ingin juga memohon petunjuk satu dua jurus darimu.”
Thi Eng khi balas tertawa dingin :
“Heeehhh….. heeehhh….. heehhhh….. aku …..”
Namun sebelum perkataan itu diteruskan, dengan wajah serius si
unta sakti Lok It hong telah memotong perkataan Thi Eng khi, dia
berkata :
“Jangan salah paham, luka siaute ini bukan kesalahan Thi
ciangbunjin …..!”
Ucapan itu segera mencengangkan semua orang, mereka tak
habis mengerti apa maksud yang sebenarnya dari ucapan si unta
sakti Lok It hong tersebut. Sambil membalikkan badannya dan
menatap wajah Ci long taysu dari Siau lim pay, dengan sorot mata
tajam, unta sakti Lok It hong segera tertawa dingin.
“Aku harap taysu suka memberi keadilan kepada lohu!” serunya.
“Eeeh…. Lok tayhiap, apa maksudmu?” Ci long taysu tercengang.

963
Unta sakti Lok It hong tertawa keras penuh amarah, teriaknya
lagi keras keras :
“Apa yang telah kau lakukan, masa tidak kau pahami?”
“Tapi pinceng tidak merasa berbuat salah kepada Lok tayhiap,
bagaimana mungkin pinceng bisa tahu? Harap kau sudi memberi
petunjuk kepadaku…!” pinta Ci long taysu dengan wajah
kebingungan.
Merah membara sepasang mata unta sakti Lok It hong dibakar
amarah, teriaknya dengan gemas :
“Dendam dan sakit hati apakah yang terjalin antara lohu
denganmu? Mengapa kau menghadiahkan sebuah pukulan ke
punggungku dengan sebuah pukulan Peh poh sin kun? Untung saja
tenaga dalam Thi ciangbunjin amat sempurna dan segera menarik
kembali pedangnya hingga lohu lolos dari kematian, coba kalau lohu
mampus, siapa yang bisa membongkar kedok palsumu untuk
mencelakai orang? Hmmm, kini bukti sudah nyata, apalagi yang
hendak kau ucapkan?”
Sekarang semua orang baru memahami akan duduk persoalan
yang sebetulnya, andaikata demikianlah kejadiannya, maka luka
yang diderita si unta sakti Lok It hong memang tak dapat
menyalahkan Thi Eng khi, maka semua orang mulai mengalihkan
sorot matanya ke wajah Ci long taysu dan mengharapkan
keterangan darinya.
Setelah tertegun sejenak, Ci long taysu tertawa terbahak bahak,
katanya kemudian :
“Lok tayhiap, atas dasar apakah kau berkata demikian?”
“Ilmu pukulan sakti dari Siau lim pay dapat tersohor karena dari
seratus langkah bisa melukai orang, seandainya bukan kau si hwesio
tak tahu malu yang melakukan perbuatan ini, siapa pula yang
memiliki tenaga dalam sedemikian sempurnanya hingga mendorong
lohu menerjang maju kemuka?”

964
“Omitohud!” Ci long taysu segera mengalihkan sorot matanya ke
wajah ke empat orang lainnya, “apakah ciangbunjin sekalian telah
menyaksikan pinceng melakukan suatu tindakan?”
Jawaban yang diperoleh hanya kepala yang digelengkan dan
mulut membungkam dalam seribu bahasa. Melihat kejadian ini, si
unta sakti Lok It hong menjadi curiga, tanpa terasa dia mulai
memeriksa keadaan disekeliling tempat itu.
Thi Eng khi segera mengeluarkan pula ilmu Thian si tee ting
(melihat langit mendengar bumi) untuk melakukan pemeriksaan,
dengan cepat dia menemukan bahwa pada jarak dua tiga puluh kaki
dari situ memang ada seseorang sedang melarikan diri.
Mungkin orang inilah yang telah menyerang si unta sakti Lok It
hong secara diam diam, kemudian menggunakan kesempatan dikala
orang orang itu sedang ribut, dia segera melarikan diri.
Dengan tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi sekarang,
seharusnya dia dapat mendengar kalau ada orang yang bersembunyi
di sekitar situ tapi bagaimana pun juga pengalamannya memang
kurang sehingga penyakit teledor menghantuinya, gara gara
keteledorannya hampir saja suatu kesalahan paham terjadi.
Thi Eng khi turut merasa benci terhadap orang yang melakukan
sergapan tersebut, dengan cepat dia melakukan pengejaran sembari
berseru lantang :
“Orang itu sedang melarikan diri ke arah tenggara, aku akan
segera mengejarnya kembali!”
Dengan kesempurnaan tenaga dalamnya, apa yang dapat
didengar olehnya belum tentu bisa didengar orang lain, apalagi
orang itu adalah manusia luar biasa yang kini sudah berada puluhan
kaki jauhnya dari tempat tersebut.
Kendatipun mereka tidak merasakan sesuatu, akan tetapi mereka
percaya seratus persen atas ucapan Thi Eng khi itu, mereka pun
tidak lega kalau membiarkan pemuda itu melakukan pengejaran
dengan begitu saja, kautir kalau ia tak kembali setelah melakukan

965
pengejaran, bila sampai begitu, bukankah akan terjadi suatu lelucon
yang tak lucu?
Oleh sebab itu, mereka tak akan membiarkan Thi Eng khi berlalu
dengan begitu saja, cepat mereka memberi tanda kepada si unta
sakti Lok It hong. Lok It hong segera melejit ke tengah udara,
kemudian serunya :
“Orang itu telah menyerang lohu, kini lohu ingin tahu manusia
macam apakah dia?
Di dalam beberapa kali kelebatan saja, bayangan tubuhnya sudah
lenyap dari pandangan. Thi Eng khi tidak berbicara pula, tapi ia
dapat merasakan betapa tidak percayanya orang orang itu
terhadapnya, kejadian ini baginya terasa sebagai suatu penghinaan,
rasa tak senang dengan cepat menyelimuti seluruh wajahnya.
Si unta sakti Lok It hong pergi dengan cepat tapi kembalipun
dengan cepat juga, tak selang beberapa saat kemudian dia kembali
dengan wajah hijau membesi. Melihat itu, tak tahan semua orang
segera bertanya :
“Apakah saudara Lok telah pergi dengan sia sia belaka?”
Sembari berkata, sorot matanya bersama sama dialihkan ke
wajah Thi Eng khi. Dengan perasaan gusar dan mendongkol, Thi
Eng khi segera berteriak keras :
“Bukan saja Lok tayhiap telah bertemu dengan orang itu bahkan
beradu pukulan pula dengannya!”
Ternyata Thi Eng khi telah mengerahkan tenaga sinkangnya
untuk mengamati gerak gerik si unta sakti Lok It hong, apa yang
terjadi telah didengar semua olehnya dengan jelas.
Ciangbunjin Tiong lam pay si kakek bamboo kering Yap Han san
segera berseru dengan serius :
“Thi ciangbunjin toh tidak menyaksikan semua peristiwa dengan
mata kepala sendiri lebih baik tak usah menduga semaunya sendiri.”
Berkilat sepasang mata Thi Eng khi.

966
“Apa yang kuucapkan adalah kenyataan bila tidak percaya, tanya
sendiri kepada Lok tayhiap.”
Si unta sakti Lok It hong segera menghela napas panjang.
“Aaai, lohu tak sanggup mengalahkan dia, gagal kuhadang
kepergian orang itu,” Katanya.
Semua orang baru terperanjat setelah mendengar perkataan itu,
serunya hampir bersama sama :
“Apakah Lok tayhiap kenal dengan orang itu?”
Kelihayan ilmu pukulan yang dimiliki si Unta sakti Lok It hong
sudah amat termasyur dalam dunia persilatan, kenyataannya orang
itu bisa mengungguli Lok It hong, tentu saja semua orang sama
sama ingin mengetahui siapa gerangan orang tersebut.
Dengan wajah yang amat sedih si Unta sakti Lok It hong berkata
:
“Orang itu adalah seorang gadis muda, meski lohu sudah berlatih
ilmu pukulan sepanjang hidup, nyatanya toh keok juga ditangannya,
aaai….. kalau dibicarakan benar benar memalukan sekali.”
Kalau didengar dari nada pembicaraannya, jelas dia mengetahui
nama perempuan itu hanya merasa malu untuk mengutarakannya.
Ting kong, ketua Cing sia pay segera berseru :
“Jadi saudara Lok kenal dengan perempuan itu!”
Sejak si pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
mengemukakan pendiriannya kepada Thi Eng khi, dia selalu
membungkam dalam seribu bahasa, kini tak tertahan lagi ujarnya :
“Saudara Lok, selama ini kau selalu bersikap terbuka, tak
kusangka hari inipun tahu untuk bersikap ragu ragu.”
Merah padam selembar wajah Unta sakti Lok It hong sesudah
mendengar perkataan itu, katanya kemudian :
“Baik, bicara ya bicara …..”

967
Setelah berhenti sejenak, ia baru berkata dengan suara yang
rendah dan berat :
“Orang itu adalah Pek leng siancu So Bwe leng!”
Begitu mendengar perkataan tersebut, dengan cepat Thi Eng khi
mengetahui kalau orang itu bukan Pek leng siancu So Bwe leng yang
sebenarnya melainkan gadis dari Ban seng kiong yang pernah
menipunya dulu, tanpa terasa dia segera membantah :
“Tidak mungkin, orang itu bukan Pek leng siancu yang
sebetulnya!”
“Omitohud!” Ci long taysu segera berseru memuji keagungan
sang Buddha, “Tiang pek lojin adalah seorang manusia yang sukar
diukur maksud hatinya, tempo hari tanpa sebab musabab dia telah
mencari gara gara dengan partai kami, kemudian sewaktu berada
dalam pertemuan di bukit Siong san, diapun sekali lagi membohongi
para jago dari kolong langit, sekarang ketahuan juga ekor rasenya,
ternyata dia adalah salah satu diantara empat tongcu dari istana Ban
seng kiong. Pek leng siancu So Bwe leng adalah cucu perempuan
Tiang pek lojin, begitu kakeknya pasti begitu cucunya, apalagi Pek
leng siancu So Bwe leng memang sebagai kiongcu dari Ban seng
kiong. Menurut pendapat lolap, apa yang dikatakan saudara Lok It
hong sudah pasti tak bakal salah lagi.”
Tampaknya Ci long taysu sudah teringat kembali dengan sikap
Tiang pek lojin ketika membawa para jagonya menyerbu kuil Siau
lim si, sehingga tanpa terasa dia lantas menyerang dengan kata kata
yang tajam.
Sebenarnya Thi Eng khi hendak menceritakan keadaan yang
sebenarnya, tapi begitu teringat kalau dia sendiripun sedang
dicurigai orang, sekalipun berbicara sampai mulutnya mengering pun
orang tak akan mempercayainya.
Oleh sebab itu, diapun mengurungkan niatnya semula, toh emas
yang murni tidak takut dibakar, demikian pikirnya, suatu ketika
urusan akan menjadi jelas juga. Persoalan pun segera dikembalikan
ke masalah semula. Thi Eng khi segera mengesampingkan masalah
Pek leng siancu So Bwe leng, kemudian berkata :

968
“Persoalan yang terjadi pada saat ini terlampau kalut dan tak
mungkin bisa selesai hanya dalam sepatah dua patah kata saja,
padahal aku masih ada persoalan lain yang harus segera
diselesaikan. Maaf, dengan terpaksa aku harus memohon diri lebih
dahulu.”
Jilid 30
Setelah menjura, kepada Sam ciat jiu Li Tin tang katanya :
“Mari kita segera berangkat!”
“Thi ciangbunjin, kau harus ikut kami menuju ke Thio kong si!”
ketua dari Cing sia pay Ting Kong tetap bersikeras dengan
pendiriannya semula.
Dengan sorot mata yang tajam Thi Eng khi segera memandang
sekejap kearah enam orang itu, kemudian serunya :
“Apakah kalian hendak main kerubut?”
Didengar dari ucapan mana, seakan akan dia hendak berkata
begini : Jika kalian harus bertarung satu lawan satu, maka siapaun
tak akan berhasil menangkan aku.
Cuma dari keenam orang tersebut, kalau bukan sebagai seorang
ketua dari suatu perguruan besar tentulah seorang jago lihay yang
sudah mempunyai nama besar dalam dunia persilatan, bila orang
orang itu diharuskan main kerubut, sudah barang tentu tak seorang
pun diantara mereka yang bersedia untuk melakukannya.
Tapi kalau diharuskan bertarung satu lawan satu, Unta sakti Lok
It hong merupakan contoh yang paling jelas, apalagi mereka semua
pun mempunyai perhitungan sendiri, kalau Lok It hong saja tidak
mampu, apalagi yang lain?
Sayangnya, Thi Eng khi mengucapkan perkataan itu dengan
perasaan gusar sehingga tak bisa dihindari, kata kata yang
dipergunakan kasar sekali, rupanya kata kata yang kasar inilah yang
menyebabkan semua orang tak tahan.

969
Beberapa orang jago itu segera saling berpandangan sekejap,
sementara hawa amarah telah menyelimuti wajah mereka. Keadaan
benar benar terjerumus dalam suasana serba rikuh yang
menegangkan.
Di saat yang amat kritis inilah, mendadak terlihat sesosok
bayangan manusia berkelebat lewat. Sungguh tajam pandangan
mata orang itu, dari kejauhan sudah kedengaran dia berseru keras :
“Thi siauhiap, kau jangan berbincang bincang terus dengan para
ciangbunjin di tempat ini, tahukah kau kalau ibumu sudah
menghadapi musibah dan lenyap tak berbekas?”
Thi Eng khi menjadi amat terperanjat setelah mendengar
perkataan itu, untuk sesaat dia berdiri tertegun. Sementara itu,
orang tersebut sudah meluncur datang dengan kecepatan luar biasa.
Dengan cepat para ciangbunjin dari pelbagai perguruan besar itu
mengenali orang tadi sebagai Sam ku sinni, dengan perasaan
terperanjat dan tidak mengerti, mereka berseru :
“Locianpwe, apa maksudmu?”
Sementara itu, Thi Eng khi sudah mendepak depakkan kakinya
berulang kali sambil berseru dengan gemas :
“Aaai.... gara gara kalian aku jadi begini!”
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun dia segera berkelebat
meninggalkan tempat itu, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya
sudah lenyap dari pandangan mata. Menyaksikan Thi Eng khi berlalu
dengan terburu buru sebelum ia sempat menyelesaikan katakatanya,
dengan cepat Sam ku sinni berkata lagi dengan ilmu
menyampaikan suara :
“Go Jit dan muridku juga ikut datang, sekarang mereka sedang
menantimu dalam kuil dewa gunung sepuluh li di depan sana, kau
berangkatlah selangkah duluan, pinni akan segera menyusul.”
Sewaktu berlalu tadi, Thi Eng khi telah menggunakan ilmu
gerakan tubuh yang lihay sekali, jangankan para ciangbunjin itu
bermaksud menghalanginya, dengan gerakan tubuh apakah dia
berlalu ternyata tak diketahui pula oleh mereka.

970
Sekarang kawanan jago lihay dari dunia persilatan ini baru sadar,
rupanya selama ini Thi Eng khi masih mengalah terus, seandainya
dia benar benar akan turun tangan keji, kendatipun mereka maju
bersama pun belum tentu akan berhasil.
Sementara itu Sam ku sinni telah menegur dengan perasaan
tercengang dan tidak habis mengerti :
“Apakah antara kalian dengan Thi siauhiap telah terjadi suatu
perselisihan yang mengakibatkan kedua belah pihak sama sama tak
enak hati ..... ?”
Secara ringkas Sam ciat jiu Li Tin tang segera menceritakan
kembali apa yang telah terjadi barusan. Selesai mendengar
penuturan tersebut, dengan wajah serius Sam ku sinni segera
berseru :
“Aaaai...... bagaimanapun juga kalian toh seorang dedengkot silat
yang sudah mempunyai nama ..... ”
Sebenarnya dia bermaksud untuk menegur para ciangbunjin
tersebut dengan kata kata yang bernada keras, tapi setelah
perkataan sampai diujung bibir, dia segera berubah niat, katanya
lagi sesudah menghela napas panjang :
“Thi siauhiap adalah bintang penolong bagi dunia persilatan, dia
bukan manusia seperti apa yang kalian bayangkan sekarang, lama
kelamaan juga akan ketahuan mana yang baik dan mana yang jelek,
kalian ...... aaaaaai!”
Setelah menghela napas lagi, dia berpaling ke arah Sam ciat jiu Li
Tin tang dan berkata lagi :
“Li tayhiap, kaupun tak boleh berdiam kelewat lama disini!”
Tanpa membuang waktu lagi, dia membalikkan badan dan segera
berlalu dari situ. Dengan gerakan tubuh yang dimiliki Sam ciat jiu Li
Tin tang, bagaimana mungkin dia sanggup menyusul Sam ku sinni?
Apalagi sekarang lagi menderita luka parah maka sejak beranjak dia
sudah ketinggalan di belakang ....

971
Untung saja Sam ku sinni telah menerangkan tempat tujuan
mereka, sehingga dia tidak kuatir salah mencari. Si pengemis sakti
bermata harimau Cu Goan po yang selama ini membungkam tiba
tiba menyusul di belakang Sam ciat jiu Li Tin tang seraya berkata :
“Li tayhiap, aku si pengemis tua akan melakukan perjalanan
bersama dirimu!”
Yang pergi, kini telah pergi. Di tempat semula tertinggal lima
sosok bayangan manusia yang tetap berdiri kaku di tempat semula,
wajah mereka diliputi rasa bimbang dan tidak habis mengerti, lama
kemudian orang orang itu baru menghela napas panjang.
Kuil dewa bukit yang terletak sepuluh li diluar kota merupakan
tempat yang sering kali dikunjungi Thi Eng khi semasa kecil dulu,
sekalipun sambil memejamkan mata, dia dapat menemukan tempat
tersebut dengan tepat. Sekarang dengan menggunakan ilmu
gerakan tubuh yang paling tinggi ia meluncur ke depan, jarak sejauh
sepuluh li hanya ditempuh olehnya dalam waktu beberapa saat.
Setelah menikung disuatu kaki bukit, didepan sanalah terletak kuil
dewa bukit itu.
Ketika ia sedang mendongakkan kepalanya, mendadak dari
depan muncul sesosok bayangan manusia yang meluncur ke arah
yang sama dengan kecepatan tinggi. Saat ini, anak muda tersebut
sedang diliputi perasaan mendongkol, menyaksikan ada orang
sedang meluncur dengan kecepatan tinggi, dia segera berpekik
rendah, gerakan tubuhnya meluncur semakin cepat lagi.
Dengan suatu gerakan Im li huan sin (membalikkan badan di
balik awan), dia segera melejit melalui atas kepala orang itu dan
menghadang jalan perginya. Gerak penghadangan yang dilakukan
oleh Thi Eng khi sama sekali tidak menimbulkan sedikit suarapun,
hanya dalam waktu sedetik tahu tahu dia telah melayang turun di
depan orang tersebut.
Pemunculan yang sangat mendadak dan sama sekali tidak
terduga ini kontan saja membuat orang itu menjerit kaget dengan
peluh dingin jatuh bercucuran membasahi seluruh tubuhnya.

972
“Siapa?” jeritnya kaget.
Secara tiba tiba dia menghentikan gerak maju tubuhnya lalu
mundur sejauh lima langkah, sepasang telapak tangannya
disilangkan di depan bersiaga menghadapi segala kemungkinan yang
tidak diinginkan.
Sekarang Thi Eng khi baru dapat melihat jelas raut wajah orang
itu, ketika empat mata saling bertemu, kedua orang itu sama sama
berseru tertahan :
“Ooooooh!”
Menyusul kemudian orang itu menjura kepada Thi Eng khi seraya
berkata :
“Tecu menghunjuk hormat kepada ciangbunjin!”
Sedangkan Thi Eng khi segera berseru dengan suara penuh
dengan rasa haru :
“Ji susiok!”
Di balik perkataan itu, mereka berdua sama sama merasa amat
pedih dan murung. Selesai memberi hormat, dengan sepasang mata
berkaca kaca Pit tee jiu Wong Tin pak berkata :
“Sungguh tak disangka kita akan bersua di tengah jalan, dengan
begitu akupun tak usah membuang waktu lagi.”
“Apakah susiok ada urusan hendak bertemu denganku?”
Pit tee jiu Wong Tin pak mengangguk.
“Keponakan Eng, ikutlah aku!”
Dia membalikkan badan siap berlalu dari situ, namun tidak
menerangkan persoalan apakah yang hendak mereka bicarakan.
Dengan kening berkerut Thi Eng khi segera berseru :
“Sekarang keponakan masih ada urusan penting ….. mengapa
kita tidak berbincang bincang dalam kuil dewa bukit di depan sana?
Keponakanpun masih mempunyai banyak persoalan yang hendak
ditanyakan kepada susiok …..”

973
“Sebenarnya kami tak tahu kalau kau sudah pulang, ibumu yang
mengatakan demikian, oleh sebab itu, paman mendapat perintah
untuk mencarimu.”
Dengan perasaan bergetar keras dan penuh amarahm Thi Eng
khi segera berseru :
“Bagus sekali! Rupanya kalian .... ”
Dengan paras muka sama sekali tak berubah, Pit tee jiu Wong
Tin pak berkata :
“Keponakan Eng, jangan berpikir terlalu banyak, mari kita
memotong jalan saja!”
Terpaksa Thi Eng khi mengikuti di belakang Pit tee jiu Wong Tin
pak berangkat menuju ke rumah. Sepanjang jalan kedua orang itu
sama sama merasakan hatinya berat, sekalipun terdapat banyak
persoalan yang ingin dibicarakan, tapi mereka pun tidak tahu harus
dibicarakan mulai dari mana.
Tak lama kemudian, bayangan gedung Bu lim tit it keh pun sudah
muncul di kejauhan sana. Tiba tiba Pit tee jiu Wong Tin pak berkata
dengan suara lirih :
“Kita masuk melalui pintu kebun belakang saja, jangan sampai
diketahui siapa pun!”
Thi Eng khi kembali merasa antipatik, pikirnya :
“Aku toh pulang ke rumah sendiri, mengapa tak boleh melalui
pintu gerbang? Tampaknya dunia benar benar sudah terbalik!”
Sekalipun dalam hati kecilnya merasa tak ingin, akhirnya
perasaan tersebut toh berhasil dikendalikan juga, dia membungkam
dalam seribu bahasa dan mengikuti Pit tee jiu Wong Tin pak masuk
melalui kebun belakang.
Pit tee jiu Wong Tin pak meminta kepada Thi Eng khi untuk
menunggu dulu diluar dinding, sedangkan dia memancing pergi anak
muridnya yang berjaga di pintu tersebut, kemudian dia baru
mengajak Thi Eng khi masuk kedalam.

974
Menyaksikan kesemuanya itu, sambil tertawa hambar, Thi Eng
khi segera berkata :
“Tak usah susiok risaukan, siautit percaya masih mempunyai
kemampuan agar tidak sampai diketahui orang banyak, katakan saja
kepadaku kita akan bersua dimana.”
Sampai lama sekali Pit tee jiu Wong Tin pak mengawasi wajah
Thi Eng khi, ketika dilihatnya pemuda itu menunjukkan keyakinan
yang besar, diapun tidak memaksa lebih jauh, bisiknya lirih :
“Kalau begitu mungkin aku akan menunggumu di pesanggrahan
Cian liong piat su, tapi kau mesti berhati hati!”
Kemudian dia membalikkan tubuh dan berlalu lebih dulu. Satu
ingatan dengan cepat melintas dalam benak Thi Eng khi, segera
pikirnya :
“Jangan jangan kalian hendak menyekapku disini? Tapi, kalau
kalian sampai berpikiran demikian, maka kalian akan merasa kecewa
sekali ..... ”
Dengan mengandalkan kepandaian sakti yang dimiliki Thi Eng khi
sekarang, pesanggrahan Cian liong pat su dari gedung Bu lim tit it
keh memang belum mampu untuk mengurungnya. Thi Eng khi
memang lihay sekali, sedari berada di luar dinding pekarangan tadi,
dia telah mengerahkan ilmunya untuk menyelidiki tempat penjagaan
dari anak murid yang melakukan perondaan di dalam kebun.
Tampak dia menggerakkan tubuhnya dengan kecepatan yang
luar biasa, hanya di dalam sekali kelebatan saja dia sudah menyusup
ke dalam kebun belakang dan langsung menuju ke tempat masuk
ruang Cian liong pat su.....
Rupanya yang dimaksud sebagai Cian liong pat su adalah sebuah
ruang bawah tanah yang dahulu digunakan Keng thian giok cu Thi
Keng untuk bersemedi, tempat masuknya terletak di tengah sebuah
gardu persegi delapan yang berada di sebelah barat kebun.
Di hari hari biasa, tempat itu merupakan tempat terlarang bagi
anggota Thian liong pay, siapapun dilarang memasuki tempat
tersebut. Sejak Thi Eng khi dilahirkan, walaupun pamor Thian liong

975
pay semakin merosot tapi wilayah diseputar tempat itu masih tetap
diperlakukan sebagai daerah terlarang.
Walaupun Thi Eng khi belum pernah berkunjung ke sana, tapi
dari mulut Thian liong ngo siang dia mengetahui akan hal tersebut
dengan sangat jelas. Semenjak Thian liong ngo siang kembali ke
gedung Bu lim tit it keh, mereka telah membenahi kebun sebelah
barat ini hingga kembali ke wujud semula. Pepohonan yang rendah
ditanam disana sini, sebuah kolam dan sebuah gardu persegi
delapan terletak disekeliling pepohonan rendah tersebut.
Tempat itu tidak dijaga orang, Thi Eng khi dengan mengerahkan
ilmu sakti Thian liong pay segera menembusi barisan Ciang liong tin
yang sengaja dibuat disekitar hutan kecil itu. Bagi siapa pun yang
tidak mengenal ilmu barisan tersebut, jangan harap bisa menembusi
tempat itu dalam keadaan selamat.
Thi Eng khi sudah memahami ilmu barisan itu secara matang,
maka tanpa ragu-ragu dia melangkah masuk ke hutan tersebut dan
bergerak kesana kemari secara leluasa, dalam waktu yang singkat
sampailah dia di gardu persegi delapan di sisi kolam tersebut.
Di dalam gardu inilah, dia saksikan Pit tee jiu Wong Tin pak baru
saja menyelinap datang. Tampaknya Pit tee jiu Wong Tin pak tidak
menyangka kalau Thi Eng khi bakal tiba lebih dulu disana, setelah
tertegun sesaat, dia segera berseru sambil tertawa gembira :
“Ciangbunjin, tampaknya tenaga dalammu benar benar telah
memperoleh kemajuan yang pesat, sungguh suatu kejadian yang
menggembirakan, benar benar pantas digembirakan!”
Thi Eng khi mendongakkan kepalanya dan menghela napas
panjang.
“Aaaai..... perguruan kita sudah tertimpa aib, sekalipun memiliki
tenaga dalam yang lebih sempurna pun apa gunanya!”
Pit tee jiu Wong Tin pak tak berani menanggapi ucapan tersebut,
dia segera meraba ke bawah meja berkaki delapan dalam gardu itu
dan menekan tombol rahasianya. Pelan pelan meja tersebut

976
bergerak naik ke atas dan muncullah sebuah pintu rahasia dibawah
meja itu. Pit tee jiu Wong Tin pak mempersilahkan Thi Eng khi
masuk, sedangkan dia sendiri segera berlalu dari situ.
Tanpa ragu Thi Eng khi berjalan menuruni anak tangga dan
menembusi sebuah lorong rahasia yang tidak terlampau panjang,
diujung sana merupakan sebuah ruangan batu, pintu ruangan
terbuka lebar dan cahaya mutiara menyinari tempat itu bagaikan di
siang hari saja.
Empat dinding di sekeliling ruang batu itu merupakan rak rak
buku yang berisikan beberapa ribu jilid kitab, sebuah meja baca
yang besar terletak di tengah ruangan, kecuali sebuah kursi, dalam
ruangan itu tidak tersedia bangku lain.
Waktu itu Thi Eng khi sedang merasa pikirannya kalut, dia tak
tahu bagaimana harus menghadapi kenyataan tersebut. Kini ia
dihadapkan antara tugas dan cinta hubungan kekeluargaan serta
keadilan, manakah yang harus dia utamakan lebih dulu?
Persoalan itu serasa memenuhi seluruh benaknya, membuat dia
pusing dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Dengan perasaan
yang amat gundah, dia berjalan bolak balik dalam ruangan itu,
makin dipikir perasaannya makin kalut, dia kuatir kalau peristiwa
yang tak diharapkan segera akan muncul menjadi suatu kenyataan.
Mendadak suara langkah manusia berkumandang memecahkan
keheningan ..... Thi Eng khi merasakan seluruh tubuhnya gemetar
keras, badannya menjadi lemas tak bertenaga, hampir saja tak
mampu berdiri lagi.
Yang akan tiba, akhirnya tiba juga. Dari depan pintu muncul
seorang kakek berbaju biru dan berperawakan tinggi besar
berjenggot warna perak dna berwajah penuh welas kasih .....
Begitu kakek tersebut munculkan diri di depan pintu, rasa tak
tenang yang semula mencekam perasaan Thi Eng khi tiba tiba saja
tersapu lenyap hingga tak berbekas. Hal ini bukan dikarenakan Thi
Eng khi sudah mengambil suatu keputusan yang tegas dalam

977
hatinya, melainkan merupakan suatu kemampuan untuk
mengendalikan perasaan sendiri menjelang terjadinya suatu
pertarungan besar.
Keng thian giok cu Thi Keng berdiri di depan pintu dengan
rambut dan jenggot bergetar keras, menatap wajah Thi Eng khi, dia
merasakan suatu pergolakan emosi yang besar.
Thi Eng khi juga sedang mengamati wajah kakeknya yang pernah
ia jumpai selagi berada di luar perbatasan tempo hari, wajahnya
masih tetap seperti sediakala, malah ia kelihatan lebih segar dan
lebih bersemangat hidup. Kenangan lama segera melintas kembali
didalam benaknya, dia tak sanggup mengendalikan perasaannya
lagi, air mata segera jatuh bercucuran dengan amat derasnya,
dengan suara terharu teriaknya :
“Yaya!”
Ia segera menjatuhkan diri berlutut di atas tanah. Keng thian
giok cu Thi Keng sendiripun merasakan airmatanya jatuh
bercucuran, dia segera mengayunkan tangannya, ingin membimbing
bangun anak muda tersebut. Siapa tahu begitu angin pukulannya
menyapu ke depan, ia segera merasakan tubuh Thi Eng khi berat
sekali, usahanya untuk menghalangi pemuda itu memberi hormat
segera mengalami kegagalan total.
Mencorong sinar tajam dari balik mata Keng thian giok cu Thi
Keng, tenaga dalamnya segera dihimpun sampai dua belas bagian,
akan tetapi seolah olah tidak merasakan apa apa, Thi Eng khi tetap
memberi hormat sebanyak tiga kali kepadanya.
Baru saja kakek dan cucu saling bertemu, mereka berdua telah
saling mencoba kekuatan masing masing secara diam diam. Dengan
cepat Keng thian giok cu Thi Keng merasakan hatinya amat terkejut,
sedangkan Thi Eng khi sendiripun merasa kagum juga atas
kesempurnaan tenaga dalam yayanya, padahal dia sudah
menggunakan tenaga dalamnya hingga mencapai delapan bagian,
coba kalau tidak begitu, mungkin ia sudah kena dibangunkan oleh
kakeknya.

978
Selesai memberi hormat, Thi Eng khi mengangkat kepalanya
mengamati wajah kakeknya, namun bagaimanapun dipandang,
kakeknya sama sekali tidak mirip seorang yang berdosa terhadap
partai Thian liong pay.
Akhirnya setelah mengerdipkan matanya, dia menghela napas
sedih, untuk sesaat dia tak tahu apa yang mesti diucapkan. Keng
thian giok cu Thi Keng tertawa nyaring, sambil tertawa dia berjalan
menuju ke tempat kursi dan duduk, kemudian ujarnya :
“Eng ji, berdirilah disamping Yaya, Yaya ada persoalan yang akan
dibicarakan denganmu!”
Dengan kening berkerut Thi Eng khi agak tertegun, kemudian
sahutnya cepat :
“Bukankah cucunda berdiri sangat baik disini? Bila yaya ada
persoalan silahkan saja kau utarakan!”
Dia masih tetap berdiri di tempat semula dan sama sekali tidak
bergerak. Keng thian giok cu Thi Keng agak tertegun, kemudian
berkata lagi :
“Eng ji, apakah kau merasa tidak puas terhadap yaya mu ....?”
Setelah mendengar yayanya langsung menyinggung persoalan
pokok, Thi Eng khi pun segera menjatuhkan diri berlutut dihadapan
kakeknya, kemudian keluhnya :
“Eng ji tidak berbakti dan tak tahu diri, ada beberapa persoalan
hendak kuucapkan kepada yaya, semoga yaya sudi memakluminya!”
Paras muka Keng thian giok cu Thi Keng amat tenang, sedikitpun
tiada pancaran hawa amarah, sahutnya sambil tersenyum :
“Tak usah banyak berbicara lagi, yaya dapat memahami akan
maksud hatimu itu!”
Kemudian sambil mengawasi Thi Eng khi beberapa saat lamanya,
tanyanya lagi dengan serius :
“Yaya juga ingin mengajukan suatu pertanyaan kepadamu, bila
yaya tidak menerima permintaanmu itu, apa yang hendak kau
lakukan terhadap yaya....?”

979
Thi Eng khi tertegun, dia sama sekali tidak menyangka kalau yaya
nya bakal mengajukan pertanyaan tersebut, sekian lamanya dia
menjadi tergagap dan tak mampu mengucapkan sepatah kata pun.
Menyaksikan keraguan cucunya, dengan wajah kurang senang
Keng thian giok cu Thi Keng serunya :
“Sebagai seorang lelaki sejati berani berpikir berani berkata
berani bertanggung jawab, yaya mu sudah tua memang watakku
mungkin bertambah aneh, tapi bila kau hendak mengucapkan
sesuatu silahkan saja diutarakan!”
Sekali lagi Thi Eng khi menjura kepada Thi Keng, kemudian
dengan pelan :
“Kalau begitu Eng ji akan bertindak kurang sopan!”
Keng thian giok cu Thi Keng tidak menukas lagi, dengan tenang
dia mendengarkan Thi Eng khi berkata :
“Terpaksa Thi Eng khi akan berusaha dengan sekuat tenaga
untuk mencegah usaha yaya sehingga tak pernah akan berhasil. Aku
akan berbuat demikian sampai yaya bertobat dari kesalahan.”
“Jadi kau hendak bermusuhan dengan yaya.”
“Yaa, apa boleh buat, Eng ji tidak punya pilihan lain lagi!”
Kulit wajah Keng thian giok cu Thi Keng berkerut kencang, entah
apa yang sedang dipikirkan didalam hatinya. Sesudah termenung
beberapa saat lamanya, dia baru bertanya kembali :
“Seandainya kau tidak mampu untuk mencegah perbuatan dari
yaya mu....?”
“Terpaksa Eng ji harus mempersilahkan yaya untuk pulang ke
gua Thian liong tong thian di luar perbatasan dan menyesali dosa
dihadapan Thian liong cousu!”
Keng thian giok cu Thi Keng segera tersenyum.
“Tampaknya pendapatmu ini tak pernah akan berubah kembali?”
katanya kemudian.

980
"Yaa, cucunda tak akan merubah pendirian!”
Mendadak Keng Thian giok cu Thi Keng menggebrak meja keras
keras sambil melompat bangun, serunya :
“Bagus! Bagus! Bagus sekali!”
Thi Eng khi mengira Keng thian giok cu Thi Keng hendak turun
tangan terhadapnya, maka sementara hawa murninya dipersiapkan,
dia masih tetap berlutut tak berkutik, katanya lagi dengan gagah.
"Bila cucunda tidak memikirkan keselamatan umat persilatan dan
kejayaan Thian liong pay, aku rela mati diujung telapak tangan yaya
sebagai rasa bakti cucunda terhadap yaya, akan tetapi kini cucunda
sudah bertekad untuk menyelamatkan seluruh umat persilatan dari
jurang kehancuran, aku tak ingin mengorbankan jiwa orang banyak
gara gara soal berbakti saja, oleh karena itu harap yaya sudi
memaafkan."
Dengan sepasang mata melotot besar, Keng thian giok cu Thi
Keng mengawasi wajah Thi Eng khi tanpa berkedip, lalu serunya
dengan penuh emosi :
"Eng ji, kau bagus sekali! Sekarang bangun, yaya tidak akan
menyalahkan dirimu, yaya percaya kepadamu, sekarang aku harus
memberitahukan hal yang sebenarnya kepadamu!"
Thi Eng khi benar benar dibikin kebingungan setengah mati dan
tidak tahu apa yang menjadi tujuan yayanya, tapi bagaimanapun
juga persoalan telah berkembang menjadi begini, terpaksa diapun
harus mengeraskan kepala untuk bangkit berdiri dan mengucapkan
terima kasih kepada kakeknya.
Keng thian giok cu Thi Keng duduk kembali ke kursinya, lalu
menitahkan kepada Thi Eng khi agar duduk didepan meja bacanya,
setelah itu dia berkata :
"Eng ji, yayamu bukan orang bodoh, apakah kau mengira yaya
benar benar sudah menjual diri untuk memperoleh penghargaan dan
kedudukan ..?"

981
Thi Eng khi tidak memahami apa gerangan yang telah terjadi
maka selain membungkam dia tak mampu berbuat lain. Terpaksa dia
hanya mendengarkan Keng thian giok cu Thi Keng membeberkan
keadaan yang sesunggubnya.
Dengar punya dengar, airmata mulai mengembang dan
membasahi wajah anak muda tersebut, dia merasa yaya nya seperti
makin lama semakin tinggi, semakin tinggi tak bisa dilukiskan lagi
dengan kata kata, malahan dia merasa dirinya yang justru makin
lama semakin kecil.
Rupanya sesudah diselenggarakan pertemuan di puncak Sam
yang hong di bukit Bu gi san antara Keng thian giok cu Thi Keng
dengan Sim ji sinni, Tiang pek lojin So Seng pak dan Bu im sin hong
Kian Kim siang, keempat orang tokoh sakti segera menyusun
rencana dengan melakukan siasat melawan siasat untuk menghadapi
Hian im tee kun.
Empat orang tokoh silat ini tak segan segan menjual diri dan
merusak nama, sebenarnya tujuan yang terutama adalah untuk
melenyapkan keempat manusia gadungan yang telah dipersiapkan
oleh Hian im tee kun tersebut, kemudian mereka akan menggantikan
kedudukan mereka yang gadungan dan menyelundup ke sisi Hian im
tee kun dengan harapan suatu ketika bisa membunuh gembong iblis
itu dan melenyapkan ancaman bencana bagi dunia persilatan.
Mereka cukup mengetahui akan kemampuan Hian im tee kun,
bahkan dewasa ini tiada orang yang sanggup menandinginva,
kecuali mereka berempat bekerja sama, mungkin siapapun jangan
harap bisa melenyapkan dia dari muka bumi.
Untuk menghindari kecurigaan dari Hian im tee kun, maka
diputuskan agar Keng thian giok cu Thi Keng dan Sim ji sinni berdua
menceburkan diri lebih dulu, karena munculnya kembali Keng thian
giok cu Thi Keng masih belum diketahui oleh Hian im tee kun.
Sebaliknya Sim ji sinni selalu berdiam di bukit Bu gi san dan sangat
jarang mencampuri urusan dunia persilatan, maka kendati pun di
dalam dunia persilatan tidak nampak jejak dari kedua orang ini, Hian
im tee kun juga tak bakal curiga.

982
Hanya Tiang pek lojin dan Bu im sin hong harus seringkali
munculkan diri dalam dunia persilatan untuk memancing perhatian
dari Hian im tee kun, dengan demikian keselamatan dari Keng thian
giok cu Thi Keng dan Sim ji sinni baru terjamin. Tentu saja, apabila
kesempatan yang sangat baik telah tiba, Tiang pek lojin dan Bu im
sin hong akan segera berusaha keras untuk turut serta didalam
gerakan tersebut.
Tindakan manyelundup kedalam sarang harimau ini bukan hanya
mempertaruhkan keselamatan jiwa dari tiap orang itu sendiri,
lagipula nama baik mereka pun dijadikan taruhan, salah salah bukan
cuma jiwa sendiri menjadi korban, bahkan orang bisa mengumpat
dan menyumpahinya sepanjang masa....
Kalau dibicarakan, mungkin semangat untuk mengorbankan diri
ini kedengarannya amat sederhana, tapi pelaksanaannya sukar
sekali, sebab dibutuhkan kerelaannya untuk berkorban yang besar
sekali. Tatkala Thi Eng khi sudah memahami duduknya persoalan,
dia benar benar merasa malu bercampur hormat terhadap kakeknya
ini.
“Yaya!” katanya kemudian dengan perasaan malu bercampur
menyesal, "Kau orang tua terlalu agung!”
Dia segera maju ke depan mendekati tubuh Keng thian giok cu
Thi Keng......
"Nak, sekarang kau boleh pergi" ucap Keng thian giok cu Thi
Keng sambil menepuk nepuk bahu Thi Eng khi, “cuma ingat baik
baik, jangan kau beritahu persoalan ini kepada siapa pun!”
“Eng ji harus pergi kemana?” tanya Thi Eng khi dengan perasaan
terrtegun.
"Nak!" kata Keng thian giok cu Thi Keng dengan wajah
bersungguh sungguh, “kau harus berusaha keras untuk melupakan
apa yang yaya ungkapkan tadi, dengan dasar pikiranmu semula,
usahakanlah untuk melakukan perlawanan sebisa mungkin terhadap
usaha yaya sekarang ini, tapi kau harus mengerti, sandiwara ini

983
harus dimainkan secara bersungguh sungguh dan jangan sampai
diketahui orang.”
Begitu memahami tugas apakah yang harus dilakukan sekarang,
Thi Eng khi segera menjura dalam dalam kepada Keng thian giok cu
Thi Keng sembari berkata :
“Eng ji akan pergi dulu harap yaya sudi bertindak lebih hati hati,
jaga keselamatan baik baik!”
Sewaktu Thi Eng khi sudah hampir melangkah keluar dari
ruangan batu itu, mendadak Keng thian giok cu Thi Keng berseru
kembali :
“Semula yaya bermaksud membiarkan ibumu pergi saja dari sini,
makin jauh meninggalkan tempat ini semakin baik, siapa tahu dia
cuma berada di sekitar tempat ini saja. Itulah sebabnya yaya
menjadi kuatir dan menitahkan kepada ji susiokmu untuk
menjemput pulang, dia sebagai seorang perempuan kurang cocok
untuk melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, biarkan saja dia
tinggal di rumah.”
Kembali Thi Eng khi merasakan hatinya menjadi lega, segera dia
menjawab :
“Baik!”
Kemudian dengan membawa perasaan riang dan gembira, dia
melayang keluar dari gedung Bu lim tit it keh dan langsung
berangkat ke kuil dewa tanah yang terletak sepuluh li dari situ.
Malam sudah lewat dan kini fajar sudah hampir menyingsing.
Ketika hampir tiba di depan kuil dewa tanah, ia menyaksikan banyak
orang telah berkumpul di depan kuil itu, sambil tertawa dingin
pemuda itu segera mempercepat langkahnya ke depan.
Sementara itu, Sam ku sinni yang tiba di kuil dewa tanah dan
tidak melihat Thi Eng khi berada di situ, dengan kening berkerut
segera tanyanya :
“Apakah Thi sauhiap belum sampai disini?”

984
Belakangan ini, walau pun Pek leng siancu So Bwe leng sudah
berubah menjadi sangat penurut, tidak bertindak mengikuti suara
hati sendiri, tapi hatinya entah sudah terbang sampai dimana.
Seandainya Sam ku sinni tidak kembali lagi, mungkin dia pun akan
merasa habis sudah kesabarannya. Tatkala menyaksikan gurunya
pulang, dia mengira Thi Eng khi pasti akan mengikuti di
belakangnya, baru saja menyambut dengan tertawa, siapa tahu
gurunya mengajukan pertanyaan tersebut, hal ini membuat
wajahnya tertegun.
“Apakah suhu telah bertemu dengan engkoh Eng?” dia balik
bertanya.
Dari ucapan mana, Sam ku sinni segera tahu kalau Thi Eng khi
belum sampai disitu. Maka secara ringkas Sam ku sinni segera
mengulangi kembali apa yang telah terjadi tadi. Selesai
mendengarkan kisah tersebut, tanpa berpikir panjang lagi Pek leng
siancu So Bwe leng segera berseru :
“Kalau begitu engkoh Eng pasti telah menemukan jejak ibunya
dan sekarang sedang melakukan pengejaran.”
“Moga moga saja demikian!” terpaksa Sam ku sinni harus ikut
menghibur dengan suara lembut.
Sementara mereka berdua masih berbincang bincang, si
pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po dan Sam ciat jiu Li Tin
tang juga telah sampai disana. Ketika pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po menyaksikan Pek leng siancu So Bwe leng
berada di sana, dengan perasaan terkejut segera serunya :
“Aaaah, ternyata nona So benar benar telah datang pula kemari!”
Rupanya dia teringat akan peristiwa si Unta sakti Lok It hong
yang kena dihajar sekali oleh Pek leng siancu So Bwe leng maka
diapun lantas mengucapkan kata kata tersebut. Sebagai seorang
gadis yang pintar, tentu saja Pek leng siancu So Bwe leng dapat
menangkap maksud lain dibalik ucapan mana, kontan saja
keningnya berkerut.
“Empek Cu, apa maksudmu berkata demikian?” tegurnya.

985
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po segera tertawa
terbahak bahak.
“Haaahhh….. haaahhhhh….. haahhhh… apa maksudnya? Barusan
bukankah kau sudah menghadiahkan sebuah pukulan untuk si Unta
Lok It hong? Seandainya engkoh Eng mu tidak menarik tangannya
dengan cepat, niscaya kejadian tersebut akan mengakibatkan
pecahnya bencana besar, kau benar benar binal tak tahu diri!”
Pek leng siancu So Bwe leng semakin tertegun lagi dibuatnya.
“Empek Cu, kau memang pandai sekali bergurau, sejak suhu
pergi, aku belum pernah melangkah keluar dari ruang kuil ini barang
setengah langkahpun!”
Mendadak pencuri sakti Go Jit melompat keluar juga dari balik
kegelapan, kemudian bentaknya kepada pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po :
“Selama ini, aku si pencuri sakti dan nona So belum pernah saling
berpisah, kau si pengemis tua yang sembarangan menuduh orang
dihadapan sinni ….”
“Mungkin Cu tayhiap menemukan kekeliruan didalam peristiwa
ini,” kata Sam ku sinni pula sambil tertawa, “hari ini Leng ji amat
jujur, dia tidak melakukan kesalahan apa apa.”
Terpaksa secara ringkas pengemis sakti bermata harimau harus
membeberkan kembali peristiwa yang telah menimpa Unta sakti Lok
It hong tadi, sebagai akhir kata serunya :
“Masa ada dua orang nona So?”
Pek leng siancu So Bwe leng yang mendengar ucapan tersebut
segera mendepak depakkan kakinya berulang kali dengan
mendongkol, teriaknya sambil menahan geram :
“Aku tahu siapakah dia, sudah pasti budak busuk itu lagi, aku
harus mencarinya sampai dapat!”

986
Seusai berkata dia siap menerobos keluar dari pintu untuk
melakukan pengejaran. Sam ku sinni yang menyaksikan peristiwa itu
segera berseru :
“Anak Leng, kau tak boleh bertindak secara sembarangan! Kalau
kau sampai berbuat demikian, bukankah hal ini sama artinya dengan
menambah kesulitan untuk engkoh Eng mu? Urusan ibunya belum
lagi beres, apakah kau ingin semakin mengalutkan suasana.”
Pek leng siancu So Bwe leng memang kelewat banyak
mendatangkan kesulitan buat Thi Eng khi, dia sangat takut kalau
sampai mendatangkan kesulitan lagi buat Thi Eng khi, maka sehabis
mendengar perkataan itu, dia cuma bisa mendengus sambil
mendepak depak kakinya berulang kali tapi tak berani melanjutkan
perbuatannya untuk membuat keonaran…..
Memanfaatkan kesempatan inilah, Sam ku sinni segera
membeberkan pengalaman yang belum lama dialami oleh Pek leng
siancu So Bwe leng. Ketika mengetahui duduknya persoalan,
pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po baru merasa menyesal
dan segera minta maaf kepada Pek leng siancu So Bwe leng So Bwe
leng.
Berbareng itu juga, diapun memahami perasaan Thi Eng khi
maka dengan perasaan menyesal katanya :
“Padahal aku si pengemis tua sudah cukup lama bersahabat
dengan saudara cilik Thi, tapi nyatanya aku tidak mempercayainya
kali ini, aaaaai….. Kalau dibicarakan sungguh menyesal sekali lain
kali aku si pengemis tua tidak akan berani bersikap curiga lagi
terhadap saudara Thi sebagai penebus dosaku hari ini.”
Mereka pun lantas membicarakan soal hilangnya Yap Siu ling,
untuk sesaat mereka terlibat dalam perdebatan yang amat sengit
tapi siapa pun tidak menyangka perempuan itu sudah mengetahui
duduk persoalan yang sebenarnya dari Pit tee jiu Wong Tin pak dan
diundang pulang ke rumah.
Sementara perundingan berlangsung, dari luar pintu kuil
kedengaran suara langkah manusia, disusul kemudian tampak ketua

987
Siau lim pay Ci long taysu dan ketua Bu Tong pay Keng hian totiang
berjalan masuk ke dalam …..
Sedang lainnya, berhubung kuil itu terlampau kecil, maka mereka
hanya menunggu di luaran saja.
Kedua orang ciangbunjin itu menyapa Sam ku sinni lebih dahullu,
kemudian baru memandang sekejap sekeliling ruang kuil. Yang
dimaksud sebagai kuil dewa tanah ini adalah sebuah bangunan kuil
pada umumnya, ruangan yang sempit dengan sebuah patung
malaikat merupakan ciri yang khas.
Kendatipun demikian kuil itu bisa menampung enam sampai tujuh
orang untuk mengadakan pertemuan bersama. Ketika Keng hian
totiang, ketua dari Bu tong pay tidak menyaksikan kehadiran Thi Eng
khi disitu, dia nampak tertegun dan merasa sedikit di luar dugaan,
kemudian tegurnya :
“Tolong Tanya apakah Thi sauhiap sedang keluar?”
Sejak mendengar kalau ciangbunjin Cing sia pay datang kesitu
untuk mencari gara gara dengan Thi Eng khi, Pek leng siancu So
Bwe leng sudah merasa amat tak senang hati, kini dia pun tidak
ambil peduli apa maksud kedatangan mereka. Sambil tertawa dingin
segera tegurnya :
“Entah di dalam persoalan apakah engkoh Eng ku telah
menyalahi kalian? Benarkah kalian tak akan melepaskan dia dengan
begitu saja?”
Buru buru Sam ku sinni membentak :
“Anak Leng, jangan bersikap kurang hormat!”
Walaupun kemudian Pek leng siancu So Bwe leng tidak berani
berbicara lagi, tapi hidungnya mendengus berulang kali, jelas dia
merasa sangat tidak puas terhadap sikap ketua dari pelbagai partai
itu.
Dengan kening berkerut kembali Sam ku sinni hendak menegur
Pek leng siancu dengan beberapa patah kata, tapi Ci long taysu
ketua Siau lim pay sudah buka suara lebih dulu.

988
“Omitohud! Pinceng sekalian khusus datang kemari untuk minta
maaf kepada Thi sauhiap atas peristiwa tadi. Selain itu, ada
persoalan yang hendak dirundingkan dengannya, harap nona So
jangan menaruh banyak curiga.”
Kini Pek leng siancu So Bwe leng diam membungkam dan tidak
berkata lagi. Sambil menghela napas panjang, pengemis sakti
bermata harimau Cu Goan po berkata :
“Hingga kini Thi ciangbunjin belum juga datang, kami semua
sedang merisaukan keselamatan jiwanya.”
Kedua orang ciangbunjin itu saling berpandangan sekejap dengan
wajah amat kecewa, mereka segera membalikkan badan siap
memohon diri. Pada saat itulah, mendadak dari luar pintu terdengar
suara Thi Eng khi sedang menyapa :
“Selamat berjumpa ciangbunjin berdua.”
Bayangan manusia berkelebat lewat, tahu tahu Thi Eng khi telah
menjura kepada mereka. Perlu diketahui, semenjak pertemuan di
Siong san antara Thi Eng khi dengan ketua Siau lim pay maupun
ketua Bu tong pay telah terjalin suatu hubungan persahabatan yang
amat akrab, terutama sekali dengan Keng hian totiang, boleh
dibilang mereka sudah saling bertemu semenjak di perkampungan Ki
hian san ceng. Oleh sebab itu, bagi mereka berdua boleh dibilang
selalu bersikap saling hormat menghormati.
Dua orang ciangbunjin itu segera tertawa tergelak, kemudian
menyahut hampir bersama :
“kedatangan Thi ciangbunjin memang tepat sekali, kami khusus
datang kemari untuk minta maaf sekalian mohon petunjuk untuk
beberapa persoalan …. ”
Sejak tahu kalau kakeknya berjiwa luhur dan bersedia
mengorbankan diri demi kepentingan orang banyak, apalagi jejak
ibunya juga sudah ditemukan, Thi Eng khi boleh dibilang merasakan
dadanya terbuka dan wajahnya menjadi cerah. Pada hakekatnya ia
sudah tidak memikirkan persoalan tadi dalam hatinya.

989
“Aaah, kalau cuma persoalan itu mah tak usah ciangbunjin
berdua pikirkan, kalau masih ada persoalan, silahkan saja segera
diutarakan keluar….”
Keng hian totiang, ketua Bu tong pay itu segera tertawa terbahak
bahak.
“Haaaahhh…… haaahhh…. haaahhhh…. Pinto tahu kalau Thi
ciangbunjin adalah seorang yang bijaksana dan berjiwa besar, sudah
pasti masalah tadi tak akan kau pikirkan lagi didalam hati, sekarang
pinto sekalian mempunyai satu persoalan yang hendak minta
petunjuk dari Thi ciangbunjin, apabila ada hal hal yang bersifat
lancang, harap kau sudi memaafkan.”
“Totiang terlalu sungkan!”
Dengan wajah bersungguh sungguh, ketua Bu tong pay Keng
hian totiang segera berseru :
“Tengah hari nanti, kakekmu akan memimpin segenap anggota
partai untuk secara resmi menggabungkan diri dengan pihak Ban
seng kiong, maka kini pinto dan Ci siansu mewakili segenap ketua
dari pelbagai partai dan orang gagah yang ada di luar kuil memohon
ketegasan dari ciangbunjin, sesungguhnya kau akan berpihak ke
mana?”
Waktu itu, Thi Eng khi sudah mempunyai pendirian yang mantap
untuk berpihak kepada kaum pendekar, akan tetapi apabila dia
memberikan jawabannya kepada ketua Bu tong pay pada saat ini
maka hal tersebut akan menunjukkan betapa lemahnya dia sebagai
ciangbunjin, apalagi bila diingat kalau ucapan mana bernadakan
menggertak.
Sesungguhnya dia bukan seorang yang berpandangan picik, akan
tetapi untuk memperjuangkan kedudukan Thian liong pay di mata
umat persilatan, mau tak mau dia harus bertindak tegas.
Setelah termenung beberapa saat lamanya dia lantas berseru :
“Ciangbunjin berdua, dapatkah kuberikan jawabanku setelah aku
pergi ke Thio kong si melakukan persembahannya?”

990
Keng hian totiang, ketua dari Bu tong pay segera saling
berpandang sekejap dengan Ci long taysu, ketua dari Siau lim si,
kemudian kedua orang itu saling tersenyum, katanya kemudian :
“Kalau begitu pinto sekalian akan menantikan kehadiran Thi
ciangbunjin, sekarang aku hendak memohon diri lebih dahulu!”
Seusai mengucapkan pernyataan itu, kedua orang ciangbunjin itu
segera membalikkan badan dan berjalan keluar dari kuil tersebut
dengan langkah lebar. Kemudian tanpa banyak bicara, mereka pun
memimpin kawanan jago persilatan lainnya untuk bersama sama
pergi meninggalkan tempat itu.
Menanti semua orang sudah pergi, pengemis sakti bermata
harimau baru berjalan mendekat sambil berkata :
“Saudara cilik, engkoh tua memang kelewat pikun sehingga tadi
aku telah salah menuduh kau .... ”
Sewaktu mengucapkan perkataan itu, wajahnya nampak malu
bercampur menyesal. Dengan cepat Thi Eng khi menggenggam
lengan pengemis sakti bermata harimau, kemudian sahutnya :
“Engkoh tua, mengapa kau mengucapkan kata kata seperti ini?
Hubungan kita sudah amat akrab, seharusnya dalam segala hal kita
harus berbicara secara blak blakan, siaute menyesal tak bisa
memberi keterangan sejelasnya kepadamu, dikemudian hari harap
engkoh tua sudi selalu memberi petunjuk.”
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po memandang
sekejap ke arah Thi Eng khi, kemudian menghela napas panjang.
“Aaaai, kau sedang berada dalam posisi yang serba sulit, aku
tahu dalam hati kau pasti merasa sedih sekali, seharusnya aku
berusaha untuk meringankan bebanmu itu.... ”
Demikianlah, kedua orang itu saling berbincang bincang saling
berkata, tampaknya banyak sekali persoalan yang belum habis
mereka utarakan keluar ....

991
Dengan perasan gelisah Pek leng siancu So Bwe leng segera
menukas :
“Harap kalian berdua jangan mengoceh terus, engkoh Eng, aku
ingin bertanya kepadamu, kalau ada persoalan mengapa tidak kau
utarakan secara blak blakan di hadapan mereka? Mengapa kau
bersikeras hendak pergi ke Thio kong si?”
Thi Eng khi memandang sekejap ke arah Sam ku sinni tanpa
mengucapkan sepatah katapun. Sambil tersenyum dan manggut
manggut Sam ku sinni segera berkata kepada Pek leng siancu :
“Andaikata engkoh Eng mu memenuhi permintaan mereka di sini,
bukankah hal ini akan terasa berbau suatu paksaan? Berbeda sekali
jika dia datang ke Thio kong si, dengan bertindak demikian, dia baru
akan menunjukkan seluruh semangat dan jiwa ksatrianya yang
benar benar muncul dari hati yang bersih .... ”
“Oooh.... ” Pek leng siancu So Bwe leng manggut manggut, lalu
setelah mengerling sekejap kearah Thi Eng khi, lanjutnya :
“Aku masih menganggap dia sebagai orang jujur, rupanya akal
bulusnya jauh lebih banyak daripada aku!”
Thi Eng khi yang mendengar perkataan itu menjadi rikuh sendiri
..... Sam ciat jiu Li Tin tang sangat menguatirkan keselamatan Yap
Siu ling, dengan perasaan murung dia lantas bertanya :
“Eng ji, apakah soal ibu mu sudah ada kabar beritanya?”
Tentu saja Thi Eng khi merasa kurang baik untuk membeberkan
rencana besar Keng thian giok cu kepada semua orang, kuatirnya
bila berita itu sampai bocor maka akan berakibat terbengkalai
masalah besar, maka jawabnya singkat :
“Dia orang tua telah dijemput pulang oleh yaya!”
Setelah mendengar ucapan itu, tentu saja Sam ciat jiu merasa
kurang leluasa untuk banyak bicara lagi, dan lagi apa pula yang bisa
dia katakan. Sekalipun dia amat tidak setuju dengan perbuatan
gurunya, tentu saja dia pun merasa kurang leluasa untuk mengeritik
dan membicarakan soal kejelekan guru sendiri dihadapan orang lain.

992
Thi Eng khi sendiripun tidak membicarakan soal ibunya lagi, dia
lantas mengemukakan niatnya untuk mengajak Pek leng siancu So
Bwe leng berangkat ke kuil Thio kong si. Pek leng siancu So Bwe
leng menjadi girang sekali setelah mendengar perkataan itu, segera
serunya :
“Hanya kita berdua?”
Thi Eng khi tertawa.
“Kedudukan kita berdua sekarang sama. Kita perlu untuk
memberikan suatu jaminan kepada mereka.”
Sam ciat jiu Li Tin tang meski meninggalkan gedung Bu lim tit it
keh karena tidak setuju dengan cara kerja gurunya, tapi dia sendiri
pun tak ingin bentrok dengan gurunya, maka dia sengaja
mengutarakan maksudnya kepada Thi Eng khi agar si anak muda itu
mempertimbangkan lebih jauh .....
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po juga merasa kuatir
untuk membiarkan Thi Eng khi dan So Bwe leng pergi sendiri, dia
bersikeras hendak mendampingi mereka. Karena desakan yang
berulang kali, terpaksa Thi Eng khi harus menyanggupi.
Setelah keluar dari kuil tersebut, Thi Eng khi segera berkata :
“Mari kita percepat perjalanan kita, paling baik kalau baru saja
mereka tiba, kita pun menyusul pula sampai di sana.”
Belum lama berselang, karena bencana gadis ini mendapat rejeki
dan memperoleh sebutir Tay tham wan ditambah pula dengan
saluran hawa murni dari Thi Eng khi yang menembusi delapan nadi
penting dalam tubuhnya, tenaga dalam yang dimilikinya sekarang
boleh dibilang sudah melampaui kemampuan pengemis sakti
bermata harimau Cu Goan po.
Terlihatlah gerakan tubuhnya makin lama semakin cepat, tak
selang berapa saat kemudian bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan mata. Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po dan
Thi Eng khi segera mengejar dari belakang karena harus

993
mendampingi kecepatan dari pengemis sakti bermata harimau Cu
Goan po, terpaksa Thi Eng khi harus mengurangi kecepatannya.
Dengan demikian jarak mereka pun kian lama kian bertambah
jauh, hal mana membuat pengemis sakti bermata harimau Cu Goan
po hanya bisa menghela napas berulang kali. Thi Eng khi kuatir Pek
leng siancu So Bwe leng sampai duluan dan menerbitkan keonaran,
terpaksa dia menarik lengan kanan pengemis sakti bermata harimau
dan serunya :
“Engkoh tua, kita tidak boleh membiarkan adik Leng sampai lebih
dahulu dan membuat keonaran, mari kita mengejar dengan lebih
cepat lagi .... ”
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po hanya merasakan
dari tangan Thi Eng khi muncul segulung aliran hawa panas yang
membuat tenaga dalamnya bertambah beberapa kali lipat, tubuhnya
terasa jauh lebih ringan lagi. Tidak selang beberapa saat kemudian,
mereka telah berhasil menyusul Pek leng siancu So Bwe leng.
Ketika pengemis sakti bermata harimau menyaksikan Thi Eng khi
bisa mengajaknya menempuh perjalanan jauh tanpa berubah wajah,
seakan akan sama sekali tak pernah mengeluarkan sedikit tenaga
pun, sambil menghela napas sedih segera ujarnya :
“Aaaa, ombak belakang sungai tiang kang memang selalu
mendorong ombak yang berada dibelakangnya, engkoh tua memang
selisih kelewat jauh bila dibandingkan dengan kepandaian yang
dimiliki saudara Thi.”
Thi Eng khi hanya tersenyum, sambil menuding kearah Thio kong
si yang berada di depan sana, segera serunya :
“Coba lihat, engkoh tua, mereka pun baru saja sampai.”
Dengan mempercepat langkahnya, mereka bertiga segera
melayang turun dihadapan kuil Thio kong si. Diluar kuil itu nampak
anggota dari Siau lim pay dan Bu tong pay sedang melakukan
perondaan.
Empat orang murid dari angkatan ’Gho’ dalam partai Siau lim
melakukan penjagaan di depan pintu, sewaktu pertemuan di bukit

994
Siong san, mereka sudah pernah berjumpa satu kali sehingga boleh
dibilang tidak terhitung orang asing. Sambil menjura Thi Eng khi
segera berkata :
“Harap taysu sudi memberi laporan ke dalam, katakan saja aku
datang berkunjung!”
Siapa pun tidak menyangka kalau kedatangan Thi Eng khi bisa
sedemikian cepatnya, padahal para ketua dari pelbagai partai itu
baru saja sampai dan belum sempat merundingkan apa tindakan
yang harus mereka ambil untuk menghadapi keadaan tersebut.
Belum sempat mereka berbicara, Thi Eng khi dan Pek leng siancu
So Bwe leng sudah berjalan masuk ke dalam ruang tengah. Thi Eng
khi memandang sekejap wajah tercengang dari semua orang,
kemudian sambil tersenyum dan menjura katanya :
“Thi Eng khi sengaja datang untuk menjumpai kalian semua!”
Pek leng siancu So Bwe leng yang berada di samping Thi Eng khi
segera menjura pula kepada semua orang sambil berkata :
“So Bwe leng datang untuk berkunjung, terimalah hormat dariku
.... ”
Dia tak mau menyebut dirinya sebagai boanpwe, hal ini
menunjukkan kalau dia tak ingin melemahkan kedudukan sendiri di
hadapan orang sehingga nantinya bisa berbicara dengan tingkat
kedudukan yang sama. Berhubung munculnya Thi Eng khi sangat
cepat, pelbagai ketua partai pun tak sempat merundingkan langkah
bersama mereka berikutnya, ada diantara mereka yang segera
berdiri untuk membalas hormat, tapi ada juga yang masih tetap
duduk berdiam diri saja berlagak sebagai seorang ketua dari suatu
perguruan besar.
Ci long taysu, ketua Siau lim pay dan Keng hian totiang, ketua Bu
tong pay segera tertawa terbahak bahak dan bangkit bersama,
kemudian mempersilahkan Thi Eng khi dan Pek leng siancu So Bwe
leng untuk memasuki ruangan tengah. Setelah mengambil tempat
duduk, mereka baru bertanya sambil tertawa :

995
“Thi ciangbunjin benar benar seseorang yang pegang janji,
kedatanganmu cepat sekali, tentunya kabar baik yang hendak
disampaikan kepada kami bukan?”
“Ya, aku dan Pek leng siancu So Bwe leng bersedia mendampingi
kalian untuk bersama sama memperjuangkan keadilan dan
kebenaran bagi umat persilatan!”
“Thi ciangbunjin benar benar berpandangan luas, inilah
keberuntungan buat umat persilatan,” seru Keng hian totiang
kemudian sambil tersenyum ramah.
“Omitohud!” seru Ci long taysu pula dengan cepat, “tindakan dari
Thi ciangbunjin ini benar benar merupakan suatu keberuntungan
untuk dunia persilatan, lolap amat memuji!”
Keputusan dari Thi Eng khi dan Pek leng siancu So Bwe leng
untuk bergabung dengan para pendekar sejati dengan cepat
disambut pula dengan gembira oleh setiap orang. Tapi setelah
berbicara sampai ke masalah bagaimanakah kerja sama itu harus
dilakukan, maka berbagai pendapat segera diusulkan.
Ada yang mengusulkan agar Thi Eng khi menampilkan diri untuk
mencegah kerja sama yang akan diselenggarakan pihak Thian liong
pay dengan Ban seng kiong tengah hari nanti. Ada pula yang
mengusulkan agar Thi Eng khi menghindari pertemuan tengah hari
nanti sehingga pihak partai partai besarlah yang akan munculkan diri
untuk mencegah diselenggarakannya pertemuan mana.
Ting Kong, ketua Cing sia pay yang pada mulanya berniat untuk
menyandera Thi Eng khi dan digunakan untuk memaksa Keng thian
giok cu Thi Keng membatalkan kerja samanya dengan pihak Ban
seng kiong, kini bangkit berdiri sambil berkata lagi:
“Menurut pendapatku, kalau toh Thi ciangbunjin bersedia untuk
menegakkan keadilan dan kebenaran, mengapa kita tidak meminta
kepada Thi ciangbunjin untuk berlagak seakan akan sudah ditangkap
oleh kita agar Thi tua bisa dipaksa untuk membatalkan niatnya itu?”

996
Mendengar perkataan tersebut, Pek leng siancu So Bwe leng
segera mendengus dingin, wajah memperlihatkan perasaan tak
senang hati. Thi Eng khi segera mengerling sekejap memberi tanda
kepada Pek leng siancu So Bwe leng agar tetap menahan sabar,
sedangkan dia sendiri tetap tersenyum belaka, seakan akan berlagak
seperti tidak mendengar perkataan itu.
Ketika Keng hian totiang mendengar perkataan dari Ting Kong,
ketua Cing sia pay itu, dengan cepat dia mengemukakan
pendapatnya :
“Apa yang dipikirkan Ting ciangbunjin memang amat sempurna
dan seharusnya pinto ikut mendukung usulmu itu, sayang sekali
pinto masih ada dua hal lain yang perlu memohon petunjuk dari
kalian semua.”
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan :
“Pertama, Thi sauhiap merupakan seorang ciangbunjin dari suatu
perguruan besar, bila kita harus bersikap seakan akan berhasil
menawannya, hal ini bisa jadi akan menyebabkan timbulnya amarah
dari segenap anggota Thian liong pay lainnya sehingga akibatnya
akan muncul suatu kejadian yang justru kebalikan dari apa yang kita
harapkan.
Kedua, kita sebagai jago jago persilatan yang mengutamakan
keterbukaan dan kejujuran, apakah tindakan semacam ini tak akan
menodai kejujuran kita semua? Aku harap kalian sudi
mempertimbangkan kembali akan persoalan ini.”
“Siaute setuju dengan pendapat dari Keng hian toheng ini!” seru
pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po cepat.
Ketua Tiong lam pay, Ku tiok siu Yap Han san segera berkata
pula :
“Menurut aku, pendapat dari Keng hian toheng itu sudah kuno
dan kurang mencerminkan suatu ketegasan yang kita butuhkan, aku
rasa paling baik kalau kita gunakan cara yang diusulkan oleh Ting
ciangbunjin saja, selain daripada itu ….”

997
Sorot matanya dialihkan ke atas wajah Thi Eng khi dan Pek leng
siancu So Bwe leng, kemudian membungkam dalam seribu bahasa.
Keng hian totiang sama sekali tidak menjadi gusar oleh ucapan
ketua Tiong lam pay, Ku tiok siu tersebut, tanyanya sambil tertawa :
“Saudara Yap, selain daripada itu kenapa lagi?”
Ku tiok siu Yap Han san nampak agak tersipu, setelah termenung
beberapa saat kemudian, dia baru minta maaf lebih dahulu kepada
Thi Eng khi sembari berkata :
“Apabila ucapanku nanti kurang sedap didengar, harap Thi
ciangbunjin sudi memakluminya.”
Thi Eng khi tertawa.
“Apabila Yap ciangbunjin ingin mengucapkan sesuatu, silahkan
saja diutarakan, aku tidak akan tersinggung oleh perkataan itu …”
Sekali lagi Ku tiok siu Yap Han san mendeham pelan sebagai
pernyataan bahwa perkataan tersebut amat sulit untuk diutarakan
keluar, akhirnya sesudah termenung beberapa waktu, dia baru
berkata lagi :
“Pepatah kuno bilang : Meskipun kita tak boleh mempunyai
pikiran jahat, tapi pikiran jahat orang lain tak bisa tidak harus kita
cegah. Berhubung Thi lo dan So lo mempunyai hubungan yang luar
biasa dengan mereka berdua, maka aku rasa perlu buat kita untuk
sedia payung sebelum hujan. Bila Thi ciangbunjin bersedia menerima
usul dari Ting ciangbunjin, hal ini baru mencerminkan kesungguhan
hatimu untuk bekerja sama dengan kita semua.”
Pek leng siancu So Bwe leng menjadi mencak mencak saking
gusarnya, segera teriaknya :
“Bila kau tak percaya dengan kami, sekarang juga aku akan pergi
dari sini!”
Thi Eng khi jauh lebih berjiwa besar, sambil tersenyum katanya
kepada gadis tersebut :
“Adik Leng, jangan menimbrung dulu, Ci long siansu hendak
berbicara…..”

998
Dengan wajah bersungguh sungguh Ci long siansu segera
berkata :
“Pinceng jamin Thi ciangbunjin seia sekata lahir maupun batin, ia
benar benar memiliki jiwa yang besar untuk melawan kakeknya
sendiri…..”
Kalau didengarkan sesungguhnya, maka perkataan dari ketua
Siau lim pay, Ci long siansu ini terlalu menyakinkan bahkan Thi Eng
khi sendiri pun merasakan nyalinya terlampau besar, namun dia juga
merasa terharu sekali sehingga tanpa terasa melemparkan
pandangan penuh rasa terima kasih kepadanya.
Sementara itu para lainnya sudah berseru tertahan dan bersama
sama mengalihkan pandangan matanya kearah pendeta itu dengan
harapan ia bisa menjelaskan lebih jauh. Setelah tersenyum kepada
Thi Eng khi, ketua Siau lim pay Ci long taysu baru berkata lagi.
“Tindak tanduk yang dilakukan Thi ciangbunjin dalam kuil kami di
kota Phu tian, oleh sute lolap Ci Kong telah dilaporkan kepadaku
dengan memakai ilmu menyampaikan berita tercepat. Menurut surat
Ci kong sute, tenaga dalam yang dimiliki Thi ciang bunjin sudah
mencapai tingkat yang luar biasa dan mampu menanggung
tanggung jawab untuk melawan Hian im tee kun, entah ucapan ini
benar atau tidak?”
Sambil tertawa Thi Eng khi segera membungkukkan badannya
menjura kemudian serunya :
“Ci kong taysu terlalu memuji, aku benar benar tidak berani
menerimanya ….!”
Untuk menghilangkan kecurigaan semua orang, secara ringkas Ci
long taysu lantas menceritakan semua tindak tanduk yang telah
dilakukan Thi Eng khi sewaktu berada di kuil Siau lim si cabang Phu
tian di propinsi Hok-kian.
Setelah mendengar semua kisah itu, semua orang baru
membungkam dalam seribu bahasa, pandang mereka terhadap Thi
Eng khi pun secara otomatis mengalami perubahan yang sangat
besar. Sesungguhnya mereka tidak menaruh pandangan apa apa
terhadap Thi Eng khi, kecurigaan mereka terhadap si anak muda

999
itupun tanpa dasar. Untung saja mereka semua adalah jago jago
persilatan yang punya nama maka perbedaan pendapat tadi pun
segera menjadi lenyap dan masing masing pihak pun tidak kukuh
lagi terhadap tuntutan masing masing.
Si Unta sakti Lok It hong segera melompat bangun, kemudian
sambil mencengkeram sepasang tangan Thi Eng khi serunya :
“Lolap bersikap kurang hormat kepada mu selama ini, harap Thi
ciangbunjin sudi memaafkan!”
Menyusul kemudian, Ting kong ketua dari Cing sia pay, Ku tiok
siui Yap Han san ketua dari Tiong lam pay dan Cu Wan mo ketua
Hoa san pay sekalian datang meminta maaf. Gara gara peristiwa itu,
hubungan mereka semua pun terasa jauh bertambah akrab.
Jilid 31
Tentu saja perubahan ini menunjukkan kalau semua orang amat
mempercayai atas jaminan dari Ci long taysu, ketua dari Siau lim pay
ini, disamping boleh dibilang hal ini pun berkat sikap Thi Eng khi
yang menghadapi persoalan dengan tenang tanpa emosi, kegagahan
dan kebesaran jiwanya segera mempengaruhi hasil yang akhirnya
berhasil diraih.
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po yang merasa paling
gembira, dia ada maksud agar Thi Eng khi mendemonstrasikan
sedikit kepandaiannya dihadapan orang banyak agar meningkatkan
tingkat kedudukan dalam dunia persilatan, maka segera usulnya :
“Aku si pengemis tua mempunyai sebuah usul agar usulku ini bisa
dipertimbangkan oleh para tayhiap sekalian dari berbagai partai.”
“Cu pangcu mempunyai usul apa? Katakanlah, kami akan
memasang telinga baik baik dan mendengarkan dengan seksama!”
kata ketua Siau lim pay Ci long siansu sambil tertawa.
“Walaupun pertemuan hari ini disponsori oleh ketua Siau lim pay
dan ketua Bu tong pay untuk bersama sama mencegah Thian liong
pay bergabung dengan Ban seng kiong, namun kedua orang

1000
ciangbunjin ini sama sekali tidak menawarkan diri sebagai pemimpin
para jago, bila kita merupakan sebuah rombongan tanpa kepala,
menurut pendapat aku si pengemis tua rasanya kurang tepat, maka
kita harus memilih seorang pemimpin yang mengatur strategis dan
tindakan kita semua agar kekuatan kita terhimpun dan tak sampai
tercerai berai, entah bagaimana menurut pendapat saudara
sekalian?”
Begitu usul diutarakan, yang lain segera mendukung, semua
orang merasa perkataan dari pengemis tua ini masuk diakal. Thi Eng
khi bukan orang bodoh, tentu saja dia dapat menebak maksud hati
dari engkoh tuanya itu, tapi berada dalam posisinya sekarang,
sesungguhnya dia merasa ada kesulitan untuk menerima tawaran
mana, maka cepat cepat dia bangkit berdiri sambil berseru :
“Ketua Siau lim pay Ci long taysu merupakan seorang tokoh
persilatan yang berkedudukan paling tinggi di dalam dunia
persilatan, sepantasnya bila kita pilih dia sebagai pemimpin kita
semua.”
Sebelum semua orang memberikan pendapatnya, ketua Siau lim
pay Ci long taysu sudah menggoyangkan tangannya berulang kali
seraya berkata :
“Jangan, jangan pilih lolap, yang bisa menjadi seorang pemimpin
di dalam peristiwa ini adalah mereka yang memiliki tenaga dalam
dan ilmu silat yang amat tinggi, lolap pernah dikalahkan oleh Tiang
pek lojin, jadi kurang cocok buat lolap untuk memangku jabatan ini,
harap kalian sudi memilih orang lain saja.”
Ketua Bu tong pay, Keng hian totiang segera tertawa :
“Kalau berbicara soal tenaga dalam serta kelihayan dalam ilmu
silat, maka kemampuan Thi ciangbunjin lah yang benar benar sudah
mencapai ke tingkatan tersebut, bila pinto tak salah melihat tak
seorang pun di antara kita yang hadir disini sekarang mampu untuk
menandingi kemampuannya itu.”
Sesudah berhenti sejenak, ia melanjutkan :
“Cuma, kalau berbicara tentang masalahnya meskipun Thi
ciangbunjin memiliki kecerdasan dan kepandaian yang sanggup
memimpin kita semua, ditambah pula dengan semangat dan

1001
keberaniannya untuk mengorbankan cinta daripada kepentingan
umum, tapi tujuan kita sekarang adalah membawa Thi tua kembali
ke jalan yang benar mengingat jasa-jasanya dahulu bagi umat
persilatan, tidak sepantasnya bila kita membiarkan Thi ciangbunjin
melakukan suatu tindakan yang tidak berbakti dengan melawan
kakeknya sendiri. Oleh sebab itu, menurut pendapat pinto, Thi
ciangbunjin tidak baik kalau diserahi tanggung jawab ini, daripada
Thi ciangbunjin yang harus berjuang demi menegakkan keadilan dan
kebenaran, dia harus melakukan perbuatan yang justru akan
membuatnya menyesal sepanjang masa, bila sampai demikian, maka
hilanglah maksud kita yang sebenarnya untuk menyayangi Thi
ciangbunjin.”
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po kontan saja merasa
bermandikan keringat dingin, diam diam pikirnya :
“Ooooh, sungguh berbahaya, hampir saja aku memberikan
sebuah rantai kematian untuk saudara cilik!”
Pada dasarnya Thi Eng khi memang menaruh perasaan yang
menghormat terhadap ketua Bu tong pay, Keng hian totiang, kini
setelah mendengar uraiannya yang begitu memperhatikan
kepentingan serta kesulitannya, dia merasa bertambah terima kasih
lagi.
Terdengar Keng hian totiang berkata lebih jauh :
“Thi ciangbunjin memiliki kepandaian silat yang amat lihay, dalam
hal ini kita tak boleh melupakan kemampuannya, tapi Ci long siansu
pun tak dapat menampik lagi untuk menerima tugas berat ini!”
Ucapan yang amat tepat dan bijaksana ini segera memperoleh
persetujuan dan pujian dari setiap orang. Ketua Siau lim pay Ci long
siansu pun merasa tak baik untuk berkata apa apa lagi, terpaksa dia
harus menerima jabatan tersebut dan memimpin para jago.
Sekarang semua orang menunggu Thi Eng khi
mendemonstrasikan kepandaian silatnya yang lihay. Thi Eng khi
yang dihadapkan dalam posisi yang cukup pelik, seandainya dia tak
mau mendemonstrasikan kepandaian silatnya, kendatipun para jago

1002
sudah bisa menghilangkan kecurigaan terhadap dia, namun
bobotnya di dalam pandangan mereka masih tetap terbatas sekali.
Oleh sebab itu, dia tidak membantah lagi, dengan langkah lebar
dia berjalan menuju ke ruang tengah, dibawah sorot mata para jago,
dia menggunakan sekali tarikan napas untuk melambung tinggi lima
depa secara pelan pelan, kemudian berhenti mengambang di tengah
udara, tidak naik, tidak pula turun kebawah.
Ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi yang melambung di udara
ini paling sulit justru terletak pada ketidak bergeraknya di tengah
udara, kesulitan mana pada hakekatnya beberapa kali lipat lebih sulit
daripada ilmu meringankan tubuh Leng khong siu tok itu sendiri.
Berbicara sampai kemampuan yang dimiliki kawanan ciangbunjin
pelbagai partai yang hadir disini sekarang, jago jago tangguh seperti
Keng hian totiang, ketua Bu tong pay maupun Ci long taysu, ketua
dari Siau lim pay pun belum berhasil mencapai ke tingkatan ilmu
Leng khong siu tok, apalagi untuk berdiri tak bergerak di tengah
udara seperti apa yang dilakukan Thi Eng khi sekarang.
Semua yang hadir adalah jago jago lihay dari dunia persilatan,
sudah barang tentu semuanya tahu akan mutunya suatu kepandaian
silat, kontan saja tepuk sorak berkumandang memecah keheningan.
Demonstrasi Thi Eng khi tidak sampai disitu saja, ketika tepuk
sorak sudah mulai mereda, dia pun berkata :
“Silahkan seorang ciangbunjin diantara kalian maju untuk
melepaskan sebuah pukulan ke atas tubuhku!”
Untuk dapat berdiri tak bergerak di tengah udara, kebanyakan
orang mengandalkan pada himpunan tenaga dalam yang disatukan
dalam pusar, dalam keadaan begini yang merupakan pantangan
terbesar adalah berbicara.
Tak heran kalau semua orang menjadi kaget bercampur
tercengang sampai matanya terbelalak dan mulut pada melongo,
siapa pun tak tahu sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang
dimiliki si anak muda tersebut. Yang membuat orang tidak habis

1003
mengerti adalah dia masih minta kepada orang lain untuk
menyerangnya, entah apa yang menjadi tujuannya? Maka tak
seorang pun yang berani menanggapi permintaannya itu.
Melihat semua orang pada membungkam dan tak seorang pun
yang bersedia turun tangan, terpaksa Thi Eng khi berkata kepada Ci
long taysu, ketua dari Siau lim pay itu :
“Ilmu pukulan peh poh sin kun dari Siau lim pay sudah lama
termashur dalam dunia persilatan, silahkan ciangbunjin
menghadiahkan sebuah pukulan untukku.”
Mendengar ucapan tersebut, timbul juga rasa ingin menang
dalam hati Ci long taysu, disamping dia pun tidak percaya kalau Thi
Eng khi sanggup menerima pukulannya dari tengah udara. Maka
sambil mengebaskan ujung bajunya, pendeta itu berseru :
“Kalau begitu, biarlah lolap memperlihatkan kejelekanku!”
Dengan gaya Li san ta gou (memukul sapi dari bukit seberang),
dia melepaskan sebuah pukulan ke arah Thi Eng khi dari kejauhan.
Thi Eng khi segera merangkap sepasang tangannya untuk
menyambut datangnya serangan dahsyat dari ketua Siau lim pay Ci
long taysu, tampak dia pelan pelan mendorong sepasang tangannya
itu ke depan.
Tampak dua gulung tenaga pukulan saling membentur satu sama
lainnya hingga menimbulkan suara ledakan yang amat keras,
segulung hawa pukulan yang amat dahsyat segera timbul akibat
benturan itu dan menghamtam keatas langit langit rumah sehingga
jebol dan muncul sebuah lubang yang besar sekali. Tubuh Ci long
taysu, ketua dari Siau lim pay ini sama sekali tidak bergerak, akan
tetapi kakinya yang berpijak ditanah telah melesak sedalam lima hun
ke dalam tanah.
Ketika semua orang memandang pula kearah Thi Eng khi, tampak
sikapnya amat tenang, sama sekali tidak berkutik dari posisi semula,
ternyata ia sudah menerima sebuah pukulan Pek poh sin kun dari
ketua Siau lim pay ini dari tengah udara.

1004
Kesempurnaan tenaga dalam yang didemonstrasikan ini benar
benar luar biasa hebatnya sehingga tak terlukiskan dengan kata
kata. Semua orang dibikin terperanjat sampai membelalakkan
matanya lebar lebar dan untuk sesaat malah tak mampu
mengeluarkan sedikit suarapun. Kembali Thi Eng khi berkelebat
lewat, entah gerakan tubuh apakah yang dia pergunakan, tahu tahu
tubuhnya sudah balik kembali ke tempat duduknya semula bahkan
sambil menjura berulang kali dia berseru :
“Tontonan jelek! Tontonan jelek!”
Sekarang semua orang baru sadar kembali dari lamunan, tepuk
sorak sekali lagi bergema memecahkan keheningan. Kini, semua
orang benar benar merasa takluk dan kagumnya bukan kepalang,
secara otomatis rasa kuatir mereka terhadap keampuhan Hian im
Tee kun pun menjadi semakin kecil.
Pek leng siancu So Bwe leng sendiripun baru pertama kali ini
menyaksikan Thi Eng khi mendemonstrasikan kesempurnaan tenaga
dalamnya, dia pun bertepuk tangan dengan gembiranya, sambil
tertawa terbahak bahak serunya :
“Engkoh Eng, aku lihat tenaga dalammu telah memperoleh
kemajuan yang pesat sekali, bahkan jauh lebih hebat beberapa kali
lipat bila dibandingkan dengan dulu!”
Sementara orang sedang memuji dan menyampaikan selamat
kepada Thi Eng khi, mendadak dari depan pintu berjalan masuk
seorang anggota Hoa san pay yang secara langsung mendekati
ketuanya Cu Wan mo dan membisikkan sesuatu dengan suara lirih.
Begitu selesai mendengar bisikan tersebut, paras muka ketua
Hoa san pay Cu Wan mo segera berubah menjadi pucat pias, gerak
geriknya menjadi sangat tidak tenang. Setelah menjura kepada
semua orang, buru buru katanya :
“Berhubung aku ada urusan penting, maaf kalau tak bisa
menghadiri pertemuan tengah hari nanti, harap saudara, kalian sudi
memaklumi!”
Dengan amat tergesa gesa dia segera mengundurkan diri dari
tempat tersebut. Siapa tahu belum lama setelah ketua Hoa san pay

1005
Cu Wan mo berlalu, kembali muncul seorang anggota Tiong lam pay
yang membisikkan sesuatu ke sisi telinga ketua Tiong lam pay Ku
tiok siu Yap Han san.
Dengan perasaan gelisah dan cemas ketua Tiong lam pay Yap
Han san pun segera mohon diri dan mengundurkan diri dari situ.
Berikutnya, keadaan yang sama pun menimpa dua orang ketua
partai lainnya, mereka adalah :
Ketua Cing sia pay, Ting Kong ci
Ketua kuil Ci tiok an, Beng sin taysu
Mereka mengundurkan diri tanpa mengungkapkan alasannya
mengapa harus mengundurkan diri, hal ini membuat mereka yang
tetap tinggal menjadi bingung dan penuh diliputi tanda tanya. Yang
masih tinggal di dalam ruangan sekarang tinggal ketua Siau lim pay
Ci long taysu, ketua Bu tong pay Keng hian totiang, pengemis sakti
bermata harimau Cu Goan po, unta sakti Lok It hong, Ci song taysu
dan Ci kay taysu dari Siau lim pay, Keng it dan Keng ning totiang
dari Bu tong pay serta Thi Eng khi dan Pek leng siancu So Bwe leng.
Mendadak dari luar ruangan muncul kembali seorang pengemis
tua yang berlari masuk dengan napas terengah engah. Begitu
mengenali kalau pengemis tua itu adalah Kim kay (pengemis emas)
Ui Hui, salah satu diantara Ngo heng kay, dengan wajah tertegun
pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po segera berteriak keras:
“Ui sute, apa yang telah terjadi?”
Pengemis emas Ui Hui tidak menjawab, melainkan berjalan ke
hadapan pengemis sakti bermata harimau, kemudian baru bersiap
sedia memberikan laporannya. Sambil tertawa nyaring pengemis
sakti bermata harimau Cu Goan po segera berseru:
“Tiada persoalan yang tak boleh didengar orang, bila Ui sute ada
persoalan, utarakan saja dihadapan semua orang!”
Terlintas selapis rasa malu diatas wajah pengemis emas Ui hui,
dengan agak tergagap katanya :
“Lapor pangcu, toya mestika tujuh ruas Jit ciap po ciang dari
perkumpulan kita telah hilang!”

1006
“Apa?” seru pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po dengan
perasaan terperanjat, “Jit ciat po siang telah hilang? Apa kerja kalian
semua ....?”
Perlu diketahui, Jit ciat po ciang merupakan toya yang menjadi
kekuasaan seorang pangcu dari Kay pang, kini benda mestika
tersebut telah hilang, apabila ketua Kay pang sekarang Cu Goan po
tak berhasil menemukannya kembali, bukan saja tak dapat menjadi
pangcu lagi, bahkan bisa jadi akan berakibatkan dijatuhkannya
hukuman yang berat terhadap dirinya.
Kontan saja datangnya berita ini membuat pengemis sakti
bermata harimau Cu Goan po menjadi amat gugup, oleh karena itu
tanpa terasa lagi dia mengumpat dan mencaci maki pengemis emas
Ui Hui habis habisan ....
Dengan kepala tertunduk rendah rendah, pengemis emas Ui Hui
berbisik dengan lirih:
“Yaa, tecu sekalian memang pantas untuk mati!”
Mendadak pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
menghela napas panjang.
“Aku tak dapat menyalahkan kalian, aku pikir mundurnya para
ciangbunjin pelbagai partai tadi juga disebabkan peristiwa yang
sama, kalau begitu perbuatan ini sudah pasti merupakan hasil karya
dari Hian im Tee kun…. !”
Sesudah menghela napas panjang, tiba tiba ia tertawa seram dan
melanjutkan :
“Aku si pengemis tua tak dapat memikirkan banyak persoalan
lagi, terpaksa kita harus berjalan selangkah diperhitungkan
selangkah, sekarang saudara cilik sedang membutuhkan bantuan,
aku tak bisa meninggalkan dia dengan begitu saja.”
Kemudian setelah berhenti sejenak, terusnya :
“Cepat panggil Ngo heng kay untuk datang menerima perintah,
sedangkan tentang hilangnya toya mestika Jit ciat po ciang kita
bicarakan nanti saja.”

1007
“Baik!” jawab pengemis emas Ui Hui cepat.
Setelah memberi hormat kepada Thi Eng khi, dia segera
membalikkan badan dan berlalu dari sana. Thi Eng khi benar benar
merasa terharu sekali, apalagi menyaksikan kebesaran jiwa
pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po yang bersedia
mengesampingkan masalah besar partainya demi membantu dia,
kehangatan dan kebijaksanaannya ini membuat emosinya meluap.
Tanpa terasa dia mendongakkan kepalanya dan berpekik nyaring,
suara pekikannya membuat seluruh jagad seakan akan bergetar
keras.
Empat puluh delapan ekor kuda dan sebuah kereta yang sangat
indah sedang menelusuri jalan raya yang lebar menuju ke arah
gedung Bu lim tit it keh. Diatas empat puluh delalan ekor kuda itu,
duduklah lelaki dan perempuan dalam jumlah yang seimbang.
Dua puluh empat lelaki kekar berpakaian ringkas warna merah
bergerak dimuka membuka jalan. Dua puluh empat gadis cantik
berpakaian ringkas dengan mantel warna hijau mengikuti dibelakang
kereta indah tersebut. Kereta kuda itu berjalan sangat cepat dan
menimbulkan suara yang gaduh, bagaikan sepasukan tentara yang
bersiap siap melancarkan serbuan.
Rombongan tersebut tak lain adalah para utusan dari gedung Ban
seng kiong yang dikirim ke gedung Bu lim tit it keh untuk mencaplok
perguruan Thian liong pay. Kini, mereka sudah berada hanya dua
puluh li saja dari gedung Bu lim tit it keh tersebut. Di depan sana
merupakan sebuah bukit kecil yang menonjol dengan pepohonan
yang rimbun, tempat itu merupakan sebuah kebun buah yang
luasnya mencapai puluhan hektar.
Dalam waktu singkat, rombongan besar dari Ban seng kiong itu
sudah sampai di atas bukit kecil tersebut. Baru saja rombongan
besar itu sampai diatas bukit kecil, mendadak terdengar suara
ringkikan kuda dan teriakan manusia yang ramai, disusul kemudian
seluruh rombongan berhenti berjalan.

1008
Rupanya di tengah jalan telah muncul sepasang muda mudi yang
tampan dan cantik menghadang jalan pergi mereka. Di belakang
sepasang muda mudi ini berjajar pula sepuluh orang pendeta,
sepuluh orang tosu, enam orang pengemis, seorang nikou ditambah
dengan dua orang kakek berusia enam puluh tahun.
Sepuluh orang pendeta dipimpin oleh ketua Siau lim pay Ci long
taysu, dengan menyusun kesembilan orang jago lihaynya, mereka
membentuk sebuah barisan Siau lo han tin yang tangguh. Sepuluh
tosu dipimpin oleh ketua Bu tong pay Keng hian totiang, mereka
membentuk Jit seng kiam tin yang ampuh, sedangkan sisa tiga
orang yang ada melakukan pelindungan dari luar untuk menghadapi
segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Enam orang pengemis dipimpin oleh pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po, dia menitahkan Ngo heng kay untuk
membentuk sebuah barisan Ngo heng tin yang tangguh. Seorang
nikou, tentu saja Sam ku sinni adanya. Dua orang kakek berusia
enam puluh tahunan adalah pencuri sakti Go Jit dan Sam ciat jiu Li
Tin tang. Sedangkan pemuda tampan di barisan terdepan adalah Thi
Eng khi, di sebelah kirinya tak lain adalah Pek leng siancu So Bwe
leng.
Kini, mereka sedang berusaha untuk menghadang orang orang
Ban seng kiong agar tak dapat melalui bukit tersebut. Dua puluh
empat orang lelaki kekar dari Ban seng kiong itu segera
memencarkan diri ke arah dua sisi, sementara dua puluh empat
orang gadis cantik bermantel hijau dengan mengawal kereta indah
tersebut bergerak ke ujung barisan dan berhenti dihadapan Thi Eng
khi serta So Bwe leng.
Dari antara kedua puluh empat orang gadis bermantel hijau itu,
segera melompat turun dua orang yang berlari ke depan kereta dan
menyingkap kain tirai. Dari dalam kereta segera muncul dua orang
perempuan yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan. Yang
seorang berpakaian merah, sementara yang lain memakai baju
hijau, Thi Eng khi mengenali mereka sebagai Hian im ji li (dua gadis
Hian im) yang berada dalam istana Ban seng kiong dewasa ini.

1009
Terutama sekali Ciu Lan yang mengenakan pakaian berwarna
hijau, dia pernah menyaru sebagai Pek leng siancu So Bwe leng dan
pernah pula mengumpat Thi Eng khi habis habisan dalam istana Ban
seng kiong sehingga hampir saja membuat pemuda itu putus asa
dan menemui jalan buntu.
Begitu bertemu dengannya, pancaran sinar gusar segera
mencorong keluar dari balik mata Thi Eng khi. Rasa bencinya yang
membara membuat dia ingin sekali membacoknya sampai mati
untuk melampiaskan rasa benci dan dendam di hati.
Ciu Lan bersikap amat tenang, sama sekali tidak menganggap
sebelah matapun terhadap kegusaran Thi Eng khi, malah sambil
tertawa manis sapanya :
“Thi sauhiap benar benar kelewat banyak adat, kita kan orang
sendiri, mengapa kau harus menyambut kedatangan kami dari jauh?
Sungguh membuat kami merasa rikuh sekali, bagaimana kalau kita
meneruskan perjalanan bersama dengan naik kereta saja.”
Thi Eng khi tertegun, dia sama sekali tidak menyangka kalau
gadis itu mempunyai ketajaman mulut yang begitu lihay, baru buka
suara sudah merebut posisi diatas angin. Setelah tertawa dingin
segera tegurnya :
“Darimana kau bisa tahu kalau kedatanganku untuk menyambut
kedatanganmu?”
Ciu Lan pura pura terkejut, kemudian serunya :
“Thi sauhiap, sejak kapan kau sudah meninggalkan perguruan
Thian liong pay?”
Dengan gusar Thi Eng khi membentak keras :
“Akulah ciangbunjin dari Thian liong pay, siapa yang bilang kalau
aku sudah melepaskan diri dari perguruan Thian liong pay?”
Ciu Lan tertawa ringan.
“Wah, ini membuat orang semakin tidak habis mengerti,
bergabungnya partai Thian liong pay ke dalam lingkungan Ban seng
kiong sudah menjadi masalah besar yang diketahui setiap orang, kau

1010
sebagai seorang ciangbunjin Thian liong pay bukan datang untuk
menyambut kedatangan kami, tentunya sudah diusir oleh yaya mu
sehingga menjadi seorang murid murtad atau cucu durhaka.”
Kemudian sesudah menghela napas panjang, terusnya :
“Aaai.... aku sudah tahu kalau kau adalah seorang manusia yang
tak bisa menghormati orang tua, kalau toh sudah diusir oleh yaya
mu, apakah kau anggap masih pantas untuk menyebut dirimu
sebagai anggota Thian liong pay?”
Saking gusarnya, Thi Eng khi tertawa seram :
“Heeeh….. heehhh…. Heeehhh…. Kau tak usah bersilat lidah
denganku lagi, aku tidak mengijinkan kalian lewat, mau apa kalian!”
Jelas amarahnya sudah memuncak sampai pada batas
kemampuannya. Pek leng siancu So Bwe leng segera maju
selangkah ke depan, kemudian katanya sambil tertawa :
“Engkoh Eng, jangan marah, budak siaumoy ini memang seorang
manusia rendahan yang tak pernah memperoleh didikan, biar
siaumoy saja yang memberi pelajaran kepadanya.”
Kemudian sambil menuding kearah Ciu Lan, serunya :
“Kau menuduh orang lain tak tahu hormat, bagaimana dengan
kau sendiri? Tentunya kau mengerti tentang perbedaan tingkat
kedudukan bukan? Setelah seorang budak menjumpai nonanya,
mengapa kau tidak berlutut untuk menyambut kedatanganku?”
Sewaktu Ciu Lan berada di rumah Tiang pek lojin, dia telah
melayani Pek leng siancu So Bwe leng sebagai seorang dayang. Jadi
apa yang dikatakan sebenarnya merupakan suatu kenyataan. Ciu
Lan sama sekali tidak menyangka kalau gara gara dia banyak
berbicara sehingga berakibat Pek leng siancu So Bwe leng mengorek
kembali borok dalam tubuhnya, kontan saja dia mendengus dingin.
“Apa yang terjadi dimasa lampau tak lebih hanya suatu taktik
belaka, memangnya kau angggap sungguhan?”
Pek leng siancu So Bwe leng segera tertawa terbahak bahak.

1011
“Haaahhh…. haaahhhh…. haaahhhh….. siapa yang
mengharapkan kau bersungguh sungguh? Aku tak lebih hanya ingin
mempermalukan dirimu saja, terus terang kuberitahukan kepadamu
sekarang bukan waktunya lagi untuk bersilat lidah, apabila kalian
mempunyai kepandaian untuk menangkan kami, tentu saja kami
akan lepaskan kalian pergi, kalau tidak lebih baik kalian sipat ekor
dan cepat cepat kembali ke istana Ban seng kiong.”
Paras muka Ciu Lan berubah menjadi dingin seperti es, sahutnya
kemudian :
“Baik! Pun kiongcu akan membacok mampus kau si budak yang
bermulut tajam lebih dulu.”
Ujung bajunya segera dikibaskan dan jari tangannya yang tajam
langsung mencengkeram keatas wajah Pek leng siancu So Bwe leng.
Dimana serangannya dilancarkan segera terasa hawa dingin Hiam im
cing khi memancarkan keluar melalui ujung jari tangannya.
Diam diam Pek leng siancu So Bwe leng merinding, coba kalau
dia belum pernah menelan pil Tay tham wan dari Siau lim pay dan
dibantu Thi Eng khi untuk menembusi kedelapan urat nadinya,
mungkin dalam satu gebrakan saja dia sudah akan dibikin keok.
Akan tetapi Pek leng siancu So Bwe leng yang sekarang adalah
seorang perempuan yang memiliki kepandaian silat ajaran dari Tiang
pek lojin dan Sam ku Sin, ditambah lagi nadi Jin meh dan Tok meh
nya sudah berhasil ditembusi, ilmu kiu coan hian kang dari Tiang pek
lojin dan Budhi ceng lek dari Sam ku sinni juga sudah dikuasai penuh
hingga tenaga dalamnya memperoleh kemajuan pesat, pada
hakekatnya kepandaian silat yang dimilikinya sekarang sama sekali
tidak berada di bawah kepandaian dari Sam ku sinni. Maka sambil
tertawa dingin serunya :
“Budak ingusan, apabila nonamu tidak memberi pelajaran yang
setimpal, rasanya kau pun pasti akan bertambah jumawa sehingga
tak tahu diri!”
Diantara getaran sepasang bahunya, dia melayang maju sejauh
lima depa dari posisi semula, begitu lolos dari cengkeraman Ciu Lan,

1012
dia segera membalikkan badan sambil melancarkan sebuah bacokan
dengan ilmu Budhi ceng lek.
Angin pukulan yang menggulung keluar bagaikan sebuah
gelombang dahsyat saja, langsung menyapu kearah pinggang Ciu
Lan.
“Sebuah serangan yang amat bagus!” seru Ciu Lan sambil
tertawa riang.
Ujung bajunya dikebaskan berulang kali, jari tangan dan telapak
tangan dipergunakan bersama sama, dalam waktu singkat dia sudah
melancarkan empat buah serangan berantai. Pek leng siancu So Bwe
leng menjadi sangat terperanjat, dia sama sekali tidak menyangka
kalau gerak serangannya dari Ciu Lan yang disertai dengan kobaran
hawa murni Hian im cing khi tersebut nyatanya tidak berada di
bawah ilmu Bu dhi ceng lek ajaran gurunya.
Padahal Ciu Lan sendiripun merasa amat terperanjat dengan
kenyataan tersebut, dia mengetahui paling jelas tentang tenaga
dalam yang dimiliki Pek leng siancu So Bwe leng, walaupun dalam
pandangan sementara umat persilatan, perempuan itu termasuk
seorang jagoan kelas satu, tapi didalam pandangannya, perempuan
itu masih belum berkemampuan apa apa untuk ikut mencantumkan
namanya di dalam dunia persilatan.
Tapi setelah terjadi pertarungan sekarang, dia baru merasa
bahwa tenaga dalam yang dimiliki gadis tersebut bukan saja dapat
dijajarkan dengan deretan nama nama jago tangguh dalam dunia
persilatan bahkan selisihnya dengan apa yang dimiliki menjadi tak
banyak, hal inilah yang segera membuatnya menjadi terperanjat dan
kebingungan setengah mati …..
Sekali lagi kedua sosok bayangan manusia itu saling bersatu
untuk melangsungkan pertarungan jarak dekat, serangkaian
serangan cepat melawan cepat berkobar amat serunya dalam waktu
singkat ratusan gebrakan sudah lewat, kedua belah pihak masih
tetap bertahan dengan seimbang, ternyata untuk beberapa waktu

1013
sulit rasanya untuk menentukan siapa yang menang dan siapa yang
kalah.
Semakin lama waktu berlarut, pertarungan yang berlangsung pun
semakin mengendor dan tidak segencar tadi lagi, bayangan tubuh
kedua orang itu pun lambat laun semakin kelihatan jelas. Tatkala
Sam ku sinni menyaksikan muridnya bisa bertarung dengan mantap,
tenaga dalamnya pun makin sempurna sehingga tidak kalah dengan
kesempurnaan sendiri. Dalam gembiranya dia lantas berbisik kepada
Thi Eng khi dengan ilmu menyampaikan suara :
“Keberhasilan anak Leng pada hari ini tak lain merupakan berkah
dari sauhiap, pinni sungguh merasa berterima kasih sekali.”
Dengan ilmu menyampaikan suara pula Thi Eng khi menjawab :
“Locianpwe, kesemuanya itu merupakan jasa cianpwe yang telah
memberi pendidikan kepadanya serta daya kasiat pil Tay tham wan
dari Siau lim pay, apa yang boanpwe lakukan tak lebih hanya
menyempurnakan apa yang sudah ada, harap cianpwe jangan
berkata bagitu, boanpwe akan merasa malu sekali dibuatnya.”
Sementara itu, Ci long taysu ketua dari Siau lim pay dan Keng
hian totiang ciangbunjin Bu tong pay yang menyaksikan pertarungan
antara So Bwe leng dengan Ciu Lan, diam diam menghela napas
panjang, mereka merasa semakin malu lagi.
Di samping mereka merasa sedih akan ketidak mampuan partai
partai kaum lurus dalam kepandaian silat, di pihak lain mereka pun
merasa putus asa sekali atas ketangguhan kekuatan pihak Ban seng
kiong.
Mendadak dua orang yang sedang bertarung dengan tangan
kosong ditengah arena itu saling berpisah satu sama lainnya,
kemudian kedua belah pihak sama sama meloloskan senjata tajam
masing masing. Pek leng siancu So Bwe leng mencabut keluar
sebuah senjata Tangan Buddha kemala hijau sepanjang satu depa
delapan inci, inilah senjata tajam andalan Sam ku sinni ketika masih
berkelana di dalam dunia persilatan dulu, Hun hoa giok ci (jari
kemala pemisah bunga) yang menggetarkan dunia persilatan.

1014
Sebaliknya Ciu Lan menggunakan sebuah senjata yang berbentuk
seperti telapak tangan, seluruh benda tersebut berwarna merah
darah, kelima jari bertekuk membentuk gaya mencengkeram,
panjangnya satu depa dan rupanya lebih pendek delapan inci kalau
dibandingkan dengan senjata Hun hoa giok ci dari Pek leng siancu
So Bwe leng tersebut.
Sam ku sinni merasa terperanjat sekali setelah menyaksikan
senjata telapak tangan berwarna merah yang berada di tangan Ciu
Lan itu, kuatir kalau Pek leng siancu So Bwe leng tertipu, dengan
suara lantang dia pun berseru :
“Leng ji, hati hati! Senjata telapak tangan berwarna merah yang
berada di tangan Ciu Lan itu merupakan senjata beracun di dunia ini.
Benda tersebut bernama Hian im kui jiu (tangan setan angin dingin),
tampaknya cuma satu, tapi setelah dipergunakan maka setiap saat
bisa memanjang sampai tiga depa lebih, selain daripada itu, pada
ujung jari tangan tersebut tersimpan jarum Hian im ciam yang
lembut seperti bulu kerbau, apabila tombol rahasianya di pencet
maka jarum tersebut bisa meluncur untuk melukai orang. Jarum
mana khusus untuk memecahkan ilmu hawa khikang pelindung
badan, kau harus bertindak sangat hati hati.”
Bukan saja perkataan tersebut sengaja ditujukan kepada Pek leng
siancu So Bwe leng, diapun sekalian memberitahukan hal ini kepada
Thi Eng khi. Mendengar keterangan tersebut, Thi Eng khi segera
berkerut kening, sepasang matanya memancarkan cahaya tajam
yang menggidikkan hati. Sambil mengawasi senjata Hian im kui jiu di
tangan Ciu Lan, dia tak berani bertindak secara gegabah.
Sementara Sam ku sinni masih berbicara lagi, kedua belah pihak
telah terlibat kembali dalam suatu pertarungan yang amat seru.
Tampak senjata Kun hoa giok ci yang berada di tangan Pek leng
siancu So Bwe leng berubah menjadi segulung cahaya hijau yang
bermain di tengah udara saja, segera mengurung seluruh badan Ciu
Lan dan berputar tiada hentinya.
Cahaya berwarna merah yang terpancar dari balik senjata Hian
im kui jiu dari Ciu Lan pun bergerak kian kemari di tengah kepungan
cahaya hijau yang berlapis lapis, walaupun keampuhannya tidak

1015
melebihi cahaya hijau yang terpancar keluar dari senjata hun hoa
giok ci tersebut, akan tetapi jurus serangan yang dipancarkan
sedikitpun tidak kalah dibandingkan dengan pihak lawan.
Tampaknya Pek leng siancu So Bwe leng sudah dibikin tertarik
sekali oleh jalannya pertarungan, dia seperti melupakan pesan dari
Sam ku sinni saja, jurus serangan yang dipergunakan pun semakin
ganas, dia lebih banyak meneter musuhnya untuk memaksakan
suatu kemenangan dalam waktu singkat.
Sebaliknya Ciu Lan pun menghadapi desakan musuhnya dengan
suatu pertarungan ganas dan sadis. Pada saat itulah Ciu Lan sedang
menusuk jalan darah Khi bun hiat ditubuh Pek leng siancu So Bwe
leng dengan jurus Jau ci huang swan (dari jauh menunjuk akhirat).
Pek leng siancu So Bwe leng segera menjatuhkan tubuh bagian
atasnya kebelakang, kemudian senjata Hun hoa giok ci nya
menggunakan jurus Ban hoa eng cun untuk menyongsong
datangnya serangan dari senjata Hian im kui jiu tersebut.
“Kraaak....” mendadak senjata Hian im kui jiu di tangan Ciu Lan
tersebut bukan saja telah bertambah panjang dua depa, bahkan
setelah tiba ditengah jalan mendadak saja gerak serangan itu
menjadi miring ke bawah dan langsung menotok jalan darah Hu ciat
hiat diatas lambung Pek leng siancu So Bwe leng.
Tiba tiba saja Pek leng siancu So Bwe leng menjadi amat
terperanjat, sekarang dia baru teringat dengan pesan gurunya, buru
buru tubuhnya berputar sembari tarik napas panjang panjang,
badannya dipaksakan untuk bergeser satu depa kesamping, nyaris
sekali dia termakan oleh sodokan senjata Hian im kui jiu dari Ciu
Lan.
Siapa tahu duduknya persoalan tak segampang itu saja,
mendadak Pek leng siancu So Bwe leng merasakan pinggangnya
menjadi kaku, entah sedari kapan rupanya Ciu Lan telah
membidikkan jarum Hian im ciang yang secara telak menghantam
sisi jalan darah Thian ci hiatnya.

1016
Jarum Hian im ciang tersebut bukan hanya khusus dipakai untuk
mematahkan pertahanan hawa khikang belaka, bahkan mengandung
racun yang sangat jahat, begitu tubuhnya kesemutan, Pek leng
siancu So Bwe leng segera merasakan pandangan matanya
berkunang kunang dan tubuhnya gontai, setelah itu roboh
terjengkang ke belakang.
Semenjak awal pertarungan tadi, Thi Eng khi sudah berjaga jaga
di samping Pek leng siancu, walaupun tenaga dalamnya amat
sempurna, toh pengalamannya masih kurang. Sewaktu menyaksikan
So Bwe leng berhasil meloloskan diri dari sergapan senjata Hian im
kui jiu dari Ciu Lan tadi, dia menganggap ancaman bahaya untuk
Pek leng siancu So Bwe leng sudah lewat, sehingga tak urung
pikirannya ikut bercabang pula. Siapa tahu, pada saat itulah Pek leng
siancu So Bwe leng telah termakan oleh sergapan gelap.
Di saat tubuh Pek leng siancu So Bwe leng masih gontai inilah
anak muda tersebut segera melayang maju ke depan dan
menyambar pinggang si gadis yang hampir roboh terjengkang ke
tanah itu, kemudian tak sempat menggubris Ciu Lan, dia segera
mengundurkan diri kearah belakang.
Semua gerakan tubuhnya dilakukan dengan kecepatan luar biasa,
tidak sempat terlihat bagaimana dia maju, tahu tahu semua orang
menyaksikan dalam bopongannya sudah bertambah dengan
seseorang. Tampaknya tidak seorang manusia pun yang tahu
dengan cara apakah dia telah menyelamatkan jiwa Pek leng siancu
So Bwe leng dari ancaman bahaya maut.
Hian im li Ciu Lan lebih tertegun lagi, sepasang matanya sampai
terbelalak lebar lebar dengan mulut melongo, untuk beberapa saat
lamanya dia hanya bisa memandang kearah Thi Eng khi dengan
wajah kebingungan dan tidak habis mengerti.
Sam ku sinni segera melayang kesisi tubuh Pek leng siancu So
Bwe leng, kemudian dengan wajah serius katanya :
“Leng ji sudah terkena jarum Hiam im ciam, jarum Hiam im ciam
amat beracun dan tiada obat penawarnya ...... aaaai, bagaimana
baiknya sekarang?”

1017
Thi Eng khi segera menotok jalan darah Ciang bun hiat, Thian
keng hiat, Kay khong hiat, Jit kan hiat, Cu cing hiat, Kwa pang hiat,
dan Kay khong hiat , tujuh buah jalan darah penting di tubuh Pek
leng siancu So Bwe leng. Kemudian dari sakunya dia mengambil pil
Kim khong giok leng wan dan menjejalkan tiga butir ke dalam mulut
Pek leng siancu So Bwe leng. Setelah menyerahkan kepada Sam ku
sinni, katanya :
“Soal racun yang mengeram dalam tubuh adik Leng, kini sudah
tak perlu dikuatirkan lagi, harap locianpwe berusaha untuk mencabut
keluar jarum Hian im ciam tersebut dari luka mulut adik Leng.
Boanpwe akan menghadapi sendiri siluman perempuan itu!”
Selesai berkata dia lantas menerjang ke hadapan siluman
perempuan Ciu Lan dan berseru gusar :
“Hatimu kelewat kejam, aku tak bisa membiarkan manusia
seperti kau tetap hidup di dunia ini.”
Tidak menunggu sampai siluman perempuan Ciu Lan sempat
memberikan jawabannya, dia segera turun tangan melancarkan
sebuah totokan ke tubuh perempuan tersebut. Sedemikian cepatnya
serangan tersebut meluncur datang, ditambah lagi Hiam im li Ciu
Lan berada dalam keadaan tidak bersiap sedia, dengan gugup dia
lantas menyelinap ke samping untuk meloloskan diri.
Walaupun dia berhasil menghindari sergapan terhadap jalan
darah Hian ki hiat nya tersebut namun kekuatan jari tangan nya itu
toh sempat menghantam jalan darah Ngo li hiatnya juga. Begitu
lengannya terasa kesemutan, segenap kekuatan yang dimiliki pun
menjadi punah, tak ampun lagi senjata Hian im kui jiu tersebut
terlepas dari genggaman nya dan terjatuh ke tanah.
Berada dalam keadaan demikian, Ciu Lan tak berani memunggut
kembali senjata Hian im kui jiu nya lagi, dengan gugup ia
mengundurkan diri sejauh satu kaki lebih dari posisi semula. Thi Eng
khi amat membenci terhadap senjata tajam yang keji dan berbahaya
itu, dengan gemas ia menginjak Hian im kui jiu tersebut keras keras,
hawa murninya segera disalurkan lewat telapak kaki dengan maksud
untuk menghancurkan senjata mana.

1018
Dengan cepat dia dapat merasakan bahwa senjata Hian im kui jiu
tersebut dari baja asli yang kuat sekali, pada hakekatnya sukar
untuk dirusak. Pada saat itulah, Hian im li Ciu Lan segera berpaling,
melihat perbuatan pemuda tersebut, dia lantas mengejek sambil
tertawa dingin :
“Hian im kui jiu merupakan senjata mustika dari perguruan kami,
tak nanti senjata tersebut bisa dihancurkan dengan mengandalkan
kekuatan luar, aku lihat lebih baik tak usah membuang tenaga
dengan percuma lagi ....”
Ejekan mana sinis sekali, senyuman dan suara tertawanya juga
amat menusuk pendengaran. Thi Eng khi mendengus dingin, dia
sama sekali tidak menggubris perkataan orang, ujung kakinya
segera mencukil senjata Hian im kui jiu tersebut hingga mencelat
setinggi tiga kaki lebih, lalu tangan kanannya menggapai dan senjata
Hian im kui jiu tersebut tahu tahu sudah terisap kedalam
genggamannya.
Setelah itu anak muda tersebut berpekik amat nyaring, ditengah
pekikan mana, hawa murninya dikerahkan sampai mencapai dua
belas bagian lebih .....
Begitu selesai bersuit, dengan wajah bersungguh sungguh
serunya :
“Sekarang juga aku akan menghancurkan Hian im kui jiu
tersebut, apabila aku tak mampu melakukannya, kalian boleh lewat
dengan sekehendak hati sendiri!”
Hian im li Ciu Lan segera tertawa terkekeh kekeh dengan suara
yang tinggi melengking dan amat tak sedap didengar.
“Heeehhhh.... heehhhhh..... heeehhh...... Toa ci, nampaknya
waktu untuk kita tak akan akan terbengkalai!”
Mencorong sinar tajam dari balik mata Thi Eng khi, sepasang
tangannya segera mencengkeram senjata Hian im kui jiu tersebut
kencang kencang, lalu sambil mengerahkan tenaga dalamnya ia
tekuk senjata yang terbuat dari baja asli itu sehingga patah menjadi

1019
dua bagian, setelah membuang gagang senjata, dia segera
mencengkeram senjata berbentuk telapak tangan setan itu dan
ditekan dengan kedua belah telapak tangannya.
Di dalam waktu singkat, senjata tersebut telah berubah menjadi
segumpal besi rongsokan. Demonstrasi tenaga dalam yang demikian
sempurnanya ini kontan saja membuat Hiam im ji li (dua wanita Hian
im) menjadi pucat pias lantaran terperanjat, tanpa terasa peluh
dingin pun jatuh bercucuran dengan amat derasnya.
Tentu saja ketua dari Siau lim pay dan ketua dari Bu tong pay
yang tidak mengetahui sampai dimanakah kerasnya senjata Hian im
kui jiu tersebut sama sekali tidak menunjukkan perasaan kaget yang
luar biasa, mereka berdua hanya membungkam diri tanpa memberi
komentar apa apa.
Selang sesaat kemudian, dua perempuan Hian im tersebut sudah
berbisik bisik dengan suara lirih, nampaknya mereka sedang
merundingkan situasi yang sedang dihadapi saat ini. Menyusul
kemudian Hian im li Cun Bwee mengebaskan ujung baju merahnya,
empat puluh delapan orang lelaki perempuan itu segera melompat
turun dari punggung kuda masing masing sembari meloloskan
senjata tajam.
Sedangkan Hian im li Cun Bwee juga telah meloloskan sebuah
senjata Hian im kui jiu. Rupanya Hian im kui ji tersebut semuanya
terdiri dari dua buah, oleh Hian im tee kun kedua senjata tersebut
diberikan kepada dua orang perempuan tersebut seorang satu.
Kini Hian im li Ciu Lan telah berganti menggunakan ruyung lemas
berwarna warni untuk menggantikan senjata Hian im kui jiu nya
yang telah musnah. Mendadak Hian im li Cun Bwee bersuit nyaring,
keempat puluh delapan orang lelaki perempuan itu segera bergerak
ke depan. Empat lelaki empat perempuan berpisah membentuk satu
regu dengan enam kelompok manusia yang terbagi bagi arahnya,
mereka sama mendekati Thi Eng khi ......

1020
Ketua Kay pang si pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
segera membentak keras, dengan membawa Ngo heng ngo kay nya
dia menyerbu ke hadapan Thi Eng khi, serunya kemudian :
“Saudara cilik, harap kau mundur selangkah, biar kami yang
hadapi kerubutan mereka itu!”
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu Thi Eng khi
memandang sekejap wajah orang orang itu, kemudian sahutnya :
“Harap engkoh tua mundur, hari ini mereka datang untuk
mencari gara gara dengan Thian liong pay, sudah sewajarnya bila
siaute yang menghadapi mereka, apabila aku sudah tak mampu
untuk mempertahankan diri saja kalian baru menggantikan
kedudukanku ini. Sekarang, silahkan saja engkoh tua dan
ciangbunjin berdua menjaga mereka semua, jangan sampai ada
diantara mereka yang berhasil lolos dari bukit ini.”
“Omitohud!” seru ketua Siau lim pay, Ci long taysu dari kejauhan
sana, “walaupun barisan Siau kiu tan goan tin dari kuil kami tak bisa
dibandingkan ketangguhannya dengan barisan Lohan toa tin, namun
pinceng percaya mereka tak akan mampu untuk menerjang keluar
dari kepungan kita!”
Keng hian totiang, ciangbunjin dari Bu tong pay segera
menyambung pula :
"Thi ciangbunjin tak usah kuatir, barisan pedang Jit seng kiam tin
dari partai kamipun bersiap sedia untuk menciduk setiap orang yang
berusaha kabur dari sini.”
Dalam keadaan demikian, terpaksa pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po hanya bisa berpesan kepada Thi Eng khi :
“Kau harus berberhati hati!”
Kemudian dengan mengajak Ngo heng ngo kay mengundurkan
diri ke posisinya semula. Thi Eng khi segera mengeluarkan ilmu
gerakan tubuh Hu kong keng im untuk menerjang ke muka, tidak
menunggu lelaki perempuan anggota perkumpulan lawan menyerbu
datang, dia sudah melakukan tindakan lebih dahulu dengan
menerjang orang orang tersebut.

1021
Gerakan tubuhnya amat cepat, diantara kelebatan tubuhnya, jari
tangannya menyodok ke timur menotok ke barat, dengusan tertahan
segera berkumandang silih berganti, tak selang beberapa saat
kemudian kawanan lelaki perempuan itu sudah bertumbangan ke
atas tanah. Jangan toh memberikan perlawanan, untuk melihat jelas
wajah musuhnya pun tak sempat, tahu tahu saja tubuh mereka
sudah dirobohkan oleh Thi Eng khi. Menyaksikan hal mana, sisanya
menjadi ketakutan setengah mati dan bersama sama mengundurkan
diri kebelakang tubuh kedua perempuan Hian im tersebut.
Thi Eng khi segera tertawa keras.
“Haahhhs….. haaahh….. haaahh….. kalau dengan mengandalkan
kepandaian seperti inipun kalian ingin memperlihatkan kejelekan
dihadapan Thian liong pay kami, hmm… apakah orang persilatan d
dunia ini tak akan memandang rendah orang orang dari Ban seng
kiong kalian?"
Padahal kedua orang perempuan Hian im itu tahu kalau keempat
puluh delapan orang anggota mereka rata rata merupakan jagoan
lihay yang mempunyai nama besar dalam dunia persilatan tapi
berhubung jumlah mereka terlampau banyak dan kepandaian silat
yang dimiliki tak mampu dikembangkan ditambah pula tenaga dalam
yang dimiliki Thi Eng khi amat sempurna, gerakan tubuhnya pun
cepat bagaikan sambaran kilat, itulah sebabnya kemenangan
berhasil diraih oleh si anak muda tersebut secara mudah.
Sementara itu, kedua orang perempuan Hian im tersebut sudah
mulai menaruh perasaan bergidik terhadap Thi Eng khi. Jangankan
dibelakang Thi Eng khi sekarang masih terdapat sepuluh orang
pendeta, sepuluh orang tojin, enam orang pengemis dan seorang
nikou, sekalipun hanya Thi Eng khi seorang pun mereka lebih
banyak berada di pihak yang kalah daripada menang. Setelah
berunding sebentar, mereka memutuskan untuk tidak
mengundurkan diri dengan begitu saja.
Kedua orang perempuan Hian im tersebut segera menunjuk tujuh
orang lelaki dan bersama mereka berdua, sembilan orang bersama
sama terjun kearena untuk mengurung Thi Eng khi. Kepandaian silat

1022
yang dimiliki dua orang perempuan Hian im tersebut pada dasarnya
memang amat lihay ditambah pula tujuh orang lelaki itu merupakan
jago pilihan, dengan membentuk barisan Hian im kiu ciat tin, mereka
segera mengurung Thi Eng khi rapat rapat.
Thi Eng khi tentu saja tak perlu kuatir atau takut menghadapi
ilmu barisan tersebut nanum dia dapat merasakan bahwa barisan
yang dibentuk oleh kesembilan orang itu sekarang, sudah pasti jauh
lebih lihay da¬ripada kerubutan orang orang banyak tadi.
Ciu Lan, salah seorang dari dua perempuan Hian im tersebut
segera menengok ke wajah Thi Eng khi, kemudian jengeknya :
“Thi ciangbunjin, apabila kau sanggup mengungguli ilmu barisan
kami ini, hari ini kami semua akn segera menarik diri dari tempat
ini!”
Sementara Cun Bwee segera memutar senjata Hian im kui jiu nya
sebanyak tiga kali diatas kepala. Kemudian dengan memimpin
delapan orang lainnya, mereka mulai mengurung Thi Eng khi sambil
berputar mengelilinginya.
Thi Eng khi segera mendengus dingin.
"Hmmm, aku justru kuatir kalau sam¬pai waktunya, kalianlah
yang tak mampu untuk meninggalkan tempat ini!”
Mereka sudah berputar sebanyak delapan lingkaran, pada saat
berputaran yang kesembilan kalinya itulah barisan Hian im kui ciat
tin akan segera mencapai pada puncak Kehebatannya, bila serangan
dilepaskan pada saat itu maka kedahsyatannya tak akan terbendung
oleh siapa saja.
Siapa sangka disaat itulah, mendadak dari kejauhan sana
berkumandang seruan seseorang dengan suara yang tak begitu
nyaring, tapi dapat didengar oleh setiap orang dengan jelas :
"Thi sauhiap memiliki ilmu sakti Heng kian sinkang Cu sim ci cu
Thio Biau liong, kalian semua bukan tandingannya, ayo cepat
mundur semua!”

1023
Berbareng dengan seruan mana, segera terlihatlah sesosok
bayangan manusia yang meluncur datang dengan kecepatan luar
biasa. Thi Eng khi kuatir semua orang tidak mengetahui siapa
gerangan manusia yang barusan menampakkan diri itu, maka
menggunakan kesempatan tersebut segera teriaknya :
“Ooooh, rupanya Hian im Tee kun, telah berkunjung sendiri
kemari, tak heran kalau dalam sekilas pandangan saja kau sudah
mengenali asal usul dari sinkang yang kugunakan.”
Hian im Tee kun segera mengawasi Thi Eng khi beberapa saat
lamanya, kemudian tertawa terbahak bahak :
“Haaahh... haaahh.... haaahh… sudah seratus tahun lamanya
lohu tak pernah berkelana dalam dunia persilatan, sungguh tak
kusangka dan hari ini bisa berjumpa de¬ngan seorang yang secara
dipaksakan masih dapat menandingi lohu!"
Walaupun perkataannya itu bernada sa¬ngat angkuh, jumawa
dan amat tekebur, namun maksud yang sesungguhnya tak lain
adalah mengangkat derajat Thi Eng khi dalam pandangannya.
Sepanjang perjalanan menuju ke utara Thi Eng khi sudah banyak
mendengar tentang segala sesuatu mengenai Hian im tee kun
tersebut dari mulut Sam ku sinni. Diapun sadar bahwa tenaga dalam
yang dimiliki orang itu sudah mencapai taraf yang luar biasa sekali,
mungkin dikolong langit dewasa ini sulit untuk menemukan seorang
manusia pun yang mampu untuk menandingi kehebatannya.
Thi Eng khi sendiri memang berbakat bagus, dia pun sudah cuci
otot dengan mempergunakan empat macam obat mestika yang
dicari oleh keempat orang paman gurunya terutama setelah berhasil
mempelajari ilmu Heng kian sinkang, boleh dibilang seluruh manfaat
obat mestika yang masih tersisa dalam tubuhnya telah terhisap dan
termanfaat semua. Semuanya itu masih ditambah lagi dengan ilmu
sim hoat perguruan yang lihay, sehingga keberhasilan yang berhasil
dicapainya sekarang, pada hakekatnya tidak diketahui dengan jelas
oleh dirinya sendiri.
Hal ini tak bisa dikatakan ia bodoh, berhubung pelajaran itu
diajarkan semasa ia masih muda, ditambah lagi kemajuan yang

1024
berhasil dicapainya pun diluar kemampuan orang biasa. Hal ini pun
yang membuat dirinya tak sanggup untuk mengenali kemampuannya
sendiri.
Dengan perkataan dari Hian im Tee kun sekarang, maka tak
salah lagi kalau dia telah menyamakan keberhasilan yang berhasil
diraih Thi Eng khi sekarang sudah hampir menghadapi taraf
kemampuan sendiri. Thi Eng khi pribadi masih tidak terpengaruh
oleh ucapan tersebut, namun sepuluh pendeta, sepuluh tosu, enam
pengemis, seorang nikou dan Sam ciat jiu Li Tin tang serta pencuri
sakti Go jit sekalian merasakan hatinya seperti terombang ambing di
tengah awan, seolah olah pujian dari Hian im tee kun itu ditujukan
kepada mereka. Sebab kini mereka sudah tahu kalau dalam dunia
persilatan, akhirnya muncul juga seseorang yang mampu untuk
menandingi kemampuan Hian im Tee kun.
Berhadapan dengan manusia buas yang berilmu tinggi ini
walaupun Thi Eng khi merasa hatinya sangat tegang, na¬mun dia
sama sekali tak berani gegabah, sekuat tenaga dia berusaha untuk
menenangkan diri dan tak sampai membuat perhatiannya menjadi
bercabang, setelah itu sahutnya dengan lantang :
"Terima kasih banyak atas pujianmu itu aku tak berani
menerimanya....”
Kemudian sesudah berhenti sejenak, dengan wajah serius
katanya lebih jauh :
“Cuma aku sama sekali tidak merasa bangga oleh pujianmu itu!"
Hawa amarah segera berkobar didalam dada Hian im Tee kun,
namun amarah tersebut tak sampai diperlihatkan diatas wajahhya,
memincingkan mata dan tertawa ujarnya :
"Belum pernah ada seorang pemuda yang berusia sebaya dengan
kau berhasil menca¬pai tingkatan yang begini tinggi apalagi yang
belum membuatmu merasa puas?”
"Apabila badai dan bencana yang me¬ngancam dunia persilatan
dapat kuhilangkan saat itulah aku baru merasa amat bangga!”

1025
Hian im Tee kun segera tertawa terbahak bahak sesudah
mendengar perkataan itu.
“Haaahh.... haaahhh.... haaahhh…. agaknya pendapat seorang
enghiong memang selamanya sama, apa yang menjadi cita cita Thi
sauhiap tak lain adalah apa yang lohu pikirkan, apabila kita bersedia
untuk bekerja sama, rasanya tak sulit untuk menghilangkan bibit
bencana dari dunia persilatan, dengan demikian, bukankah apa yang
kau harapkan pun akan segara tercapai?"
Apa yang dikatakan Hian im tee kun tersebut kedengaran masuk
akal dan sulit sekali untuk dibantah. Untuk sesaat lamanya Thi Eng
khi menjadi termenung, ia sedang menyusun kalimat untuk
membongkar maksud jahat Hian im Tee kun tersebut.
Siapa sangka pencuri sakti Go Jit salah mengira Thi Eng khi
sedang mempertimbangkan tawaran dari Hian im Tee kun tersebut.
Sebagai seorang yang berasal dari Ban seng kiong, tentu saja dia
cukup mengetahui akan rencana busuk Ban seng kiong untuk
menguasai dunia persilatan. Kuatir kalau Thi Eng khi termakan oleh
bujukan lawan sehingga mengalutkan rencana dan merugikan
dirinya sendiri, buru buru serunya dengan suara lantang :
“Thi ciangbunjin, kau jangan mau berkomplotan dengan harimau,
apalagi mendengar bujuk rayunya!”
Mencorong sorot mata tajam dari balik mata Hian im Tee kun,
ditatapnya wajah si pencuri sakti Go Jit tajam tajam, kemudian
dengan gusar menegur keras :
“Kaukah yang bernama pencuri sakti Go Jit?”
Seperti apa yang diketahui, jumlah anggota yang bergabung
dengan Ban seng kiong banyak sekali, meskipun pencuri sakti Go Jit
merupakan seorang jago tua yang amat termashur namanya dalam
dunia persilatan, akan tetapi kedudukannya dalam istana tidak
begitu penting, ia pun bukan seorang manusia yang mempunyai
keahlian khusus. Oleh sebab itu, ditinjau dari pertanyaan yang
diajukan oleh Hian im tee kun tersebut bisa diketahui kalau jarak
hubungan diantara mereka amat jauh, bahkan pemimpin dari Ban
seng kiong ini tidak begitu mengenal dirinya.

1026
Sewaktu sorot mata Pencuri sakti Go Jit saling berbenturan
dengan tatapan mata dari Hian im Tee kun, tanpa terasa tubuhnya
menjadi bergidik.
“Hamba..”
Mungkin disebabkan terpengaruh oleh kewibawaan Hian im Tee
kun, maka tanpa disadari ia telah membahasai diri sebagai "hamba"
kembali. Tapi begitu ucapan mana diutarakan, dia baru merasa kalau
keadaan tidak benar, cepat cepat gantinya. "Yaa, betul, akulah Go
Jit!”
Dengan nada suara yang amat datar kembali Hian im Tee kun
berkata :
“Kau adalah orang pertama yang berani berkhianat terhadapku
semenjak pun Tee kun mendirikan Ban seng kiong, hmm…
tampaknya nyalimu benar benar amat besar!"
Dibalik nada suara yang datar, lamat lamat terselip hawa napsu
membunuh yang benar benar menggetarkan sukma. Pencuri sakti
Go Jit tak berani membantah, namun paras mukanya telah berubah
menjadi pucat pias seperti mayat. Kembali Hian im Tee kun berkata
sam¬bil tertawa :
"Memandang diatas wajah Thi saubiap, pun Tee kun bersedia
memberi pengampunan untuk kesalahanmu itu, sekarang ayo
kembali ke samping Kiongcu berdua.”
"Terima kasih atas budi kebaikan Tee kun!" sahut Pencuri Go Jit
dengan suara gemeter.
Sungguh aneh sekali kalau dibicarakan, ternyata dia segera
bergerak maju tanpa melawan, sama sekali beda dengan peringatan
yang diberikan kepada Thi Eng khi tadi. Sam ciat jiu Li Tin tang
segera menarik lengannya sembari membentak keras : "Saudara Go,
jangan ke situ!"
Pencuri sakti Go Jit tertawa rawan.

1027
"Inilah budi kebaikan yang dilimpahkan Tee kun kepada siaute,
kalau tidak siau¬te bisa jadi akan terperosok dalam keadaan yang
benar benar mengenaskan"
Hian im Tee kun yang mendengar perkataan tersebut segera
tertawa, sambungnya dengan cepat :
"Kau memang menurut sekali, nanti pun Tee kun bersedia untuk
mempertimbangkan kembali akan kesalahan itu!”
Pencuri sakti Go Jit segera membalikkan badan dan menjura
kepada sepuluh pendeta, sepuluh tosu, enam pengemis dan seorang
nikou itu, lalu katanya :
“Go Jit hanya punya awal tak ada akhir, moga moga tak sampai
mengecewakan kalian semua.”
Kemudian dengan langkah lebar dia berjalan menuju ke arah
Hian im ji li berdiri. Thi Eng khi segera membentak dengan suara
menggeledek :
"Asal jiwa ksatria mu masih tetap ada sekalipun diancam dengan
golokpun tak perlu kuatir. Go tayhiap, apa yang kau takuti.”
Pencuri sakti Go Jit menghentikan langkahnya, kemudian
menyambut dengan perasaan kuatir :
“Kematianku seorang tak perlu disayangkan, tapi dengan
demikian akan memancing datangnya bencana bagi semua sobat
yang hampir di arena sekarang, itulah yang tidak dikehendaki oleh
Go Jit!”
“Apa yang kau ucapkan tersebut sudah berada di dalam
dugaanku, bila aku tak bisa turut membagi kesulitan dengan Go
tayhiap buat apa aku menjadi sahabatmu selama ini.”
Kalau didengar dari nada pembicaraannya, jelas dia sudah
bertekad untuk menghadapi situasi macam apapun tanpa perasaan
menyesal. Pencuri sakti Go Jit benar benar merasa terharu sekali,
menyusul kemudian dia pun menghela napas panjang.
“Aaaai, setelah Thi ciangbunjin berkata demikian, aku merasa
semakin harus bagi diriku untuk pergi kesana!”

1028
Selesai berkata, kembali dia beranjak pergi dari situ. Thi Eng khi
menjadi melongo.
“Go tayhiap,” segera teriaknya, “mengapa perkataanmu saling
bertentangan satu sama lainnya? Aku benar benar dibikin
kebingungan!”
Pencuri sakti Go Jit membuka mulutnya seperti hendak
mengucapkan sesuatu, tapi dia pun segera merasa tidak seharusnya
mengutarakan perkataan mana, akhirnya setelah mengurungkan
niatnya, dengan membusungkan dada dia berjalan maju lebih jauh.
Hian im tee kun segera memanggil si pencuri sakti Go Jit,
kemudian katanya :
“Pun Tee kun mengijinkan kepadamu untuk mengungkapkan
peraturan dari istana kita kepada Thi sauhiap!”
Dengan suara lantang pencuri sakti Go Jit segera berseru :
“Peraturan ke lima dari Ban seng kiong berbunyi : Barang siapa
berani berkhianat terhadap istana, bila tertangkap maka dia akan
dijatuhi hukuman berat Ban ciat lun hui, apabila dia tak mau
menyerah dan mencoba untuk melarikan diri maka segenap sahabat
baiknya akan turut dijatuhi hukuman tersebut.”
Jilid 32
Dari ucapan mana bisa disimpulkan bahwa bukan orang yang
berkhianat saja yang akan dijatuhi hukuman mati, bahkan semua
orang yang berada bersamanya akan turut mengalami nasib tragis
yang sama. Selesai membacakan pasal peraturan itu, dengan wajah
yang amat sedih si pencuri sakti Go Jit berkata lebih jauh :
"Aku si pencuri tua tak ingin menyusahkan rekan-rekan sekalian,
harap kalian sudi memaafkan!”
Kembali dia melanjutkan perjalanannya kearah Hian im ji li
berdua. Thi Eng khi tahu kalau keputusan tersebut terpaksa diambil
oleh pencuri sakti Go Jit demi keselamatan rekan rekannya, apalagi

1029
setelah menyaksikan keteguhan hatinya itu, anak muda tersebut
sadar bahwa rekannya ini tak mungkin bisa dibujuk dengan sepatah
dua patah kata saja apalagi saat itu memang tiada banyak waktu
untuk mengajaknya banyak berbicara, maka sambil tertawa terbahak
bahak katanya :
"Haaahhh. ..haaahhh....haaahhh.... Go tayhiap, selama aku Thi
Eng khi masih berada di sini, jangan harap rencanamu untuk
mengorbankan diri bisa terwujud seperti apa yang kau inginkan!”
Belum selesai dia berkata, tampak bayangan manusia berkelewat
lewat, tahu tahu pencuri sakti sudah kena dicengkeram oleh Thi Eng
khi dan dilemparkan kearah Keng it totiang dari Bu tong pay.
“Harap lindungi keselamatan Go tayhiap dengan barisan Jit seng
kiam tin perguruan kalian!”
Selesai berkata, dia sudah melayang balik ketempat semula. Hian
im Tee kun sama sekali tidak berkutik dari posisinya semula
meskipun dia menyaksikan Thi Eng khi mencengkeram orang dan
dilemparkan kedalam barisan Jit seng kiam tin. Menanti si anak
muda itu sudah balik kembali ke tempatnya semula, dia baru berkata
sambil tertawa :
“Patung lumpur hendak menyeberang jalan, untuk melindungi
keselamatan sendiri pun tak mampu, masih ingin menyelamatkan
jiwa orang ….. Hmmm! Thi sauhiap, apakah kau tidak kuatir kalau
tindakanmu itu akan menimbulkan bencana bagi orang orang Siau
lim pay dan Bu tong pay?”
Mendengar perkataan tersebut, Thi Eng khi menjadi tertegun,
kemudian pikirnya :
“Kalaupun aku sendiri tidak memikirkan persoalan ini, memang
tidak seharusnya menyeret orang lain dalam keadaan seperti ini.
Yaa, tindakan yang kuambil sekarang memang kelewat ceroboh!”
Perasaan menyesal segera timbul dalam hati kecilnya, baru saja
dia akan berpaling untuk minta maaf kepada rekan rekan dari Siau
lim pay dan Bu tong pay, mendadak terdengar Keng hian totiang,
ketua dari Bu tong pay sudah terkata dengan ilmu menyampaikan
suara.

1030
“Suatu persahabatan sejati tidak memperhitungkan soal untung
rugi, apalagi musuh tangguh berada didepan mata sekarang, harap
Thi ciangbunjin jangan memecahkan perhatian sehingga situasi kena
ditunggangi musuh.”
Dari ucapan mana sudah jelas terdengar kalau mereka semua
siap sedia untuk menghadapi bencana bersama sama, disamping
memperingatkan kepada Thi Eng khi untuk meningkatkan
kewaspadaannya.
Thi Eng khi menjadi amat terperanjat, dengan cepat dia berusaha
untuk menenangkan pikirannya, kemudian menghimpun te¬naga
dalamnya untuk bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan
yang tak diinginkan, setelah itu dengan sikap tak acuh katanya
sambil tertawa hambar :
“Aku tidak kuatir untuk menghadapi banyak persoalan, lihat saja
nanti akan hasilnya.”
Hian im Tee kun betul betul gusar sekali, namun diluar dia tetap
bersikap lembut dan lunak, kembali dia berkata :
“Thi ciangbunjin memang seorang enghiong hohan, pun Tee kun
paling suka dengan pemuda seperti kau, lebih baik tak usah kita
bicarakan lagi tentang masalah yang memuakkan hati itu,
bagaimana kalau kita berbincang kembali dari awal untuk mencoba
menjajaki suatu kerjasama diantara kita berdua?"
Dengan cepat Thi Eng khi menggelengkan kepalanya berulang
kali.
"Tiada persoalan yang dibicarakan lagi diantara kita berdua, aku
bersedia menerima petunjuk dari Tee kun!”
Meledaklah amarah dalam hati Hian im Tee kun, dia segera
mendongakkan kepalanya dan tertawa seram.
“Haaahhh…. haaahhh... haaahhh…. kau, kau…., kau anggap
kepandaian yang kau miliki itu sudah mampu untuk menandingi pun
Tee kun? Pada seratus tahun berselang pun Tee kun sudah pernah

1031
mencoba kehebatan dari ilmu Heng kian sinkang tersebut akhirnya
yang mampus bukan pun Tee kun melainkan pihak lawan. Huuuh,
dengan mengandalkan hasil latihanmu selama dua puluh tahun,
sekalipun balik pada seratus tahun berselang pun paling banter
hanya bisa bertarung seimbang denganku, tapi hari ini …. hmmm,
kuanjurkan kepadamu, lebih baik janganlah keblinger oleh kata kata
pujianku tadi sehingga tak tahu diri!"
Paras muka Thi Eng khi berubah pula menjadi amat serius,
katanya dengan wajah bersungguh sungguh :
"Selama kebenaran berada ditanganku, tak akan kuhindari semua
kenyataan yang ada, sekalipun harus mempertaruhkan selembar
jiwa pun. Kini hanya sebuah jalan yang bisa kita tempuh, yakni kalau
bukan kau yang mampus, akulah yang binasa.”
Seusai berkata, dia memandang sekejap ke arah dua orang
perempuan Hian im tersebut, lalu terusnya :
"Mereka semua bukan tandinganku, apabila Tee kun merasa jeri
untuk melangsungkan pertarungan, aku pun bersedia untuk
memberi kelonggaran dengan memberi kesempatan bagi kalian pada
hari ini untuk kembali ke istana Ban seng kiong.”
Senyuman yang semula menghiasi ujung bibir Hian im Tee kun
segera lenyap tak berbekas, serunya cepat :
“Kau benar benar seorang manusia yang tak tahu diri, aku akan
mengalah tiga jurus untukmu!”
Dengan cepat Thi Eng khi melepaskan tiga pukulan ke tengah
udara, lalu menyahut :
"Mengingat usiamu sudah lanjut, tiga jurusmu itu sudah
kuterima…..”
Bayangan tubuh berkelebat, dia sudah menerjang ke depan,
pedang Thian liong kim kiamnya dicabut keluar dan menggunakan
jurus Tiang hong koan jit (pelangi panjang menutupi matahari)
langsung menusuk jalan darah Hu ciat hiat di lambung Hian im Tee
kun. Menghadapi musuh yang demikian tangguhnya ini, Thi Eng khi
masih belum mengerti apakah kemampuannya sanggup untuk

1032
menghadapi lawan atau tidak, maka dia tak berani bertindak
gegabah.
Untung saja dia berusia lebih muda daripada musuhnya sehingga
tak usah lagi menjaga nama dan kedudukan, itulah sebabnya begitu
turun tangan dia lantas mencabut keluar pedang Thian liong kim
kiamnya. Maju sembari mencabut pedang, berkelebat sambil
melancarkan serangan, keempat gerakan itu dilakukan berbarengan
waktunya, membuat orang tak sempat untuk melihat jelas gerakan
tersebut. Seandainya musuhnya bukan Hian im Tee kun mungkin
jarang sekali ada yang mampu untuk menyambut serangannya itu.
Sebab gerakan tubuhnya terlampau cepat bagaikan sambaran petir
saja, tahu tahu ujung pedangnya sudah berada dua inci saja diatas
jalan darah Hu ciat hiat dari Hian im Tee kun.
Hian im Tee kun memang bukan manusia sembarangan,
menyaksikan datangnya tusukan pedang Thian liong kim kiam dari
Thi Eng khi tersebut, dia segera tertawa dingin kemudian jengeknya
:
"Gerakan tubuhnya mah cukup bagus, sayang sekali dalam
pandangan pun Tee kun hal itu masih belum terhitung seberapa!”
Dia segera membalikkan telapak tangan kirinya dan
menggunakan sisi telapak tangannya dia sambut datangnya
ancaman pedang dari Thi Eng khi tersebut. Segulung tenaga pukulan
yang amat kuat dengan cepat menggerakkan pedang Thi Eng khi
sehingga miring ke samping dan menusuk ke tempat yang kosong
disamping kanan pinggangnya. Dalam keadaan demikian, terpaksa
Thi Eng khi harus melayang pergi dari situ.
Hian im Tee kun sama sekali tidak berkutik, tapi nyatanya dia
telah berhasil meloloskan diri dari serangan pertama Thi Eng khi. Di
dalam bentrokan mana, Thi Eng khi memang tidak berniat untuk
melakukan tindakan untung untungan, kegagalannya untuk menusuk
tubuh Hian im Tee kun juga sudah berada dalam dugaannya semula,
maka dia tidak merasa apa apa. Hanya disadari bahwa kesempurnan
tenaga dalam yang dimiliki Hian im Tee kun benar benar mengerikan
sekali.

1033
Berbeda sekali dengan apa yang dirasakan oleh Hian im Tee kun,
walaupun ia sudah tahu kalau Thi Eng khi memiliki tenaga dalam
yang amat sempurna, toh dia masih menilai musuhnya terlampau
rendah. Dia tidak menyangka kalau kelihayan si anak muda itu jauh
diatas apa yang di duganya semula, bahkan dengan dia sendiri pun
tidak terpaut banyak, bayangkan saja bagaimana mungkin hatinya
tidak merasa terperanjat sekali?
Sekarang, dia sudah tak berani bertindak secara gegabah lagi,
sembari memutar sepasang telapak tangannya, dia berseru :
“Nah, kau pun boleh mencoba kelihayan dari pun Tee kun!”
Bahu tanpa bergoyang, badan tanpa bergerak, entah dengan
cara bagaimana dia bergerak, tahu tahu sudah mendesak kehadapan
Thi Eng khi, bahkan telapak tangan nya segera diayunkan ke depan
langsung menghantam keatas dada si anak muda itu. Serangan
mana dilancarkan dengan kecepatan luar biasa dan sama sekali tidak
membawa desingan suara, namun keganasan dan kelihayan benar
benar luar biasa.
Thi Eng khi yang lihay segera dapat menangkap bahwa serangan
kilat tersebut meski disertai dengan angin pukulan yang dahsyat tapi
yang berbahaya justru adalah deru angin dingin yang menusuk
tulang dibalik ancaman mana. Thi Eng khi tak berani menghadapi
ancaman tersebut secara gegabah, hawa murninya segera dihimpun
dari Tan tian untuk melindungi seluruh rongga dadanya agar hawa
dingin itu tak sampai menyusup kedalam tubuhnya.
Setelah itu dia berputar cepat menggunakan ilmu gerakan tubuh
Hu kong keng im yang disertai dengan gerakan Thian liong coan sin,
tangan kirinya dari serangan pukulan berubah menjadi serangan
cakar untuk mencengkeram pergelangan tangan lawan, sementara
pedang Thian liong kim kiam ditangan kanannya menyapu keluar
dengan jurus Tha yang jut seng (matahari baru terbit).
“Sebuah serangan yang sangat bagus!” seru Hian im Tee kun
sambil tertawa seram.

1034
Sepasang telapak tangannya segera berputar, dalam waktu
singkat telapak tangan maupun pedangnya sudah melancarkan tiga
belas jurus serangan dahsyat.
Dalam pada itu, jarum Hian im ciam yang bersarang ditubuh Pek
leng siancu So Bwe leng telah berhasil diangkat keluar oleh Sam ku
sinni, apalagi telah menelan pil Kim Khong giok lek wan pemberian
Thi Eng khi, pada hakekatnya racun keji tersebut berhasil
dipunahkan dan keselamatan jiwanya juga tidak terancam lagi.
Setelah mengatur pernapasan beberapa saat lamanya, gadis itu
telah menjadi segar kembali.
Ketika dia membuka matanya dan menyaksikan Thi Eng Khi
sedang bertarung melawan seorang kakek berjubah hijau, bahkan
pihak lawan dengan mengandalkan tangan kosong telah berhasil
menahan serangan pedang Thian liong kim kiam dari Thi Eng khi,
dengan perasaan terperanjat pemudi ini menjerit lengking :
“Suhu, siapakah dia? Begitu sempurna tenaga dalam yang
dimilikinya .....!”
Sam ku sinni segera mencegah Pek leng siancu So Bwe leng
untuk berteriak serunya :
“Leng ji, jangan keras keras! Hati hati kalau sampai memecah
perhatian dari Thi sauhiap, orang itu adalah Hian im Tee kun!”
Pek leng siancu So Bwe leng menarik napas dingin, dia
mengenggam tangan sendiri kencang kencang dan mengikuti
jalannya pertarungan itu dengan melotot, saking tegangnya dia
sampai tak mampu bernapas. Bukan cuma gadis itu saja, bahkan
semua jago yang mengikuti jalannya pertarungan itupun seakan
akan melupakan keselamatan sendiri, seluruh perhatian mereka
telah dicurahkan ketengah arena dan menonton jalannya
pertarungan dengan hati berdebar.
Dalam pemunculannya yang terakhir di dalam dunia persilatan,
semua orang memang sudah tahu kalau kepandaian silat yang
dimiliki Thi Eng khi telah memperoleh kemajuan yang amat pesat
tapi sampai dimanakah kemajuan tersebut, orang masih bertanya
tanya dalam hati. Sekarang orang baru tahu kalau pemuda itu amat

1035
tangguh, terutama sekali dalam pertarungannya melawan Hian im
Tee kun, baik serangan maupun pertahanan di luar secara bagus
sekali, bahkan kekuatan serangan yang dipergunakan juga dahsyat,
ditinjau dari keadaannya sekarang, sudah jelas kalau kekuatan
mereka berdua seimbang.
Sam ku sinni dan Pek leng siancu So Bwe leng yang menjumpai
hal ini benar benar merasa gembira serta memuji tiada hentinya.
Apalagi Sam ciat jiu Li Tin tang, saking terharunya air mata sampai
jatuh bercucuran dengan derasnya. Di tengah pertarungan, tampak
kedua orang yang sedang bertarung cepat itu, sekarang mulai
melambankan gerakan masing masing dan saling mundur sejauh
satu kaki lebih, gerakan yang digunakan pun amat lamban.
Pertarungan jarak jauh ini sepintas lalu tampak seperti mainan
saja, sedikitpun tak nampak berbahaya. Padahal pertarungan itu
sudah meningkat pada tahap yang paling berbahaya, mati hidup
mereka berdua justru akan ditentukan dari hasil pertarungan ini.
Waktu itu, pedang Thian liong kim kiam dari Thi Eng khi sedang
diputar sembari melakukan tusukan, serentetan cahaya tajam yang
menyilaukan mata segera memancar keluar dari balik ujung pedang
itu dan langsung menyerang ke hadapan Hian im Tee kun.
Sebaliknya Hian im Tee kun mengerahkan tenaganya tanpa
menimbulkan sedikit suarapun, akan tetapi ditengah udara secara
lambat lambat terlihat selapis hawa berwarna hijau keputih putihan
yang menggulung kemuka.
Tampak kedua belah pihak sudah meningkatkan pertarungan itu
menjadi suatu pertarungan beradu tenaga dalam. Tampak Sam ciat
jiu Li Tin tang menjerit kaget bercampur gembira, kemudian sambil
menari nari gumannya :
“Aaaah.... aaah.... ini dia jurus Jit tin tiong thian (Matahari tepat
di tengah angkasa) dari Thian liong kiam hoat, ternyata dia telah
berhasil mencapai ke tingkatan melukai orang dari seratus langkah
....
Oooh, mungkin suhu dia orang tua pun akan merasa kagum
setelah menyaksikan peristiwa ini.”
Menyusul kemudian sambil menghela napas panjang terusnya :

1036
“Aaai..... iblis tua ini memang sangat lihay, dengan ilmu Jit tin
tiong thian yang begitu hebat pun ternyata tak mampu untuk
melukai dirinya!"
Perlu diketahui dalam hal tenaga dalam Thi Eng khi telah
memperoleh kemajuan berkat ilmu Heng Kian sin kang peninggalan
Cu sim ci cu Thio Biau liong tapi berhubung waktu yang amat
singkat, hal ini membuat pemuda tersebut belum berhasil
menemukan kepandaian kepandaian lain di balik ilmu tersebut. Tapi
berhubung dia pintar, maka ilmu Heng kian sinkang tersebut telah
dileburnya menjadi satu dengan ilmu Sian thian bu khek ji gi sin
kang dari Thian liong pay sehingga kekuatannya menjadi makin
bertambah. Akan tetapi, dalam setiap pertarungan yang
berlangsung, dia belum dapat memisahkan diri dari ilmu silat aliran
Thian liong pay serta ilmu meringankan tubuh Hu kong keng im dari
Bu im sin hong Kian Kim siang ......
Berbicara soal tenaga dalam, Thi Eng khi memang masih kalah
dengan Hian im Tee kun, tapi berhubung dia mengandalkan Thian
liong kim kiam yang memancarkan hawa pedang untuk melawan
Hian im Tee kun yang bertangan kosong, maka untuk sementara
waktu perlawanan masih bisa diberikan secara ketat.
Dalam waktu singkat, kedua belah pihak telah bertarung sampai
duaratus gerakan lebih. Meski dua ratus gerakan sudah lewat,
kenyataannya Hian in Tee kun belum juga berhasil menguasai
keadaan sebaliknya Thi Eng khi dengan cahaya emas melingkari
tubuhnya, selalu berhasil mengimbangi musuhnya tanpa
memperlihatkan gejala akan kalah. Padahal Hian im Tee kun adalah
seorang jagoan yang menganggap dirinya nomor wahid dikolong
langit, dengan kedudukan dan kemampuan yang dimilikinya,
jangankan kalah ditangan Thi Eng khi, sekalipun bertarung dalam
keadaan seimbang pun sudah cukup membuat dia kehilangan muka.
Tentu saja diapun dapat mengetahui kalau alasan yang
menyebabkan Thi Eng khi tidak sampai kalah adalah tajamnya
pedang Thian liong kim kiam tersebut. Sekalipun begitu, diapun
merasa rikuh dan malu untuk mencabut senjata tajamnya dalam
keadaan seperti ini. Apalagi didalam perjalanannya kali ini

1037
menelusuri dunia persilatan, dia selalu menganggap ilmu silatnya
tiada tandingan dikolong langit sehingga senjata andalannya Hian im
kui jin telah diserahkan kepada Hian im ji li. Maka walaupun dia tidak
kuatir ditertawakan orang pun, tak mungkin baginya untuk
mencabut senjatanya lagi.
Keadaan yang membuatnya kehilangan muka ini kontan saja
membangkitkan kemarahan yang luar biasa dari gembong iblis
tersebut, dia mulai berpekik dengan kerasnya mengikuti pergolakan
emosi yang membara dalam dadanya, paras mukanya pun berubah
dari putih menjadi hijau, lalu dari hijau berubah menjadi merah, kini
dia sudah mengerahkan tenaga dalam Hian im ceng lek nya hingga
mencapai dua belas bagian.
Thi Eng khi ibaratnya anak macan yang baru turun gunung, dia
tidak jeri barang sedikit pun menghadapi lawannya, setelah
mempunyai pengalaman bertarung sebanyak dua ratus gebrakan,
rasa jeri yang semula mencekam dadanya, lambat laun berhasil
dikendalikan kembali. Maka sewaktu dilihatnya paras muka Hian im
Tee kun telah berubah hebat, sadarlah dia kalau pihak lawan sudah
bersiap siap untuk mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya
untuk membunuh dia.
Pemuda ini cukup tahu diri, ia mengerti kemampuannya untuk
bertahan sebanyak dua ratus gebrakan pun boleh dibilang telah
mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya, kalau dibilang
apakah dia masih mampu untuk membendung serangan Hian im Tee
kun yang dilancarkan dengan sepenuh tenaga itu, rasanya harapan
mana tipis sekali. Walaupun tahu kalau bukan tandingan lawan,
apakah dia harus menyerah kalah dengan begitu saja?
Tidak! Thi Eng khi bukan seorang manu¬sia yang gampang
menyerah dengan begitu saja, dia mempunyai tekad yang amat
teguh dan niat yang tak akan berubah sekalipun tak akan mampu
menahan serangan dari Hian im Tee kun, dia tetap akan
memberikan perlawanan dengan sekuat tenaga. Apabila dipaksakan
suatu pertarungan yang berakibat sama sama terluka, tentu saja hal
ini lebih baik lagi kalau tidak dia pun harus merontokkan
kewibawaan dan rasa percaya pada diri sendiri dari lawannya,

1038
sehingga dengan begitu, pengorbanannya menjadi sama sekali tidak
sia-sia.
Maka dia pun mengerahkan segenap tenaga dalam yang
dimilikinya hingga mencapai pada puncaknya. Namun justru karena
dia sudah mempunyai tekad untuk memaksa musuhnya sama sama
terluka, maka sewaktu mengerahkan tenaga dalam pun dia dapat
mengatur tenaganya secara tepat. Atau dengan perkataan lain, dia
berusaha untuk melukai musuhnya separah mungkin dan
menghindarkan diri dari luka yang seringan mungkin sehingga tak
sampai Kehilangam nyawa.
Kini, kedua belah pihak sama sama telah menghentikan
pertarungan, empat mata saling bertatap pandang, mulut
membungkam, badan tak berkutik, tapi begitu bergerak maka sudab
pasti akan terjadi suatu pertarungan yang amat luar biasa.
Sam ku sinni segera dapat menangkap situasi yang tidak beres
maka dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara, dia berbisik
kepada ketua Siau lim pay, ketua Bu tong pay dan pengemis sakti
bermata harimau Cu Goan po.
"Pertempuran yang berlangsung saat ini sangat berpengaruh atas
nasib dunia persilatan dimasa mendatang, menurut pendapat pinni,
walaupun tenaga dalam yang dimiliki Thi sauhiap sudah mencapai
tingkatan yang luar biasa, namun apabila diadu dengan gembong
iblis tua tersebut maka dia masih kalah dalam pengalaman, pinni
kuatir segala sesuatunya akan berlangsung di luar dugaan. Sekarang
aku minta kepada ciangbunjin berdua dan Cu pangcu untuk
melepaskan pikiran kalian untuk mencegah larinya musuh, cepat
himpun segenap kekuatan yang ada ikuti gerakan dari pinni.
Bilamana perlu kita harus mengorbankan diri, yang terpenting
adalah selamatkan Thi sauhiap dari ancaman bahaya!”
Ketua Siau lim pay, ketua Bu tong pay dan Pengemis sakti
bermata harimau Cu Goan po segera mengiakan, mereka tahu bila
usaha mereka untuk menyelamatkan Thi Eng khi gagal, maka
segenap kekuatan mereka akan tumpas disini pada hari ini juga.
Menyusul kemudian barisan Siao kit tan goan Lo han tin dari Siau lim

1039
pay dan Jit seng kiam tin dari Bu tong pay dan Ngo heng ngo kay
dari pihak Kay pang bersama sama mengikuti Sam ku sinni untuk
merapat ke belakang tubuh Thi Eng khi.
Tiba tiba Pek leng siancu So Bwe leng bertanya kepada Sam ku
sinni dengan suara lirih :
“Suhu, mengapa kau nampak kegitu tegang?”
Sekalipun Pek leng siancu So Bwe leng memiliki tenaga dalam
yang amat sempurna, namun berhubung kekurangan pengalaman,
maka dia masih belum dapat menyaksikan ancaman bahaya maut
yang berada didepan mata.
Dengan ilmu menyampaikan suara, Sam ku sinni segera
memperingatkan kepada Pek leng siancu So Bwe leng :
“Leng ji, apabila terjadi sesuatu yang di luar dugaan dalam
pertarungan nanti, bawa tubuh Thi Eng khi dan menyelamatkannya
dari sini merupakan tugasmu."
Pek leng siancu So Bwe leng segera merasakan pula betapa
seriusnya situasi yang mereka hadapi, maka dengan ilmu
menyampaikan suara pula, dia segera bertanya :
"Bagaimana dengan kalian?"
“Kau tak usah mencampuri urusan kami, pokoknya kau harus
ingat, menyelamatkan Thi sauhiap berarti menyelamatkan seluruh
umat persilatan dari ancaman bahaya maut, asal Thi sauhiap bisa
hidup, sekalipun kau sendiri harus mengorbankan diri juga tak
mengapa, pokoknya yang paling penting dia harus tetap hidup.”
“Suhu, kau tak usah kuatir" sahut Pek leng siancu So Bwe leng
dengan kening berkerut, "bagi anak Leng, aku dan engkoh Eng
hanya terdiri dari selembar nyawa!"
"Bagus sekali! Kau.... ”
Belum sempat Sam Ku sinni menyelesaikan perkataannya,
terdengar Hian im Tee kun sudah membentak keras :
"Bocah keparat, lihat serangan!”

1040
Mendadak tubuhnya meluncur ketengah angkasa setinggi dua
kaki enam tujuh depa lalu dengan gerakan Cong eng phu toh
(burung elang menubruk kelinci) dengan membawa segulung
hembusan angin dingin menerkam keatas kepala Thi Eng khi, pada
saat itulah sepasang telapak tangannya baru didorong kemuka
melepaskan sebuah pukulan dahsyat yang mengerikan sekali
keadaannya.
Disaat Hian im Tee kun dengan gerakan burung elang menubruk
kelinci, Thi Eng khi telah membuang pedang Thian liong kim
kiamnya ke samping kiri dimana tak nampak manusia, lalu dengan
telapak tangan kosong menyongsong datangnya serangan maut itu.
Thi Eng khi tahu kalau tenaga dalamnya sukar untuk melawan
serangan dari Hian im Tee kun yang dilepaskan dengan sepenuh
tenaga itu, apalagi baru saja dia membuang pedangnya dengan
mempergunakan ilmu pedang terbang, halmana membuat
tenaganya untuk membela diri semakin bertambah lemah. Tapi Thi
Eng khi tidak merasa gentar, dengan suatu tekad yang membawa
kecerdasan dan keberanian yang luar biasa, sambil mengerahkan
tenaganya untuk melindungi jantung, dia pun turut melejit ke udara
menyambut datangnya tubrukan dari Hiam im Tee kun tersebut,
bahkan kehebatannya sama sekali tak kalah jika dibandingkan
dengan gerakan Hian im Tee kun tersebut.
Sewaktu dua sosok bayangan manusia itu saling membentur
ditengah udara, dua gulung kekuatan yang maha hebat pun segera
saling membentur satu sama lainnya. Thi Eng khi mendengus
tertahan dan terjatuh kembali ke tanah, sepasang kakinya menancap
sampai sedalam beberapa depa, wajahnya berubah dari hijau
menjadi merah darah, tapi sekulum senyuman dingin masih tetap
menghiasi ujung bibirnya, sehingga hal ini membuat orang tak bisa
menduga apakah luka yang dideritanya itu berat atau ringan.
Hian im Tee kun juga segera memperdengarkan suara tertawa
yang menyeramkan. Disaat Thi Eng khi melayang turun ke tanah
dalam keadaan terluka dan Hian im tee kun baru saja tertawa seram
inilah, pedang Thian liong kim kiam yang dilontarkan Thi Eng khi ke
arah sebelah kiri itu sudah berputar satu lingkaran ditengah udara

1041
dan menyambar datang dari arah belakang tubuh Hian im Tee kun.
Belum habis Hian im Tee kun tertawa seram, tubuhnya sudah
terpercik darah segar ia segera berpekik seram, dengan jurus Im li
huan sin (membalikkan badan di tengah mega) melayang balik
keposisinya semula. Ketika telapak tangan kirinya diperiksa, darah
sudah membasahi seluruh lengannya ternyata lengan itu sudah
terpapas hilang separuh bagian. Sementara itu pedang Thian liong
kim kiam itu pun sudah melayang kembali ke tangan Thi Eng khi.
Dengan tangan kanannya Hian im Tee kun menotok jalan darah
di tangan kirinya untuk menghentikan aliran darah dan rasa
sakitnya, awan hitam seakan akan menyelamati seluruh wajahnya,
sambil memperdengarkan suara tertawa dingin yang mengerikan
selangkah demi setangkah dia berjalan mendekati Thi Eng khi.
Sam ku sinni dan Pek leng siancu So Bwe leng sekalian berada
dibelakang Thi Eng khi kontan saja menjadi kacau balau tak karuan,
mereka segera melaksanakan rencana semula dan bersama
menerjang ke depan, yang bertugas menghadang musuh segera
menghadang musuh dan menolong orang.
Siapa tahu pada saat itulah Thi Eng khi membentak keras:
“Berhenti!”
Suaranya amat nyaring dan penuh dengan hawa murni, ternyata
keadaannya tidak mirip dengan orang yang sedang terluka parah.
Mendengar bentakan tersebut, tanpa terasa Sam ku sinni sekalian
segera menghentikan langkah masing masing dna berkumpul
kembali di belakang Thi Eng khi. Hian im Tee kun juga kelihatan
tertegun, rasa kaget menyelimuti wajahnya, ternyata dia tak berani
maju lagi.
Mencorong sinar tajam dari balik mata Thi Eng khi, dengan
gagahnya dia berdiri dengan pedang Thian liong kim kiam ditangan
lalu sambil menuding ke arah Hian im Tee kun, bentaknya :
"Iblis jika kau berani maju selangkah lagi aku akan menggunakan
sisa kekuatan yang kumiliki untuk beradu jiwa denganmu?”

1042
Paras muka Hian im Tee kun berubah berulang kali, tampaknya
dia dibikin keder juga oleh keangkeran Thi Eng khi sehingga rasa
percaya pada dirinya sendiri menjadi goyah. Apalagi setelah
menyaksikan telapak tangan kirinya yang terpapas separuh oleh
bacokan pedang Thian liong kim kiam tersebut, dia nampak semakin
ragu ragu lagi. Akhirnya dia mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak bahak.
“Haaahh...... haaahhh.... haaahhhh.... sejak terjun ke dunia
persilatan, belum pernah ada orang yang mampu menerima
seranganku dengan sepenuh tenaga, beruntung sekali kau tak
sampai mampus. Dengan kedudukan lohu sekarang, masa aku akan
turun tangan lagi kepadamu? Hari ini aku mengampuni jiwamu,
setiap saat kunantikan kedatanganmu di istana Ban seng kiong, saat
itulah kita boleh menentukan lagi siapa yang lebih jagoan diantara
kita.”
Selesai berkata, dia lantas melompat naik keatas sebuah kuda
kosong dan perintahnya kepada Hian im ji li :
“Memandang diatas wajah Thi sauhiap panggil kembali empat toa
tongcu, kita urungkan dulu masalah Thian liong pay!”
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Hian im ji li melompat
pergi meninggalkan tempat itu.
"Ayo berangkat!” Hian im Tee kun segera membentak keras
sambil mengebaskan ujung bajunya. Debu beterbangan keangkasa,
Hian im Tee kun diiringi para begundalnya segera berlalu dari situ.
Thi Eng khi masih tetap berdiri tegap bagaikan bukit karang,
mendadak saja paras mukanya berubah menjadi kaku, lalu terlihat
darah kental mengucur keluar dari bibirnya dan mengotori pakaian
yang dikenakan...
Menanti Hian im Tee kun sudah pergi jauh, semua orang baru
menghembuskan napas panjang, mereka segera berpaling dan siap
siap memberi hormat kepada Thi Eng khi. Akan tetapi setelah
menyaksikan keadaan dari Thi Eng khi tersebut semua orang baru

1043
merasa terperanjat dan tercengang sehingga untuk beberapa saat
lamanya mereka membungkam dalam seribu bahasa.
“Engkoh Eng, kenapa kau?" teriak Pek leng siancu So Bwe leng
sambil menubruk tubuh Thi Eng khi.
Begitu tubuh Thi Eng khi kena ditubruk oleh Pek leng siancu So
Bwe leng, pedang emasnya segera terlepas dari cekalan dan terjatuh
ke atas tanah, tubuhnya turut terjengkang pula kebelakang dan
roboh ke atas tanah. Untung Sim ku sinni bertindak cepat, dia
segera menyelinap kedepan dan menyanggah badannya, kemudian
setelah memeriksa sebentar denyutan nadinya dia berkata :
"Dengan luka dalam yang parah rupanya Thi sauhiap telah
mengerahkan sisa kekuatan yang dimiliki untuk membuat kabur Hian
im Tee kun, tapi justru gara gara perbuatan itu, dia telah
melenyapkan harapan sendiri untuk melanjutkan hidup,
pengorbanan ini benar benar mengagumkan dan patut dikagumi.”
“Uhu …..” Pek leng siancu So Bwe leng segera berseru dengan
amat sedih, “Kau mengatakan engkoh Eng akan….. akan pergi? Aku
….aku …..”
Belum habis berkata, dia sudah jatuh tak sadarkan diri. Sam ku
sinni harus menahan tubuh Thi Eng khi, maka melihat Pek leng
siancu So Bwe leng jatuh tak sadarkan diri, dia menjadi gelisah
sampai mendepak depakkan kakinya berulang kali sambil mengomel
panjang lebar :
“Thi sauhiap belum lagi putus nyawa, bocah ini sudah tak mampu
menahan diri. Aaaai…. benar benar keterlaluan.”
Padahal dia sama sekali tidak menyangka kalau beberapa patah
katanya tadi betul betul membuat kecewanya hati orang. Sam ciat
jiu Li Tin tang segera menerima tubuh Thi Eng khi sembari berkata :
“Harap locianpwe menyadarkan nona Leng lebih dahulu,
kemudian kita baru berupaya untuk merundingkan pertolongan ini
dengan para ciangbunjin ....”
Sam ku sinni memandang sekejap kearah Thi Eng khi kemudian
menggelengkan kepalanya berulang kali dengan perasaan sedih,

1044
akhirnya dia menyingkir untuk mengurusi Pek leng siancu So Bwe
leng.
“Omitohud!” Ci long taysu, ciangbunjin dari Siau lim pay memuji
keagungan Sang Buddha, “Ci kay sute, kau segera pulang ke bukit
Siong san dan bawa pil Tay tham wan yang terakhir menuju ke
gedung Bu lim tit it keh!”
“Baik!” sahut Ci kay taysu dengan cepat. Dia segera membalikkan
badan dan berlalu dari situ.
Sementara itu Keng hian totiang, ketua dari Bu tong pay telah
mengeluarkan sebuah botol porselen dan mengambil sebutir pil
berwarna hijau, sambil diletakkan di atas telapak tangannya, ia
berkata :
"Pil ini merupakan pil Ci kim wan dari partai kami, harap Li
tayhiap segera memasukkan ke dalam mulut Thi ciangbunjin!”
Sam ciat jiu Li Tin tang menjadi girang sekali sesudah mendengar
perkataan itu, se¬gera ujarnya :
“Ci kim wan merupakan pil mestika, pil pelindung nyawa bagi
ciangbunjin partai kalian, bagaimana.... bagaimana, mungkin partai
kami.... boleh.... boleh menerimanya!”
Sekalipun dimulut ia berkata demikian, namun toh segera
membuka geraham Thi Eng khi untuk menjejalkan obat tersebut ke
dalam mulut pemuda itu. Perlu diketahui, pil Ci kim wan merupakan
obat mestika yang tiada nilainya bagi aliran Bu tong pay, sekalipun
daya kerja obat tersebut tak bisa dibandingkan dengan Tay tham
wan dari Siau lim pay atau Toh mia kim wan dari Thian liong pay,
namun obat tersebut memang merupakan obat penyembuh luka
yang amat mustajab dalam dunia persilatan....
Di dalam partai Bu tong pay sekarang pun tinggal sebutir saja
yang selalu digembol ciangbunjin sebagai obat pelindung nyawa.
Biasanya, kendatipun anak murid sendiri yang terancam bahaya
maut pun mereka tidak berhak untuk menikmati pil mana. Tapi
sekarang Keng hian totiang dari Bu tong pay tak segan
mengorbankan Ci kim wannya, dari sini bisa diketahui betapa

1045
pentingnya Thi Eng khi buat mereka. Lagipula, ketika Ci kim wan
tersebut terjatuh ke tangan Keng hian totiang, jumlahnya tinggal
sebutir saja, hanya sama sekali tidak mengetahui akan hal ini.
Setelah Thi Eng khi menelan pil Ci kim wan dari Bu tong pay itu,
ternyata paras mukanya belum juga menunjukkan perubahan apa
apa. Sementara itu, Pek leng siancu So Bwe leng sudah sadar
kembali, tapi ia menangis dan tertawa silih berganti hal Ini membuat
semua orang merasakan pikirannya menjadi kalut, ternyata semua
orang lupa kalau dalam saku Thi Eng khi masih terdapat obat kim
khong giok lok wan yang hebat.
Seandainya obat Ci kim wan digabungkan dengan pil Kim khong
giok lok wan tersebut maka kendatipun luka yang diderita Thi Eng
khi lebih parah pun, seharusnya selembar jiwanya tak akan sampai
terancam oleh bahaya maut. Tapi sayangnya, justru pada waktu itu
tak seorang manusia pun yang teringat akan hal ini.
Awan kelabu segera menyelimuti seluruh bukit tersebut, terpaksa
semua orang memutuskan untuk membawa Thi Eng khi untuk balik
dulu ke Gedung Bu lim tit it keh sebelum menyusun rencana lebih
jauh.
Thi Eng khi dipayang oleh Sam ciat jiu Li Tin tang berjalan
didepan, sedang dibelakangnya mengikuti sebaris jago jago silat
yang semuanya diliputi oleh perasaan sedih dan berat. Tatkala
semua orang baru saja turun dari tebing dan memasuki sebuah
hutan, mendadak dari sisi hutan tersebut melayang keluar sesosok
bayangan manusia yang bergerak menggunakan ilmu Hu kong keng
im.
Dia menyambar lewat melalui samping tubuh Sam ciat jiu Li Tin
tang yang tak pernah menduganya itu. Didalam sekali gebrakan
saja, bayangan manusia tersebut telah berhasil menyambar tubuh
Thi Eng khi dari tangan Sam ciat jiu Li Tin tang, kemudian sekali
berkelebat sudah berlalu dari sana.
Peristiwa ini berlangsung amat cepat dan sama sekali diluar
dugaan siapa pun, selain dari pada itu tenaga dalam yang dimiliki

1046
orang itu sangat lihay, terutama sekali ilmu meringankan tubuhnya,
boleh dibilang tiada orang yang dapat melampauinya. Belum sempat
Sam ciat jiu Li Ti tang melihat jelas paras muka serta bentuk badan
orang itu, tahu tahu tubuh Thi Eng khi telah berpindah tangan.
Saking kagetnya, dia jatuh tak sadarkan diri. Hanya Sam ku sinni
seorang yang sempat melihat jelas paras muka orang itu, dia segera
berteriak keras :
“Aaaaah, dia adalah Bu im sin hong (angin sakti tanpa bayangan)
Kian tayhiap!”
Menanti dia hendak melompat ke depan untuk melakukan
pengejaran, orang tersebut sudah berada puluhan kaki jauhnya dari
tempat semula, untuk menyusulnya jelas sudah tak mungkin lagi.
Saking gemasnya dia sampai mendepak depakkan kakinya berulang
kali, tapi apa pula yang bisa dilakukan?
Pada saat itulah, terdengar Bu im sin hong Kian Kim siang
berkata dengan ilmu menyampaikan suara :
"Sekarang, lohu butuh untuk menyelamatkan jiwa orang, tak ada
waktu untuk ribut lagi dengan kalian, terpaksa segala sesuatunya tak
bisa diterangkan lagi!”
Di dalam kenyataan, semua orang tidak ada yang tahu kalau
sebetulnya Bu im sin hong Kian Kim siang hanya dicatut namanya
oleh pihak Ban seng kiong untuk dijadikan salah seorang dari ke
empat Toa tongcu, dalam keadaan demikian, sekalipun dia memberi
keterangan sampai lidahnya putus pun, jangan harap semua orang
bisa dibikin percaya dan menyerahkan Thi Eng khi untuk dibawanya
pergi. Itulah sebabnya, terpaksa dia harus mempergunakan cara
seperti ini untuk mencapai maksudnya.
Sementara Sam ku sinni masih berdiri tertegun, Pek leng siancu
So Bwe leng sudah menjerit lengking, kemudian tanpa
memperdulikan persoalan apapun melakukan pengejaran ke depan.
“Leng ji!” Sam ku sinni segera berteriak keras.
Dia pun ikut lari ke depan untuk menyusul Pek leng siancu So
Bwe leng yang sedang kabur didepan. Sesungguhnya ilmu

1047
meringankan tubuh Hu kong keng im yang dimiliki Bo im sin Hong
Kian kim siang memang tiada duanya di kolong langit dewasa ini,
ditambah pula tenaga dalamnya jauh lebih sempurna jika
dibandingkan dengan Pek leng siancu So Bwe leng maupun Sam ku
sinni, bayangkan saja bagaimana mungkin ke dua orang itu dapat
menyusulnya?
Tidak sampai empat lima li kemudian, kedua orang itu sudah
kehilangan jejaknya. Dalam keadaan begini, Pak leng siancu So Bwe
leng segera berhenti mengejar dan menangis tersedu sedu, untuk
sementara waktu dia tak tahu apa yang mesti dilakukannya. Sam ku
sinni segera maju menghampiri dan menghiburnya dengan beberapa
patah kata. Akhirnya dengan susah payah dia dapat juga mengajaK
Pek leng siancu So Bwe leng untuk kembali ke gedung Bu lim tit it
keh....
Rencana Thian liong pay untuk bergabung dengan pihak istana
Ban seng kiong pun menjadi batal dan berakhir sampai disitu. Ke
empat toa tongcu yang dikirim pihak Ban seng kiong ke partai Thian
liong pay pun mendapat perintah untuk meninggalkan partai Thian
liong pay. Ternyata Hian im Tee kun memang cukup dapat dipercaya
perkataannya, dia membuktikan untuk tidak menyulitkan anak murid
partai Thian liong pay lagi.
Keng thian giok cu Thi Keng merasakan peristiwa itu datangnya
sangat mendadak bahkan tidak sempat memberi petunjuk kepada
Pit tee jiu Wong Tin pak lagi, bersama Hian im ji li, mereka segera
mengundurkan diri dari situ. Pit tee jiu Wong Tin pak lebih
kebingungan lagi, dia merasa seakan akan sedang mendapatkan
sebuah impian buruk. Menanti Sam ciat jiu Li Tin tang bersama para
jago dari Siau lim pay, Bu tong pay dan pihak Kay pang sudah
sampai semua di gedung Bu lim tit it keh, semua orang baru
mengetahui sebab musabab pihak Ban seng kiong menarik diri dari
situ. Tapi setelah mengetahui kalau Thi Eng khi terluka patah dan
dilarikan orang, seluruh anggota partai Thian liong pay terjerumus
kembali dalam suasana yang sedih dan murung.
SEMENTARA itu, setelah Bu im sin hong Kian Kim siang berhasil
meloloskan diri dari pengejaran Pek leng siancu So Bwe leng dan

1048
Sam ku sinni, dia segera mencari sebuah gua dan mengeluarkan
botol berisi Kim khong giok lok wan dari sakunya, sekaligus dia
memberi tiga butir pil ke dalam mulut Thi Eng khi serta
mengerahkan tenaganya untuk menguruti sekujur tubuhnya.
Tak selang berapa saat kemudian, Thi Eng khi telah berhasil
disadarkan kembali. Kemudian sambil menempelkan telapak
tangannya diatas jalan darah Tan tian hiat dipusar Thi Eng khi, Bu
im sin hong Kian Kim siang berkata lagi :
"Saudara cilik, sekarang cobalah untuk mengatur napas, lohu
akan membantumu."
Segulung hawa panas segera mengalir masuk ke dalam
tubuhnya. Selang beberapa saat kemudian, Thi Eng khi
menggelengkan kepalanya dan menghela napas ucapnya :
"Percuma! Aku tak dapat mengumpulkan kembali segenap tenaga
dalamku...!"
Sebenarnya dia tidak seharusnya mengerahkan sisa kekuatan
yang dimiliki untuk menghardik Hian im Tee kun sehingga kabur
karena takut, sebab tindakannya itu sudah melanggar pantangan
yang paling besar bagi seorang jago persilatan. Sekarang walaupun
ada obat mustika yang membantu dirinya dan menyelamatkan
jiwanya namun hawa murninya juga turut putus bersamaan dengan
bentakan tadi.
Di dalam hal ilmu silat maupun ilmu pertabiban, Thi Eng khi
mempunyai pengetahuan yang amat luas, dia bukannya tidak
mengetahui bahaya dari perbuatannya itu, namun dia terpaksa harus
berbuat demikian sebab apabila ia tak mau mengorbankan diri,
besar kemungkinan kalau peristiwa tersebut akan memancing
datangnya bencana yang jauh lebih besar dan jauh lebih mengerikan
lagi.
Apakah Hian im Tee kun dapat melepaskan mereka semua?
Sudah jelas hal itu tak mungkin bisa terjadi. Namun Thi Eng khi
tetap bersikap amat tenang, dia sama sekali tidak merasa sedih
karena hawa murninya tak dapat terhimpun kembali, malah sembari
mengawasi Bu im sin hong Kian Kim siang, dia bertanya sambil
tertawa hambar :

1049
“Kian tua, kau tak usah membuang tenaga dengan percuma, aku
tahu kalau harapanku bisa sembuh tipis sekali. Tapi begini pun boleh
juga, bisa memulihkan kembali bentuK asliku yang tidak pandai
silatpun dapat membuat hatiku menjadi lega!"
Bu im sin hong Kian Kim siang segera menarik kembali tenaga
dalamnya, mula mula dia menggeleng dulu, kemudian ujarnya
dengan wajah bersungguh sungguh :
“Aku tahu kalau kau tak akan berlega hati, apakah kau lupa akan
keadaan kakekmu bersama kami beberapa orang tua bangka?"
Satu ingatan dengan cepat terlintas dalam benak Thi Eng khi
katanya kemudian sambil tertawa :
"Kalau begitu, kau benar benar adalah Kian tua!"
Ternyata dia masih menaruh perasaan curiga terhadap Bu im sin
hong Kian Kim siang dan sekarang kecurigaan tersebut telah berhasil
dihapus, karena bila dia bukan Kian Kim siang yang sebenarnya, dari
mana bisa mengetahui keadaan dari ke empat orang tua tersebut?
Bu im sin hong Kian Kim siang memandang sekejap ke arah Thi
Eng khi, lalu sambil tertawa dan manggut manggut katanya :
"Kau sekarang lebih berpengalaman, lagi aku ingin bertanya
kepadamu, tahukah kau akan tugas dan tanggung jawab sekarang?"
"Sekalipun tahu, apalah gunanya?"
Dengan wajah bersungguh sungguh kembali Bu im sin hong Kian
Kim siang berkata :
“Kalau toh kau sudah mengetahui akan tugas dan tanggung
jawabmu, lohu menginginkan kau untuk membangkitkan kembali
se¬mangatmu!"
Thi Eng khi segera tertawa getir.
“Sekarang apa lagi yang bisa kulakukan?"
“Aku menghendaki kau pergi mengadu nasib, jangan lupa akan
gua tempat tinggal dari Cu sim ci cu Thio locianpwe!"

1050
Begitu menyinggung tentang gua pertapaan Thio Biau liong,
dalam benak Thi Eng khi segera terlintas kembali berbagai obat
obatan dan kitab pusaka yang tersimpan di situ, hatinya segera
tergerak, pikirnya kemudian :
“Tiada jalan buntu didunia ini, dengan kemampuan yang dimiliki
Thio locianpwe, siapa tahu kalau dia mempunyai suatu kemampuan
untuk menolong keadaanku?"
Maka dia pun tidak memberikan pernya¬taan apa apa lagi
sebagai pertanda kalau dia sudah menyetujui. Bu im sin hong Kian
Kim siang segera tertawa terbahak bahak sambil membopong tubuh
Thi Eng khi, dia lantas mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya
dan bergerak menuju bukit Bu gi san.
Sepanjang jalan Thi Eng khi merasa amat rikuh karena harus
minta digendong terus, dia mengusulkan agar berganti memakai
kereta saja tapi usul tersebut segera ditolak oleh Bu im sin hong
Kian Kim siang. Dikatakan olehnya bahwa waktu pada saat ini amat
berharga sekali bagaikan emas, bagaimana mungkin kecepatan lari
kuda bisa dibandingkan dengan kecepatan larinya dengan ilmu
meringankan tubuh Hu kong keng im.
Ia bersikeras untuk membopong Thi Eng khi melanjutkan
perjalanannya menuju ke bukit Bu gi san. Menyaksikan kehangatan
dan kerelaan orang tua untuk berkorban, terpaksa Thi Eng khi hanya
menurut saja. Perjalanan tak mungkin bisa ditempuh dalam sehari
saja, namun semua waktu waktu yang penuh kesulitan tersebut
berhasil mereka atasi dengan sebaik-baiknya.
Akhirnya bukit Bu gi san pun muncul di depan mata. Melihat
tempat tujuan mereka sudah berada didepan mata, Bu im sin hong
Kian Kim siang segera mempercepat larinya ke depan. Dalam waktu
singkat mereka sudah memasuki daerah pegunungan tersebut dan
tidak lama kemudian telah berada dibawah bukit Sam yang hong .....
Setelah berunding sebentar, mereka memutuskan untuk masuk
kedalam gua melalui sumur Cu sim cing di kebun belakang kuil Sam
sim an.....

1051
Thi Eng khi tahu kalau didalam kuil Sam sim an tinggal Ciu Tin
tin, cuma dalam keadaan seperti ini dia tak ingin bersua muka
dengannya. Pertama, hal ini disebabkan dia tak ingin Ciu Tin tin
merasa sedih setelah menyaksikan keadaannya sekarang. Ke dua,
dia sudah terlalu banyak berhutang budi kepadanya, maka ia merasa
agak rikuh untuk berjumpa muka dengannya.
Tampaknya Bu im sin hong Kian Kim siang juga kuatir kalau
kehadiran Ciu Tin tin bisa mempengaruhi perasaan Thi Eng khi, oleh
sebab itu dia setuju kalau Thi Eng khi jangan bertemu dahulu
dengan gadis tersebut untuk sementara waktu. Maka mereka pun
mencari suata tempat yang tersembunyi untuk beristirahat sambil
menunggu datangnya malam hari untuk berangkat ke kebun
belakang kuil Sam sim an.
Tapi sewaktu mereka tiba di kuil Sam sim an, apa yang terlihat
membuat perasaan mereka tertegun dan amat sedih, sampai
setengah harian lamanya kedua orang itu tak sanggup mengucapkan
sepatah katapun.
Ternyata kuil Sam sim an telah terbakar sampai habis.
Memandang puing puing yang berserakan serta asap yang masih
mengepul, bisa diduga kalau peristiwa kebakaran tersebut baru
berlangsung dua hari berselang. Sedangkan sumur Cu sim cing di
kebun belakang pun sudah dihantam orang sampai ambruk separuh.
Disamping itu, batang pohon dan daun yang rontok telah bercerai
berai melapisi permukaan tanah, ini menunjukkan kalau di sana
telah berlangsung suatu pertarungan sengit.
Dalam keadaan demikian, mau tak mau Thi Eng khi harus
memikirkan kembali keselamatan jiwa dari Ciu Tin tin, dia merasa
wajib untuk menye!idiki keadaan ini sampat jelas.
Bu im sin hong Kian Kim siang segera mengabulkan permintaan
Thi Eng khi untuk mencari jejak si nona. Dia menurunkan anak muda
itu dan melakukan pencarian dibalik reruntuhan kuil yang telah
mengarang tersebut, akhirnya dia berhasil menemukan sesosok
mayat yang telah terbakar menjadi arang....

1052
“Orang ini sudah terbakar hingga hancur sama sekali, bagaimana
mungkin bisa diketahui siapakah dia?" kata Bu im sin hong Kian Kim
siang kemudian.
Dengan jantung berdebar keras Thi Eng kbi berseru :
“Di dalam kuil itu hanya berdiam Bu nay nay dan enci Tin berdua,
mungkinkah mayat ini adalah salah satu diantara mereka berdua?"
Tentu saja dia berharap mayat tersebut bukan salah satu
diantara mereka berdua. Dengan kening berkerut Bu im sin hong
Kian Kim siang berkata kemudian :
“Bila disaksikan dari keadaan yang ter¬bentang didepan mata
sekarang, sudah pasti nenek Bu dan nona Ciu dipaksa berada
dibawah angin, kalau tidak tak mungkin kuil Sam sim an bisa dibakar
orang sehingga ludas menjadi begini rupa, moga-moga saja mayat
ini bukan mayat mereka."
Kedua orang itu terbungkam beberapa saat, perasaan mereka
amat sedih dan siapa pun tidak tega untuk meninggalkan tempat
tersebut. Mendadak mencorong sinar mata yang amat tajam dari
balik mata Bu im sin hong Kian Kim siang, dia berpaling ke arah
sebelah kiri, kemudian bentaknya keras keras :
"Siapa disitu? Ayo cepat menggelinding keluar!"
Bersama dengan bentakan tadi, dari sepuluh kaki disisi arena
nampak sesosok bayangan manusia berkelebat keluar dari tempat
persembunyian dan langsung meluncur ke muka. Orang itu
mengenakan baju serba hitam tapi berwajah putih, begitu bertemu
dengan Bu im sin bong Kian Kim siang dan Thi Eng khi, agaknya
kemarahan orang itu sudah tak terkendalikan, tanpa mengucapkan
sepatah katapun, sepasang tangannya segera dipisahkan ke
samping, kemudian dengan jurus Coo yu kay kiong (Kiri kanan
mementang busur) dia lepaskan dua pukulan dahsyat ke tubuh Bu
im sin hong Kian Kim siang dan Thi Eng khi.
Tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi sudah punah, tentu saja
dia tak mampu menahan serangan orang, untung saja ilmu
meringankan tubuh Hu kong keng im dari Bu im sin hong Kian Kim
siang sudah amat sempurna, dengan cepat dia menyelinap ke depan

1053
Thi Eng khi kemudian melepaskan sebuah pukulan untuk
menyambut datangnya ancaman tersebut.
Bu im sin hong Kian Kim siang merasa gusar kepada orang itu
karena tanpa mengucapkan sepatah katapun sudah melancarkan
serangan untuk melukai orang, dia berniat untuk memberi
peringatan kepadanya, maka serangan yang dilepaskan itu
dilancarkan dengan tenaga sebesar enam bagian.....
Tenaga pukulan yang dilancarkan Bu im sin hong Kian Kim siang
dengan tenaga sebesar enam bagian ini benar benar luar biasa
sekali, kekuatannya benar benar hebat dan tidak kalah dengan
seorang jagoan lihay. Tapi begitu ke dua gulung tenaga pukulan itu
saling membentur satu sama lainnya, Bu im sin hong Kian Kim siang
segera merasakan tenaga pukulannya menjadi ringan seakan akan
batu yang tenggelam di tengah samudra, hilang lenyap dengan
begitu saja.
Sebaliknya tenaga pukulan orang itu masih sempat menyambar
tiba dan menghantamnya sampai seluruh tubuhnya bergoncang
keras. Untung saja tenaga pukulan orang itu sudah berkurang
banyak karena benturan dengan pukulan Bu im sin hong Kian Kim
siang tadi, dengan demikian tak sampai pula melukai tubuhnya.
Namun keadaan tersebut sudah cukup membuat Bu im sin hong
Kian Kim siang merasa amat terperanjat, tanpa berpikir panjang lagi
dia segera menggunakan tenaga sebesar sepuluh bagian untuk
melepaskan sebuah pukulan dahsyat :
“Kau pun harus merasakan juga sebuah pukulanku ini!"
Sebuah pukulan yang disertai dengan tenaga yang amat dahsyat
langsung menggulung ke arah orang tersebut. Orang itu segera
tertawa dingin.
“Heeehh... heeehhh... heeehh.... sekali pun tenaga pukulanmu
tidak lemah, sayang tak akan mampu untuk berbuat banyak
terhadap lohu!"
Sepasang telapak tangannya diputar lalu menghisap, desingan
angin tajam segera terhenti dengan begitu saja dan tenaga serangan

1054
yang dipancarkan Bu im sin hong Kian Kim siang pun segara tersapu
lenyap hingga tak berbekas. Bu im sin hong Kian Kim siang adalah
seorang jago tua yang berilmu tinggi, begitu menyaksikan gerakan
melingkar sambil menghisap yang dilakukan orang itu, dengan
perasaan terkejut segera serunya :
“Aaaah, inilah hua lik sin kang (ilmu sakti pemunah tenaga),
siapakah kau?"
Orang itupun nampak agak tertegun setelah menyaksikan Bu im
sin Hong Kian Kim siang berhasil menyebutkan nama dari ilmu
silatnya secara tepat, sahutnya kemudian :
“Lohu adalah Bu Im, hari ini akan kusuruh kalian kawanan
manusia laknat merasakan dahsyatnya ilmu pukulan Hua lik sin kang
ku ini ..... "
“Weeess.....!" sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan
ketubuh Bu im sin hong Kian Kim siang. Agaknya Bu im sin hong
Kian Kim siang mengetahui betapa lihaynya tenaga pukulan Hua lik
sinkang tersebut, sekalipun ilmu pukulan yang dimilikinya jauh lebih
hebat pun, jangan harap bisa melukainya, bila dia harus bertarung
melawannya maka lebih banyak dipukulnya daripada memukul,
maka tidak menanti serangan mana mencapai sasaran, dengan ilmu
langkah Hu kong keng im segera mundur selangkah, kemudian
sambil membopong tubuh Thi Eng khi meloloskan diri dari pengaruh
pukulan lawan ......
Ketika serangan yang dilancarkan oleh Bu Im itu tidak berhasil
mengenai tubuh Bu im sin hong Kian Kim siang, dengan membawa
desingan angin pukulan yang amat dahsyat langsung menghantam
diatas sebuah batu cadas. Seketika itu juga batu cadas tersebut
hancur menjadi empat lima bagian. Menyaksikan serangannya tidak
melukai Bu im sin hong Kian Kiam siang, dengan cepat Bu Im
melanjutkan dengan serangkaian serangannya, seketika itu juga
angin pukulan dan bayangan telapak ta¬ngan beterbangan kian
kemari, secara beruntun dia lancarkan tujuh delapan buah pukulan
ke arah Bu im sin hong Kian Kim siang. Tapi semua ancaman
tersebut berhasil dihindari secara mudah dan cepat oleh gerakan
tubuh Hu kong keng im yang digunakan Bu im sin hong Kian Kim
siang tersebut.

1055
Dengan cepat Bu Im pun dapat merasakan akan kelihayan dari
gerakan tubuh Hu kong keng im yang dipergunakan oleh Bu im sin
hong Kian Kim siang tegurnya :
''Siapakah kau? Mengapa bisa mempergunakan ilmu gerakan
tubuh Hu kong keng im?"
Bu im sin hong Kian Kim siang segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahh... haaahh..... haaahhh.... Hu kong keng im merupakan
mereka terdaftar dari lohu, bila kau mengetahui ilmu gerakan
tersebut, tentunya bisa menduga bukan siapakah diriku ini.... ?"
“Ooooh, jadi kau adalah Bu im sin hong?"
Bu im sin hong Kian Kim siang manggut manggut.
"Betul! Lohu adalah Kian Kim siang."
Bu Im nampak agak tertegun, mendadak dengan wajah berubah
menyeringai seram bentaknya :
"Kaki tangan Ban seng kiong, lohu akan beradu jiwa denganmu!"
Sepasang telapak tangannya segera diayunkan dan melancarkan
tubrukan Ke arah Bu im sin hong Kian Kim siang. Ternyata, seperti
apa yang diketahui, Bu Im telah memperoleh hadiah buah mestika
Tiang kim ko dari Ciu Tin tin sehingga berhasil menghilangkan racun
yang mengeram dalam tubuhnya, meski kemudian dia telah
menghadiahkan ilmu Hua lik sin kang tersebut untuk Ciu Tin tin,
namun dia tetap merasa kalau tindakannya itu belum dapat
membayar budi kebaikan dari gadis tersebut.
Maka dia lantas teringat ketika mencari obat mujarab untuk
mengusir racun dulu, pernah menemukan sebuah buah Hian ko yang
bisa menghimpun tenaga dalam seseorang. Tapi berhubung buah
tersebut belum masak waktu itu, maka daripada merusak kasiat
buah tadi, hingga kini dia baru mengambilnya dan ingin dihadiahkan
kepada Ciu Tin tin sebagai hadiah yang terbaik untuk gadis tersebut.

1056
Itulah sebabnya dia lantas meninggalkan bukit Sam yang hong
mengunjungi lembah tersebut dengan bersusah payah dan
mempertaruhkan jiwa raganya, buah yang dicari itu berhasil
didapatkan. Pada saat inilah dengan amat gembira dia lantas
berangkat kembali ke kuil Sam sim an. Siapa tahu belum lagi dia
mencapai tempat tujuan, jejaknya telah diketahui oleh Bu im sin
hong sehingga terpaksa harus munculkan diri, kemudian diapun
menyaksikan kuil Sam sim an telah dibakar orang, dia lantas
menduga perbuatan ini sudah pasti merupakan hasil karyanya dalam
keadaan gusar dia pun segera turun tangan terhadap mereka.
Ilmu Hua lik sin kang milik Bu Im tersebut berhasil mencapai
sedikit keberhasilan berkat bantuan dari obat obatan, tapi
berhubung terbentur pada soal bakat, sulit baginya untuk mencapai
ketingkatan yang paling tinggi. Oleh sebab itu, ketika bertarung
melawan Bu im sin hong Kian Kim siang, oleh sebab tenaga dalam
lawan lebih sempurna, tenaga pukulannya berat dan dahsyat, maka
dia pun terpaksa harus menggunakan tenaga dalam yang besar
untuk melancarkan serangan kilat.
Akhirnya setelah melihat Bu im sin bong Kian Kim siang
menggunakan ilmu gerakan tubuh Hu kong keng im dan mengetahui
asal usul diri lawannya itu, dia baru semakin terperanjat, tapi rasa
benci dan gusarnya pun makin menjadi jadi. Sebab berita tentang
bergabungnya empat tokoh besar dunia persilatan sebagai empat
Toa tongcu dari istana Ban seng kiong telah tersebar luas di seluruh
dunia persilatan tentu saja Bu Im juga sudah mendengar tentang hal
ini.
Padahal dia pun tahu kalau orang orang Ban seng kiong adalah
kawanan manusia keji yang bisa melakukan perbuatan apa saja,
sekalipun Sim ji sinni juga merupakan salah satu diantara ke empat
Toa tongcu tersebut mengapa tidak mungkin lantaran encinya dan
nona Ciu tak mau bergabung dengan pihak Ban seng kiong, akhirnya
mereka berdua ditewaskan juga oleh perbuatan keji mereka.
Itulah sebabnya tanpa berpikir panjang lagi, dia bertekad hendak
beradu jiwa, diterjangnya Bu im sin hong Kian Kim siang secara
ganas.....

1057
Bi im sin hong Kian Kim siang sendiri, lantaran dirinya dimaki
sebagai kaki tangan Ban seng kiong, ia benar benar dibikin mau
menangis tak bisa mau tertawa pun tak dapat. Cuma, diapun segera
tahu kalau Bu Im bukan musuh dari pihak kuil Sam sim an. Kalau
bukan musuh, tentu saja tidak ada kepentingan untuk beradu jiwa,
dia harus berusaha untuk mencari kesempatan dan menguraikan
masalahnya sampai jelas.
Itulah sebabnya dengan langkah Hu kong keng im, dia segera
menyelinap sambil menghindarkan diri, bentaknya sambil
menggoyangkan tangannya berulang kali.
“Tunggu sebentar, lohu ada persoalan yang hendak diutarakan!"
Bu Im segera tertawa dingin, sambil menghentikan gerakan
tubuhnya dia mengejek :
“Kaupun terhitung seorang manusia ternama, masa takut
menghadapi kematian?"
Bu im sin hong Kian Kim siang kembali tertawa terbahak bahak.
“Haaahhh.... haahhh..... haahhh.... ilmu pukulan Hua lik sin kang
mu itu kurang sempurna, untuk sementara waktu sudah pasti bukan
tandingan lohu, apakah benar demikian atau tidak, tentunya kau
jauh lebih memahami dari pada lohu sendiri bukan?"
Bu Im menjadi terkesiap sesudah mendengar perkataan itu,
dengan suara keras segera bentaknya :
"Hmmm! Kau jangan terlalu yakin dengan kemampuanmu
sendiri!"
Meskipun di mulut dia berkata demikian namun semangat
tempurnya sudah jauh berkurang. Bu im sin hong Kian Kim siang
melirik sekejap kearah Bu Im, kemudian sambil menurunkan kembali
Thi Eng khi, katanya sambil tersenyum.
"Aku ingin bertanya kepadamu, sebetulnya kau adalah sahabat
Sam sim an atau musuh?"

1058
“Yaa teman! Yaa lawan!"
Bu im sin hong Kian kim siang menjadi tertegun setelah
mendengar perkataan ini, serunya kemudian :
"Kalau berbicara harap yang lebih jelas, lohu tidak memahami
perkataanmu itu!"
Bu Im berkerut kening.
“Ciu Tin tin adalah tuan penolong lohu yang telah
menghadiahkan obat mestika kepadaku, boleh dibilang dia adalah
sahabat lohu"
Setelah berhenti sejenak, sambil mendengus sambungnya :
Jilid 33
“Tapi Sim ji loni tidak tahu diri, disaat menjelang akhir usianya
berbuat jahat dengan menggabungkan diri dengan pihak Ban seng
kiong, seperti juga dengan kau si setan tua, membuat orang tak
dapat menghormati dirimu saja. Bukan saja kalian adalah musuh
lohu, bahkan merupakan pula musuh umum dari setiap umat
persilatan di dunia ini......”
Bu im sin hong Kian Kim siang yang dituding orang sambil dicaci
maki habis habisan cuma bisa berdiam diri belaka, namun
pandangan terhadap Bu Im juga turut berubah. Hanya sayang
keadaan yang sebenarnya tak dapat diterangkan kepadanya maka
sambil menuding ke arah Thi Eng khi katanya :
"Kalau begitu, dalam hati kecilmu sudah menuduh lohu berdua
sebagai musuhmu? Tapi dia adalah Thi Eng khi, Thi sauhiap,
ciangbunjin dari Thian liong pay saat ini, dalam pandanganmu dia
adalah seorang teman? Ataukah seorang musuh?”
Bu Im mengira Bu im sin hong Kian Kim siang ada maksud untuk
membohonginya, dengan gusar dia lantas berseru :

1059
"Thi ciangbunjin ada seorang enghiong hohan, mana mungkin dia
akan melakukan perjalanan bersamamu? Bila kau berani bersikap
kurang hormat lagi terhadap lohu, jangan salahkan kalau lohu akan
membinasakan dirimu lebih dulu!”
Bu im sin hong Kian Kim siang segera tertawa.
“Entah dia adalah Thi ciangbunjin atau bukan, bila kau berani
turun tangan keji kepadanya, maka bisa diketahui sampai dimanakah
watakmu yang sebenarnya!”
Bu Im menjadi semakin gusar sehingga mencak mencak, sekali
lagi dia menerjang ke arah Bu im sin hong Kian Kim siang keras
keras.
“Untuk membereskan dirimu lebih dulu pun sama saja!”
“Weeesss!” sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan ke tubuh
Bu im sin hong Ki¬an Kim siang. Dengan cekatan Bu im sin hong
Kian Kim siang berkelit ke samping, pada saat itulah dia
menyaksikan ada dua sosok bayangan tubuh sedang meluncur
datang, segera bentaknya keras keras :
“Jangan bertarung dulu, ada orang datang!”
Belum habis dia berseru, Bu Im telah membalikkan badan sambil
menyongsong kedatangan ke dua orang tersebut, terdengar dia
berseru dengan amat girang :
“Nona Ciu, Cici! Setelah bertemu dengan kalian, siaute pun
merasa berlega hati, kuil Sam sim an kalian apakah telah dibakar
oleh setan tua she Kian ini?”
Rupanya yang datang adalah nenek Bu dan Ciu Tin tin, nenek Bu
memandang sekejap ke arah Bu Im, kemudian sambil menghela
napas katanya :
“Adik Im, jangan bersikap kurangajar terhadap Kian cianpwe!"
Kemudian sambil menggape ke arah Bu Im, dia berjalan
menghampiri Bu im sin hong Kian Kim siang serta Thi Eng khi.
Sementara kakak beradik itu sedang bertanya jawab, Ciu Tin tin

1060
sudah melihat bagaimana Thi Eng khi berdiri menyendiri dibelakang
tubuh Bu im sin hong Kian Kim siang.
Ketika menyaksikan gadis itu muncul, mendadak saja dia
melengos ke samping, dia tak tahu kalau Thi Eng khi berbuat
demikian karena merasa menyesal kepadanya, dianggapnya pemuda
itu malu untuk berjumpa dengannya karena pemuda itu tidak dapat
memahami perasaannya. Padahal selama ini dia tak dapat
melupakan Thi Eng khi barang sekejap mata pun, maka setelah
berjumpa muka sekarang, diapun terpaksa harus mengeraskan
kepalanya untuk melayang turun dihadapan Thi Eng khi kemudian
panggilnya dengan sedih :
"Adik Eng..... !”
Kemudian setelah hening sejenak, terusnya lagi :
"Apakah kau belum bersedia memaafkan diriku?”
Dari balik biji matanya yang jeli segera meleleh keluar dua titik air
mata, Thi Eng khi menjadi terharu dan malu setelah menyaksikan
hal tersebut, serunya agak tergagap :
"Enci Tin! Aku merasa bersalah kepadamu.... sudikah kau untuk
memaafkan aku?”
Mencorong sinar tajam dari balik mata Ciu Tin tin, serunya kejut
bercampur girang :
“Adik Eng, apa kau bilang?”
“Dalam peristiwa yang lampau, akulah yang salah, aku mohon
kau sudi memaafkan diriku!" jawab Thi Eng khi dengan nada
bersungguh sungguh.
Sebetulnya Ciu Tin tin adalah seorang gadis yang alim dan
tenang, akan tetapi sesudah mendengar perkataan dari Thi Eng khi,
tanpa merasa malu lagi, dia segera menubruk ke pelukan Thi Eng
khi. Siapa tahu lantaran tenaga terjangannya kelewatan besar,
apalagi tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi sudah punah
bagaimana mungkin dia bisa menahan terjangannya itu

1061
“Blaaamm...!" tidak ampun lagi ke dua orang tersebut segera
jatuh terjungkal ke atas tanah. Mendengar suara benturan itu, Bu
Nay nay, Bu Im dan Bu im sin hong Kian Kim siang sama sama
melompat mendekat dengan perasaan terperanjat.....
Sambil memayang bangun tubuh Thi Eng khi, Ciu Tin tin segera
menegur dengan wajah penuh tanda tanya :
“Adik Eng, kenapa kau!”
Thi Eng khi kuatir kalau Ciu Tin tin merasa amat sedih setelah
mengetahui tenaga dalamnya punah, maka dengan wajah memerah
dia segera menyahut :
“Aaah, tidak apa apa, siaute lah yang kurang waspada, aku tidak
menyangka..... "
Paras muka Ciu Tin tin berubah menjadi merah padam karena
jengah, kuatir kalau pemuda itu melanjutkan kata katanya sehingga
membuat posisinya bertambah rikuh, buru buru dia menukas :
"Adik Eng, mari kuperkenalkan seorang cianpwe kepadamu!"
Dia segera memperkenalkan dia kepada Bu Im. Nama besar Thi
Eng khi sudah menggemparkan seluruh dunia persilatan, tentu saja
Bu Im pernah mendengar namanya dan menjadi amat girang setelah
saling bertemu muka. Mendadak ia teringat akan peristiwa tadi,
dimana Thi Eng khi selalu digendong Bu im sin hong, dia segera
merasa kalau di balik kesemuanya itu pasti ada hal hal yang tidak
beres, maka dengan perasaan ingin tahu dia bertanya :
“Thi sauhiap, kau tidak dapat berjalan sendiri, apakah...."
"Aaah, tidak apa apa, tidak apa apa!”
Cepat cepat Thi Eng khi menukas dengan perasaan jengah.
Saking gugupnya ternyata dia sampai tak mampu mengucapkan
sepatah katapun. Ciu Tin tin paling menguatirkan keadaan dari Thi
Eng khi, apalagi bila teringat Thi Eng khi segera roboh begitu
tersentuh olehnya tadi, kesemuanya itu membuat dia semakin
curiga. Maka sambil menarik tangan Thi Eng khi serunya :
"Adik Eng, ada persoalan apakah yang sengaja kau kelabui
diriku....?"

1062
"Tiii...tidak ada apa apa...tidak ada apa apa.....,” sahut Thi Eng
khi.
Dia segera melontarkan sorot mata mohon bantuan kepada Bu im
sin hong Kian Kim siang. Tentu saja Bu im sin hong Kian Kim siang
tidak mengetahui mengapa Thi Eng khi tak mau menceritakan
kenyataan yang sedang dialaminya itu kepada orang lain, tapi
lantaran orang lain berbuat demikian dan tentunya mempunyai
suatu maksud tertentu, maka dia segera membantu Thi Eng khi
untuk berbohong.
“Ooooh, persoalan begini, sewaktu lohu dan saudara cilik datang
kemari dan menyaksikan kuil Sam sim an telah terbakar, saudara
cilik segera menguatirkan keselamatan diri nona Ciu, siapa tahu
karena kurang berhati hati dia telah dipagut oleh ular berbisa. Disaat
dia sedang mengerahkan tenaganya untuk memaksa keluar bisa
tersebut, Bu lote telah datang, lohu kuatir Bu lote melukai saudara
cilik, maka aku pun segera membopong saudara cilik untuk
bertarung melawan Bu lote, sungguh tak disangka kecermatan Bu
lote telah mengundang kecurigaan hatimu...”
Kemudian ia sengaja berpaling ke arah Bu Im sambil bertanya
lebih lanjut :
"Bu lote, bukankah demikian?"
Bu Im tidak memberikan pertanyaan apa apa, dia tidak
membenarkan juga tidak menyalahkan melainkan cuma mendengus.
Dengan memutar biji matanya yang jeli, tiba tiba Ciu Tin tin berseru
keheranan :
"Tapi disini sama sekali tiada ular berbisa?"
Bu im sin hong Kian Kim siang maupun Thi Eng khi sama sama
merasa terperanjat, pikirnya hampir bersama :
“Aduuuh... celaka!"
Tapi belum habis ingatan tersebut, terdengar Bu Nay nay sudah
tertawa berbahak bahak.

1063
"Haaahhh... haaah... haaahhh... kawanan iblis itu mampu untuk
melakukan pekerjaan apapun, kemungkinan besar mereka telah
melepaskan ular beracun disini!”
Sehabis mendengar perkataan itu, Bu im sin hong Kian Kim siang
maupun Thi Eng khi sama sama menghembuskan napas lega.
Semua kecurigaan Ciu Tin tin juga segera menjadi hilang lenyap tak
berbekas, dengan perasaan kuatir katanya kepada Thi Eng khi:
"Adik Eng, bagaimana keadaan mu sekarang? Tidak
membahayakan bukan...?"
Walaupun Thi Eng khi tidak terbiasa berbohong, tapi setelah
peristiwa berkembang menjadi begini rupa, terpaksa dia pun
mengikuti kisah cerita dari Bu im sin hong Kian Kim siang tadi
sembari menjawab :
"Aaaah, hanya seekor ular beracun saja, bagaimana mungkin bisa
melukai siaute? Harap enci Tin jangan kuatir, sebentar kemudian
siaute juga akan sembuh kembali seperti sedia kala!”
Bu im sin hong Kian Kim siang kuatir kalau kelewat banyak bicara
bisa membocorkan rahasia mereka, cepat cepat dia mengalihkan
pokok pembicaraannya ke soal lain, ujarnya :
"Siapa yang telah menghancurkan Sam sim an?”
Kontan saja Bu Nay nay melototkan sepasang matanya bulat
bulat, sahutnya penasaran:
"Siapa bilang kalau kami tidak becus? Coba kalau bukan nona Tin
tak ingin membunuh kelewat banyak, aku ingin sekali membasmi
mereka sampai tumpas semua!”
Ternyata peristiwa itu berlangsung pada dua malam berselang,
waktu itu Bu Nay nay dan Ciu Tin tin sedang bersemedi didalam
kamar, mendadak muncul belasan orang manusia berkerudung,
ketika Ciu Tin tin berdua memburu ke depan pintu, mereka berdua
sudah dikepung rapat rapat oleh kawanan manusia berkerudung
tersebut.
Berhubung belasan orang itu munculnya sangat mendadak dan
lagi belum diketahui apa maksud kedatangan mereka, maka Ciu Tin

1064
tin yang berbelas kasihan, menasehati Bu Nay nay agar jangan
melukai orang di tempat suci itu sehingga merusak peraturan dari
gurunya. Maka itulah dalam pertarungan mereka tak berani
bertindak kelewat ganas dan kejam. Ditambah pula belasan orang
itu hampir semuanya merupakan jago lihay kelas satu dari dunia
persilatan, disaat bertarung pun mereka seakan akan lupa akan mati
hidup sendiri, setelah bertarung sekian waktu, akhirnya hampir saja
mereka tak mampu mempertahankan diri.
Disaat yang kritis itulah terpaksa Bu Nay nay harus bertidak keji
dengan melukai salah seorang diantara mereka, sebelum dia dan Ciu
Tin tin berhasil meloloskan diri dari ancaman. Mereka berdua pun
segera bersembunyi ditempat kegelapan, mereka saksikan
bagaimana orang orang itu turun tangan membakar kuil Sam sim an,
kemudian bagaimana melemparkan orang yang terluka parah itu ke
dalam lautan api.
Sebenarnya Bu Nay nay ingin keluar dari tempat
persembunyiannya untuk beradu jiwa lagi namun usaha tersebut
segera dicegah oleh Ciu Tin tin :
"Siapa yang berhutang, dia harus membayar, aku lihat mereka
hanya manusia manusia yang diperalat untuk membunuh, apa
gunanya harus membunuh mereka. Lebih baik kita catat saja hutang
ini di dalam hati dan lain kali memperhitungkannya kembali dengan
orang orang dari pihak Ban seng kiong.”
Saat itulah Bu Nay nay baru terpaksa menahan diri dan
membiarkan orang orang itu berlalu dari sana. Ketika berbicara
sampai di situ, dengan wajah keheranan Bu Im segera berseru :
“Bukankah Sim ji sinni telah menjadi salah seorang diantara Toa
tongcu dari Ban seng kiong? Mengapa dia tak mampu untuk
melindungi kuil Sam sim an nya sendiri?”
Ternyata Bu Nay nay harus membeberkan bagaimana Hian im
Tee kun mengurus orang untuk menyaru sebagai ke empat tokoh
silat tersebut kepada Bu Im. Setelah mengetahui keadaan yang
sebenarnya, Bu Im menjadi malu bercampur menyesal buru buru dia
minta maaf kepada Bu im sin hong Kian Kim siang, rasa hormatnya
terhadap Bu im sin hong dan Sim ji sinni pun segera pulih kembali

1065
seperti sedia kala. Kemudian Bu Nay nay segera bertanya kepada Bu
Im :
"Apakah racun yang mengeram dalam tubuhmu telah pulih
kembali? Mengapa tidak sering sering datang menjenguk kami?"
“Terima kasih banyak atas buah Tiang kim ko dari nona Ciu, kini
semua racun yang mengeram di dalam tubuh siaute telah punah
sama sekali. Cici, bukankah kau bisa saksikan bagaimana paras
mukaku telah pulih kembali seperti sedia kala.”
Kemudian dengan kening berkerut segera sambungnya lebih jauh
:
"Sebenarnya bakat dari siaute amat terbatas, ilmu Hua lik sinkang
yang kumiliki hanya mencapai enam bagian saja sulit rasanya untuk
maju selangkah lagi."
Bu im sin hong Kian Kim siang segera mendorong dengan
memberi semangat dari samping :
“Lote, kau tak boleh putus asa, tiada persoalan yang sukar di
dunia ini, yang penting ada niat atau tidak? Asal kau bersedia untuk
berjuang lebih jauh, sudah pasti akhirnya akan sukses!"
Sementara berbicara, dengan matanya dia mengerdip ke arah Thi
Eng khi, sudah jelas ucapan tersebut sesungguhnya ditujukan untuk
Thi Eng khi.....
Bu Im menghela napas panjang, tiba tiba ia berkata :
"Padahal, sekalipun ilmu Hua lik sin kang yang kumiliki bisa dilatih
hingga mencapai sepuluh bagian pun, tak nanti bisa menjadi nomor
satu di dunia, sebaliknya kendatipun aku hanya mempunyai enam
bagian tenaga murni, rasanya juga sudah merasa puas."
"Apa maksud dari perkataanmu itu?” tanya Bu Nay nay dengan
perasaan heran.
“Apabila Hua lik sinkang digunakan untuk menghadapi seorang
jagoan lihay yang memiliki tenaga dalam lebih sempurna, maka bila
pertarungan tersebut berlangsung terlampau lama, maka yang bakal
rugi adalah sipemakai ilmu Hua lik sinking itu sendiri, sebab tenaga

1066
dalamnya pasti akan punah. Atau dengan perkataan lain, ilmu Hua
lik sinkang membantu yang tangguh tidak membantu yang lemah,
jikalau orang yang tangguh mempelajari ilmu Hua lik sin kang ini
maka keadaannya ibarat macam tumbuh sayap. Sebaliknya bila
orang yang lemah mempelajari ilmu Hua lik sin kang tersebut,
keadaannya ibarat memanggul bukit Thay san, bukan memperoleh
keuntungan justru banyak kerugian yang akan didapatkan.”
"Kalau toh kau sudah memahami akan teori tersebut, mengapa
kau harus pertaruhkan jiwamu untuk mempelajari ilmu Hua lik
sinkang tersebut?"
"Teori ini baru kupahami ketika aku berhasil menguasai ilmu Hua
lik sinkang, apa lagi sehabis bertarung melawan Kian cianpwe
barusan, aku semakin dapat mem¬buktikan akan kelemahan dari
ilmu Hua lik sinkang tersebut, jikalau secara beruntun Kian cianpwe
melepaskan puluhan serangan berantai dengan sepenuh tenaga
kepadaku maka lama kelamaan aku pasti tak akan mampu
menghadapinya dan terakhir akan tewas juga….."
Kendatipun tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi sudah punah,
namun pengetahuannya tentang ilmu silat masih tetap ada,
mendadak dia menimbrung :
"Belum tentu demikian!"
Bu Im segera mendengar kalau dibalik ucapan tersebut masih
ada ucapan lain, dengan girang dia segera berseru :
"Harap Thi sauhiap suka memberi petunjuk."
"Tenaga dalam Kiu coan hian kang dari Tiang pek lojin So yaya
bisa digunakan secara beruntun tanpa ada tanda kehabisan tenaga
mesti harus bertarung lama, jikalau bisa dikombinasikan dengan ilmu
tersebut sekalipun tak bisa dikatakan tiada tandingannya dikolong
langit, namun lebih dari cukup untuk melindungi diri.”
Mendengar perkataan tersebut, Bu Im hanya menghela napas
saja tanpa mengucapkan sepatah katapun, tentu saja dia tak berani
menyimpan harapan tersebut. Menyaksikan kecemasan Bu Im, Thi
Eng khi segera berkata lebih jauh :

1067
"Boanpwe yang menyaksikan locianpwe sewaktu mengerahkan
tenaga dalam tadi, kusaksikan kalau jalan darah Ing tong hiat mu
mencekung ke dalam, keadaan mana menunjukkan kalau nadi Jin
dan tok mu belum bisa ditembusi, itulah yang menjadi sebab utama
mengapa tenaga dalammu tak bisa berkembang lebih maju."
Bu lm menjadi kagum sekali sesudah mendengar perkataan
tersebut, serunya cepat :
“Pengetahuan dari Thi sauhiap benar benar sangat
mengagumkan dan tertuju pada sasaran secara tepat, apakah ada
cara untuk menolong keadaan seperti ini?”
Thi Eng khi menjadi lebih bersemangat untuk berbicara sehingga
lupa kalau tenaga dalam sendiri telah punah, katanya dengan cepat
:
“Ilmu Pek hwe tiau yang dari partai kami dapat menyempurnakan
kekurangan dari locianpwe tersebut."
Bu Im segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Bu Nay
nay, dia merasa sangat terharu, namun tidak berani untuk memohon
secara langsung kepada Thi Eng khi. Sambil tertawa Ciu Tin tin
berkata :
"Setelah adik Eng mengucapkan sendiri hal tersebut, tentu saja
dia berniat untuk membantumu Bu locianpwe!”
Sekarang Thi Eng khi baru merasakan hatinya bergetar keras, dia
tahu telah salah berbicara sehingga mendatangkan kesulitan
baginya. Kalau dihari hari biasa, sekalipun Ciu Tin tin tidak membuka
suara pun, dia akan memenuhi keinginan dari Bu Im, tapi sekarang,
tenaga dalamnya telah punah, sekalipun dia berniat, sayang
kekuatannya tak ada, untuk sesaat dia menjadi tersipu sipu dan
membungkam dalam seribu bahasa.
Tidak berbicara tentu saja tidak menyanggupi. Sesungguhnya
kakak beradik Bu memang tidak mempunyai hubungan apa apa
dengan Thi Eng khi, apalagi semua orang juga tahu kalau membantu
orang untuk menembusi Jin meh dan tok meh merupakan suatu
pengorbanan tenaga yang cukup besar, jarang sekali ada orang
persilatan yang bersedia untuk melakukan pengorbanan tersebut.

1068
Tentu saja Bu Im berdua juga memahami akan hal ini, sehingga
penolakan mana sama sekail tidak mereka pikirkan didalam hati.
Hanya Ciu Tin tin yang mengetahui kalau Thi Eng khi bukan
manusia semacam itu, sehingga dia lantas menghubungkan
persoalan tersebut dengan masalah lain, dia mengira Thi Eng khi
masih menaruh perasaan tak senang terhadapnya sehingga sengaja
membuat kesulitan baginya.
Tak ampun lagi sepasang matanya menjadi berkaca kaca dan
hampir saja menangis tersedu sedu. Padahal Thi Eng khi mempunyai
kesulitan yang tak bisa diutarakan dengan sedih dia berseru :
"Enci Tin!"
Ciu Tin tin yang sedang mendongkol sama sekali tidak
menggubris suara panggilan tersebut. Bu Im yang paling rikuh
diantara orang orang itu, dia merasa tak enak untuk berdiam terlalu
lama disana, maka dengan cepat dia mengambil sebuah kotak putih
dari sakunya, membuka penutup kotak tersebut dan didalamnya
terdapat sebutir buah kuning sebesar mata uang dengan sembilan
buah garis hijau, garis hijau tadi membagi buah tersebut menjadi
sepuluh bagian. Karena gampang untuk dibedakan, lagi pula semua
yang hadir di arena juga merupakan jago jago persilatan maka tanpa
penjelasan dari Bu Im, semua orang sudah tahu kalau buah itu
merupakan buah Hian ko yang dapat mengumpulkan kembali hawa
murni yang telah membuyar.
Tak kuasa lagi semua orang segera berseru tertahan. Terutama
sekali Bu im sin hong Kian Kim siang, dia paling emosi, setelah
memandang sekejap ke arah Thi Eng khi yang sementara itu masih
tetap bersikap tenang, hampir saja dia hendak melompat ke depan
untuk merampasnya. Tapi bagaimana juga dia adalah seorang tokoh
silat yang berilmu tinggi, bagaimanapun emosinya dia namun hal
mana tidak sampai diutarakan keluar.
Thi Eng khi yang pernah menpelajari ilmu pertabiban, tentu saja
dia juga tahu kalau buah Hian ko tersebut bisa memulihkan kembali
tenaga dalam yang punah. Tapi, bagaimana mungkin dia bisa
mengutarakan hal tersebut? Terpaksa dia ha¬nya membungkam diri

1069
dalam seribu bahasa. Bu Im membawa buah Hian ko itu ke hadapan
Ciu Tin tin, kemudian ujarnya :
"Untuk membalas jasa atas budi kebaikan nona Tin yang telah
menghadiahkan buah Tiang kim ko tersebut kepadaku, harap nona
sudi menerima pembalasan budiku ini dengan buah Hian ko
tersebut.”
Tentu saja Ciu Tin tin tak mau menerima kebaikan itu, dia segera
menggelengkan kepalanya berulang kali sambil menampik :
"Buah ini sangat langka dan berkasiat luar biasa, boanpwe tidak
berani menerima kebaikan tersebut, apalagi bila locianpwe yang
menelan buah tersebut akan menambah tenaga dalammu, siapa
tahu tanpa bantuan dari luar pun nadi jin meh dan tok meh mu bisa
ditembusi?”
"Tidak, lohu bermaksud baik dan aku telah memberikan buah ini
untuk nona, justru apabila nona Tin tak mau menerima buah
tersebut, lohu akan menyesal sepanjang masa," paksa Bu Im lagi
dengan kukuh.
Bu Nay nay segera menerima buah Hian ko tersebut dan
diberikan kepada Ciu Tin tin, katanya :
"Terimalah pemberian ini, semuanya ini tumbuh atas dasar hati
yang jujur, harap nona Tin jangan menampik kebaikan orang, jika
kau tak mau menerimanya, tentu aku jadi turut marah."
Dengan perasaan apa boleh buat, terpaksa Ciu Tin tin
mengucapkan terima kasih kepada Bu Im dan menerima buah Hian
ko tersebut. Pada saat itulah, sekulum senyuman baru menghiasi
wajah Bu Im. Pada saat inilah mendadak Thi Eng khi mempunyai
satu ingatan aneh, dia merasa apabila Ciu Tin tin sudah menelan
buah Hian ko, kemudian dia mewariskan ilmu Heng kian sinkang
tersebut kepadanya, mungkin gadis itu bisa menggantikan
kedudukannya untuk membasmi kaum laknat dari muka bumi dan
menegakkan kembali keadilan dan kebenaran bagi umat persilatan.
Seperti apa yang diketahui, dia merasa berhutang budi terhadap
Ciu Tin tin maka dia berharap bisa menciptakan gadis itu sebagai

1070
seorang jagoan yang amat tangguh. Maka dia lantas berkata kepada
Ciu Tin tin.
"Enci Tin, setelah kau telan buah Hian ko tersebut, siaute akan
mewariskan ilmu Pek hwe tiau yang tersebut kepadamu, dengan
demikian kaupun bisa membantu Bu Im cianpwe untuk menembusi
Jin meh dan tok meh nya, hal ini merupakan suatu persoalan yang
amat bagus sekali, cepatlah kau makan!"
Tatkala Ciu Tin tin mendengar setelah makan buah Hian ko
tersebut dapat membantu Bu Im untuk menembusi Jin meh dan tok
meh nya, dengan cepat hatinya tergerak. Tapi teringat bagaimana
Thi Eng khi suruh dia mempelajari ilmu Pek hwe tiau yang tayhoat
tersebut, sebenarnya dia merasa tak ingin mempelajarinya, sebab
yang dia cintai adalah Thi Eng khi nya, bukan ilmu Pek hwe tiau
yang tayhoatnya.
Karena timbul perasaan curiga, maka untuk beberapa saat dia
menjadi sangsi dan tidak berani menelan buah Hian ko tersebut.
Tampaknya Thi Eng khi dapat menembusi suara hati Ciu Tin tin,
dengan wajah memerah dan memberanikan diri, dia segera berkata
: “Semua perkataan siaute itu muncul dari hati yang tulus, harap
enci Tin suka mempercayai diriku, aku sama sekali tidak mempunyai
maksud tujuan lain.”
“Lantas mengapa kau tidak turun tangan sendiri untuk
menembusi jalan darah Jin meh dan tok meh dari Bu cianpwe?”
“Siaute mempunyai kesulitan yang tak bisa diutarakan, harap enci
Tin jangan tanya lagi, selain itu harap jangan dulu marah kepadaku.”
Wajahnya yang bersungguh hati ketika mengucapkan perkataan
itu, membuat siapa saja tak akan menaruh curiga lagi kepadanya,
maka Ciu Tin tin juga tidak banyak berbicara lagi. Sekarang,
sekalipun Thi Eng khi berbohong kepadanya, dia juga tak akan tidak
mempercayai perkataannya.
Ciu Tin tin segera mengeluarkan buah Hian ko tersebut dan siap
ditelan. Dalam keadaan demikian Bu im sin hong Kian Kim siang tak
mampu menahan diri lagi. Dengan suara keras segera bentaknya :

1071
“Nona Tin, kau tak boleh makan buah Hian ko tersebut!"
Karena diutarakan dengan suara panik, maka semua orang jadi
tertegun dan tidak memahami apa maksud sebenarnya. Bu Im yang
pertama tama menunjukkan perasaan tak senang, serunya dengan
segera :
"Kian cianpwe apakah kau menganggap di dalam buah Hian ko
tersebut terdapat racunnya?"
Sebetulnya Bu im sin hong Kian Kim siang tidak mempunyai
tujuan apa apa diapun tidak mempersiapkan alasan apapun, maka
oleh perkataan dari Bu Im tadi, dia menjadi tertegun dan tak mampu
memberi penjelasan lagi.......
Sementara itu Ciu Tin tin sudah berkata sambil tertawa :
"Boanpwe tidak takut obat beracun!”
Dengan cepat dia memasukkan buah Hian ko tersebut ke dalam
mulutnya,,...
Dengan parasaan cemas, sekali lagi Bu im sin hong Kian Kim
siang berseru :
“Cepat kau tumpahkan keluar buah itu!"
Ciu Tin tin bukannya memuntahkan buah tadi sebaliknva sambil
tertawa malah menelan buah Hian ko tersebut ke dalam perut. Bu
im sin hong Kian Kim siang menyaksikan peristiwa tersebut menjadi
sangat gusar, dia segera menampar wajah Thi Eng khi sambil
mengumpat :
“Bedebah! Sebenarnya kau sedang bermain gila apa?"
Thi Eng khi yang kena ditampar oleh Bu im sin hong Kian Kim
siang itu hanya bisa meraba wajahnya sambil tertawa getir :
“Kian tua, siaute mempunyai rencana lain, harap kau jangan
marah marah....... ”
Tapi Bu im sin hong Kian Kim siang hanya bisa mencaci maki
tiada hentinya dengan perasaan gusar. Ciu Tin tin menjadi
kebingungan menyaksikan peristiwa tersebut, segera tegurnya :

1072
“Kian locianpwe, sebenarnya kesalahan apakah yang diperbuat
adik Eng? Mengapa membuat kau orang tua marah marah besar?”
Bu im sin hong Kian Kim siang melotot sekejap ke arah Ciu Tin tin
dengan gusar, lalu serunya mendongkol :
“Kau benar benar telah menelan buah Hian ko tersebut?"
Pertanyaan tersebut sesungguhnya suatu pertanyaan yang
berlebihan, karena di dalam gusarnya dia hanya bisa mengajukan
pertanyaan itu saja.....
“Boanpwe toh tidak dapat melakukan permainan sulap? Tentu
saja sudah kutelan,” jawab Ciu Tin tin.
Bu im sin hong Kian Kim siang benar benar merasa amat putus
asa, dia tak mampu bertindak lain kemudian menghentakkan
kakinya ke atas tanah sambil menghela napas. Thi Eng khi yang
menyaksikan hal ter¬sebut, sambil tersenyum dia lantas berkata :
"Harap Kian tua suka membantunya agar dia dapat menghisap
semua sari dari Hian ko itu secepatnya!”
Bu im sin hong Kian Kim siang segera menengok ke arah Ciu Tin
tin, kemudian serunya dengan dingin :
"Cepat bersila dan atur napas, lohu akan membantumu!”
Ciu Tin tin memandang sekejap ke arah Thi Eng khi, ketika
dilihatnya paras muka si anak muda itu diliputi emosi, dia tidak
berbicara lagi dan segera menurut untuk duduk bersila mengatur
pernapasan. Bu im sin hong Kian Kim siang segera menempelkan
telapak tangannya ke atas jalan darah Pek hwee hiat ditubuh Ciu Tin
tin, tenaga dalam yang amat sempurna pun segera mengalir masuk
ke dalam tubuh gadis tersebut.
Waktu itu Jin meh dan tok meh dari Ciu Tiu tin sudah tembus
apalagi memperoleh bantuan tenaga dalam dari Bu im sin hong,
tidak selang berapa saat kemudian dia telah berhasil menghisap
semua intisari buah Hian ko tersebut ke dalam tubuhnya sehingga
membuat hawa murninya memperoleh kemajuan yang amat pesat.

1073
Thi Eng khi yang menyaksikan Ciu Tin tin berhasil mendapatkan
penemuan tak terduga itu turut merasa gembira, hatinya terasa
terhibur sekali atas keberhasilannya untuk memenuhi harapan
hatinya. Tidak selang berapa saat kemudian, mereka berdua segera
menarik kembali tenaga masing masing.
Akan tetapi paras muka Bu im sin hong Kian Kim siang masih saja
diliputi oleh perasaan tak senang. Menyaksikan hal ini, Ciu Tin tin
segera bertanya :
“Locianpwe, apakah kau benar benar masih marah dengan diri
boanpwe?”
Bu im sin hong Kian Kim siang menghela napas panjang.
“Aaaai, aku sedang marah kepada adik Eng mu itu!” sahutnya.
“Kesalahan apakah yang telah dilakukan oleh adik Eng sehingga
membuat kau menjadi gusar sekali?"
"Adik Eng mu telah melakukan suatu perbuatan yang tidak
bertanggung jawab terhadap dunia persilatan."
Ciu Tin tin menjadi tertegun, serunya kemudian :
"Aaaah, masa sedemikian seriusnya?"
Dengan sorot mata yang tajam dia segera mengawasi wajah Thi
Eng khi, kemudian ujarnya dengan wajah bersungguh sungguh :
"Adik Eng! Sebenarnya kau telah melakukan perbuatan tidak
bertanggung jawab apa?"
Tentu saja Thi Eng khi menjadi rikuh untuk memberi penjelasan,
dia hanya menggelengkan kepalanya berulang kali sambil menghela
napas, tak sepatah kata pun yang diutarakan. Ciu Tin tin merasakan
hatinya hancur dan remuk rendam, mendadak dia menutupi wajah
sendiri dan menangis tersedu sedu.
Bu im sin hong menjadi gugup setelah melihat gadis itu
menangis, serunya sambil menghentakkan kakinya berulang kali :
“Aaaai..... aku toh belum menyelesaikan perkataanku!"

1074
Ciu Tin tin segera mengangkat kepalanya lagi untuk
mendengarkan perkataan dari Bu im sin hong Kian Kim siang lebih
jauh. Sebenarnya Thi Eng khi ingin mencegah Bu im sin hong Kian
Kim siang untuk membeberkan kalau tenaga dalamnya telah punah,
tapi setelah berpikir lebih jauh, apalagi sejak kini diapun akan
berkumpul dengan Ciu Tin tin, bila akhirnya rahasia tersebut sampai
terbongkar, justru keadaannya akan bertambah rikuh maka dia pun
membiarkan Bu im sin hong berkata lebih jauh.
Setelah menghela napas panjang, Bu im sin hong Kian Kim siang
baru berkata :
"Aaaai, sebetulnya tenaga dalam yang dimiliki adik Engmu sudah
punah, ia justru sangat membutuhkan buan Hian ko tersebut untuk
memulihkan kembali tenaga dalamnya!”
Ucapan tersebut bagaikan guntur yang membelah bumi disiang
hari bolong saja, kontan membuat semua orang merasa terkesiap.
Sekarang Bu Im dan Bu Nay nay baru mengerti apa sebabnya Thi
Eng khi tidak bersedia membantu Bu Im untuk menembusi jalan
darah Jin meh dan tok meh nya. Ternyata penolakan tersebut bukan
dikarenakan si anak muda tersebut tak mau membantu orang lain,
sebaliknya karena dia sudah tidak berkemampuan lagi, hal mana
menunjukkan kalau dia telah salah menuduh anak muda tersebut.
Ciu Tin tin yang paling sedih dan menyesal, untuk sesaat dia
menjadi tertegun seperti orang yang kehilangan pikiran, lama
kemudian ia baru menarik tangan Thi Eng khi sambil menangis
tersedu sedu serunya :
"Kau...mengapa tidak kau katakan sejak tadi? Aku...aku benar
benar amat menyesal!”
Sembari terisak dia segera menjatuhkan diri ke dalam pelukan
Thi Eng khi. Sementara itu, sikap Thi Eng khi masih tetap tenang
seperti air dengan suara yang lembut katanya:
"Enci Tin, kau jangan bersedih hati, kedatangan siaute ke puncak
Sam yang hong pun tanpa mengetahui jika disini akan bertemu
dengan buah Hian ko tersebut, jadi ada tidaknya buah Hian ko sama
sekali di luar perhitungan kami, padahal soal pulih tidaknya tenaga

1075
dalam siaute sudah ada perhitungan lain, jadi bukan berarti sama
sekali tiada harapan lagi, kau harus menguatkan hati dan membantu
siaute untuk melepaskan diri dari kesulitan ini!”
Tadi Ciu Tin tin menjatuhkan diri ke dalam pelukan Thi Eng khi,
hal ini dilakukan oleh dorongan emosi, sekarang setelah
perasaannya menjadi tenang kembali, tim¬bul perasaan rikuh dalam
hatinya, maka dengan wajah merah dia mendorong tubuh si anak
muda tersebut dan berseru dengan mendongkol :
"Siapakah yang telah mencelakai dirimu sehingga kehilangan
tenaga dalam? Aku tidak akan mengampuni orang tersebut dengan
begitu saja....!”
“Aku rasa kau tak akan berani mengusik orang itu!" kata Bu im
sin hong Kian Kim siang sambil tertawa.
"Hmmm, sekalipun sri Baginda sendiripun, aku tetap akan
menghadiahkan sebuah pukulan ke tubuhnya!"
Dengan wajah serius, Bu im sin hong Kian Kim siang segera
berkata :
"Orang yang melukai adik Eng mu itu bukan orang lain, dia
adalah Hian im Tee kun, si gembong iblis yang menganggap sudah
tiada tandingannya dikolong langit!”
Mendengar perkataan itu, semua orang menjadi tertegun dan
berdiri melongo. Secara ringkas Bu im sin hong Kian Kim siang
segera menceritakan bagaimana Thi Eng khi bertarung melawan
Hian im Tee kun. Dia pun bercerita bagaimana dalam keadaan luka
parah, Thi Eng khi mengorbankan tenaga dalamnya untuk
menggertak mundur Hian im Tee kun demi menyelamatkan jiwa
para jago silat yang hadir disitu.
Mendengar kesemuanya itu, Ciu Tin tin berhenti menangis tapi air
matanya masih mengembang dalam kelopak matanya, ditatapnya
wajah si anak muda itu dengan termangu, kemudian serunya
gemetar :
"Adik Eng! Adik Eng!"

1076
Untuk sesaat lamanya dia sampai tak sanggup mengucapkan
sepatah kata pun. Bu Nay nay serta Bu Im juga berdiri dengan
wajah serius, terhadap Thi Eng khi pun mereka menaruh sikap yang
jauh lebih hormat dan kagum...
Sambil tertawa hambar Thi Eng khi segera berkata :
"Kejadian yang sudah lewat biarkan saja lewat kita tak usah
membicarakannya lagi justru siaute merasa malu dan menyesal
karena tak mampu membunuh Hian im Tee kun, sekarang siaute
mempunyai suatu permintaan dan mohon persetujuan dari enci Tin,
apakah enci Tin bisa menyetujuinya?"
"Apa yang kau katakan pasti akan enci Tin turuti, nah katakanlah
...!” ujar Ciu Tin tin dengan suara amat pedih.
Thi Eng khi termenung sejenak, kemudian ujarnya dengan suara
amat nyaring :
"Sebelum tenaga dalam yang siaute miliki pulih kembali, harap
enci Tin suka memikirkan keselamatan umat persilatan di dunia ini
dengan memikul tanggung jawab untuk mengendalikan ulah dan
kebuasan dari Hian im Tee kun!”
“Asalkan aku mempunyai kemampuan tersebut, permintaanmu
itu pasti akan kukabulkan!” jawab Ciu Tin tin tegas.
“Enci Tin tak usah kuatir, kau telah makan buah Hian ko, maka
tidak sulit bagimu untuk melatih diri dan memiliki kepandaian sakti
untuk menaklukkan Hian im Tee kun!”
Ciu Tin tin termenung sambil berpikir sejenak, kemudian serunya
keras :
"Adik Eng, rupanya kau memang bermaksud untuk
membantuku!”
Thi Eng khi tidak menjawab, namun sekulum senyuman dengan
cepat menghiasi raut wajahnya, dia berpaling ke Bu im sin hong Kian
Kim siang dan berkata :
"Kian tua, lebih baik kau saja yang membawaku turun ke bawah!"

1077
Bu im sin hong Kian Kim siang memandang sekejap ke arah Bu
Nay nay dan Bu Im tanpa menjawab, dia pun tidak membopong Thi
Eng khi, jelas terlihat kalau dia masih sangsi. Tentu saja Thi Eng khi
mengetahui sebab musabab keraguan dari Bu im sin hong Kian Kim
siang tersebut, mungkin dia masih teringat dengan pesan Cu sim ci
cu Thio Biau liong yang melarang untuk membocorkan tempat
pertapaannya itu kepada orang lain, maka dia pun enggan mengajak
dua bersaudara Bu untuk turut memasuki gua tersebut. Maka
katanya kemudian sambil tertawa :
“Siaute adalah majikan baru dari gua tersebut, tentu saja aku
berhak untuk menerima tamuku. Kian tua, kau tak usah kelewat
kolot lagi, harap membawa aku turun ke dalam gua!"
Kemudian sambil berpaling ke arah dua bersaudara Bu, terusnya
:
“Di dalam sumur Cu sim cing adalah gua pertapaan dari Cu sim ci
cu Thio Biau liong, silahkan locianpwe berdua ikut masuk ke dalam
dan menjadi tamu agung dari boanpwe."
Mula mula dua bersaudara Bu itu menunjukkan paras kejut
bercampur gembira, menyusul kemudian mereka berbisik bisik
merundingkan sesuatu sampai setengah harian lamanya, dan
akhirnya Bu Nay nay menggelengkan kepalanya seraya berkata :
"Biarlah maksud baik sauhiap, aku si nenek dan adikku menerima
di dalam hati saja, biar kami melindungi mulut sumur ini dari
atas....!”
Thi Eng khi tahu kalau kedua orang tua ini berusaha untuk
menghilangkan kecurigaan orang, maka ujarnya kemudian kepada
Ciu Tin tin sambil tertawa :
"Enci Tin, kau pun terhitung separuh majikan, tamu yang tak
mampu diundang oleh siaute terpaksa harus mohon bantuanmu."
Ketika Ciu Tin tin mendengar Thi Eng khi menyebutnya sebagai
separuh majikan bahkan segala maksud dan arti yang mendalam
tersimpul di dalam kata kata tersebut, kontan saja raut wajahnya
berseri seri, kepada Bu Nay nay katanya kemudian dengan manja :
"Bila Nay nay tak mau pergi, Tin ji pun tidak akan turut turun
kebawah!”

1078
Setelah melihat kesungguhan hati dari Thi Eng khi dan Cui Tin
tin, sedang dia pun tak ingin tidak mengurusi si nona, akhirnya dia
pun manggut manggut. Maka Bu im sin hong Kian Kim siang
membopong tubuh Thi Eng khi masuk lebih dahulu ke dalam gua Cu
sim cing dan membuka pintu rahasia, kemudian menyambut
kedatangan Ciu Tin tin sekalian masuk ke dalam lorong tersebut,
setelah menutup pintu barulah mereka bersama sama melangkah
turun kebawah lorong.
Setiap sepuluh langkah dalam lorong rahasia itu terdapat sebutir
mutiara Ya beng cu sebagai penerangan, lebih kurang setelah
berjalan satu jam lebih, sampailah mereka didasar lorong itu.
Dengan pengalaman dari Thi Eng khi dan Bu im sin hong Kian
Kim siang berdua, seharusnya mereka sudah sampai di pintu depan
ruangan batu bawah tanah. Terutama sekali Bu im sin hong Kian
Kim siang, sewaktu keluar dari gua tempo hari, dia telah
memperhatikan daerah di sekeliling tempat itu dengan seksama.
Tapi sekarang, bagaimanapun mereka telah berusaha untuk mencari
pintu gua itu, nyatanya gua tersebut belum berhasil juga ditemukan.
Tapi, pada saat ini ternyata mereka tak berhasil menemukan
pintu masuk menuju ke dalam gua itu. Sampai setengah harian
lamanya ke dua orang itu mencari, namun mulut gua belum juga
ditemukan, kejadian ini dengan cepat membuat Thi Eng khi maupun
Bu im sin hong Kian Kim siang berdua menjadi kebingungan
setengah mati.
Namun dibawah lorong sana masih terdapat jalan tembus menuju
ke bawah, bahkan nampaknya masih cukup panjang. Terpaksa Bu
im sin hong Kian Kim siang dan Thi Eng khi harus berjalan lebih ke
bawah mengikuti lorong tersebut.
Entah berapa saat kemudian mendadak semua orang mengendus
bau udara segar, mereka lantas mempercepat langkah kaki nya dan
tembus di mulut gua yang lain. Keluar dari gua itu, tampak bintang
bertaburan di angkasa, kabut malam menyelimuti permukaan tanah,

1079
ternyata mereka sudah tiba didasar lembah dimana Bu im sin hong
Kian Kim siang tersekap dulu.
Sungguh aneh sekali, padahal mereka belum melalui kamar
rahasia dari Cu sim ci cu Thio Biau liong, bagaimana mungkin bisa
tiba didasar lembah tersebut?
Kemana perginya ruang rahasia dari Cu sim ci cu Thio Biau
liong....?
Persoalan tersebut hanya bisa dipecahkan mereka dengan satu
jawaban yakni ada orang lain yang berhasil pula menemukan rahasia
dari gua tersebut, kemudian menggunakan alat rahasia di dalam gua
untuk merubah lorong rahasia di dalam sini sehingga mereka tak
berhasil menemukan ruang rahasia tersebut, melainkan tiba didasar
lembah. Maka Bu im sin hong Kian Kim siang membalikkan badan
dan segera lari menuju ke jalan semula.
Tak selang berapa saat kemudian, tampak dia berjalan kembali
lagi dengan wajah murung dan sedih. Tidak menanti sampai dia
membuka suara, Thi Eng khi telah menegur dengan wajah serius :
"Kian tua, apakah kau telah menyaksikan kalau jalan tembusnya
sudah hilang?”
"Darimana kau bisa tahu?”
“Aku hanya menduga saja, kalau toh ada orang yang
membohongi kita turun, tentu saja orang itu tidak akan membiarkan
kita pergi dari tempat ini..."
Bu im sin hong Kian Kim siang segera memhela napas sedih.
"Aaaai, sudah puluhan tahun lamanya lohu tersekap di dalam
lembah ini, sungguh tak kusangka kalau memang beginilah nasibku,
akhirnya aku toh menceburkan diri lagi ke dalam perangkap alam
ini.”
Ciu Tin tin segera menghibur semua orang, katanya :

1080
“Aku lihat kalian tak usah gelisah lebih dulu, tunggu saja sampai
terang tanah nanti, kita baru pelan pelan mencari akal untuk
mengatasi persoalan ini!"
Mendadak dia teringat akan satu hal segera tanyanya kepada Thi
Eng khi :
"Adik Eng, sewaktu kau masuk ke dalam gua tempo hari
bagaimana caramu menemukan pintu gua tersebut?"
Otak Thi Eng khi sesungguhnya tidak lebih lamban daripada Ciu
Tin tin, setelah mendengar pertanyaan tersebut, dia pun segera
memahami maksud hatinya, maka sahutnya kemudian dengan
kening berkerut :
"Siaute berhasil menemukan cara keluar dari gua tersebut melalui
selembar peta situasi gua yang terdapat disana, waktu itu kami ingin
cepat cepat meninggalkan gua sehingga tak sempat mempelajari
seluruh situasi dengan lebih seksama, mungkin hanya akan
mengecewakan enci Tin saja....”
“Tak ada salahnya untuk dicoba, siapa tahu kalau kita akan
berhasil menemukan sesuatu?”
"Moga moga saja demikian!"
Ciu Tin tin itu segera membimbing Thi Eng khi menuju ke
belakang tebing yang bisa digunakan untuk berteduh dari hujan dan
angin, kemudian membenahi tempat tersebut untuk tempat tidur
sang pemuda tersebut. Sebab tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi
sekarang telah punah, ia sudah tidak berkemampuan lagi untuk
melawan hawa dingin, maka dilepasnya jubah luar dan ditutupkan
diatas badan Thi Eng khi, sementara dia sendiri duduk disisinya.
Sambil duduk bersila untuk mengatur napas, telapak tangannya
ditempelkan ke atas ubun Thi Eng khi dan pelan pelan menyalurkan
hawa murninya untuk membantu Thi Eng khi mengusir hawa dingin.
Berada dalam keadaan seperti ini, Thi Eng khi tentu saja tak bisa
tidur, disamping memikirkan kebaikan dan kasih sayang Ciu Tin tin
kepadanya selama ini dia pun teringat akan perbuatan perbuatannya
selama ini yang telah membuatnya sedih.

1081
Disamping itu juga dia berusaha untuk mengingat ingat kembali
peta situasi yang pernah dilihat dalam gua tersebut tapi akhirnya dia
tak berhasil menemukan apa apa, bahkan fajar pun sudah mulai
menyingsing....
Saking lelahnya pula, tanpa terasa pemuda itu pun terlelap tidur
dengan nyenyaknya. Menanti dia sadar kembali, siang hari telah
menjelang tiba. Kabut didalam lembah tersebut sangat tebal, sinar
matahari sukar untuk menembusi tempat itu, namun didasar lembah
ini pun tidak terlampau gelap, hanya tak akan secerah diatas bukit
sana.
Selama ini, Ciu Tin tin berada di sisi Thi Eng khi terus tanpa
bergeser, maka menyaksikan si anak muda itu bangun dari tidurnya,
sambil tertawa dia lantas menegur:
"Adik Eng, kau sudah berpikir semalaman apakah berhasil
menemukan sesuatu gejala?”
Hanya Thian yang tahu apa saja yang telah dipikirkan Thi Eng khi
sepanjang malam, tanpa menjawab dia hanya tertawa dan
menggelengkan kepelanya berulang kali. Sementara itu Bu im sin
hong Kian Kim siang telah berjalan mendekat dari luar sana, begitu
sampai dia lantas berkata :
"Saudara cilik, aku sudah melakukan pencarian hampir setengah
harian lamanya dibelakang batu besar dimana pintu gua itu
terdapat, kenyataannya gua kecil itu tak kutemukan, nampaknya kita
benar benar sudah terkurung di sini."
Thi Eng khi melakukan pencarian lagi dibantu yang lain, namun
hasilnya nihil, pintu tersebut belum juga ditemukan. Terpaksa
mereka harus mencari sebuah gua dan berdiam untuk sementara
waktu disana, sambil berusaha terus untuk menemukan gua pintu
masuk menuju tempat pertapaan Thio Biau liong. Thi Eng khi pun
mencoba untuk memahami situasi dalam gua dan mewariskan ilmu
Sian thian bu khek ji gi sinkang dari Thian liong pay dan heng kian
sin kang dari Thio Biau liong kepada Ciu Tin tin.

1082
Sebelum Thi Eng khi berhasil menemukan sesuatu cara untuk
memasuki gua itu, ilmu Sian thian bu khek ji gi sinkang dan Heng
kian sinkang yang dipelajari Ciu Tin tin sudah mencapai beberapa
bagian kesempurnan.
Sebagaimana diketahui Ciu Tin tin memang memiliki bakat alam
yang sangat baik, ditambah lagi nadi jin meh dan tok meh nya sudah
tembus, dibantu lagi oleh pengaruh Hian ko, keberhasilan dari Ciu
Tin tin sekarang boleh dibilang sama sekali diluar dugaan. Dalam
waktu singkat tiga bulan sudah lewat, ilmu Heng kian sin kang dari
Ciu Tin tin pun telah memperoleh kemajuan yang amat pesat,
keberhasilannya sekarang boleh dibilang hanya selisih dua bagian
saja daripada tenaga dalam yang pernah dimiliki Thi Eng khi
sebelum lenyap dahulu.
Tapi kesempurnaan yang dimiliki sekarang sudah cukup membuat
orang merasa terkejut bercampur kagum. Sebaliknya bagi Thi Eng
khi sendiri, waktu selama tiga bulan ini benar benar telah terbuang
dengan percuma, bukan saja usahanya untuk memulihkan kembali
tenaga dalamnya tidak memperoleh kemajuan apa apa, bahkan
berhubung dia harus mengajarkan ilmu silatnya kepada Ciu Tin tin,
kelelahan yang melampaui batas membuat tubuhnya makin lama
semakin lemah, membuat setiap orang menjadi kuatir.
Ciu Tin tln sendiripun cukup mengetahui akan hal tersebut,
namun kuatir akan mempengaruhi perasaan Thi Eng khi, maka rasa
murung dan sedihnya tak pernah diperlihatkan dengan terus terang,
seringkali dia hanya menangis bila tiada orang lain.
Sementara semua orang merasa bingung dan murung, siapa pun
tak ada yang menyangka kalau buah cemara yang mereka makan
selama ini sebetulnya memiliki kasiat khusus terhadap kesehatan
badan Thi Eng khi. Dengan mengandalkan buah cemara ini lah, Bu
im sin hong Kian Kim siang telah mempertahankan hidupnya selama
puluhan tahun lebih, sesungguhnya dia sendiri telah melupakan
kasiat dari buah cemara itu, sesungguhnya hal ini boleh dibilang
amat tragis.

1083
Hari ini, setelah selesai melatih ilmu Heng kian sinkang nya
seorang diri, Ciu Tin tin berdiri sambil menengok gua pertapaan dari
Thio Biau liong itu dengan pandangan termangu mangu. Kemudian,
entah sejak kapan tiba tiba saja dia sudah hilang lenyap tak
berbekas.
Waktu itu tiada orang yang menaruh perhatian kepadanya, sebab
selama beberapa waktu ini semua orang sedang sibuk melatih ilmu
silat masing masing, maka satu dua jam tidak nampak batang
hidung seseorang, boleh dibilang hal mana merupakan suatu
kejadian yang lumrah.
Kabut makin lama semakin bertambah tebal, tak lama kemudian
haripun menjadi gelap. Namun Ciu Tin tin belum juga nampak
disana, saat itulah semua orang baru merasa gelisah. Mula mula
mereka mencari dahulu diseluruh dasar gua, namun tidak nampak
juga jejak Ciu Tin tin. Menyusul kemudian mereka mulai berpikir
kearah yang jelek : Jangan jangan Ciu Tin tin telah disergap oleh
pendatang dalam gua dan kini tersekap dalam gua tersebut?
Sebab cara berpikir semacam ini memang kemungkinan besar
bisa berubah menjadi suatu kenyataan. Rasa murung dan kuatir
yang amat tebal akhirnya membangkitkan rasa marah dihati masing
masing. Dengan penuh kegusaran Bu im sin hong Kian Kim siang
segera menghantam ke atas batu besar didepan mulut gua itu keras
keras.
Apa yang sebenarnya telah terjadi?
Rupanya sewaktu Ciu Tin tin sedang berlatih ilmu Heng kian
sinkang tadi, tanpa disengaja dia menyaksikan ada sesosok
bayangan putih menyelinap ke belakang batu besar di depan pintu
gua pertapaan Thio Biau liong kemudian lenyap tak berbekas.
Menanti dia menyusul ke depan gua besar tersebut, tak sesosok
bayangan pun yang terlihat lagi. Dia merasa agak curiga, jangan
jangan saking tegangnya pikiran ketika itu sehingga timbul suatu
pemandangan yang bukan bukan. Maka setelah berdiri termangu
mangu beberapa saat didepan batu besar itu, akhirnya dia menghela

1084
napas panjang, dan siap membalikkan badan untuk meninggalkan
tempat itu.
Mendadak dari bawah tanah sana berkumandang suara nyaring
disusul munculnya sebuah kejadian aneh. Rupanya pada dinding
batu setinggi dua depa, dimana menurut Thi Eng khi dan Bu Iim sin
hong Kian Kim siang sebagai letak mulut gua tersebut tahu tahu
melesak ke dalam dan muncul sebuah gua kecil.
Ciu Tin tin ragu sejenak, untuk sesaat dia tak tahu haruskah
masuk sambil menyerempet bahaya ataukah memanggil semua
orang untuk masuk bersama sama?
Pada saat itulah, dari balik mulut gua tersebut muncul sebuah
tangan kecil berwarna putih yang menggapai ke arahnya. Atas
kejadian mana, Ciu Tin tin tidak sangsi lagi, dia segera meluncur
masuk ke dalam gua kecil itu. Ternyata dalam gua itu terdapat
sebuah ruang besar yang lebar dan luas serta terang benderang
bagaikan ditengah hari saja.
Apa yang disaksikan olehnya sekarang, memang persis dengan
apa yang dituturkan oleh Thi Eng khi. Di dalam girangnya dia lantas
membalikkan badan siap memberitahukan berita gembira ini kepada
Thi Eng khi sekalian, siapa tahu apa yang kemudian terlihat
membuat hatinya amat terperanjat. Ternyata mulut gua yang kecil
tadi, kini sudah hilang lenyap tak berbekas.
Sebaliknya terdapat sepasang monyet kecil berbulu putih sedang
menjura dihadapannya dengan amat hormat, kesemuanya ini
membuat hatinya menjadi amat keheranan. Kemudian, dia
memahami akan hal tersebut, segera gadis itu menduga kalau
bayangan putih yang tarlihat olehnya tadi sudah pasti salah satu
diantara mereka. Kalau toh mereka dapat membuka pintu untuk
mengundangnya masuk, tentu saja dapat pula membukakan pintu
untuk mengundang kedatangan Thi Eng khi sekalian.
Ciu Tin tin tidak tahu apakah mereka mengerti ucapan manusia
atau tidak, maka katanya pelan pelan :

1085
"Bukakan pintu gua, aku akan mengundang teman temanku
untuk masuk kemari!”
Siapa tahu sepasang monyet putih itu seperti mengerti maksud
perkataannya, mereka goyangkan tangannya berulang kali, berteriak
dan melompat lompat. Jelas mereka seperti hendak menyampaikan
sesuatu kepada gadis tersebut. Sayang sekali nona tersebut tidak
mengetahui apa yang dimaksudkan oleh kera kera itu.
Lama kelamaan Ciu Tin tin menjadi gelisah sekali, teriaknya keras
keras :
"Cepat membuka pintu gua!”
Di samping itu, dia sudah bersiap sedia turun tangan untuk
membekuk salah satu diantara monyet monyet itu dan memaksa nya
untuk membukakan pintu gua.
Ketika monyet monyet putih itu menyaksikan hawa amarah sudah
menyelimuti wajah Ciu Tin tin, mereka nampak semakin gelisah lagi
hingga mencak mencak tak karuan sambil berlari menghampiri gadis
itu, mereka menarik ujung baju si nona dan menyeretnya masuk ke
dalam gua.
Ciu Tin tin memang seorang gadis yang cerdik, dengan cepat dia
menyadari kalau tingkah laku monyet monyet putih itu pasti
mempunyai maksud tertentu maka dia urungkan niatnya untuk
memaksa mereka membukakan pintu dan berjalan menuju ke dalam
sebuah ruangan batu kecil.
Diatas langit langit ruangan tersebut terdapat sebutir Ya beng cu
sehingga ruangan tersebut menjadi terang benderang. Ruangan itu
kosong melompong tiada sesuatu benda apapun tapi diatas dinding
ruangan yang mengelilingi ruangan tersebut terukir beribu ribu
patah tulisan yang kecil kecil.
Sepasang monyet putih itu berkaok kaok tiada hentinya,
kemudian salah seekor di antaranya melompat dan menuding kearah
sebuah huruf yang tertera diatas dinding tersebut, kemudian
menuding huruf yang lain secara bergantian.

1086
Dengan cepat Ciu Tin tin menyadari apa gerangan yang
sebenarnya terjadi, rupanya monyet monyet itu tak pandai berbicara
namun bisa menggunakan huruf untuk menyampaikan maksud
hatinya, dari sini bisa diketahui betapa pintarnya monyet monyet itu,
tapi yang hebat tentu saja pemilik monyet tersebut, karena nyatanya
ia bisa mendidik mereka untuk mengenal tulisan.
Ketika Ciu Tin tin berhasil merangkai tulisan yang ditunjuk
monyet tersebut, maka terbacalah kalimat tersebut sebagai berikut :
“Kami bernama Siau soat dan Siau pek, yang mempunyai tahi
lalat merah di telinga sebelah kiri bernama Saiu soat, yang bertahi
lalat merah di telinga sebelah kanan bernama Siau pek.”
“Majikan tua telah meninggalkan pesan agar kami menjaga gua
ini, bila dikemudian hari ada yang berhasil mempelajari Ilmu Heng
kian sinkang, dialah majikan baru dari gua dan kami berdua.”
"Kau pandai ilmu Heng kian sinkang, kau adalah majikan baru
kami semua ...."
Sesudah memahami maksud hati mereka, dengan cepat Ciu Tin
tin menggoyangkan tangannya berulang kali sambil berseru :
"Aku tak bisa terhitung sebagai majlkan baru gua ini, majikan
baru kalian adalah adik Eng!”
Siau soat kembali menunjuk huruf huruf diatas dinding dan
merangkainya lagi menjadi sebuah kalimat :
"Bukan kau yang memasuki gua ini tempo hari?”
Ciu Tin tin segera tertawa :
“Benarkah aku atau bukan, masa kalian tak tahu? Kalian sedang
menjaga gua apa?”
Siau pek dan Siau soat segera menggaruk garuk mukanya,
setengah harian lamanya dia tak mampu mengucapkan sepatah kata
pun. Kembali Ciu Tin tin mendesak lebih jauh :
"Apakah kalian telah mencuri bermain ke luar?"

1087
Siau pek segera mendorong dorong Siau soat, agaknya dia
menyuruh Siau soat yang menjawab. Dengan perasaan apa boleh
buat terpaksa Siau soat menuding huruf huruf diatas dinding dan
merangkainya menjadi satu kalimat :
"Tempo hari kami sedang mengejar seekor kelinci, tatkala balik
kembali baru kuketahui kalau ada orang yang telah berkunjung
kemari dan berhasil mempelajari ilmu Heng kian sinkang. Maka kami
pun menunggu sampai majikan balik kembali."
Selama ini mereka selalu menyebut Ciu Tin tin sebagai majikan.
Ciu Tin tin segara bertanya :
"Kalau toh kalian sedang menunggu kami, mengapa tidak
melepaskan kami masuk sedari tadi?"
Siau soat menuding huruf dan menjawab :
"Sebab pada waktu itu majikan tidak menggunakan ilmu Heng
kian sinkang, maka kami tidak tahu kalau majikan telah kembali."
"Aku sudah tiga bulan lamanya berlatih ilmu Heng kian sinkang
dalam lembah ini,apakah sampai hari ini kalian baru
mengetahuinya?" seru Ciu Tin tin dengan mendongkol.
Melihat Ciu Tin tin marah, cepat cepat Siau soat menuding huruf
dan menjawab :
"Majikan tua telah berpesan, kami hanya boleh keluar dari gua ini
setiap sepuluh tahun sekali, dihari hari biasa dilarang berada di luar,
harap majikan jangan marah.”
“Mengapa hanya mengijinkan kepada kalian untuk keluar dari gua
setiap sepuluh tahun sekali?”
Kali ini monyet putih itu tidak menuding huruf lagi, mereka hanya
menggelengkan kepalanya berulang kali sebagai tanda kalau tidak
mengetahui sebab musabab yang sebenarnya. Ciu Tin tin juga tidak
mendesak lebih jauh tapi dia menerangkan kepada mereka kalau Thi
Eng khi lah yang berkunjung ke sini tempo hari, karena terkena
pukulan orang jahat sehingga kehilangan tenaga dalam maka ilmu
Heng kian sinkang tersebut diwariskan kepadanya, itulah sebabnya
Thi Eng khi lah yang seharusnya disebut majikan baru dari gua ini.

1088
Sepasang monyet kecil itu bercuit cuit beberapa lama setelah
mendengar perkataan dari Ciu Tin tin itu, akhirnya mereka menerima
usul dari Ciu Tin tin untuk menyambut Thi Eng khi masuk ke dalam
gua. Namun mereka pun bersikeras untuk menjaga peraturan dari
majikan tua dan melarang mereka yang tidak mempelajari ilmu Heng
kian sinkang untuk memasuki gua dimana jenasah majikan tuannya
tersimpan.
Ketika Ciu Tin tin menyaksikan monyet monyet itu begitu lincah,
bahkan amat setia terhadap majikan tuanya, terpaksa dia
mengabulkan dan bersama sama keluar dari gua untuk menyambut
kedatangan dari Thi eng khi sekalian.
Sementara itu malam yang gelap sudah tiba diluar gua, tampak
diluar gua tempat tinggal Thi Eng khi terdapat sebuah api unggun
besar, ditengah api unggun nampak bayangan manusia berkelebat
kesana kemari, seakan akan telah terjadi suatu peristiwa besar. Agar
orang lain tahu kalau dia sudah kembali, Ciu Tin tin berpekik nyaring
lebih dulu, kemudian baru mengajak Siau pek dan Siau soat
mendekati gua tersebut.
Munculnya kembali Ciu Tin tin disana seharusnya disambut
semua orang dengan gembira. Tapi rasa girang diwajah orang orang
itu hanya terlintas sebentar saja kemudian lenyap kembali, bahkan
wajah semua orang diliputi oleh rasa murung dan sedih yang amat
tebal. Ciu Tin tin menjadi terkesiap, dia seperti memperoleh firasat
jelek, kepada Bu Nay nay segera tegurnya :
"Nay nay, apa yang telah terjadi?"
"Kau telah pergi ke mana?” Bu Nay nay balik bertanya.
Kemudian tidak menanti Ciu Tin tin menjawab, sambil
menggelangkan kepala dia sudah menambahkan :
"Agaknya Thi sauhiap sudah tak bisa dipertahankan lagi!"
Ciu Tin tin menjadi terperanjat setengah mati hingga paras
mukanya berubah menjadi pucat pias, dengan cepat dia meluncur
masuk ke dalam gua. Tampak paras muka Thi Eng khi berubah

1089
menjadi merah padam seperti orang mabuk, napasnya lemah dan
udara yang keluar lebih banyak daripada yang masuk.
Dalam kagetnya Ciu Tin tin segera menempelkan telapak
tangannya di atas pusar si anak muda itu, kemudian mengerahkan
hawa murninya dan menyalurkan ke tubuh Thi Eng khi. Tenaga
dalam yang dimiliki Ciu Tin tin saat ini amat sempurna, orang yang
hampir mati pun nyawanya akan diserobot separuh bila berhasil
disaluri hawa murninya.
Namun Thi Eng khi sama sekali tidak bereaksi atas saluran hawa
murni yang menyusup ke dalam tubuhnya itu. Bukan saja Thi Eng
khi tidak nampak berubah malahan Ciu Tin tin merasakan hawa
murninya yang disalurkan ke dalam tubuh si anak muda itu seakan
akan batu besar yang tercebur di tengah samudra saja, lenyap tak
berbekas dengan begitu saja. Tujuan Ciu Tin tin sekarang hanyalah
menolong orang, dia tidak ambil perduli apakah harus menderita rugi
dalam tenaga dalamnya atau tidak, segera disalurkan hawa murni
tiada hentinya ke dalam tubuh si anak muda tersebut.
Bu im sin hong Kian Kim siang yang menyaksikan kejadian itu,
dengan wajah lesu segera memperingatkan :
Jilid 34
“Di dalam tubuh saudara cilik telah mengalami suatu perubahan
aneh, lohu telah mengorbankan sebagian besar tenaga dalamku,
namun tidak berhasil membangkitkan kembali harapan hidup bagi
saudara cilik.
Nona Tin, aku lihat kau harus segera menarik kembali hawa
murnimu dan merundingkan cara lain untuk menolong saudara cilik
dari ancaman mara bahaya, daripada kehabisan tenaga dalam, toh
tiada manfaatnya barang sedikitpun jua."
Air mata bercucuran dengan derasnya membasahi wajah Ciu Tin
tin, katanya kemudian :
"Apabila adik Eng mati, akupun tak akan hidup sendiri, aku akan
menemaninya untuk berangkat bersama!"

1090
Gadis itu tak menggubris ucapan orang dan mengerahkan terus
tenaga dalamnya ke tubuh Thi Eng khi. Bu Nay nay segera
memperingatkan pula :
"Tin tin, jangan nekad kau harus tahu bahwa perbuatanmu ini
akan membuat Thi sauhiap menjadi semakin sedih, Thi sauhiap
berniat untuk menjadikan kau sebagai seorang yang lihay, apakah
kau anggap ia meminta kepadamu untuk mengiringinya berangkat
mati?"
Sesungguhnya Ciu Tin tin merupakan seorang gadis yang cukup
mengetahui keadaan, sejak bertemu dengan Thi Eng khi untuk
pertama kali, dia sudah mengetahui akan maksud hati si anak muda
itu, apalagi setelah mendengar teguran dari Bu Nay nay, hatinya
semakin terkesiap lagi...........
Sebelum dia mengucapkan sesuatu, terdengar Bu im sin hong
Kian Kim siang berkata lagi :
"Nona, apakah kau baru keluar dari gua Thio locianpwe? Di
dalam gua itu penuh dengan obat mustika, harapan hidup bagi Thi
sauhiap mungkin harus tergantung pada obat mustika milik Thio
locianpwe itu!"
Bagaikan baru sadar dari impian, Ciu Tin tin segera menarik
kembali tenaga dalamnya sambil melompat bangun, kemudiannya :
"Aaaah, betul! Gara gara kebodohan boanpwe hampir saja aku
melalaikan suatu masalah besar, sekarang juga aku akan kembali ke
gua untuk mengambil obat."
Kemudian serunya keras keras :
"Siau soat, Siau pek!"
Ketika berpaling ia tidak nampak kedua monyet tersebut berada
disitu, maka ia segera lari keluar dari gua. Baru tiba di mulut gua,
dari depan sana tampak bayangan putih berkelebat lewat, Siau soat
dan Siau pek tahu tahu sudah muncul didepan mata dan hampir saja
bertubrukan dengan Ciu Tin tin. Dengan suara keras Ciu Tin tin
segera berseru :
"Mari kita balik ke gua untuk mencari obat!"

1091
Tanpa berhenti dia lari ke depan, Siau soat dan Siau pek bercuit
cuit tiada hentinya, lalu tampak bayangan putih berkelebat dan tahu
tahu satu di kiri yang lain dikanan mereka sudah menarik ujung baju
Ciu Tin tin dan menggoncang goncangkan tiada hentinya. Ciu Tin tin
hendak menegur mereka, tapi tiba-tiba saja dia menyaksikan Siau
soat telah membawa sebuah botol porselen, saat itulah dia baru
menjadi sadar kembali.
Rupanya ketika Siau soat dan Siau pek menyaksikan keadaan Thi
Eng khi gawat, tanpa diperintah, mereka sudah balik ke dalam gua
untuk mengambil obat. Dengan penuh berterima kasih Ciu Tin tin
membelai kepala Siau soat dan Siau pek kemudian balik kembali ke
dalam gua. Tak sempat memeriksa tabel diatas botol tersebut, dia
mengeluarkan dua butir pil berwarna putih dan dijejalkan ke dalam
mulut Thi Eng khi....
Seketika itu juga suasana dalam gua tersebut berubah menjadi
sunyi senyap tak kedengaran sedikit suara pun, empat manusia dua
ekor monyet dengan ke dua belas matanya sama sama mengawasi
wajah Thi Eng khi sambil menunggu reaksi dari obat, tersebut
padahal waktu tidak berlangsung lama namun di dalam perasaan
mereka bagaikan beribu ribu tahun.
Akhirnya Thi Eng khi nampak bergerak, wajah yang memerah
dan sepasang matanya membuka kembali, menengok ke arah Ciu
Tin tin serunya :
"Enci Tin aku mengira sudah tak bisa bertemu lagi denganmu...!"
Kata yang pertama dari Thi Eng khi ternyata bernada mesrah
bagi pendengaran Ciu Tin tin hal ini benar benar membuatnya
terharu sekali, sekarang dia mempunyai tempat yang penting dalam
hati Thi Eng khi. Dengan air mata yang bercucuran dengan deras Ciu
Tin tin menggenggam tangan Thi Eng khi kencang kencang,
kemudian bisiknya dengan suara lembut :
"Adik Eng, sekarang kita sudah dapat memasuki gua pertapaan
Thio locianpwe!"

1092
"Siapa yang telah mengangkangi gua tersebut?” tanya Thi Eng
khi dengan cepat "Apakah kalian telah bertarung melawannya?"
Ciu Tin tin segera menggapai dua ekor monyet itu agar maju ke
depan kemudian menyahut :
"Rupanya kedua ekor monyet penjaga gua Thio locianpwe telah
menaruh kesalahan paham terhadap kita, sehingga ia menutup pintu
dan tidak membiarkan kita masuk"
Ciu Tin tin segera menyuruh ke dua ekor monyet itu maju ke
depan dan menerangkan kalau si anak muda tersebut adalah
majikan baru mereka ....
Monyet monyet itu memang pintar, menirukan lagak manusia
saja, mereka segera maju dan menjura kepada Thi Eng khi.
Menyaksikan tingkat laku si monyet yang lucu, Thi Eng khi jadi lupa
dengan penyakit yang dideritanya dan tertawa terbahak bahak.
Siapa tahu begitu ia tertawa wajahnya segera meringis, kemudian
terbatuk batuk dan memuntahkan darah kental berwarna merah
kehitam hitaman....
Semua orang menjadi terkejut!
"Adik Eng, kenapa kau?" dengan gugup Ciu Tin tin menjerit kaget
sekeras kerasnya.
Thi Eng khi terengah engah kemudian setelah tertawa tenang
katanya :
"Aku sudah rada baikan!"
Menyusul kemudian tanyanya kepada Ciu Tin tin :
“Obat apakah yang telah kau berikan kepadaku tadi?"
Ciu Tin tin tertegun, kemudian sahutnya dengan perasaan agak
rikuh :
"Obat tersebut diambil oleh Siau soat dan Siau pek, aku
sendiripun tidak tahu.”

1093
Sekarang dia baru teringat kalau diatas botol porselen tersebut
terdapat labelnya maka sambil tertawa rikuh dan untuk menutupi
kecerobohan sendiri, dia membaca label di depan botol tersebut :
“Obat ini khusus untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh
suatu wabah diluar gua dan di dasar lembah, mereka yang minum
obat ini bila meninggalkan lembah sebelum penyakit menjadi
sembuh maka dia akan tewas."
Kecuali itu, disitu tidak dicantumkan keterangan serta nama obat
tersebut. Thi Eng khi sudah pernah mempelajari kitab ilmu tabib
yang berada dirumah Pembenci raja akhirat Kwik Keng thian, boleh
dibilang ilmu pertabibannya sangat lihay tergerak hatinya sesudah
mendengar perkataan tersebut, pikirnya :
"Jangan jangan di dasar lembah ini terdapat semacam hawa
jahat yang bisa melukai tubuh manusia? Tapi bukankah Bu im sin
hong Kian tua sudah tersekap selama puluhan tahun di sini?
Mengapa dia tidak jatuh sakit? Sedangkan mereka yang lain pun
tidak menderita penyakit apa apa ....?”
Berbagai pertanyaan itu segera berkecamuk di dalam benaknya.
Setelah muncul pertanyaan tersebut, otomatis dia pun berusaha
untuk menemukan jawabannya, berhubung ilmu pertabiban yang
dimilikinya memang sangat lihay, maka tak lama kemudian semua
pertanyaan tersebut telah berhasil dipahami olehnya.
Dengan cepat dia mengambil kesimpulan :
Di dasar lembah ini sudah pasti terdapat semacam hawa beracun
yang bisa melukai orarg secara lambat, manusia maupun binatang
yang terlalu lama berdiam disini pasti akan keracunan dan mati.
Berhubung Bu im sin hong Kian Kim siang bersembunyi di dalam
pohon cemara Bwe siong, dan didalam pohon cemara Bwe siong
tersebut tentu memiliki kemampuan untuk melawan hawa racun,
maka dia tak sampai menderita luka apa apa. Sedang orang yang
datang bersama samanya kali ini berhubung semuanya memiliki
tenaga dalam yang sempurma, sehingga otomatis kondisi badannya
lebih tangguh, maka hawa racun itu tak mampu berbuat apa apa
terhadap mereka, maka mereka pun tidak sampai kejangkitan
penyakit tersebut tapi lama kelamaan mereka akan kena juga.

1094
Sebaliknya dia sendiri terkena karena tenaga dalamnya telah
punah dan kondisi badannya menjadi lemah, maka dialah yang
pertama tama kejangkitan lebih dulu daripada yang lain. Akan tetapi,
dia pun sudah menelan pil kim khong giok lok wan, semestinya tak
mungkin akan kejangkitan racun, tapi mengapa dia bisa keracunan?
….. ini berarti hawa racun yang berada di sana istimewa sifatnya dan
tak bisa dilawan dengan daya kerja pil kim khong giok lok wan
tersebut. Pikir punya pikir, Thi Eng khi menjadi terseret dalam
keadaan lupa akan segala galanya, ia menjadi terkesima.
Ciu Tin tin yang menyaksikan sikap termangu dari Thi Eng khi itu
segera berseru dengan gelisah :
“Adik Eng! Adik Eng! Mengapa pula kau?”
Diputus lamunannya oleh teguran tersebut, Thi Eng khi segera
tersadar kembali namun dengan tenang dia berkata :
“Enci Tin, coba kau lihat, menurut keterangan yang tercantum
diatas botol ini, sekarang aku masih belum bisa masuk ke dalam
gua, lebih baik kau dan mereka masuk kedalam gua lebih dulu!”
Ciu Tin tin menjadi tertegun.
“Adik Eng, mengapa pula kau menjadi terpukul? Kau adalah
majikan dari gua ini, bila kau tidak masuk, siapa pula yang berani
memasuki gua tersebut?”
Bu im sin hong Kian Kiam siang maupun Bu Nay nay dan Bu Im
juga menyatakan tidak setuju, bila Thi Eng khi tidak masuk ke dalam
gua maka mereka semua juga tidak akan masuk.
Melihat semua orang menunjukkan sikap serius, Thi Eng khi tahu
bila duduknya persoalan tidak dibikin jelas, mungkin mereka tak
akan meninggalkan tempat ini dengan begitu saja. Terpaksa dia
harus membeberkan jalan pemikiran yang kurang matang itu kepada
mereka, bahkan suruh mereka berlega hati setelah mempunyai obat
dari Thio Biau liong, tak mungkin selembar jiwanya akan terancam
mara bahaya.
Selain itu, sebelum kesehatan badannya pulih kembali, dia tak
akan bisa meninggalkan dasar lembah, juga tak akan berhasil
memulihkan tenaga dalamnya yang telah punah, apa salahnya bila

1095
kesempatan ini dimanfaatkan dengan sebaik baiknya, selain
merawat sakit, juga mencari sumber dari penyebab celaka itu
daripada orang lain terkena kembali …..
Mereka semua sama sama merupakan jago persilatan, soal
berdebat siapapun tak bisa mengungguli Thi Eng khi, terpaksa
mereka menuruti perkataannya dan pindah dulu ke dalam gua.
Ciu Tin tin dengan alasan Thi Eng khi masih sakit, perlu
perawatan dan lain lainnya .... pokoknya kalau digabungkan ada
se¬laksa lebih alasan untuk tidak meninggalkan Thi Eng khi, tapi
akhirnya toh harus pindah juga ke dalam gua. Namun, Thi Eng khi
harus menyetujui untuk setiap hari bertemu sekali dengannya di
mulut gua.
Begitulah Thi Eng khi pun berdiam seorang diri di dasar lembah
dan berusaha untuk menyelidiki rahasia alam yang berada disekitar
sana. Hari demi hari dapat dilewatkan dengan tenang, walaupun Thi
Eng khi tidak berhasil memperoleh sesuatu, tapi berkat obat obatan
dari Thio Biau liong, kondisi badannya sudah jauh lebih sehat dan
kuat.
Menggunakan waktu senggang yang ada dia pun banyak
membaca kitab kitab simpanan milik Thio Biau liong, tentu saja kitab
kitab tersebut dikirim oleh Ciu Tin tin sesuai dengan permintaannya.
Ketika Bu im sin hong Kian Kim siang menyaksikan kehidupan
dari Thi Eng khi bisa dilewatkan dengan aman tenteram, dia tergoda
kembali untuk melihat keadaan dunia persilatan maka ia berangkat
kembali meninggalkan gua tersebut.
Sedangkan Thi Eng khi telah memeriksa seluruh dasar lembah itu
namun tak berhasil menemukan sesuatu apapun yang
mencurigakan, hampir saja dia mencurigai ja¬lan pemikiran sendiri.
Di saat ia sedang putus asa itulah, akhirnya Thian telah memberikan
suatu kesempatan yang baik kepadanya untuk mengungkapkan
rahasia dari dasar lembah tersebut.

1096
Di sebelah tenggara pohon bwe siong terdapat sebuah tanah
berumput yang sangat indah dan menawan. Thi Eng khi sering
membaca buku disitu, beristirahat ataupun berbaring di sana melihat
awan di angkasa dan menghilangkan rasa kesal dalam hatinya.
Suatu hari, dia berbaring diatas tanah berumput itu dan tertidur,
ketika bangun, waktu menunjukkan saat baginya untuk minum obat.
Maka dia pun mengeluarkan botol obat itu dan mengambil sebutir
pil diantaranya, ketika pil itu akan dimasukkan kedalam mulut,
mendadak matanya mendelong, dia telah menyaksikan suatu
pemandangan yang sangat aneh. Ternyata pil yang berada di
tangannya itu dari warna putih kini secara pelan pelan sedang
berubah menjadi warna merah....
Thi Eng khi yang menguasai ilmu pertabiban segera menyadari
kalau dibalik kesemuanya ini tentu ada hal hal yang amat luar
biasa.... Dia lantas menunda untuk minum pil tersebut, melainkan
beranjak dan meninggalkan tanah berumput tadi. Sungguh aneh
sekali begitu dia meninggalkan tanah berumput itu, pil yang berada
di tangannya juga segera berubah menjadi putih kembali..... Menanti
dia balik ke tanah berumput itu pil tersebut kembali berubah menjadi
merah.
Thi Eng khi melakukan percobaan sampai beberapa kali, akhirnya
dia berkesimpulan kalau tanah berumput itulah letak keanehan
tersebut maka pil tadi segera ditelan. Kemudian dia mencabut
beberapa batang rumput dan diperiksa dengan seksama tapi ia tak
berhasil menemukan sesuatu perbedaan antara rumput tersebut
dengan rumput pada umumnya, normal dan tiada keanehan, hal
mana tentu saja membuat hatinya tertegun bercampur keheranan.
Kemudian, satu ingatan melintas di dalam benaknya, segera pikirnya
di dalam hati :
"Jangan jangan di balik rerumputan tersebut ada persoalan yang
tak beres...?”
Berpikir demikian, dia mencabuti rerumputan itu sampai gundul
sebagian, tapi tanah dibawah rumput seperti juga tanah biasa, tiada
sesuatu perbedaan. Ia lantas mematahkan sebuah ranting kering

1097
dan menggali sebuah lubang kecil, sekarang dia baru menemukan
tanah semu merah kurang lebih lima inci dibawah permukaan.
Penemuan yang tak terduga ini hampir saja membuat Thi Eng khi
melompat saking gembiranya. Sebab dari semu merah yang muncul
di atas lumpur tersebut, dia sudah mengetahui apa gerangan yang
terjadi. Sambil tersenyum dia lantas mencongkel lumpur dan dicicipi,
setelah itu gumamnya :
“Benar, lumpur ini manis rasanya, memang ciri khas dari Ing in ci
toh (tanah berseri hawa langit dan bumi), tenaga dalamku ada
harapan untuk pulih kembali seperti sedia kala!"
Ternyata Ing in ci toh adalah sari hawa yang terbentuk dari
gabungan langit dan bumi, sari hawa ini terbentuk didaerah
pertemuan antara udara bersih dengan udara kotor. Kebetulan
sekali, lembah tanpa nama ini merupakan pusat pertemuan antara
udara bersih dan udara kotor. Karena tertutup oleh lembah dan
kabut yang menyempit dan tebal maka campuran udara mana tak
mudah menyebar dari situ. Maka udara yang bersih memupuk
tumbuhnya Si toan Kim khong dan pohon cemara Bwe siong.
Sebaliknya udara yang kotor tetap membeku didalam lembah dan
berubah menjadi hawa jahat yang mencelakai manusia, sedangkan
tanah Ing in ci toh mempunyai kasiat menghisap sari udara langit
yang bersih dan udara bumi yang kotor hingga terwujud menjadi
sari hawa yang terserap ke dalam tanah, coba kalau tiada tanah
yang melakukan penyerapan sudah pasti makhluk apapun yang
masuk ke lembah tersebut akan mati lemas.
Sekarang, rasa gembira Thi Eng khi tak terlukiskan lagi dengan
kata kata, dia melompat dan menari seperti orang gila, kemudian
sambil tertawa terbahak bahak serunya :
"Aku akan memberikan suatu kejutan kepada enci Tin agar dia
menjadi kejut bercampur girang!"
Karena berpikiran demikian, maka untuk sementara waktu ia
tidak menceritakan tentang tanah Ing in ci toh tersebut kepada Ciu
Tin tin. Sekembalinya ke dalam gua, dia mengambil pedang Thian
liong kim kiam dan menggunakan tenaga besar menggali sebuah

1098
lubang yang cukup besar, kemudian memendam tubuhnya didalam
tanah sampai sebatas leher.
Kurang lebih satu jam kemudian, dia merasakan munculnya
semacam tenaga hisapan yang amat besar yang melumat tubuhnya
seakan akan berubah menjadi berpuluhan ribu keping kemudian
melalui pori pori menyusup keluar. Disusul kemudian dia merasakan
pikirannya kosong dan tubuhnya seakan akan melumer jadi satu
dengan tanah, kesadarannya seketika hilang tak berbekas. Menanti
dia sadar kembali, tengah malam sudah lewat.
Thi Eng khi merasakan seluruh tubuhnya basah kuyup,
sedangkan udara yang segar dan nyaman menyusup ke dalam
tulang sumsumnya membuat ia merasa nyaman sekali. Bahkan
terasa pula segulung hawa dingin yang segar menyusup melalui pori
pori disekujur badannya dan mengalir masuk ke dalam tubuhnya,
kemudian menyebar ke mana mana.
Hawa dingin tersebut menyusup ke dalam semua urat nadi dan
jalan darahnya dan tak lama kemudian sudah tersebar di seluruh
badan, sedang didalam badannya pun sudah mulai muncul segulung
hawa hangat. Saat itulah Thi Eng Khi baru mencoba untuk mengatur
napas dan menghimpun kembali hawa murninya.
Setetes demi setetes, setitik demi setitik, hawa murni itu mulai
terhimpun kembali, dia mulai merasakan hawa murninya mulai
bergerak dan menempuh kehidupan baru. Dari sedikit akhirnya
membukit, dari pelan akhirnya menjadi cepat, tanpa disadari ia
sudah bersemedi tujuh puluh dua jam dengan tiga puluh enam
putaran, atau dengan perkataan lain ia telah mengubur diri dalam
tanah Ing in ci toh tersebut selama tiga hari tiga malam.
Selama tujuh puluh dua jam ini, Thi Eng khi sudah berganti
tulang rasanya, semuanya ikut berubah dan menjadi satu satunya
manusia didunia ini yang dipenuhi sari hawa langit dan bumi. Perlu
diketahui, tubuh manusia sesungguhnya terbentuk dari sari udara
langit dan sari hawa bumi, baik buruk cerdik bodohnya seorang
manusia pun tergantung dari berapa banyakkah sari udara bersih
dan kotor yang terkandung ditubuh manusia.

1099
Bagi orang yang terdiri dari delapan sembilan bagian udara
bersih, dia akan menjadi orang pandai. Sebaliknya bila terdiri dari
delapan sembilan bagian udara kotor, maka dia akan menjadi orang
bodoh.
Thi Eng khi merupakan manusia berbakat aneh yang jarang di
jumpai dalam ratusan tahun belakangan ini, dia hampir sembilan
puluh persen terdiri dari udara bersih dan hanya satu bagian saja
terdiri dari udara kotor jadi bisa dibilang ia amat cerdas.
Tapi sekarang setelah sari pukulan Hian im ciang dari Hian im
Tee kun yang kotor dan tertinggal dalam tubuhnya terhisap keluar
oleh tanah Ing in ci toh, kemudian sari udara bersih menyusup ke
dalam tubuhnya, maka pertukaran mana membentuknya sebagai
seorang manusia yang benar benar amat hebat.
Bukan saja seluruh tenaga murninya telah pulih kembali seperti
sedia kala, bahkan gara gara bencana menjadi mujur, dia telah
berhasil mencapai tingkatan tertinggi sebagai seorang manusia. Bagi
umat persilatan yang belajar silat, entah berasal dari aliran
manapun, hampir semuanya berusaha untuk mencapai taraf yang
disebut Ban gwan Kui tiong (selaksa aliran kembali pada
sumbernya), yang dimaksudkan taraf tersebut adalah menambah
udara bersih dalam tubuhnya dengan membuang semua udara kotor
yang terkandung dibadan sehingga mencapai tingkat dimana seluruh
tubuh terdiri dari udara bersih.
Barang siapa makin banyak menghimpun udara bersih, maka dia
juga yang akan berhasil mencapai tingkatan yang lebih tinggi. Thi
Eng khi yang kena terhajar oleh pukulan Hian im Tee kun membuat
hawa murninya menjadi buyar berhubung hawa jahat yang
dilontarkan Hian im Tee kun masih tertinggal dalam tubuh Thi Eng
khi maka hal mana membuat hawa murni yang dimiliki Thi Eng khi
tersebar ke seluruh anggota badannya, sedemikian tercerai berainya
hawa murni itu membuat Thi Eng khi tak sanggup untuk
menghimpun kembali dan jadilah dia sebagai manusia biasa.

1100
Sesungguhnya, sisa hawa pukulan Hian im ciang yang mengeram
ditubuh Thi Eng khi itu tak dapat dihilangkan dengan bantuan dari
obat apapun. Sekalipun Thi Eng khi menelan buah Hi¬an ko yang
dihadiahkan Bu Im kepada Ciu Tin tin, hal itupun tidak akan
berpengaruh terlalu banyak, sebagai orang yang memahami ilmu
pertabiban, Thi Eng khi tentu saja mengetahui akan teori tersebut,
hanya saja tidak sampai diutarakan keluar saja .....
Maka satu satunya cara yang bisa dipakai untuk menolong Thi
Eng khi adalah harus ada orang yang memiliki tenaga dalam lebih
tinggi dari Hian im Tee kun yang rela mengorbankan diri untuk
menyalurkan hawa murninya ke tubuh Thi Eng khi dan melenyapkan
sisa hawa pukulan Hian im ciang yang mengeram ditubuh anak
muda tersebut. Jikalau kekuatan yang menghambat berkumpulnya
hawa murni itu bisa dilenyapkan, saat itulah Thi Eng khi baru punya
harapan untuk menghimpun kembali hawa murninya.
Tapi, kesempatan semacam itu boleh dibilang kecil sekali, atau
lebih tepat dikatakan pada hakekatnya tiada kemungkinan tersebut.
Thi Eng khi cukup memahami akan hal tersebut, tapi untuk
menghibur Bu im sin hong Kian Kim siang yang berjiwa hangat, dia
tidak menampik usulnya untuk membawanya ke bukit Bu gi san
padahal dia sudah bertekad untuk mengasingkan diri selamanya
disitu.
Maka itulah, dia baru punva niat untuk mendidik dan membentuk
Ciu Tin tin sebagai seorang jagoan. Siapa tahu, kalau nasibnya
memang lagi mujur, dia berdiam di lembah terpencil yang
sesungguhnya mengandung Ing in ci toh, bukan saja penyakit yang
dideritanya bisa dipunahkan, bahkan tenaga dalamnya bisa pulih
kembali seperti sedia kala.
Begitulah, Thi Eng khi mengalirkan ha¬wa murninya mengelilingi
tubuhnya sampai tiga puluh enam kali putaran, dia merasa
semangatnya menjadi segar, hawa murninya penuh dan
kekuatannya pulih kembali seperti sedia kala. Dalam sekali lompatan
saja, dia telah melepaskan diri dari dalam tanah.

1101
ketika ujung bajunya dikebaskan, segulung hawa murni yang
dahsyat memancar ke empat penjuru dan menggulung pasir yang
berada disekitar sana mengumpul kembali dalam liang tersebut. Thi
Eng khi pada saat itu penuh dengan pancaran hawa murni yang
segar, namun hatinya tetap tenang dan lembut, seakan akan sudah
tiada kobaran api napsu lagi dalam hatinya.
Malam yang gelap menyelimuti seluruh dasar lembah Hong im
hong, namun Thi Eng khi dapat menyaksikan segala sesuatu dengan
jelas seperti di siang hari saja. Waktu itu, dia amat merindukan diri
Ciu Tin tin, pikirnya di dalam hati :
“Sudah tiga hari kami tak bersua, apakah dia pun merindukan
diriku …?”
Dengan langkah yang pelan dia berjalan ke depan dan tanpa
terasa menuju ke mulut gua. Ia tahu pintu gua pasti tertutup,
namun pemuda itu toh tak tahan untuk melongok juga ke depan
gua. Kepada diri sendiri dia memperingatkan :
“Asal tidak mengganggu, hanya menengok saja rasanya juga tak
menjadi masalah toh setelah fajar nanti kami akan bersua kembali.”
Ketika masih beberapa kaki dari gua, mendadak ia menyaksikan
ada sesosok bayangan manusia sedang memandang ke tempat
kejauhan sana dengan termangu. Dia adalah Ciu Tin tin, entah
sudah sedari kapan berdiri tertegun disitu?
Mungkin karena sudah tiga hari tak pernah bersua dengan Thi
Eng khi, dia pun tak ingin melanggar perjanjiannya dengan Thi Eng
khi untuk mendatangi lembah mencarinya, terpaksa dia hanya
menunggu di depan guanya siang dan malam.
Thi Eng khi benar benar merasa terharu sekali, dengan kecepatan
luar biasa dan sama sekali tidak menimbulkan sedikit suara pun dia
menyelinap ke depan serta menghampirinya, dengan tenaga dalam
Ciu Tin tin yang begitu sempurna pun ternyata ia tidak merasakan
apa apa. Tak selang berapa saat kemudian, Thi Eng khi sudah
berdiri dibelakang tubuh Ciu Tin tin, sebenarnya dia hendak
menegurnya tapi niat tersebut segera diurungkan, tiba tiba ia
menggelengkan kepalanya, tersenyum dan mundur kembali.

1102
Akhirnya setelah berputar satu lingkaran, dia muncul di depan Ciu
Tin tin dan berjalan mendekatinya. Suara langkah yang
berkumandang segera mengejutkan Ciu Tin tin, dia segera menegur
:
"Adik Eng kah disana?"
Dengan suatu kecepatan luar biasa dia menerjang ke hadapan
Thi Eng khi. Sengaja Thi Eng khi mundur selangkah, kemudian
serunya terkejut :
"Siapa?"
Saat ini, Ciu Tin tin sudah tidak mempunyai rasa malu lagi, yang
ada tinggal rasa cinta dan perhatian yang besar, digenggamnya
tangan Thi Eng khi, kemudian ujarnya dengan sedih :
"Adik Eng, ke mana saja kau pergi selama berapa hari ini?
Mengapa tidak datang ke gua untuk menjengukku? Aku benar benar
merasa cemas sekali....!"
Thi Eng khi meremas remas tangan Ciu Tin tin yang halus, lalu
berbisik dengan lembut :
"Sudah lamakah kau menunggu aku?"
Ciu Tin tin tersenyum :
"Tidak lama, bukankah kita berjanji akan bertemu setiap malam?
Sejak saat itu lah aku datang menantimu.”
Begitu besarnya perhatian gadis itu untuk menunggu Thi Eng khi,
waktu yang sudah berhari hari lamanya itu dianggap sebagai
sebentar saja. Padahal kalau dihitung yang sebenarnya dia sudah
menunggu selama tiga hari tiga malam. Dengan perasaan
tercengang Thi Eng khi segera bertanya :
“Sudah begini lama kau berdiri didepan gua, apakah mereka tidak
menyuruh kau kembali?”
“Agaknya mereka sudah menyuruh masuk, tapi aku sama sekali
tidak menggubris, sudah pasti Bu Nay nay akan merasa gusar
sekali.”

1103
Segenap perhatiannya boleh dibilang telah dipusatkan pada Thi
Eng khi, sehingga masalah yang lain boleh dibilang sama sekali tidak
diperhatikan. Untuk menunggu Thi Eng khi, gadis tersebut sudah
menunggu selama tiga hari tiga malam didepan gua, tapi Bu Nay
nay sendiripun harus berdiri pula di belakang gua selama tiga hari
tiga malam juga untuk menjaga kesehatannya. Sementara itu, Bu
Nay nay juga sudah mendengar suara penbicaraan mereka dan
memburu ke depan, tapi setelah menyaksikan sikap mereka yang
mesrah, tak urung agak rikuh juga dibuatnya sehingga tanpa terasa
ia berhenti berlari dan siap untuk balik kembali.
Tapi Ciu Tin tin segera memanggilnya :
“Bu Nay nay, adik Eng telah kembali!”
Ucapan itu tidak penting bahkan berlebihan, tapi oleh sebab dia
terlalu gembira, dia pun ingin orang lain turut mencicipi
kegembiraannya, maka dalam anggapannya ucapan mana tidak
merupakan ucapan yang terlalu berlebihan. Bu Nay nay segera
berhenti dan tertawa getir, kemudian katanya :
"Tin Tin, kalau toh sudah berjumpa kembali dengan Thi sauhiap,
kau sudah seharusnya pergi beristirahat!"
Kemudian sambil berpaling ke arah Thi Eng khi, omelnya :
"Aaaai, anak muda, mengapa kau tidak berpikir untuk enci Tin?
Tahukah kau, sudah tiga hari tiga malam dia menantikan dirimu
disini!"
Thi Eng khi hendak minta maaf kepada Bu Nay nay, tapi Ciu Tin
tin sudah keburu berseru :
“Bu Nay nay, kau memang pandai membuat kejutan, kapan sih
aku menunggu selama tiga hari tiga malam? Kesehatan adik Eng
belum pulih kembali, kau jangan membuatnya terkejut!”
Bu Nay nay menjadi tertegun, lalu katanya sambil tertawa :
“Baik, baik! Anggap saja aku telah salah berbicara, sekarang kau
boleh pergi beristirahat bukan?”
“Tidak, kami belum berbicara berapa patah kata, bila ingin
kembali, kau boleh kembali dulu!”

1104
Thi Eng khi benar benar dibikin terharu sekali, katanya kemudian
dengan cepat :
“Enci Tin, siaute menyesal sekali kepadamu karena sudah
membuatmu tersiksa, harap kau sudi memaafkan kesalahanku!”
“Adik Eng, lagi lagi kau anggap orang luar diriku,” seru Ciu Tin tin
cemberut, “asal kau sudah sembuh dari penyakitmu, aku tak akan
mengacuhkan yang lain.”
Kenyataannya, dia memang tidak menegur Thi Eng khi mengapa
tidak datang bertemu dengannya seperti saat yang telah dijanjikan.
Thi Eng khi segera menarik tangan Ciu Tin tin sambil berseru :
"Ayoh jalan! Enci Tin, aku akan menemanimu kembali kedalam
gua...!"
Hampir saja Ciu Tin tin tidak mempercayai pendengaran sendiri,
kejut dan girang segera menyelimuti hatinya :
“Adik Eng, apa kau bilang?"
Thi Eng khi tertawa :
“Penyakit yang siaute derita telah sembuh, sekarang aku sudah
dapat meninggalkan lembah ini dan hidup bersama sama kalian di
dalam gua....”
Saking gembiranya air mata sampai jatuh bercucuran membasahi
wajah Ciu Tin tin, digenggamnya tangan Thi Eng khi dan
digoyangkan berulang kali, kemudian serunya :
“Ooooh.... ooooh.... penyakitmu telah sembuh! Penyakitmu telah
sembuh.... kita tidak akan berpisah lagi.... kita tak akan berpisah lagi
untuk selamanya."
Bu Nay nay juga turut gembira, serunya dari samping :
"Thi sauhiap, mengapa tidak kau katakan sedari tadi? Ayoh cepat
masuk, cepat kembali ke dalam gua, kesehatan tubuhmu baru saja
sembuh jangan sampai masuk angin hingga bikin orang menjadi
gelisah dan kuatir kembali."

1105
Tanpa membuang banyak waktu lagi, dia segera menarik tangan
Ciu Tin tin dan menyeret Thi Eng khi lari masuk ke dalam gua.
Sejak Thi Eng khi kembali ke dalam gua dalam waktu singkat
satu bulan lebih sudah lewat. Dia tidak menceritakan kepada Ciu Tin
tin kalau tenaga dalamnya telah pulih kembali, mula mula dia hanya
bermaksud membuat kejutan bagi Ciu Tin tin, tapi sekarang dia
justru ada niat untuk mengatur segala sesuatunya di dalam
siasatnya untuk menghadapi Hian im Tee kun.
Selama sebulan ini, dia hanya berusaha keras untuk membaca
semua kitab pusaka yang disimpan oleh Thio Biau liong selama ini
serta memperketat usahanya untuk menurunkan ilmu silat yang
hebat kepada Ciu Tin tin. Walaupun Ciu Tin tin menguatirkan
keadaan Thi Eng khi yang dianggapnya masih kehilangan tenaga
dalam, namun setelah menyaksikan kondisi badan Thi Eng khi yang
tambah hari bertambah sehat, dia pun mengambil pemikiran
selangkah mundur ke belakang.
Sekarang dia tidak berburu buru lagi untuk memaksakan
pengobatan bagi Thi Eng khi, kuatir kalau pemuda itu tak bisa
memecahkan pemikiran mana, sebaliknya malah menghibur terus
hatinya dengan mempergiat latihan ilmu silat agar memancing
kegembiraan tersebut. Thi Eng khi tentu memahami maksud hati
dari nona tersebut, namun dia juga tidak mengungkapnya, namun
semakin mesrah sikapnya terhadap gadis itu membuat sang dara
menjadi kegirangan.
Kemajuan yang dicapai Ciu Tin tin dalam ilmu silat benar benar
amat pesat, bukan saja ilmu silat ajaran Sim ji sinni seperti Boan yok
sinkang dan ilmu sakti Thian liong pay yang dipelajari, bahkan ilmu
Heng kian sinkang peninggalan Thio Biau liong serta ilmu silat aliran
partai lain pun berhasil dikuasai olehnya.
Kemampuannya sekarang sama sekali tidak berada dibawah
kemampuan Thi Eng khi sewaktu bertarung melawan Hian im Tee
kun tempo hari, itu berarti dia sudah mempunyai modal utama untuk
bertarung satu lawan satu melawan Hian im Tee kun. Namun taraf
kemajuan yang berhasil dicapai pun merupakan taraf yang tertinggi,

1106
dia memang bisa maju selangkah lagi namun hal mana bisa dicapai
dalam beberapa hari saja.
Saat itulah, Ciu Tin tin teringat kembali dengan janjinya kepada
Bu Im untuk menembusi jalan nadi Jin meh dan tok mehnya, dia pun
merundingkan hal ini dengan Thi Eng khi untuk dicoba. Berbicara
menurut kesempurnaan tenaga dalam, Cu Tin tin masih sanggup
untuk menghadapi, yang dikuatirkan sekarang tinggal soal
pengalaman dari gadis tersebut, sebab bila salah bertindak bisa jadi
akan berakibat kedua belah pihak sama sama menderita kerugian
besar. Itulah sebabnya Thi Eng khi merasa amat tidak lega hati.
Ciu Tin tin telah makan buah Hian ko pemberian orang, hal ini
membuat hatinya selalu merasa masgul. Sehari dia belum berhasil
membantu Bu Im untuk menembusi jalan darah Jin meh dan tok
mehnya, sehari pula dia tak akan tenteram, dia bersikeras hendak
menyerempet mara bahaya tersebut.
Dalam keadaan apa boleh buat, terpaksa Thi Eng khi harus
menyanggupi permintaannya itu. Tatkala Bu Im menerima kabar
tersebut, sudah barang tentu ia merasa sangat kegirangan. Segala
sesuatunya segera dipersiapkan menurut petunjuk dari Thi Eng khi.
Bu Im diminta untuk duduk bersila diatas sebuah kasur tempat
duduk. Ciu Tin tin dan dia masing masing menggunakan tenaganya
secara bergantian, kemudian gadis itu berdiri dihadapan Bu Im dan
jari telunjuk tangan kanannya ditempelkan diatas jalan darah soh
liau hiat diujung hidung Bu Im, sementara jari telunjuk tangan
kirinya ditempelkan diatas jalan darah Seng ciang hiat.
Dengan cepat Ciu Tin tin mengerahkan tenaga dalam yang telah
dihimpun dalam pusarnya, dua gulung tenaga lembut masing masing
menyusup masuk ke dalam tubuh Bu Im melalui jalan jalan Soh liau
hiat dan Seng ciang hiat kemudian setelah bergabung dengan hawa
murni yang berada dalam tubuh Bu Im sendiri, segera berputar
mengitari badan sebanyak tiga kali putaran.
Kemudian dari Jin meh mengalir ke bawah melewati jalan darah
Liau swan hiat, Thian toh hiat, Hoa kay hiat, Giok tong hiat, Tiong
teng hiat, Sang wan hiat, Kian li hiat, Hun sui hiat, Im ciau hiat, Sik

1107
bun hiat, pin goan hiat, tiong kek hiat, dan Ci kut hiat dua puluh tiga
buah jalan darah penting dan terhimpun dalam Hwee im hiat.
Sebaliknya yang melalui Tok meh mengalir berputar menembusi
jalan darah Sin ting hiat, Pek hwe hiat, Hong hu hiat, ya lun hiat, tay
hway hiat, sin cut hiat, leng tay hiat, ci yang hiat, tiong ci hiat, Mia
bun hiat, Yang kwan hiat dan Yau gi hiat dua puluh tujuh buah jalan
darah penting sebelum mencapai Tian jiang hiat.
Asal jalan darah hwee im hiat di urat Jin meh dan jalan darah
tiang jiang hiat di urat Tok meh berhasil menembusi, berarti mereka
sudah melewati sebuah pos yang penting, kemudian bilamana
tenaga mereka dihimpun lagi dalam jalan darah Seng jiat hiat di Jin
meh dan Gin ciau hiat di urat Tok meh, sehingga ke dua buah jalan
darah ini berhasil ditembusi, berarti usaha mereka untuk menembusi
urat nadi Jin meh dan Tok meh akan mencapai keberhasilan.
Tenaga dalam yang dimiliki Ciu Tin tin memang lihay sekali, jalan
darah Hwee im hiat dan Tiang jiang hiat ternyata berhasil dia
tembusi tanpa mengalami kesulitan apupun, dengan cepatnya tanpa
hambatan jalan darah tersebut berhasil ditembusi tapi setelah hawa
murninya mencapai jalan darah Ing tong hiat, disitulah terletak
sumber penyakit yang menyebabkan urat nadi Jin meh dan tok meh
milik Bu Im tak berhasil ditembusi.
Tampak paras muka Bu Im berubah menjadi pucat pias, hawa
murni yang berada dalam tubuhnya segera punah dan buyar,
ternyata dia tak berani menggunakan hawa untuk menembusi jalan
darah tersebut. Hal ini menunjukkan ketika hawa murninya
mencapai darah Ing tong hiat, oleh karena jalan nadinya terlalu
sempit dan kecil maka apabila diterjang kelewat keras, bisa jadi akan
berakibat meletus dan pecah. Sebaliknya apabila penggunaan
tenaga terlalu lemah, maka usaha untuk menembusi jalan darah
tersebut akan mengalami kegagalan total.
Di sinilah terletak titik kelemahan yang membutuhkan bantuan
dari Ciu Tin tin dengan Pek hwe tiau yang tayhoat yang belum lama
dipelajarinya itu. Dengan demikian, disamping Ciu Tin tin harus
mengerahkan tenaga dalamnya untuk melindungi jalan darah Ing
tong hiat agar jangan sampai pecah, disamping itu dia pun yang

1108
memancing hawa murni dari Bu Im untuk berubah dari air bah
menjadi aliran yang lembut, meski berubah menjadi aliran lembut
namun memiliki kekuatan air bah guna menembusi jalan darah Seng
ciang hiat dan Gin ciau hiat.
Paras muka Bu Im berubah menjadi pucat pias seperti mayat,
sekujur tubuhnya turut gemetar keras. Sebaliknya paras muka Ciu
Tin tin berubah menjadi merah padam seperti orang mabuk, uap
putih mengepul dari ubun ubunnya, jelas dia pun sedang berada
dalam keadaan yang sangat payah. Thi Eng khi yang menyaksikan
kejadian tersebut segera berpaling dan memandang sekejap ke arah
Bu Nay nay, kemudian katanya :
"Aku lihat enci Tin sudah hampir tak sanggup untuk
mempertahankan diri lebih jauh!"
Bu Nay nay adalah seorang ahli ilmu silat, sudah barang tentu
diapun tahu hal Ciu Tin tin serta Bu Im terjerumus dalam posisi yang
serba sulit, asal kekuatan mereka tidak tercapai seperti apa yang
diharapkan, maka bisa jadi keselamatan kedua orang ini bakal
terancam. Sayangnya, sekalipun dia mengetahui akan gejala
tersebut namun tak mampu memberikan bantuannya maka dia
menjadi gelisah sekali macam semut didalam kuali panas. Selang
berapa saat kemudian, dia baru berseru dengan perasaan gugup
bercampur cemas :
"Sekarang, apa yang harus kulakukan sekarang? sekarang apa
yang harus kulakukan..?"
Dari dalam sakunya Thi Eng khi mengeluarkan sebatang jarum
emas, kemudian katanya:
"Harap Bu Nay nay sudi membantu diriku, boanpwe akan
menggunakan jarum emas untuk membantu mereka agar lolos dari
bahaya ini!"
Thi Eng khi kehilangan tenaga dalamnya tentu saja dia tak dapat
mengerahkan hawa murninya untuk memberi bantuan.
“Kau yakin akan berhasil?" tanya Bu Nay nay sambil memandang
ke wajah pemuda tersebut dengan wajah tercengang.

1109
"Asal kau Bu Nay nay membantu dengan tenaga dalam, boanpwe
yakin sudah pasti akan berhasil.”
Mendengar ucapan mana, Bu Nay nay segera menghela napas
panjang.
"Aaai…, nampaknya kita memang harus menyerempet mara
bahaya tersebut......"
Seraya berkata dia lantas menempelkan telapak tangannya diatas
jalan darah pay sim hiat dipunggung si anak muda itu, kemudian
menyalurkan hawa murninya ke dalam tubuhnya. Thi Eng khi yang
memperoleh kembali tenaga dalamnya, tentu saja sama sekali tidak
membutuhkan bantuan dari Bu Nay nay, namun dia justru hendak
menggunakan cara demikian untuk merahasiakan keadaannya yang
sebenarnya.
Begitulah, sambil tersenyum dia lantas menuju jalan darah Khi
suat hiat,Thian suan hiat dan Cian cing hiat di tubuh Ciu Tin tin
dengan jarum emas tersebut. Berbareng itu juga, dia menggerakkan
jari telunjuknya untuk menekan diatas gagang jarum yang
menempel diatas jalan darah Thian suan hiat dan menyalurkan hawa
murni yang melalui jarum emas tersebut menyusup ke dalam tubuh
Ciu Tin tin.
Dengan bantuan tenaga dalam tersebut, Ciu Tin tin segera
merasakan semangatnya menjadi segar, tenaga murninya serasa
bertambah lipat ganda. Pada saat itulah dari dalam tubuh Bu Im tiba
tiba saja berkumandang suara nyaring, disusul kemudian sekujur
tubuhnya gemetar keras, paras mukanya yang semula pucat pias
kini mulai nampak warna darah kembali. Tampaknya urat nadi Jin
meh dan tok meh didalam tubuhnya telah berhasil ditembusi.
Ciu Tin tin menghembuskan napas panjang, ia segera menyingkir
ke samping dan duduk mengatur pernapasan di sana. Thi Eng khi
sendiripun mencabut keluar jarum emas dari dalam tubuh Ciu Tin tin
kemudian sambil memandang ke arah Bu Nay nay, katanya sambil
tertawa :
"Terima kasih nay nay atas bantuanmu!”

1110
Bu Nay nay segera mengerdipkan matanya berulang kali, katanya
kemudian :
“Sauhiap, setelah kehilangan tenaga dalammu, ternyata kau
masih sanggup melakukan tindakan pertolongan seperti ini, aku si
nenek benar benar merasa kagum kepada mu!"
Tak selang berapa saat kemudian, Ciu Tin tin telah
menyelesaikan semedinya dan melompat bangun, dia segera
berterima kasih kapada Bu Nay nay dan Thi Eng khi. Tatkala
sepasang matanya yang jeli dia lihatkan ke wajah Thi Eng khi, dari
balik matanya itu terlihat suatu sinar kebimbangan yang amat tebal,
dia seakan akan sudah berhasil mengetahui rahasia dari Thi Eng khi
tersebut, namun tidak berani untuk mempercayai jalan pemikiran
sendiri.
Thi Eng khi tidak berani saling bertatapan muka dengan gadis itu,
buru buru serunya agak jengah :
"Enci Tin, perlukah siaute pun menurunkan ilmu tusuk jarum ini
kepadamu?"
Ciu Tin tin memandang sekejap kearah pemuda itu kemudian
tersenyum manis.
"Sungguh tidak kusangka kalau adik Eng adalah seorang manusia
yang sengaja merahasiakan kepandaiannya!"
Thi Eng khi menjadi tertegun dan tak tahu apa yang harus
diucapkan olehnya. Pada saat itulah Bu Im telah menyelesaikan
semedinya dan datang mengucapkan terima kasih.
Pertemuan antara Thi Eng khi dengan Hian im Tee kun yang
berlangsung belum lama berselang, meski pemuda itu berhasil
dikalahkan namun kekalahan tersebut diperoleh secara terhormat,
saat itu nama besarnya sudah makin menanjak tinggi dan
merupakan simbol dari kegagahan kaum wanita jaman itu.
Dalam satu malaman saja, nama besar partai Thian liong pay
turut menanjak dan pulih kembali kejayaannya seperti dahulu.
Sekalipun Keng thian giok cu Thi Keng telah menggabungkan diri

1111
dengan pihak Ban seng kiong, namun kejadian tersebut sama sekali
tidak mempengaruhi pandangan orang persilatan serta sikap hormat
mereka terhadap Thian liong pay.
Sebab pertarungan yang berlangsung amat seru tersebut
disaksikan sendiri oleh ketua Siau lim pay, ketua Bu tong pay serta
ketua Kay pang, merekalah yang kemudian memberikan penjelasan
serta menyebar luaskan cerita tersebut ke seluruh dunia persilatan.
Cuma sayangnya, Thi Eng khi lenyap tak berbekas, siapa pun tidak
tahu pemuda tersebut telah dibawa lari oleh Bu im sin hong Kian
Kim siang menuju ke tempat mana.
Hal ini membuat semua orang sama sama merasa cemas, rindu
dan bingung untuk menemukan kembali jejaknya. Terutama sekali
Hian im Tee kun yang telah menganggap Thi Eng khi sebagai satu
satunya lawan yang paling tangguh, jejak sang pemuda yang hilang
lenyap tak ketahuan kabar beritanya ini membuat dia semakin tak
tenang untuk makan maupun tidur, setiap hari dia harus
menanggung perasaan kuatir yang amat mendalam. Hal mana
dengan cepat mempengaruhi pula rencananya untuk melakukan
pembasmian terhadap partai partai serta perguruan besar lainnya
dalam dunia persilatan, kini dia mengalihkan segenap kekuatan dari
Ban seng kiong untuk menelusuri jejak dari Thi Eng khi.
Oleh sebab itu, peristiwa mana memberikan kesempatan bagi
pelbagai partai dan perguruan besar untuk menghimpun kekuatan,
bersekongkol dengan kekuatan lain untuk menggalang persatuan
yang lebih mantap di dalam usahanya menanggulangi ancaman
bahaya maut yang bakal tiba.
Selain itu, mereka pun bersama sama menyelenggarakan
pertemuan Bu lim tay hwee untuk membahas usaha mereka
bersama didalam perlawanannya terhadap kekuatan Ban seng kiong.
Tentu saja orang orang yang diundang untuk menghadiri pertemuan
besar tersebut hampir semuanya merupakan orang orang yang
punya nama dan kedudukan dalam dunia persilatan. Kalau bukan
seorang pentolan persilatan dari suatu daerah tentunya dia adalah
seorang ketua dari suatu partai perguruan atau perkumpulan yang
berpengaruh besar.

1112
Hal ini membuat suasana pertemuan tersebut beberapa kali lipat
lebih angker daripada pertemuan yang diselenggarakan dibukit Siong
san tempo hari, bahkan kerahasiaan pertemuan ini jauh melebihi
kerahasiaan pertemuan yang diselenggarakan Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong di dalam perkampungan Ki hian san ceng nya tempo
hari.
Orang orang yang berangkat dari Bu lim tit it keh, markas besar
partai Thian liong pay untuk menghadiri pertemuan tersebut terbagi
menjadi dua rombongan. Pit tee jiu Wong Tin pak dan Ngo liu
sianseng Lim Biau lim mewakili partai Thian liong pay dan sudah
berangkat lebih duluan. Sedangkan Sam ku sinni dan Pek leng
siancu So Bwe leng dengan kedudukan lain baru berangkat keesokan
harinya.
Sementara ini, Sam ku sinni dan Pek leng siancu So Bwe leng
sudah lima hari menempuh perjalanannya dan seperti yang
direncanakan semula, mereka telah tiba di Kota Tong tay. Tong tay
merupakan sebuah tempat yang cukup besar, suasana amat ramai
sekali, namun mereka tidak memasuki kota, seperti pengumuman
yang dibaca, mereka menelusuri kaki kota dan berjalan sejauh lima li
sebelum tiba di depan sebuah kuil nikou kecil.
Sewaktu mereka mengetuk pintu,yang muncul bukan seorang
nikou melainkan seorang nenek berambut putih. Dia menerima surat
undangan dari Sam ku sinni, mengajukan pertanyaan sampai
setengah harian lamanya, dan pada akhirnya meminta kepada Sam
ku sinni untuk mendemonstrasikan kepandaian silatnya sebelum
menyerahkan sebuah peta perjalanan untuk mereka.
Setelah Pek leng siancu So Bwe leng dan Sam ku sinni
meninggalkan kuil tersebut, dengan cepat Pek leng siancu So Bwe
leng membuka peta perjalanan sambil memeriksanya. Tak selang
berapa saat kemudian, dia sudah mengumpat dengan perasaan
mendongkol :
“Sungguh menjengkelkan!”

1113
"Anak Leng, apakah peta itu ada yang tidak beres?" tanya Sam
ku sinni dengan perasaan terperanjat.
Sambil mencibirkan bibirnya yang kecil Pek leng siancu So Bwe
leng berseru dengan gemas :
“Orang ini benar benar sialan, mereka hanya suruh kita
menempuh perjalanan dengan sia sia belaka, suhu, coba bayangkan
apakah kejadian ini tidak membuat hati orang merasa mendongkol?”
"Dimana sih letak pos kedua yang harus kita tuju?"
“Ngo hoo!” jawab Pek leng siancu So Bwe leng singkat.
"Bukankah terletak tak jauh dari Hway in?”
“Itu dia, disinilah yang membuat hati orang menjadi mendongkol,
mengapa tidak mereka katakan kepada kita agar segera menuju ke
Ngo hoo saja?”
“Kau tak bisa menyalahkan si penyelenggara pertemuan ini,” kata
Sam ku sinni dengan perasaan tenang, “sejak Huan im sin ang
mengacau perkampungan Ki hian san ceng tempo hari, maka kali ini
mau tak mau kita harus bersikap jauh lebih berhati hati, apabila kita
melakukan perjalanan yang lebih jauh berarti akan menyulitkan
orang orang dari Ban seng kiong untuk menyelidiki tempat
pertemuan kita, sekalipun berhasil mereka ketahui pun belum tentu
mereka sempat mendatangi tempat pertemuan tersebut tepat pada
waktunya, siapa tahu ketika mereka sampai disitu, kita sudah pada
bubaran?"
Pek leng siancu So Bwe leng sudah takluk dalam hatinya, namun
mulutnya masih belum mau berhenti berbicara, sekali lagi dia
mengomel :
"Aku paling tidak setuju dengan segala macam perbuatan yang
kasak kusuk mencurigakan!”
Sam ku sinni tertawa.

1114
“Untuk menghadapi manusia yang luar biasa, kita harus
menggunakan cara yang luar biasa pula, kejadian semacam ini tak
bisa dianggap sebagai suatu perbuatan kasak kusuk, dalam hal ini
kau harus bisa membedakan nya secara jelas.”
Pek leng siancu So Bwe leng termenung beberapa saat lamanya,
mendadak dia berseru: "Aku tak ingin menghadiri pertemuan rahasia
tersebut!"
"Apalagi yang sedang kau pikirkan didalam hati kecilmu?” seru
Sam ku sinni agak tertegun.
“Aku hendak mencari engkoh Eng, dia sudah terluka parah,
sudah pasti ia membutuhkan seseorang untuk merawatnya!"
Mendengar perkataan tersebut, Sam ku sinni segera tertawa
getir, serunya :
"Perkataan ini sudah kau ulangi sampai beribu kali, tapi ke
manakah kau hendak pergi untuk mencarinya?”
“Entahlah!" sahut Pek leng siancu So Bwe leng sambil berkeras
kepala, "pokoknya aku hendak mencarinya sampai dapat, sekalipun
harus mencarinya diseantero jagad.”
Sam ku sinni segera menghela napas panjang.
"Kita harus menemukan jejak Thi sauhiap, tapi kita pun lebih
lebih harus menghadiri pertemuan rahasia tersebut?”
"Mengapa?"
“Bagaimana kalau kekuatan seorang dibandingkan dengan
kekuatan orang banyak? Kita toh bisa meminta bantuan dari mereka
yang hadir dalam pertemuan tersebut untuk bersama sama mencari
jejaknya.”
Mendengar perkataan ini, Pek leng siancu So Bwe leng segera
tertawa, katanya kemudian :
"Suhu, kalau memang begitu, mari kita segera berangkat!”

1115
Kalau bisa dia ingin secepatnya pergi menghadiri pertemuan
tersebut, kemudian minta bantuan dari para jagoan untuk
menemukan kembali jejak engkoh Eng nya.
“Buat apa kau mesti terburu napsu? Bukankah diatas peta sudah
jelas diterangkan saatnya? Sekalipun datang lebih awal, lantas apa
pula gunanya?"
Pek leng siancu So Bwe leng tidak menggubris ucapan tersebut,
dia segera mengajak Sam ku sinni untuk mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya dan menempuh perjalanan dengan cepat,
mereka tiba di Ngo hoo tiga hari lebih awal.
Ngo hoo tidak jauh letaknya dari Hway lm namun termasuk
dalam propinsi An hwee, oleh karena dekat dengan telaga Ang ci ou,
maka jalan air disekitar sana amat ramai. Berhubung mereka sampai
ditempat tujuan tiga hari lebih awal, maka kedua orang itu tidak
segera langsung menuju ke tempat yang telah ditentukan. Mereka
mencari sebuah rumah penginapan kecil dalam kota Ngo hoo lebih
dulu untuk beristirahat.
Sebagaimana diketahui, Sam ku sinni adalah seorang rahib yang
telah lanjut usia, sedangkan Pek leng siancu So Bwe leng adalah
seorang nona yang belum berumur dua puluh tahunan, maka pemilik
rumah penginapan itu berbaik hati dengan mempersiapkan sebuah
kamar didalam gedung pribadinya serta menyuruh anak bininya
melayani sendiri keperluan ke dua orang tamunya ini. Sikap yang
sangat baik ini membuat kedua orang itu menjadi rikuh sendiri.
Malam itu tiada kejadian apa apa, keesokan harinya dengan
perasaan tak sabar kembali Pek leng siancu So Bwe leng merecoki
gurunya untuk mengajak dia mangunjungi tempat yang telah
ditetapkan. Dalam hati kecilnya dia berharap bisa segera
menemukan orang yang ditugaskan menerima kedatangannya itu
dan berharap bisa memperoleh pengertian dari orang itu agar
menunjukkan kota berikutnya yang harus mereka datangi.

1116
Memang beginilah penyakit dari kaum muda pada umumnya,
tidak terkecuali pula pada diri Pek leng siancu So Bwe leng.
Terhadap murid yang satu ini, Sam ku sinni benar benar dibikin apa
boleh buat, dia sama sekali tak mampu memperlihatkan sikap
angkernya sebagai seorang guru, sebab dia memang terlampau
menyayangi muridnya yang satu ini.
Padahal, kepandaian silat yang dimiliki Pek leng siancu So Bwe
leng sekarang jauh lebih tangguh daripada gurunya, seandainya Sam
ku sinni terlalu ketat mendidiknya, bisa jadi gadis itu akan minggat
secara diam diam. Bila sampai terjadi begini, maka pada akhirnya
Sam ku sinni pun tak akan mampu untuk berbuat banyak.
Begitulah, oleh karena Sam ku sinni tak sanggup menghadapi Pek
leng siancu So Bwe leng yang merecokinya terus menerus, terpaksa
dia harus mengabulkan permintaannya dengan paksa.
Begitulah, mereka pun segera berangkat meninggalkan rumah
penginapan tersebut. Tempat yang ditentukan bagi mereka kali ini
bukan diluar kota, melainkan di sebuah gedung besar yang terletak
dalam kota. Pintu gerbang gedung itu berwarna merah dengan
sepasang singa batu setinggi manusia berdiri dikedua belah sisi
pintu, dua baris pohon kui yang lebat dengan daun yang rindang
menjuat keluar dari balik dinding pekarangan.
Begitu megah dan menterengnya bangunan gedung tersebut,
membuat Pek leng siancu So Bwe leng yang selamanya tidak takut
langit tidak takut bumi pun menjadi kuatir kalau salah mendatangi
tempat orang lain, sehingga untuk sesaat dia tak berani maju ke
depan.
Melihat sikap anak muridnya ini, Sam ku sinni segera berseru
kepadanya sambil tertawa “Huuuuh, kau benar benar seorang
manusia yang tak becus!"
Dia lantas berjalan lebih dulu di depan dan segera mengetuk
pintu gerbang. Pek leng siancu So Bwe leng membelalakkan

1117
matanya lebar lebar sambil berebut ke depan, katanya sambil
tertawa merdu :
"Suhu saja tidak kuatir kehilangan muka apa pula yang mesti
ditakuti oleh Leng ji?”
Dia segera mengetuk tiga kali diatas gelang pintu gerbang yang
berwarna kuning keemas emasan itu.
“Siapa?" dari dalam gedung terdengar seseorang menegur.
Pintu gerbang dibuka dan muncul seorang kakek bungkuk, dia
mengamati Sam ku sinni sekejap, lalu katanya :
"Maaf, gedung kami tidak berjodoh dengan kaum rahib atau
pendeta, silahkan suthay berpindah ke tempat lain saja."
Rupanya dia telah menganggap Sam ku sinni berdua sebagai
orang yang mencari derma.
"Omitohud....." bisik Sam ku sinni sambil tersenyum kecut. Tapi
sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu, sambil tertawa Pek leng
siancu So Bwe leng telah berkata lebih dulu :
“Rupanya kau orang tua salah melihat, kami bukan datang untuk
mencari derma!"
Ucapan tersebut membuat kakek bungkuk itu menjadi rikuh
sendiri, katanya kemudian sambil tertawa :
“Ooooh, nampaknya lohan telah bersikap kurang hormat, tolong
tanya ada urusan apa kalian datang kemari?”
Pek leng siancu So Bwe leng yang teringat akan peraturan yang
telah ditetapkan untuk bertanya jawab, dengan cepat dia berseru :
"Gedung utara gedung selatan bagaikan air mengalir....”
Ucapan tersebut merupakan kata sandi yang harus diucapkan
terhadap mereka yang ditugaskan untuk menyambut mereka, dan
seandainya kakek bungkuk ini adalah orang yang mereka cari, maka
seharusnya dia akan menyahut kata tersebut dengan kata sandi pula
:
“Tampak kawanan burung manyar datang setiap hari.”

1118
Entah karena saat yang ditetapkan belum tiba atau karena kakek
bungkuk itu sengaja tak mau menjawab, atau mungkin juga kakek
itu sama sekali tidak mengetahui artinya, tampak dia berdiri dengan
wajah kebingungan, kemudian tegurnya :
"Nona, apa yang kau ucapkan? Lohan sama sekali tidak
mengerti!”
Pek leng siancu So Bwe leng masih belum mau menyerah dengan
begitu saja, kembali serunya :
“Kau benar benar tidak mengerti, ataukah berpura pura tidak
mengerti...?”
Kakek bungkuk itu tertawa getir.
“Lohan kalau tidak tahu selamanya mengatakan tidak tahu, apa
yang nona katakan benar benar tidak lohan pahami."
Melihat itu, tanpa berpikir panjang lagi Pek leng siancu So Bwe
leng segera berseru :
"Kami datang kemari untuk mencari orang!”
''Ooooh....rupanya nona sedang mencari orang, entah siapakah
yang sedang kalian cari? Sebutkan saja siapa namanya, lohan akan
segera mengundang keluar.”
Menyaksikan kakek bungkuk itu tidak mempersilahkan mereka
untuk masuk, Pek leng siancu So Bwe leng merasa semakin
mendongkol lagi, serunya kemudian agak gemas :
"Kami datang untuk mencari majikan kalian, apakah kami tidak
dipersilahkan untuk masuk?"
Dengan perasaan terkejut buru buru kakek bungkuk itu menjura
dalam dalam, sahutnya berulang kali :
"Baik, baik.... harap kalian sudi menyebutkan nama kalian
berdua, hamba akan segera melaporkan kepada majikan agar
datang untuk menyambut kedatangan kalian"

1119
Tampaknya kakek bungkuk itu sudah dibikin keder oleh sikap Pek
leng siancu So Bwe leng, sehingga dia kuatir menyalahi tamu
tamunya ini....
Pek leng siancu So Bwe leng segera menyebutkan nama gurunya
dan nama sendiri. Tak selang berapa saat kemudian, kakek bungkuk
itu muncul kembali didepan pintu, hanya kali ini sikapnya berubah
menjadi sangat angkuh, katanya ketus :
“Majikan kami tidak kenal dengan kalian berdua, sedang lohan
juga tak punya waktu, silahkan..."
“Blaaamm..... ” pintu gerbang segera di tutup keras keras.
Sebagaimana diketahui, Pek leng siancu So Bwe leng dibesarkan
diluar perbatasan, sejak kecil ia sudah merupakan cucu kesayangan
dari Tiang pek lojin, tentu saja tak pernah diperlakukan orang
dengan cara seperti ini. Kontan saja dia naik pitam, telapak
ta¬ngannya segera diayunkan siap menghajar pintu gerbang
tersebut. Seandainya pintu tersebut kena dihantam olehnya, niscaya
pintu tersebut akan hancur berantakan dan roboh ke tanah.
Dengan Sam ku sinni berada disampingnya, sudah barang tentu
rahib tua tersebut tidak memperkenankan gadis tersebut untuk
menerbitkan keonaran, cepat cepat dia menahan telapak tangan si
nona sambil berbisik :
"Anak Leng, bersabarlah sebentar!''
Dia segera menarik tangan muridnya dan berlalu dari situ.
Dengan gemas Pek leng siancu So Bwe leng melotot sekejap lagi ke
arah pintu gerbang, kemudian baru berlalu dari situ dengan wajah
uring uringan.
Baru saja ke dua orang itu sampai di tikungan gedung mana,
mendadak terlihat ada seekor kuda yang tinggi besar berlari
mendekat dan berhenti didepan pintu gerbang, lalu dari atas
punggung kuda itu melompat turun seorang bocah lelaki yang
berparas tampan. Dengan gerakan tubuh yang sangat lincah bocah
lelaki itu melayang turun dari kudanya, begitu enteng dan cekatan

1120
kepandaiannya sehingga pada hakekatnya tidak sebanding dengan
usianya.
Jilid 35
Sam ku sinni serta Pek leng siancu So Bwe leng yang
menyaksikan kejadian tersebut semakin merasa berat untuk
meninggalkan tempat itu, mereka segera menyembunyikan diri
sambil mengintip ke arah pintu gerbang.
Tampak bocah lelaki itu berjalan menuju ke depan pintu gerbang
kemudian mengetuk beberapa kali, ketika tidak memperoleh
jawaban, dia segera berteriak keras :
"The bungkuk, ayo buka pintu, sebentar nona Kan akan segera
sampai disini!"
Entah siapakah nona Kan tersebut, tak lama kemudian tampak
kesibukan yang luar biasa didalam gedung tersebut, semua
penghuni bermunculan untuk menyambut kedatangan dari nona Kan
tersebut.
Berapa saat kemudian, terdengar suara derap kaki kuda bergema
tiba, kemudian tampaklah empat orang lelaki berpakaian ringkas dan
delapan orang kakek berjenggot putih muncul mengiringi sebuah
kereta yang amat indah bentuknya. Tatkala tiba didepan pintu
gerbang, orang orang yang menunggang kuda itu serentak
berlompatan turun, sebaliknya kereta tersebut langsung menembusi
pintu gerbang dan bergerak masuk ke halaman dalam.
Dengan demikian Sam ku sinni serta Pek leng siancu So Bwe leng
tak sempat untuk menyaksikan macam apakah orang yang
dinamakan nona Kan tersebut. Tapi mereka sempat mendengar
suara yang amat merdu berkumandang keluar dari balik ruang
kereta itu :
"Hadiahkan satu tahil emas murni untuk setiap orang!"
Pek leng siancu So Bwe leng menjadi tertegun, dengan cepat dia
merasa kalau suara tersebut sangat dikenal olehnya. Seorang lelaki

1121
berpakaian ringkas muncul dengan membawa sebuah kentongan
besar, setiap orang yang muncul di depan pintu gerbang untuk
menyambut kedatangan nona Kan segera diberi hadiah satu keping
emas murni seberat sepuluh tahil tiap orang.
Benar benar suatu tindakan yang luar biasa, tak heran kalau
orang orang itu begitu senang menyambut kedatangan nona Kan
tersebut. Mendadak Pek leng siancu So Bwe leng mendepak
depakkan kakinya berulang kali sambil berseru :
"Hmmm! Sekarang aku sudah tahu siapa gerangan keparat
tersebut....!"
Sam ku sinni tak tahu apa sebabnya Pek leng siancu So Bwe leng
menjadi sewot, buru buru tegurnya dengan wajah tertegun :
"Leng ji, jangan bertindak sembrono!"
Menyaksikan gurunya menjadi begitu gelisah, Pek leng siancu So
Bwe leng segera mengulum sekulum senyuman diujung bibirnya,
katanya kemudian :
"Siapa yang akan bertindak sembrono? Mari kita pulang saja ke
penginapan!"
Setelah mendengar ajakan tersebut, Sam ku sinni baru
menghembuskan napas lega, bersama Pek leng siancu So Bwe leng,
berangkatlah mereka kembali ke rumah penginapan.
Sekembalinya ke rumah penginapan, pertama tama yang
dilakukan oleh Pek leng siancu So Bwe leng adalah mencari tahu
siapakah pemilik gedung tersebut. Ternyata gedung tersebut milik
seorang dari marga The yang bernama Kongtiong, dia merupakan
satu satunya orang terkemuka dari kota Ngo hoo, sudah lama
menjadi pembesar pemerintah dan baru tahun berselang
mengundurkan diri dari jabatannya untuk kembali ke desa.
Pada hakekatnya mereka sama sekali bukan anggota persilatan
seperti apa yang diduganya semula. Pek leng siancu So Bwe leng
merasa agak kecewa namun dia pantang menyerah dengan begitu
saja, kembali tanyanya kepada pemilik rumah penginapan tersebut,
apakah ia tahu tentang urusan nona Kan dari gedung keluarga The.

1122
Menyinggung soal nona Kan dari keluarga The, pemilik
penginapan itu nampak bersemangat sekali, katanya dengan suara
keras :
“Aaah, berbicara tentang nona Kan dari The loya tersebut, dia
benar benar seorang nona yang luar biasa, mana wajahnya cantik,
supel lagi, cukup berbicara dari perbuatan mulia yang banyak
dilakukan olehnya, sulit rasanya untuk menemukan orang ke dua
semacam itu di wilayah Ngo hoo...”
Kemudian setelah menelan air liur, pujinya lebih lanjut :
“Terhadap siapa saja, sikapnya selalu ramah tamah dan halus
berbudi terutama fakir miskin, apa saja yang diminta pasti
dikabulkan, hampir setiap orang di kota Ngo hoo ini tahu kalau dia
adalah seorang nona berwajah cantik berhati pousat, luar biasa, dia
memang seorang nona baik yang luar biasa!”
Mendengar perkataan tersebut, Pek leng siancu So Bwe leng
merasakan seluruh tubuhnya menjadi kaku dan merinding, selanya
tiba tiba dengan suara dingin :
“Apakah dia adalah penduduk Ngo hoo?”
Tampaknya pemilik rumah penginapan tersebut tak menyangka
akan memperoleh pertanyaan tersebut, ia menjadi tertegun
beberapa saat kemudian baru berkata :
“Tidak! Entah dia berasal dari mana?”
Sudah jelas dia merasa kurang bergairah karena nona itu bukan
penduduk kota Ngo hoo. Sambil tertawa, Pek leng siancu So Bwe
leng berkata lagi :
“Kalau bukan penduduk kota ini, mengapa bisa menjadi nona dari
keluarga The?”
Pemilik rumah penginapan itu bertambah asyik untuk bercerita,
katanya kemudian :
“Dalam perjalanan pulang setelah pensiun sebagai pembesar,
The loya telah menjumpai sekawanan perampok yang membunuh
orang tanpa berkedip, para pengawalnya telah dibunuh habis hingga
tak seorangpun yang dibiarkan hidup, sementara perampok tersebut

1123
hendak membunuh The loya, pada saat itulah muncul nona Kan
yang menunggang seekor kuda cepat, ia segera melayang turun di
depan The loya, hanya dalam beberapa gebrakan saja nona tersebut
telah berhasil menghajar kawanan perampok tersebut sehingga pada
minta ampun.”
"Kemudian dia telah melepaskan kawanan perampok itu bukan?”
jengek Pek leng siancu So Bwe leng sambil tertawa dingin. "Nona
Kan adalah seorang nona yang berbelas kasihan, tentu saja dia tak
akan membunuh orang, sudah barang tentu kawanan penjahat
tersebut dibebaskan semua setelah diberi nasihat.”
Mendadak Pek leng siancu So Bwe leng menguap, kemudian
gumamnya :
“Aduuuuh mak, lelah benar, kejadian selanjutnya aku sudah tahu,
terima kasih banyak atas penjelasanmu, tak usah kau lanjutkan lagi
kisah ceritamu itu.”
Pemilik rumah penginapan tersebut segera tertawa cekikikan :
"Sebentar, bila nona ingin mengajukan suatu pertanyaan lagi,
panggilah hamba, hamba akan segera tiba!”
Kemudian sambil tertawa ia segera berlalu dari sana. Pek leng
siancu So Bwe leng dan Sam ku sinni juga segera kembali ke dalam
kamar mereka. Setibanya dalam ruangan, Sam ku sinni segera
menegur sambil tertawa lebar :
“Leng ji, nampaknya kau akan berbuat nakal lagi?”
Paras muka Pek leng siancu So Bwe leng telah berubah menjadi
murung sekali katanya
tiba tiba :
“Suhu, kita semua telah termakan oleh tipu muslihat orang orang
Ban seng kiong!”
Sam ku sinni menjadi terperanjat sekali setelah mendengar
perkataan tersebut, serunya tanpa terasa :
“Leng ji, apa maksud perkataanmu itu?”

1124
“Pertemuan besar Bu lim tay hwee yang diselenggarakan kali ini
sesungguhnya adalah pertemuan yang sengaja diatur oleh orang
orang Ban seng kiong.....” kata Pek leng siancu So Bwe leng
menegaskan.
Sam ku sinni kembali tertawa terkekeh kekeh.
“Anak Leng, sampai di mana sih kau melantur? Sudah jelas
pertemuan besar Bu lim tay hwee yang diselenggarakan kali ini
timbul atas prakarsa dari Ci long taysu dari Siau lim pay serta Keng
hian totiang dari Bu tong pay selagi masih berada dalam gedung Bu
lim tit it keh, bagaimana mungkin bisa kau katakan sebagai tipu
muslihat dari orang Ban seng kiong?”
“Waktu itu toh belum diputuskan secara bersungguh sungguh,
sedangkan surat undangan yang disebarkan kali ini tanpa tanda
tangan, bukankah kejadian ini sedikit agak aneh?”
Sam ku sinni segera berkerut kening, sesudah termenung
beberapa saat lamanya, dia berkata lagi :
“Nak, kau tak usah banyak curiga, tanpa dicantumkan nama
karena untuk menjaga kerahasiaan pertemuan tersebut, bayangkan
saja siapa yang telah menghantarkan surat undangan tersebut untuk
kita? Tidak sepantasnya kalau menaruh curiga terhadap orang itu,
aku ingin bertanya kepadamu, berapa orang Ci kay taysu sih yang
berada di dunia pada saat ini?”
Pek leng siancu So Bwe leng berpikir sejenak, sebenarnya dia
telah berhasil menemukan banyak sekali alasan untuk
menumbangkan perkataan dari Sam ku sinni tersebut, akan tetapi
semua perkataan tersebut tidak sampai diutarakan keluar. Kembali
dia berubah pikiran, setelah menghela napas panjang katanya lagi :
“Suhu, malam ini anak Leng akan memberikan sebuah bukti yang
jelas untukmu.”
“Kau tak usah mencari keonaran lagi, suhu tidak mengharapkan
bukti apapun,” tampik Sam ku sinni sambil menggelengkan
kepalanya berulang kali.

1125
“Kalau toh suhu tak mengharapkan bukti, biarlah anak Leng
menyelidiki gedung keluarga The seorang diri!”
Sam ku sinni kuatir kalau Pek leng siancu So Bwe leng
menerbitkan keonaran disana, tentu saja dia tidak akan membiarkan
gadis tersebut pergi seorang diri, buru buru serunya lagi :
“Baik, baik! Suhu akan menemani mu untuk melakukan
penyelidikan di dalam gedung keluarga The!”
“Kalau begitu, suhu memang benar benar amat menyayangi Leng
ji!” seru Pek leng siancu So Bwe leng kemudian sambil tertawa.
Dengan gemas Sam ku sinni memukul pelan lengan anak
muridnya ini, kemudian omelnya :
“Yaa, siapa suruh suhu berhutang kepadamu!”
Malam harinya, Sam ku sinni dan Pek leng siancu So Bwe leng
telah menyelinap masuk kedalam gedung keluarga The dan
menyembunyikan diri diatas ruang tengah. Dalam ruangan tamu
tampak ada empat lima buah meja perjamuan yang telah
dipersiapkan.
Duduk di kursi utama adalah seorang lelaki yang bertingkah laku
seperti seorang pembesar, sedang disebelah kanannya duduk
seorang gadis yang genit. Dengan mengerahkan ilmu menyampaikan
suara, Pek leng siancu So Bwe leng segera berbisik :
“Suhu, coba kau lihat siapakah gadis tersebut!”
Ditinjau dari nada suaranya, sudah jelas ucapan mana bukan
merupakan suatu pertanyaan, melainkan sudah yakin siapakah gadis
tersebut. Sam ku sinni mengamati sekejap raut wajah gadis itu
kemudian serunya tertahan :
“Aaaah, rupanya Ciu Lan siluman perempuan itu!”
Pek leng siancu So Bwe leng sudah pernah menderita kerugian
besar ditangan Hian im li Ciu Lan, tidak heran kalau rasa bencinya
terhadap perempuan tersebut sudah merasuk sampai ke tulang
sumsumnya. Kini, setelah berhadapan dengan musuh besarnya, dia

1126
menjadi geram sekali dan siap menerjang ke bawah. Bisiknya sambil
menahan rasa gusar dan bencinya.
“Suhu, tecu akan segera turun ke bawah untuk membunuh dan
membalas dendam sakit hatiku!”
Buru buru Sam ku sinni menarik tangan Pek leng siancu So Bwe
leng, bisiknya sembari menggelengkan kepalanya berulang kali :
“Anak Leng, jangan bertindak gegabah!”
“Kenapa?” tanya Pek leng siancu So Bwe leng sambil menahan
rasa geram di hatinya.
Sudah jelas kalau benaknya telah dipengaruhi oleh kobaran hawa
amarah yang membara sehingga hampir saja dia tak sanggup untuk
mengendalikan diri. Sebagai orang yang sudah lama bergaul dengan
gadis itu, tentu saja Sam ku sinni cukup memahami watak dari Pek
leng siancu So Bwe leng, dia tidak menjawab melainkan menarik
tangannya sambil diajak keluar dari gedung keluarga The.
Sepanjang jalan, Pek leng siancu So Bwe leng mengomel terus.
“Suhu, kau benar benar tidak memakai aturan!”
Sam ku sinni tertawa.
“Siapa yang bilang tidak pakai aturan? Seandainya suasana tadi
kena kau kacau hingga tak karuan, baru tak tahu aturan namanya,
mengerti ....?”
Pek leng siancu So Bwe leng adalah seorang gadis yang cerdik,
tadi dia tak sanggup mengendalikan diri karena hatinya terbakar
oleh perasaan benci yang membara sehingga sama sekali tidak
mempertimbangkan akibat dari tindakan yang dilakukan. Setelah
ditegur kembali oleh Sam ku sinni sekarang, dengan cepat dia
menjadi sadar kembali akan kesilafannya.
Sambil tersenyum jengah, gadis itu segera berkata :

1127
“Selama berada bersama sama suhu, Leng ji masa tak tahu
aturan? Menurut pendapat suhu, cara apa yang harus kita lakukan
untuk menghadapi keadaan seperti itu?”
“Kau jangan malas, lebih baik kau saja yang mengajukan
usahamu itu, sekarang tenangkan dulu pikiranmu lalu dipikirkan
secara pelan pelan!”
Pek leng siancu So Bwe leng segera membuat muka setan
terhadap gurunya, setelah mencibirkan bibirnya ia menyindir :
“Mungkin inilah yang menjadi kesempatan sang guru untuk
memberikan pendidikannya?"
“Kau masih berusia muda, sudah sepantasnya kalau lebih banyak
mempergunakan otakmu!”
Pek leng siancu So Bwe leng tertawa sesudah termenung
beberapa saat lamanya, dengan kening berkerut katanya kemudian :
“Setelah Leng ji berpikir pulang pergi, rasanya hanya ada satu
cara saja yang bisa digunakan agak sesuai!”
“Apakah tiada cara lain yang lebih bagus lagi?”
“Kita mengetahui kejadian ini rada terlambat, tak sempat untuk
mencari akal guna menghadapi seluruh perubahan situasi, yang
paling penting sekarang adalah menyelamatkan diri sendiri lebih
dulu, kemudian baru mencari akal guna menghadapi setiap
perubahan!”
Sam ku sinni manggut manggut,
“Perkataanmu itu memang masuk diakal semua, tapi
bagaimanakah cara untuk menyelamatkan diri itu?”
“Terpaksa kita harus berlagak seolah olah tidak tahu, kita
temukan dulu tempat berkumpul, kemudian secara diam diam
memberitahukan kepada semua orang dan barsama sama
menerjang keluar dari tempat yang berbahaya itu, yang paling

1128
penting sekarang adalah menyelamatkan dahulu kekuatan dari umat
persilatan. Setelah itu baru memperhitungkan persoalan lainnya.”
“Ucapan Leng ji memang benar, jalan permikiranmu ini persis
seperti apa yang kupikirkan, coba bayangkan saja seandainya kita
melakukan pengacauan tadi sehingga mereka sadar kalau rencana
busuk mereka sudah kita ketahui, bisa jadi kita tak akan berhasil
menemukan tempat untuk berkumpul itu, ada lagi tentang keadaan
lainnya... ”
Sepanjang jalan ke dua orang itu berunding, kemudian
memperhitungkan pula kemungkinan kemungkinan yang bakal
terjadi atas peristiwa tersebut serta bagaimana cara untuk
menanggulanginya. Kemudian mereka pun memutuskan untuk
bersabar diri menunggu sampai saat yang telah ditentukan,
kemudian barulah berangkat kembali ke gedung keluarga The.
Ketika pintu diketuk, ternyata yang membukakan pintu bagi
mereka masih tetap si kakek bungkuk tersebut. Begitu berjumpa
dengan Sam ku sinni berdua, kakek bungkuk itu segera tertawa
dingin, serunya :
“Lagi lagi kalian yang datang kemari!!”
Selesai berkata tanpa menggubris ke dua orang itu lagi, dia siap
untuk masuk dan menutup pintu. Dengan cepat Pek leng siancu So
Bwe leng maju selangkah ke depan dan meluruskan kaki kanannya
ke dalam pintu, kemudian tangan kirinya direntangkan menahan
pintu gerbang tersebut. Kakek bungkuk itu kembali bersikeras
hendak menutup pintu gerbangnya, ketika usahanya itu tidak
berhasil, dengan amat gusar dia lantas mendamprat :
“Ditengah hari bolong begini, apakah kalian membuat keonaran
disini....?”
Pek leng siancu So Bwe leng menekan telapak tangan kirinya ke
depan, tubuh si kakek bungkuk itu segera terpental sejauh beberapa
kaki ke belakang, pintu gerbang pun segera terpentang lebar
kembali.....

1129
Dengan langkah lebar guru dan murid berdua langsung berjalan
masuk ke dalam ruangan. Dengan cepat kakek bungkuk itu
merangkak bangun dan menerjang lagi ke hadapan mereka,
teriaknya tiba tiba :
“Hei, kalian cepat datang kemari, ada perampok yang datang
mencari gara gara....”
Pek leng siancu So Bwe leng benar benar merasa gusar sekali,
dengan perasaan mendongkol bentaknya :
“Tua bangka yang tak tahu diri, bila kau berani mengaco belo
lagi, jangan salahkan nonamu tak akan bertindak sungkan sungkan
lagi....!”
Sembari berseru dia membalikkan tangan melepaskan sebuah
pukulan ke atas pintu gerbang. Dengan cepat di atas pintu mana
muncul sebuah bekas telapak tangan yang amat nyata. Kakek
bungkuk itu menjerit kaget, sambil memegangi kepala sendiri dia
segera lari terbirit birit masuk ke dalam ruangan. Tak selang
kemudian, dari dalam gedung muncul dua orang kakek, kedua orang
ini adalah dua diantara delapan kakek yang datang mengiringi Hian
im li Ciu Lan tersebut.
Tampak kakek bungkuk itu mengikuti dari kejauhan sana, dengan
penuh ketakutan dia menuding ke arah Sam ku sinni berdua sambil
berseru :
“Mereka berdua yang membuat keonaran di sini….”
Dengan langkah lebar ke dua orang kakek itu berjalan menuju ke
hadapan Sam ku sinni, setelah mengamati ke dua orang itu
beberapa saat, salah seorang diantaranya segera menjura sambil
menegur :
“Apakah kalian berdua datang kemari untuk mencari teman?”
Tampaknya dia sengaja membukakan jalan buat Sam ku sinni
berdua.
“Omitohud...” bisik Sam ku sinni, katanya kemudian dengan kata
kata sandi, “gedung utara gedung selatan bagaikan air mengalir.....”

1130
“Tampak kawanan burung manyar datang setiap hari!” sahut ke
dua orang kakek itu sambil tertawa terbahak babak. Kemudian salah
seorang diantaranya se¬gera berseru :
“Sudah lama kami berdua menantikan kedatangan dari sinni
sekalian....”
“Omitohud, bila muridku berbuat kasar, harap kalian berdua
jangan mentertawakan!” seru Sam ku sinni kemudian sambil
merangkap tangannya di depan dada.
Sekali lagi kedua orang kakek tersebut tertawa terbahak bahak,
katanya kemudian :
“Nona Leng, sempurna amat ilmu Budhi cing lek yang kau miliki,
hari ini lohu berdua benar benar merasa terbuka sepasang mata
kami.”
Sungguh tak disangka, ternyata mereka pun mengenali Pek leng
siancu So Bwe leng dengan jelas. Dengan kening berkerut, Pek leng
siancu So Bwe leng segera menegur :
“Tolong tanya, siapakah nama kalian berdua?”
Kedua orang kakek itu saling berpandangan sekejap, kemudian
salah seorang diantaranya berseru :
“Maaf, hari ini kami sedang menjalankan tugas, menurut
peraturan tidak diperkenankan saling menanyakan nama. Bila
berjumpa lagi di kemudian hari bagaimana kalau saat itulah nama
kami baru diucapkan?”
Sam ku sinni tertawa.
“Leng ji?” katanya kemudian, “cepat berikan benda tersebut agar
diperiksa ke dua orang lotiang ini!”
Pek leng siancu segera mengambil keluar peta tersebut dan
diserahkan kepada ke dua orang kakek itu. Ke dua orang kakek itu
melakukan pemeriksaan sekejap dengan seksama, kemudian tatkala
sepasang tangannya digetarkan, peta tersebut sudah dihancur
tamatkan menjadi berkeping keping.

1131
Tidak mempersilahkan Sam ku sinni berdua untuk masuk ke
dalam gedung lagi, di tepi pintu itu juga dia mengeluarkan sebuah
bungkusan kain dan diserahkan kepada Sam ku sinni sambil tertawa
:
“Di dalam buntalan ini terdapat tiga peta yang berwarna merah,
kuning serta biru, mula pertama Sinni harus memeriksa dahulu peta
berwarna merah itu, kemudian baru diperiksa peta yang berwarna
kuning dan biru, sampai waktunya pasti ada orang yang akan
menyambut kedatangan kalian. Kini Lohu sekalian hanya bertindak
sebagai tamu disini, bila pelayanan kami kurang baik harap kalian
berdua jangan marah.....”
Waktu itu, Pek leng siancu So Bwe leng memang ingin cepat
cepat meninggalkan tempat tersebut, maka tanpa banyak berbicara
lagi dia segera menarik tangan Sam ku sinni dan berlalu dari situ
tanpa banyak membuang waktu lagi. Ternyata kedua orang kakek
itu tidak ambil peduli, malahan mereka justru tertawa terbahak
bahak ....
Sekembalinya ke rumah penginapan, Pek leng siancu So Bwe
leng dan Sam ku sinni membuka peta berwarna merah itu lebih dulu,
dalam peta mana dikatakan bahwa mereka diharuskan mencari
seorang kakek penjual obat di kota Lak hap dan suruh kakek penjual
obat itu yang membukakan peta berwarna kuning tersebut, setelah
itu mereka baru diperbolehkan meneruskan perjalanan sesuai
dengan apa yang tercantum dalam peta kuning tersebut.
Sebenarnya Pek leng siancu So Bwe leng berdua ingin membuka
ketiga lembar peta tersebut dan dilakukan penelitian, akan tetapi
berhubung mereka tidak mengetahui siapa gerangan kakek penjual
obat tersebut dan tambahan apakah yang akan diberikan olehnya
atas peta berwarna kuning itu, mereka tak berani membuka secara
sembarangan, kuatir hal tersebut menimbulkan kecurigaan orang
dan memotong jalan selanjutnya....
Tentu saja mereka lebih lebih tak berani membuka peta yang
berwarna biru itu. Setibanya dikota Lak hap dengan cepatnya
mereka telah berhasil menemukan kakek penjual obat tersebut. Kali
ini tanpa kata sandi, mereka cukup menggenggam peta berwarna

1132
kuning itu di tangan dan berjalan menelusuri kota, tanpa diundang
kakek penjual obat itu sudah muncul sendiri dan mengadakan
hubungan kontak dengan mereka. Berhubung sebelumnya mereka
sudah tahu kalau orang yang bakal mengadakan hubungan kontak
dengannya adalah seorang kakek penjual obat, maka tanpa berpikir
panjang lagi mereka serahkan peta berwarna kuning itu kepada si
kakek penjual obat tersebut. Ketika kakek penjual obat itu
menyaksikan peta berwarna kuning tersebut masih tertutup segel,
sambil tertawa dia manggut manggut dan merobek sampul peta
kuning itu dan diserahkan kembali kepada mereka, tanpa diberi
tambahan dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dengan begitu
saja dia berlalu dari situ.
Pek leng siancu So Bwe leng yang menyaksikan kejadian ini
menjadi amat menyesal omelnya :
“Suhu, tahu begini, kita pun tak usah melakukan perjalanan jauh
dengan sia sia, mengapa kita tidak membuka sendiri peta kuning
tersebut dan diperiksa isinya?”
Sam ku sinni segera tertawa.
“Siapa sih yang bisa menduga akan peristiwa semacam ini? Aku
lihat lebih baik kita bertindak lebih jujur saja daripada menimbulkan
kecurigaan orang lain.”
Pek leng siancu So Bwe leng menjadi gemas sekali sehingga
menggigit bibirnya kencang kencang, menurut petunjuk yang
tercantum dalam peta kuning tersebut mereka diharuskan kembali
ke kota Poo ing dan mencari seorang nona penjual bunga mawar.
Kota Poo ing letaknya jauh lebih dekat dengan kota Hway im...
Sepanjang jalan Pek leng siancu So Bwe leng yang teringat
bagaimana mereka sia sia berangkat ke kota Lak hap, semakin
dipikir hatinya merasa semakin mendongkol, dalam marahnya
timbullah satu ingatan untuk membongkar peta biru itu lebih dahulu.
Maka menggunakan kesempatan disaat mereka sedang menginap
dirumah penginapan, secara diam diam ia menggunakan sapu
tangan yang dibasahi dengan air untuk membuka sampul surat

1133
tersebut, ia bertindak sangat berhati hati sekali sehingga sampul
tersebut tak sampai robek.
Tentu saja dia sengaja berbuat demikian agar bilamana perlu,
peta biru tersebut masih bisa dikembalikan pada wujud yang
sebenarnya, dan digunakan untuk mencari si nona penjual bunga
mawar. Akan tetapi, ketika dia membaca isi peta biru tersebut,
hampir muntah darah gadis tersebut saking mendongkolnya, ia
segera berteriak keras :
“Suhu, lagi lagi kita tertipu oleh akal muslihat orang lain!”
Sebenarnya Sam ku sinni tidak menaruh perhatian terhadap apa
yang dilakukan oleh Pek leng siancu So Bwe leng, maka mendengar
teriakan tersebut, saking terkejutnya dia sampai menyelinap ke
samping muridnya itu, kemudian dengan terkejut tegurnya :
“Anak Leng, apa yang terjadi?”
Ketika dilihatnya peta biru tersebut sudah dibuka, dengan wajah
serius ia lantas menegur :
“Anak Leng, kau telah berbuat nakal!”
Pek leng siancu So Bwe leng segera menyerahkan isi peta
berwarna biru itu ke tangan Sam ku sinni, katanya dengan sedih :
“Coba suhu periksa,seandainya aku nakal sedari dulu urusan toh
lebih menguntungkan!”
Sam ku sinni segera mengambil peta berwarna biru itu dan
terbaca olehnya :
“Tujuan kalian adalah gedung Bu lim tit it keh!”
Begitu membaca tulisan mana, untuk sesaat lamanya Sam ku
sinni tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Ketika dibaca
lebih lanjut, maka isi surat itu berikutnya hanya tercantum tulisan
yang bernada ejekan :
“Haaahhh... haaaahhh ..... haaaahhh...”
Sudah jelas, tulisan itu mengartikan suatu tertawa ejekan yang
penuh bernada sindiran. Untuk beberapa saat lamanya ke dua orang
itu menjadi murung dan amat kesal sekali. Akhirnya Pek leng siancu

1134
So Bwe leng mendepak depakkan kakinya diatas tanah sambil
berseru :
“Suhu, mari kita kembali ke Ngo hoo dan membinasakan siluman
perempuan tersebut!”
“Kauanggap dengan kembali ke Ngo hoo kita masih akan
menemukan mereka?” Kata Sam ku sinni memperingatkan.
Sebenarnya Pek leng siancu So Bwe leng mengucapkan
perkataan tarsebut tanpa disertai dengan pertimbangan yang masak,
ucapan mana diutarakan dalam keadaan mendongkol hingga
diutarakan dengan begitu saja. Padahal begitu ucapan tersebut
diutarakan, dia segera dapat berpikir juga bahwa orang lain tak akan
bertindak bodoh dengan menunggu kedatangan mereka kembali
untuk mencari gara gara.
Akhirnya setelah dia berpikir sejenak, katanya kemudian :
“Kalau begitu, kita pun tak usah pergi ke Poo ing lagi!”
Menurut jalan pemikirannya, dia dapat menduga kalau di kota
Poo ing sudah pasti tidak terdapat nona penjualan bunga seperti apa
yang dimaksudkan itu.
“Tapi sekarang, kita harus pergi kemana?” tanya Sam ku sinni
setelah termenung beberapa saat lamanya.
“Kita harus menemukan tempat mereka berkumpul.”
“Jagad begini luas, sedikit jejak pun tidak berhasil kita temukan,
akan ke manakah kita harus mencari diri mereka ?”
“Asalkan kita bisa menemukan salah seorang yang diundang,
secara diam diam kita bisa mengikuti dibelakangnya.”
Sam ku sinni segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
“Apakah kau bisa menduga siapa saja yang diundang oleh
mereka?" serunya.

1135
Pek leng siancu So Bwe leng menjadi terbungkam dan tak
sanggup mengucapkan sepatah katapun. Mendadak wajahnya
berseri, kemudian sambil bertepuk tangan serunya keras :
“Suhu, anak Leng berhasil menemukan sebuah cara yang bagus
sekali.”
Menyaksikan gadis itu begitu gembira dengan wajah bersungguh
sungguh Sam ku sinni segera berseru :
“Bagaimana caranya? Ayo cepat kau katakan!”
Dengan wajah berseri Pek leng siancu berkata :
“Sekarang kita kembali dulu ke gedung Bu lim tit it keh, kita cari
si pencuri sakti Go Jit, dengan ilmu mencurinya yang hebat, tidak
sulit baginya untuk mengetahui siapa yang boleh diintil dan siapa
yang tak boleh diikuti.”
Sebagaimana diketahui, si Pencuri sakti Go Jit sangat kuatir kalau
orang orang Ban seng kiong datang mencari gara gara dengannya,
oleh sebab itu, sampai sekarang dia masih berada di dalam gedung
Bu lim tit it keh sebagai tamu partai Thian liong pay. Oleh karena
itulah, Pek leng siancu So Bwe leng segera teringat akan dirinya.
Sam ku sinni sendiri memang tidak berhasil menemukan sebuah
cara yang lebih baik, maka dia pun menyetujui usul Pek leng siancu
So Bwe leng untuk kembali ke gedung Bu lim it it keh dan meminta
bantuan dari si pencuri sakti Go Jit. Dengan mengerahkan segenap
kemampuan yang dimiliki, tak sampai sehari mereka sudah tiba
kembali di kota Hway im.
Berhubung usaha menemukan tempat pertemuan tersebut
penting sekali artinya, maka mereka tak berani berdiam terlalu lama
dalam gedung Bu lim tit it keh. Secara ringkas mereka lantas
menceritakan rencana busuk dari orang orang Ban seng kiong itu
kepada Yap Siu ling, ibu Thi Eng khi kemudian mohon kepadanya
untuk mengirim orang guna memberitahukan persoalan ini kepada
berbagai partai besar agar mengatasi masalah tersebut.
Kemudian dengan mengajak si pencuri sakti Go Jit, buru buru
mereka berangkat meninggalkan gedung Bu lim tit it keh. Menuruti

1136
berbagai gejala dan pengalaman yang ditemuinya, ketiga orang itu
membuat analisa secara kasar, lalu memutuskan untuk berangkat ke
kota bandar Tin kang sambil mencari orang persilatan yang mungkin
bisa diikuti jejaknya.
Dengan suatu gerakan yang amat cepat mereka berangkat
menuju ke kota Tin kang, disebuah persimpangan jalan utama
mereka mencari rumah penginapan, kemudian pencuri sakti Go Jit
mulai dengan operasinya....
Setiap umat persilatan yang gerak geriknya menimbulkan
perhatian, baik dia dikenal atau tidak, semuanya merupakan sasaran
dari penggeledahan pencuri sakti Go Jit. Apabila benda yang
diperoleh tidak benar, maka secara diam diam harus dikembalikan
lagi kepada pemiliknya.
Dengan demikian, si pencuri sakti Go Jit menjadi kerepotan
setengah mati oleh tugas itu. Sayang sekali, walaupun sudah sibuk
selama dua hari, ternyata mereka tidak berhasil menemukan
seorang manusia pun yang diundang untuk menghadiri pertemuan
tersebut.
Waktu itu, Pek leng siancu So Bwe leng sudah merasa tidak sabar
lagi, dia kuatir tak dapat menghadiri pertemuan itu sehingga
membengkalaikan masalah besar. Oleh karena itu dia menjadi paling
sibuk sendiri untuk masuk keluar di antara gerombolan manusia
sambil berusaha untuk menemukah sasaran yang baru.
Sementara dia sedang sibuk mencari sasaran, mendadak muncul
sebuah tangan yang kecil dan putih menarik ujung bajunya.
Mengikuti arah datangnya tarikan tersebut, Pek leng siancu So Bwe
leng segera berpaling, ternyata dia adalah seorang bocah lelaki
berusia sebelas dua belas tahunan, sambil menggapai ke arahnya,
bocah itu segera berlompatan menuju ke sisi seorang nenek.
Pek leng siancu So Bwe leng segera mendekati pula ke depan
nenek tersebut. Belum sampai dia bersuara, nenek itu sudah
memperlihatkan giginya yang kuning lebih dulu sambil tertawa,
katanya :

1137
“Nona, apakah kau telah kehilangan suatu benda?"
Rupanya dia mengira Pek leng siancu So Bwe leng sedang
mencari sesuatu benda yang terjatuh, tapi bila diduga kalau dia telah
menemukan sesuatu benda, maka nenek tersebut bisa mengajukan
pertanyaan seperti itu.
Sementara Pek leng siancu So Bwe leng hendak menjawab kalau
dia tidak kehilangan suata benda apapun, si nenek tersebut sudah
mengeluarkan sebuah sampul surat dari dalam sakunya. Kalau
dilihat dari bentuk sampul itu terasa amat dikenal sekali olehnya.
Bukankah sampul itu merupakan sampul berisi peta yang
dipergunakan orang orang Ban seng kiong untuk menjebak orang?
Pek leng siancu So Bwe leng menjadi girang setengah mati, buru
buru katanya :
"Ooooh, rupanya nenek telah menemukan benda milikku yang
terjatuh, terima kasih banyak!"
Seraya berkata dia bersiap siap hendak menerima sampul surat
tersebut. Mendadak nenek itu menarik kembali tangannya sambil
berseru :
“Tunggu sebentar, dapatkah nona menyebutkan lebih dulu tulisan
apakah yang tercantum diatas sampul surat ini?"
Merah padam selembar wajah Pek leng siancu So Bwe leng
karena jengah, ia benar benar dibikin terbungkam oleh ucapan
tersebut. Pada dasarnya sampul surat itu memang bukan miliknya,
bayangkan saja bagaimana mungkin dia bisa menyebutkan tulisan
yang berada diatas sampul mana?
Mendadak satu ingatan melintas di dalam benaknya, ia segera
berpikir :
"Seharusnya diatas sampul surat itu tiada tulisan apa apa, aaah!
Betul jangan jangan si nenek sedang menggunakan akal untuk
menjebak diriku...."

1138
Dengan pikiran untuk menjaga segala kemungkinan yang tak
diinginkan, ia segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
Kembali nenek itu bertanya lagi :
“Kau maksudkan diatas sampul surat ini tiada tulisannya?"
Terpaksa sambil mengeraskan kepalanya Pek leng siancu So Bwe
leng mengangguk. Pada saat itulah si nenek segera menyerahkan
sampul surat tersebut ke tangan So Bwe leng, kemudian katanya :
“Kalau begitu, sudah pasti surat ini milik nona, harap nona sudi
memaafkan bila aku si nenek banyak curiga!”
Pek leng siancu So Bwe leng segera menerima sampul surat itu,
ia tidak ambil perduli lagi bagaimana sikap orang terhadapnya, kini
dia hanya berharap bisa cepat cepat meninggalkan tempat itu dan
memeriksa isi dari sampul peta tersebut. Maka setelah mengucapkan
terima kasih, dia membalikkan badan lalu berlalu dari situ.
Tapi karena ia membalikkan badan terlalu cepat, mimpi pun tak
disangka kalau bocah lelaki itu sedang berada dibelakang tubuhnya,
hampir saja tubuhnya menerjang ke atas tubuh bocah lelaki
tersebut. Berbicara dari tenaga dalam yang dimiliki Pek leng siancu
So Bwe leng, apabila tubrukan tersebut sampai terjadi, sudah dapat
dipastikan kalau bocah lelaki itu bakal mampus.
Saking kagetnya Pak leng siancu So Bwe leng menjerit lengking,
cepat cepat dia menggunakan jurus menarik kuda dari pinggir jurang
untuk menahan gerak maju tubuhnya secara paksa. Ketika ia
berpaling lagi kearah si bocah lelaki tersebut, ternyata dia pun ikut
berkelit ke samping dengan suatu gerakan yang sangat gesit dan
cekatan.
Benar benar sangat aneh, ternyata gerakan tubuh dari bocah
lelaki itu sangat dikenal olehnya. Dalam tertegunnya, dengan cepat
Pek leng siancu So Bwe leng jadi teringat kembali kalau gerakan
tubuh dari bocah lelaki tersebut mirip sekali dengan gerakan tubuh
dari Hiam im ji li.
Tak ampun lagi dia menjerit tertahan, kemudian berpaling ke
arah si nenek tersebut. Tampak olehnya nenek itu sudah

1139
menggandeng si bocah lelaki tersebut berjalan sejauh beberapa kali
dari tempat semula.
“Berhenti!” Pek leng siancu So Bwe leng segera membentak
keras. Bersamaan dengan suara bentakan tersebut, tubuhnya seperti
sambaran anak panah yang terlepas dari busurnya sudah menerjang
ke arah si nenek tersebut.
Begitu menyaksikan Pek leng siancu So Bwe leng mengejar
datang, mendadak nenek itu menyambar si bocah lelaki tersebut dan
melemparkannya ke tengah udara, sedangkan ia sendiri segera
melarikan diri diiringi suara tertawa dingin yang menyeramkan.
Pek leng siancu So Bwe leng tak akan melepaskan musuhnya
dengan begitu saja, dia pun enggan mengurusi si bocah lelaki
tersebut, dengan satu gerakan cepat ia mengejar ke arah si nenek
tersebut. Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh tingkat
tinggi, secepat sambaran petir mareka berdua berkelebat menuju ke
luar kota.
Dalam waktu singkat, mereka sudah memasuki sebuah hutan
yang cukup lebar. Mendadak nenek itu berhenti sembari
membalikkan badannya, kemudian sambil menatap wajah Pek leng
siancu So Bwe leng lekat lekat, katanya sambil tertawa dingin : "So
Bwee leng, seandainya kau mendesak aku terus dan tidak tahu diri,
jangan salahkan bila nonamu tak akan bersikap sungkan lagi...!”
Sembari berkata dia lantas melepaskan topeng kulit manusia
yang menutupi wajahnya sehingga muncullah seraut wajah yang
cantik jelita. Pek leng siancu So Bwe leng berdiri tertegun, ternyata
dia tidak mengenali siapa gerangan perempuan tersebut. Sementara
dia masih tertegun, gadis cantik itu sudah berkata lagi :
"Semua yang ingin kau ketahui sudah berada dalam sampul surat
tersebut, bila kau ingin pergi, sekarang masih ada waktu, aku harap
kau jangan menyia nyiakan ke sempatan yang ada!"
Pek leng siancu So Bwe leng segera tertawa tergelak.

1140
“Ooooh....rupanya sampul surat itu memang khusus ditujukan
kepadaku? Kalau begitu aku pun sudah dapat menduga apa isinya,
paling banter kalian hendak memberitahukan kepadaku kalau kalian
sudah tahu bahwa aku telah menemukan rencana busuk kalian,
karena kuatir aku akan merusak pekerjaan besar kalian, maka kalian
tak mengijinkan aku menghadirinya.... bukan begitu? Hmmm, lebih
baik surat ini tak usah kuperiksa lagi isinya!"
Dia segera melumat kertas itu menjadi satu, lalu digosok dengan
telapak tangannya hingga hancur menjadi bubuk kuning dan
disebarkan ke atas tanah.
"Hmmmm, kau terlalu berlagak sok pintar" seru gadis cantik itu
kemudian, "dengan dihancurkannya sampul surat itu, maka jangan
harap kau bisa memperoleh rahasia kami.”
Pek leng siancu So Bwe leng segera tertawa.
"Sesungguhnya nonamu memang mempunyai banyak masalah
yang perlu ditanyakan,
tapi aku tak butuh dengan surat tersebut, toh ada kau yang bisa
membantuku untuk memberikan jawaban atas semua persoalan
tersebut?”
"Hmmm, tak nanti aku akan memberitahukan persoalan tersebut
kepadamu, walau hanya sepatah katapun!"
“Sampai waktunya, kau toh akan berbicara juga!" jengek Pek
leng siancu So Bwe leng dingin. Mendengar perkataan itu, si gadis
cantik itu tertawa terbahak bahak.
“Haaahhh.... haaahhh..... haaaahhh.... kematian sudah berada di
depan mata, kau masih membayangkan yang bukan bukan, sungguh
perbuatan dari seorang manusia yang tak tahu diri!"
Mendadak dia mendesak maju ke muka, jari tangannya bagaikan
sebuah tombak langsung menyodok jalan darah Bi sim hiat diatas
tubuh Pek leng siancu So Bwe leng. Tampak bayangan manusia
berkelebat lewat, angin jari tersebut tahu tahu sudah berada di atas

1141
batok kepala Pek leng siancu. Sejak ilmu silatnya memperoleh
kemajuan yang amat pesat, sudah barang tentu Pek leng siancu So
Bwe leng tak memandang sebelah matapun terhadap ancaman yang
tiba tersebut, serunya sambil tertawa hambar :
“Kau masih selisih jauh .... ”
Belum habis ucapan tersebut diutarakan, tiba tiba ia menjerit
tertahan, jelas gadis itu merasa agak terperanjat. Rupanya Pek leng
siancu So Bwe leng terlalu memandang enteng musuhnya, dia tidak
menganggap serangan jari tangan dari gadis cantik tersebut sebagai
suatu ancaman serius, maka dalam anggapannya dengan
mengegoskan sedikit kepalanya, niscaya serangan tersebut dapat
dihindari secara mudah. Siapa tahu kepandaian silat yang dimiliki
gadis cantik itu jauh melebihi apa yang diperkirakan semula, dimana
angin serangannya menyambar lewat, seutas rambutnya segera
terbabat kutung.
Dengan cepat Pek leng siancu So Bwe leng menarik kembali
keangkuhannya, sekarang ia tak berani memandang enteng
musuhnya lagi. Padahal gadis cantik itu pun merasa amat
terperanjat, dia sama sekali tidak menyangka kalau Pek leng siancu
So Bwe leng dapat menghindari angin serangannya itu secara bagus.
Sebab pada setahun berselang, Pek leng siancu So Bwe leng tak
mampu menandingi dirinya, apalagi sejak Hian im Tee kun menjadi
pemimpin istana Ban seng kiong, dia mendapat perhatian khusus
dari Hian im Tee kun sehingga dipilih menjadi salah seorang Hiam im
su siu, kepandaian silatnya telah memperoleh kemajuan pesat.
Ditambah lagi Hian im Tee kun telah membantunya untuk
menembusi urat jin meh dan tok meh nya, boleh dibilang
kepandaian silat yang dimilikinya sekarang amat hebat sekali.
Dalam anggapannya, dengan kepandaian silat yarg dimiliki
sekarang maka dia tak usah memandang sebelah mata pun terhadap
Pek leng siancu So Bwe leng. Itulah sebabnya tatkala serangan jari
tangannya gagal untuk merobohkan gadis tersebut, rasa kaget yang
mencekam perasaannya sungguh tak terlukiskan dengan kata kata.

1142
Dalam keadaan sama sama terkejut inilah ke dua belah pihak
saling mundur beberapa langkah dan sekali lagi memberi analisa
baru terhadap kemampuan lawan. Karena harus menghindari
pengamatan orang lain, waktu itu mereka berdua sama sama tidak
membawa senjata, terpaksa pertarungan pun dilangsungkan dengan
menggunakan tangan kosong belaka.
Pek leng siancu So Bwe leng termashur sebagai seorang manusia
yang sukar untuk dihadapi. Begitu berhenti sejenak, kembali dia
menerkam ke muka sambil berseru penuh amarah.
“Sungguh tak kusangka, dalam istana Ban seng kiong masih
terdapat joga muda selihay kau kecuali Hian im ji li. Sekarang rasain
dulu sebuah pukulan nonamu ini!”
Telapak tangannya diayunkan kedepan langsung menghantam
dada gadis cantik itu. Si nona cantik tersebut tertawa dingin :
“Ban seng kiong penuh dengan jago lihay, persoalan yang berada
di luar dugaan masih banyak sekali!” jengeknya.
Tubuhnya berputar cepat membiarkan angin pukulan Pek leng
siancu So Bwe leng berkelebat lewat dari sampingnya, kemudian
secepat kilat dia melepaskan sebuah pukulan pula mengancam
pinggang Pek leng siancu. Dengan cekatan Pek leng siancu So Bwe
leng menggerakkan pinggulnya ke samping kemudian menyelinap ke
belakang punggung gadis cantik itu, sebuah pukulan dahsyat
kembali dilontarkan.
Begitulah, suatu pertempuran sengit segera berkobar ditempat
itu, ke dua belah pihak sama sama mengandalkan gerakan tubuh
yang ringan untuk saling menyambar dan menerjang dengan hebat.
Lama kelamaan.... meski kepandaian silat yang dimiliki gadis cantik
itu cukup hebat dia toh bukan tandingan dari Pek leng siancu So
Bwe leng. Lambat laun dia keteter sehingga berada dibawah angin,
gejala untuk kalah pun terlihat semakin jelas.
Pek leng siancu So Bwe leng sama sekali tidak mengendorkan
gerakan tubuhnya, malah sebaliknya dia mempercepat gerakan
tubuh dan serangannya hingga makin gencar.

1143
"Aduuuuh....!” mendadak gadis cantik itu menjerit kesakitan.
Sebuah pukulan dari Pek leng siancu So Bwe leng persis
menghajar diatas pipinya membuat dia muntahkan darah segar,
dengan wajah merah membengkak, cepat cepat gadis itu mundur
sejauh satu kaki lebih ke belakang. Pek leng siancu So Bwe leng
mendengus dingin, katanya kemudian :
“Sekarang kau boleh melepaskan topeng kulit manusia yang lain
dari atas wajahmu itu!”
“Jangan mimpi, lihat serangan!" teriak gadis itu.
Tubrukan maut segera dilancarkan, tampaknya tamparan keras
dari Pek leng si¬ancu So Bwe leng barusan telah membangkitkan
hawa amarahnya, sehingga dia bertekad hendak beradu jiwa. Pek
leng siancu So Bwe leng tak sudi untuk beradu jiwa dengan
lawannya itu, dengan cepat dia mengegos ke samping, apalagi dia
mempunyai rencana lain untuk membekuknya hidup hidup. Maka
sambil tertawa dingin katanya :
“Nona mu bukan seorang yang berhati lemah dan penuh berbelas
kasihan kepada orang lain!"
Dia turun tangan sekali lagi, kali ini ke dua belah pihak bergerak
dengan kecepatan tinggi, mereka berusaha untuk saling merebut
posisi yang menguntungkan guna mendesak lawannya. Tak selang
berapa saat kemudian Pek leng siancu So Bwe leng membentak
keras :
“Roboh kau!”
Rupanya Pek leng siancu So Bwe leng berhasil menemukan setitik
kelemahan di tubuh nona cantik itu, dengan menggunakan jurus Bu
dhi siankang dia melepaskan sebuah totokan kilat menghajar jalan
darah Cian keng hiat diatas bahu lawan.
Sesungguhnya gadis cantik itu memang bukan tandingan dari Pek
leng siancu So Bwe leng, justru karena dia nekad dan selalu
mengajak beradu jiwa maka dia dapat bertahan hingga kini.

1144
Walaupun begitu, bagaimana mungkin dia bisa menahan serangan
berat dengan ilmu Bu dhi siankang tersebut?
Kuda kudanya segera tergempur dan dia tak mampu berdiri tegak
lagi, sesudah mundur sejauh empat lima langkah dengan
sempoyongan .....
“Blaaammmm!” tubuhnya roboh terduduk diatas tanah.
Dengan cepat Pek leng siancu So Bwe leng menotok pula
beberapa buah jalan darahnya sehingga pihak lawan tak mampu
berkutik, kemudian dia baru melepaskan topeng kulit manusia ke
dua dari atas wajah perempuan itu. Dengan cepat muncullah sebuah
raut wajah yang sangat dikenal oleh Pek leng siancu So Bwe leng.
Sesudah tertegun beberapa saat lamanya, Pek leng siancu So Bwe
leng berseru :
"Aaaah, rupanya kau.... Cun Lan!"
Rupanya gadis cantik tersebut bukan lain adalah Cun Lan, salah
seorang dayang kepercayaan Pek leng siancu So Bwe leng dikala ia
dipaksa menjadi tuan putri dalam istana Ban seng kiong dulu.
“Sekarang aku tidak bernama Cun Lan lagi!" seru gadis itu
dengan suara dingin.
“Aku tak ambil peduli siapa namamu, tapi memandang diatas
hubungan kita di masa lalu, akan kubebaskan jalan darahmu itu!”
"Sekarang aku adalah salah satu dari Hian im su siu dalam istana
Ban seng kiong, atas kemurahan hati Tee kun, aku diberi nama Siu
Cu, hmmm.... lebih baik tak usah kau bebaskan jalan darahku, sebab
sekalipun jalan darahku kau bebaskan, aku pun tak akan menerima
kebaikan hatimu itu.”
Pek leng siancu So Bwe leng segera tertawa :
"Aku tak ambil peduli apakah kau akan menerima kebaikanku ini
atau tidak, sebab itu urusanmu sendiri, yang penting aku telah
melakukan apa yang kuinginkan, padahal hubungan antara manusia
dengan manusia lain memang sukar untuk dibicarakan, misalkan

1145
saja Huan im sin ang, dia bersikap cukup baik kepadaku malah
memberi banyak pelajaran ilmu silat kepadaku, aku toh menerima
juga kebaikannya itu?"
Sembari berkata, dia lantas menepuk bebas jalan darah dari Siu
Cu. Dengan cepat Siu Cu melompat bangun, kemudian katanya :
“Waktu itu Huan im sia ang hendak memperalat dirimu maka kau
tak usah menerima kebaikan hatinya!"
Berbicara sampai disitu, dia segera beranjak pergi meninggalkan
tempat tersebut. Padahal Pek leng siancu So Bwe leng memang
berniat untuk memperalat Siu Cu, hanya saja oleh karena rahasia
hatinya sudah terlanjur dibongkar oleh Siu Cu, maka dia menjadi
rikuh untuk banyak berbicara lagi dan membiarkan dia berlalu dari
situ.
Memandang bayangan punggang Siu Cu yang menjauh, dia
mendepak depakan kakinya berulang kali sambil menyumpah:
“Budak sialan, sungguh tak disangka aku So Bwe leng kena
disudutkan oleh ucapanmu!”
Perasaan mangkel dan apa boleh buat segera menghiasi raut
wajahnya yang cantik itu. Sementara dia masih menyesali tindakan
sendiri yang kurang tega dan kurang keji, dari kejauhan sana
berkumandang suara ujung baju terhembus angin kemudian tampak
sesosok bayangan manusia meluncur datang dengan kecepatan luar
biasa. Ternyata orang itu tak lain adalah Siu Cu yang telah berjalan
kembali.
“Mau apa kau datang kembali?” Pek leng siancu So Bwe leng
segera menegur dengan gusar.
“Tiba tiba saja aku merasa kalau nona memang bersungguhsungguh
hati melepaskan aku, oleh sebab itu aku tak tahan untuk
balik kembali ke sini dan menyampaikan sepatah kata untukmu."
“Apa yang hendak kauucapkan? Katakan saja! Lebih baik
diutarakan secepatnya, sebelum aku berubah pikiran dan
menahanmu lagi"

1146
Dengan wajah bersungguh sungguh Siu Cu berkata :
“Mungkin nona ingin mencari tahu tempat yang dijanjikan Tee
kun untuk mengadakan pertemuan dengan para jago bukan?
Menurut dugaanku yang kuperoleh secara tanpa sengaja, aku rasa
tak ada salahnya bila nona melakukan penyelidikan disekitar bukit
Cian san!”
Selesai berkata, dia melejit kembali ke udara dan kabur ke dalam
hutan sana dengan wajah gugup. Pek leng siancu So Bwe leng
menjadi sangat kegirangan, segera teriaknya:
"Enci Cun Lan, dapatkah kau memberikan penjelasan yang lebih
terperinci lagi?”
Siu Cu berhenti sejenak diatas dahan pohon lalu menggelengkan
kepalanya berulang kali, katanya dengan nada menyesal :
“Apa yang kuketahui terbatas sekali, apa yang bisa kuberitahukan
kepada nona pun hanya sebatas ini saja ....”
Selesai berkata, kembali dia melejit ke udara dan melesat ke arah
depan, sekejap kemudian bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan mata. Pek leng siancu So Bwe leng segera mengucapkan
terima kasihnya dengan ilmu menyampaikan suara, kemudian balik
kembali ke kota Tin kang.
Di atas bukit Cian san yang penuh dengan tebing curam, terdapat
sebuah lembah yang bernama lembah Hu liong kong. Di luar lembah
tersebut merupakan sebuah hutan lebat yang hampir menutupi
seluruh mulut lembah tersebut, sehingga orang lain tak dapat
menyaksikan keadaan didalam lembah tersebut dengan jelas. Tapi
kalau dilihat dari tiga buah tebing tinggi yang mengelilingi tempat
tersebut, bisa diduga berapa berbahaya dan rahasianya keadaan
dalam lembah tersebut.
Di tengah sebuah senja yang gelap, tampak sesosok bayangan
manusia meluncur datang dari kejauhan sana dan berhenti sejenak
didepan hutan lebat dimuka mulut lembah tersebut.
Kemudian setelah berseru tertahan, ia bergumam :

1147
"Aneh mengapa tiada orang yang menyambut kedatanganku di
sini...?"
Sementara orang ini masih celingukan memandang ke sekeliling
tempat itu, kembali terdengar ujung baju terhembus angin
berkumandang datang, lagi lagi nampak sesosok tubuh manusia
mendekati hutan tersebut. Orang yang datang lebih dulu itu segera
membalikkan badan, kemudian sambil memandang ke arah
pendatang, bentaknya keras keras :
“Aku adalah Cang ciong sin kiam Sangkon Yong, siapa yang
datang....?”
"Oooh, rupanya Sangkoan tayhiap” seru pendatang itu, "siaute
adalah Yap Han san!"
Ku tiok siu (kakek bambu kering) Yap Han san segera melayang
ke depan Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong, kemudian sembari
menjura katanya lagi :
"Siaute tak berani merepotkan Sangkoan tayhiap untuk
menyambut kedatanganku, tolong tanya apakah kita harus masuk ke
dalam lembah dengan menembusi hutan ini?"
Rupanya dia telah menganggap Cang ciong sin kiam Sangkoan
Yong sebagai petugas penerima tamu. Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong segera tertawa.
"Siaute sendiri pun baru tiba, jadi tidak kuketahui haruskah
menembusi hutan lebih dulu sebelum menuju ke lembah tersebut?"
Ku tiok siu Yap Han san tertawa rikuh.
"Aaaaah, kalau begini siaute telah bersikap kurang hormat, harap
Sangkoan tayhiap sudi memaafkan, kalau toh tiada orang yang
bertugas sebagai penerima tamu bagaimana kalau kita memasuki
hutan bersama sama...?”
Baru saja Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong dan Ku tiok siau
Yap Han san hendak memasuki hutan bersama sama, mendadak
muncul kembali dua orang manusia mendekati tempat tersebut.

1148
Ketika diamati, ternyata mereka adalah kenalan lama semua,
yang seorang adalah Tay pek it khi (manusia aneh dari tay pek) Ku
Kiam ciu, sedangkan yang lain adalah Tiang cun siusu (pelajar
berusia panjang) Li Goan. Selanjutnya menyusul pula jago jago lihay
lainnya seperti :
Giok koay popo (nenek bertoya kumala) Li Ko ci
Im tiong hok (bangau di tengah awan) Teng Siang
Sin tou (si Unta sakti) Lok It hong
Hui hou li (perempuan pelangi terbang) Lu Cing lian, Wancu dari
perkampungan ciang hong wan
Soh Sim tocu yang bergelar San hoa sian cu (dewi penyebar
bunga) Leng Cay soat
Hong im siu (kakek angin dan awan) Siang Thong dari bukit Bong
san
To pit thian ong (Raja langit berlengan banyak) Tong Lian hoat,
seorang ahli senjata rahasia dari Szuchuan.
Tiang siau mi lek (Mi lek tertawa) Kong sun Cong.
Phu thian toa tiau (rajawali raksasa penubruk langit) Kay Poan
thian
Pang bok long tiong (Pengembara bermata juling) Nyoo Cun
Tan ciang kay san (tangan tunggal pembelah bukit) Cu Eng
Ketua Kay pang, sipengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
Ketua Cing sia pay, Ting Kong ci
Beng sin suthay dari kuil Ci tiok an
Hud sim giam ong (raja akhirat berhati Buddha) Bu kay siancu
Hui cun siausu (pelajar penolong manusia) Seng Tiok sian.... dia
datang dengan menunggang seekor kuda hitam dan membawa kuda
hitam lain.
Ketua Hoa san pay, Peh ih siusu (pelajar berbaju putih) Cu Wan
mo
Pit tee jiu Wong Tin pak dan Ngo liu sianseng Lim Biau lim dari
Thian liong pay. Kedua orang ini termasuk mereka yang datang
paling lambat.
Bagi mereka yang sudah kenal, tentu saja pertemuan ini diiringi
dengan pembicaraan dan percakapan yang ramai, sekalipun ada
yang tak pernah kenal mereka pun diperkenalkan satu per satu,
sehingga suasana menjadi ramai sekali.

1149
Waktu itu, pamor Thian liong pay telah berubah dan menanjak
tinggi terutama setelah ketuanya Thi Eng khi bertarung melawan
Hian im Tee kun. Kini semua jago memandang lain terhadap
perguruan besar yang telah menggetarkan dunia persilatan itu. Cang
ciong sin kiam Sangkoan Yong sendiri, atas bujukan dari Raja akhirat
berhati Buddha Bu kay siansu, di samping itu juga atas penampilan
dari Thi Eng khi selama ini, pandangan jeleknya terhadap Thi Eng
khi juga lambat laun berubah.
Mula mula dia menyatakan sikap persahabatannya lebih dulu
dengan Pit tee jiu Wong Tin pak, kemudian menanyakan kabar
berita tentang Thi Eng khi dengan penuh perhatian.
Hui cun siusu Seng Tiok sian juga berjalan mendekat sambil
menuntun seekor kuda hitam tersebut sambil menyatakan rasa
menyesalnya atas kesalahan pahamnya terhadap Thi Eng khi tempo
hari. Rupanya mereka telah mendapatkan bukti yang jelas bahwa
kematian dari Hao hao sianseng Ting tayhiap sesungguhnya terkena
serangan gelap dari Huan im sin ang. Setelah menyadari akan
kesalahan pahamnya terhadap Thi Eng khi, maka Hui cun siusu Seng
Tiok sian sengaja membawa kuda hitam tersebut ke sana dengan
maksud hendak diserahkan kepada pihak Thian liong pay...
Sungguh tak nyana ditempat inilah mereka telah berjumpa
dengan Pit tee jiu Wong Tin pak, maka dia pun menyerahkan kuda
hitam tersebut kepada Wong Tin pak agar menyerahkannya kepada
Thi Eng khi dikemudian hari.
Begitulah, semua orang lantas membicarakan tentang watak Thi
Eng khi yang sebenarnya disamping menghibur hati Pit tee jiu Wong
Tin pak, bahkan mereka pun bersumpah akan mengerahkan
segenap kemampuan yang ada untuk menemukan kembali jejak Thi
Eng khi.
Waktu itu, semua orang mengira pertemuan yang
diselenggarakan kali ini atas prakarsa dari Siau lim pay dan Bu tong
pay. Oleh sebab itu, hampir semua orang memuji akan persiapan
dan perencanaan yang matang atas pertemuan kali ini.

1150
Terhadap tidak munculnya orang orang Siau lim pay dan Bu tong
pay mereka pun tidak memberikan perhatian khusus, di dalam
anggapan mereka orang orang dari kedua partai pasti sudah
menunggu di depan lembah tersebut. Maka dipimpin oleh ketua Kay
pang si pengemis sakti bermata harimau Cu Goan Po dan Cang ciong
sin kiam Sangkoan Yong, berangkatlah mereka menuju ke dalam
hutan. Baru saja rombongan manusia itu akan berangkat, tiba tiba
muncul kembali tiga sosok bayangan manusia yang meluncur datang
dengan kecepatan tinggi.
Semua orang mengenali ketiga orang itu sebagai ketua Bu tong
pay, Keng hian totiang bersama ke dua orang sutenya Keng it
totiang dan Keng ning totiang. Kemunculan mereka segera
menimbulkan rasa heran dari semua jago, tanpa terasa mereka
sama sama berhenti.
“Bu liang siu hud!” seru Keng hian totiang begitu sampai
ditempat tujuan, “ketua Siau lim pay Ci long siansu memang benar
benar seorang yang mempunyai maksud, persiapan yang dilakukan
olehnya disini benar benar amat sempurna. Coba kalau pinto yang
disuruh mempersiapkan keadaan seperti ini, tak mungkin bisa
kulakukan sedemikian cermatnya."
Didengar dari nada pembicaraan tersebut, tampaknya Bu tong
pay tidak tahu menahu tentang persiapan pertemuan tersebut. Maka
semua yang hadir disitu pun menjadi gaduh dan bersama sama
membicarakan persoalan tersebut.
Sebagaimana diketahui, di dalam pandangan semua orang
pertemuan yang diselenggarakan kali ini adalah atas prakarsa dari
pihak Siau lim pay dan Bu tong pay. Terutama sekali ada sebagian
diantara mereka yang menerima surat undangan tersebut dari
anggota Bu tong pay, hal mana membuat orang orang itu mulai
berpikir yang bukan bukan. Sikap tak tenang yang diperlihatkan
orang orang tersebut tentu saja menimbulkan perhatian dari Keng
hian totiang, dengan cepat dia berseru :

1151
Jilid 36
“Saudara sekalian hendak membicarakan soal apa dengan pinto?”
Ada orang hendak menjawab pertanyaan itu namun perhatian
mereka segera tertarik oleh munculnya tiga orang pendeta yang
sedang berjalan mendekat dengan langkah cepat. Kemunculan dari
ke tiga orang pendeta itu kontan saja membuat pikiran semua orang
bertambah kalut.
Rupanya mereka adalah Ci long siansu, ketua Siau lim pay yang
datang bersama sama Ci kay taysu dan Ci liong taysu.
Aneh, mengapa si penyelenggara pertemuan tersebut baru
datang pada saat para undangan telah datang. Bukankah mereka
yang menyelenggarakan pertemuan ini? Mengapa mereka tidak
datang lebih dulu untuk membuat persiapan disana?
Berbagai pertanyaan ini segera memancing perhatian semua
orang untuk dialihkan ke wajah ke tiga orang pendeta dari Siau lim
pay. Tatkala ketua Siau lim pay, Ci long siansu menyaksikan
berpuluh-puluh pasang mata ditujukan bersama ke arahnya, dengan
perasaan menyesal ia lantas berseru :
“Omitohud! Pinceng bertiga datang kemari dengan menuruti
petunjuk dari Keng hian totiang, sebab dalam surat undangan
dikatakan aku harus sampai pada permulaan kentongan ke tiga.”
Setelah mendongakkan kepalanya memandang posisi rembulan,
ia berkata lebih jauh :
“Untung saja kedatanganku tidak sampai melewati saat yang
telah ditentukan!”
Dengan ucapan tersebut bukan saja dia telah menyatakan kalau
kedatangannya juga karena diundang, bahkan waktu tiba untuknya
telah diatur orang lebih dulu. Kejadian ini segera menimbulkan
perasaan bingung dan tidak habis mengerti dari semua orang.

1152
Orang pertama yang merasakan ketidak beresan didalam
pertemuan kali ini adalah ketua Bu tong pay, Keng hian totiang,
dengan ucapan bernada kaget ia berseru :
“Bila didengar dari perkataan siansu tampaknya kau pun
merupakan orang yang telah mengundang kedatanganmu itu?”
Mendengar pertanyaan dari Keng hian totiang mengandung nada
yang tak beres. Ketua Siau lim pay Ci long siansu menjadi tertegun,
kemudian serunya :
“Lhoo.... jadi bukan totiang yang mengundang kedatangan kami?
Waaahh...., aneh kalau begitu?”
Dengan wajah serius Keng hian totiang segera berkata lagi :
“Sewaktu berada di gedung Bu lim tit it keh tempo hari, pinto dan
siansu memang pernah berunding untuk menyelenggarakan suatu
pertemuan puncak para jago, sungguh tak nyana sebelum
perundingan kita menjadi matang, ternyata ada orang yang telah
memanfaatkan kesempatan yang mudah menimbulkan kesalahan
paham ini untuk mengundang kita kemari, jangan jangan Hian im
Tee kun yang sengaja untuk menyusun rencana busuk ini untuk
menjebak kita? Hanya herannya ..... bagaimana mungkin jalan
pikiran kita ini bisa diketahui oleh Hian im Tee kun? Kejadian ini
sungguh aneh dan membuat orang tidak habis mengerti.”
Sementara pembicaraan berlangsung, sorot matanya segera
dialihkan dari wajah ketua Kay pang si pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po ke atas wajah Pit tee jiu Wong Tin pak dan Ngo
liau sianseng Lim Biau lim dari Thian liong pay, sebelum akhirnya
berbalik kembali ke wajah ketua Siau lim pay, Ci long siansu.
Orang orang yang kena dipandang oleh sorot matanya itu segera
merasa kalau dirinya sedang dicurigai, apa mau dibilang mereka pun
tak bisa memberikan bantahan sehingga sikapnya menjadi tersipu
sipu.
Keng hian totiang dari Bu tong pay segera menarik kembali sorot
matanya, kemudian setelah tertawa getir berkata lagi :
“Pinto suheng te bertiga pun tak bisa terlepas dari kecurigaan
ini.... !”

1153
Cang ciong sin kian Sangkoan Yong segera tertawa nyaring,
katanya dengan cepat :
“Menurut pendapatku, sekarang bukan waktunya untuk
menyelidiki tentang persoalan itu, tentang bagaimana mungkin
peristiwa yang sedang berlangsung sekarang bisa terjadi, lebih baik
kita rundingkan dikemudian hari saja, entah bagaimanakah menurut
pendapat totiang dan siancu?”
“Perkataan dari Sangkoan tayhiap memang benar” sahut ketua
Siau lim pay Ci long siansu cepat, “kita...”
Belum habis dia berkata, mendadak dari balik hutan sana
terdengar seseorang tertawa merdu, kemudian berkata :
“Kalian semua memandang persoalan ini terlalu serius, padahal
maksud Tee kun mengundang kehadiran kalian disini pun tidak
mempunyai maksud jelek!”
Menyusul perkataan itu, nampak seorang gadis cantik berjalan
keluar dari tempat persembunyiannya, sesudah memberi hormat
kepada semua orang, dia berkata :
“Cun Bwee mendapat perintah dari Tee kun untuk mengundang
para ciangbujin dan lo enghiong sekalian agar masuk ke dalam
lembah!”
Para jago saling berpandangan sekejap, untuk sesaat mereka
tampak ragu untuk mengambil keputusan. Hian im li Cun Bwee
segera mencibirkan bibirnya dan memperdengarkan suara tertawa
hambarnya yang sinis, setelah itu katanya lagi :
“Tee kun telah berpesan, apabila kalian tak berani memasuki
lembah maka dia pun tak akan menyulitkan kalian semua, silahkan
saja kalian untuk kembali ke rumah!”
Kebanyakan umat persilatan menghargai nama baik sendiri
melebihi nyawa, apalagi mereka kalau bukan seorang ciangbunjin,
tentunya merupakan pentolan dari suatu perkumpulan, bayangkan
saja bagaimana mungkin mereka bisa tahan menghadapi cemoohan
dan sindiran dari Hian im li Cun Bwee tersebut?

1154
Dalam keadaan demikian, jangan kan baru memasuki lembah,
sekalipun harus naik ke bukit golok atau terjun ke kuali minyak pun
mereka tak akan mengerutkan dahinya. Terutama sekali partai Siau
lim dan partai Bu tong yang selama ini dianggap sebagai tulang
punggungnya dunia persilatan, tentu saja mereka tak sudi dicemooh
orang lain.
Maka ketua Siau lim pay Ci long siansu dan ketua Bu tong pay
Keng hian totiang segera berseru bersamaan :
“Biar disuruh naik ke bukit golok, pinceng tak akan gentar!”
“Walaupun harus terjun ke lautan api, pinto tak akan menolak!”
Ke dua orang itu segera tampil ke depan dan berdiri dimuka
perempuan tersebut kemudian serunya kepada Hian im li Cun Bwee
:
“Harap nona suka membawa jalan!”
Dengan sepasang matanya yang jeli Hian im li Cun Bwee melirik
sekejap ke arah mereka, kemudian serunya :
“Kalian benar benar tidak takut?”
Si unta sakti Lok It hong tertawa dingin, serunya dengan penuh
kegusaran :
“Bila kau ngebacot terus, jangan salahkan kalau lohu tak akan
bersikap sungkan sungkan lagi!”
Paras muka Hian im li Cun Bwee sama sekali tidak berubah,
katanya lagi :
“Lok tayhiap, buat apa kau harus ribut dengan siauli? Kalau toh
kalian memang tidak takut biarlah siauli akan membawa kalian
menuju ke dalam lembah tersebut!”
Tidak nampak gerakan apa yang dilakukan olehnya, tahu tahu
tubuhnya sudah menyelinap menuju ke dalam hutan tersebut. Ketua
Siau lim pay dan Bu tong pay segera mengikuti di belakang Hian im
li Cun Bwee menuju ke dalam hutan tersebut. Di belakang ke dua
orang itu, mengikuti pula kawanan jago persilatan yang rata rata
sudah punya nama besar itu.

1155
Pada dasarnya hutan itu memang gelap karena sinar rembulan
tertutup awan namun bukan berarti suasana gelap disana
sedemikian gelapnya sehingga untuk melihat kelima jari tangan
sendiri pun sukar. Sekalipun begitu, andaikata mereka tidak
mengerahkan tenaga dalamnya untuk mempertajam pandangan
mata mereka, sulit juga untuk menelusuri hutan tersebut.
Jalanan dalam hutan itu berliku liku dan penuh dengan tikungan
yang amat banyak mendadak terdengar seseorang berseru tertahan
:
“Aaaaah, jangan jangan hutan ini diatur menurut suatu posisi
ilmu barisan?”
Hian im li Cun Bwee segera tertawa, sahutnya :
“Benar di dalam hutan ini memang penuh dengan alat jebakan
serta barisan yang hebat bagi mereka yang ingin kembali ke tempat
semula, silahkan untuk berputar ke kiri setiap melalui tujuh batang
pohon dan berbelok ke kanan setiap melalui delapan batang pohon,
dengan begitu kalian akan sampai di luar hutan ini.”
Perempuan tersebut memang cerdas sekali, setiap kali dia selalu
menggunakan kata kata semacam itu untuk memancing gejolak
perasaan dalam hati para jago, hal ini membuat orang orang
tersebut menjadi nekad dan meneruskan perjalanannya dengan
mempertaruhkan selembar jiwa raganya.
Sepintas lalu hutan nampaknya tidak begitu luas, namun mereka
harus menghabiskan waktu selama setengah jam untuk bisa
menembusinya dan tiba di mulut lembah. Sementara itu rembulan
sudah muncul dari balik awan, selapis cahaya keperak perakan
memancar ke empat penjuru membuat pemandangan di dalam
lembah tersebut dapat terlihat secara lamat lamat.
Rupanya lembah tersebut dikelilingi oleh dinding bukit yang terjal
dan menjulang tinggi ke angkasa, keadaannya mirip sekali dengan
sebuah sumur.
Hian im li Cun Bwee berhenti sejenak di luar lembah tersebut,
kemudian katanya :

1156
“Sekarang kita akan memasuki lembah ini !”
“Omitohud !” seru ketua Siau lim pay Ci long siansu, “nona tak
usah banyak bertingkah, lebih baik kita melanjutkan perjalanan
secepatnya!”
Hian im li Cun Bwee tidak banyak berbicara lagi, sambil tertawa
dingin ia melanjutkan perjalanan menuju ke dalam lembah. Setelah
memasuki mulut lembah tersebut maka terbentanglah sebuah selat
sempit yang memanjang dan berbahaya sekali, panjangnya
mencapai beberapa li, suasana di sekitar tampak gundul dan tak
nampak tertumbuhan apapun.
Kecuali batuan cadas yang berbentuk aneh, boleh dibilang tiada
sesuatu benda pun yang nampak di situ, hal mana mendatangkan
perasaan seolah olah mereka hanya bisa pergi dan tak mungkin
untuk kembali lagi. Menyusul kemudian, pemandangan yang
terbentang di depan mata berubah, diantara sekeliling batu aneh
tersebut nampak sebuah tanah lapang yang luasnya mencapai
puluhan kaki, berapa puluh lentera menyinari tempat tersebut
sehingga terang benderang.
Di tengah tanah lapang terdapat empat buah meja dengan
hidangan yang masih panas, diantaranya terdapat sebuah meja
perjamuan dengan hidangan yang pantang barang berjiwa, rupanya
memang khusus disediakan bagi orang orang Siau lim pay dan Bu
tong pay. Anehnya, tiada seorang pun yang melayani tempat
tersebut.
Hian im li Cun Bwee mengajak para jago menuju ke depan meja
perjamuan tersebut, kemudian dengan penuh sopan santun dia
memberi hormat seraya berkata :
“Selama menempuh perjalanan, kalian tentu sudah merasa lelah
sekali, malam ini silahkan bersantap seadanya lebih dulu, besok Tee
kun pasti akan menyelenggarakan perjamuan yang lebih besar untuk
menjamu kalian. Maaf, untuk sementara waktu siauli ingin mohon
diri lebih dahulu !”

1157
Selesai berkata, dia lantas melayang ke belakang sebuah batu
besar dan lenyap di situ. Berlalunya Hian im li Cun Bwee membawa
pergi pula kegagahan dari para jago, yang tertinggal sekarang hanya
rasa seram dan bergidik yang tiba tiba muncul didasar hati masing
masing. Bahkan napas mereka pun seakan akan dibawa oleh Hian im
li Cun Bwee.
Sebab suasana tenang tanpa terjadinya suatu perubahan yang
terbentang dihadapan mereka sekarang, justru mendatangkan daya
tekanan yang berlipat kali lebih besar daripada suasana pertarungan
sengit.
Di tengah tanah lapang, kini berdiri dua puluh sembilan orang
jago persilatan yang sedang diliputi perasaan kalut, bayangan tubuh
mereka tertera memanjang jauh ke depan sana di bawah sorot
cahaya lentera. Tiada orang yang buka suara untuk memecahkan
keheningan disitu, tiada orang yang memasuki meja perjamuan
untuk duduk. Mendadak dari belakang batu besar berkumandang
lagi suara Hian im li Cun Bwee yang sedang berseru sambil tertawa :
“Tee kun mengundang kalian datang dengan maksud baik,
hidangan yang tersedia di meja pun merupakan hidangan kenamaan
bikinan koki ternama diutara maupun selatan sungai besar, silahkan
kalian untuk menikmatinya dengan perasaan lega."
Si Unta sakti Lok It hong segera tertawa terbahak bahak serunya
dengan nyaring :
“Pengemis Cu, setiap hari kau mengemis makanan dari rumah ke
rumah, aku tahu kalau kau jarang sekali makan dengan kenyang.
Coba kau lihat begitu banyak hidangan yang sudah tersedia di sana,
tak usau kau menyia nyiakan kesempatan baik ini dengan begitu
saja, mari, mari! Lohu temani kau minum sampai mabuk!”
Dengan langkah lebar dia lantas menuju ke meja perjamuan
sebelah kanan dan duduk. Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan
po tertawa terbahak bahak :
“Haaahhh... Haaahhh.. haaahh.. baiklah aku si pengemis tua
akan meminjam bunga menyembah Buddha, akan kuhormati
saudara Lok dengan tiga cawan arak!"

1158
Sesudah berjalan ke hadapan si Unta sakti Lok It hong, dia duduk
lalu memenuhi enam cawan dengan arak wangi. Biasanya kalau
sang pelopor sudah turun tangan maka yang lain pasti akan turut
bereaksi. Tak selang berapa saat kemudian gelak tertawa
berkumandang memecahkan keheningan, dengan cepat para jago
membuang semua kerisauan dalam hatinya dan bersama sama
mencari tempat duduk untuk makan minum dengan lahapnya.
Di tengah perjamuan, Keng hian totiang dari Bu tong pay segera
mengerahkan ilmu menyampaikan suara untuk berunding dengan
para jago yang hadir di situ katanya :
“Tenaga dalam yang dimiliki Hian im Tee kun sangat lihay,
ditambah lagi Keng thian giok cu Thi Keng sekalian empat tokoh
sakti membantunya melakukan kejahatan, pinto rasa pertarungan
yang yang bakal berlangsung besok merupakan suatu pertarungan
yang berbahaya sekali. Kendati pun kita semua bertekad untuk
bertarung sampai dengan titik darah penghabisan, namun bila naga
tanpa kepala, ibaratnya sebaki pasir yang tak bisa bersatu, andaikata
sampai terjadi, suasana tentu kalut sehingga andaikata ingin mundur
secara teratur pun bukan suatu pekerjaan gampang.”
“Pinto usulkan bagaimana kalau jika kita mengangkat ketua Siau
lim pay Ci long siansu sebagai pemimpin kita yang akan memimpin
kita semua dalam gerak maju atau mundur. Apabila kita dapat
bersatu padu, siapa tahu kalau kekuatan gabungan kita dapat
mengatasi kesulitan yang sedang dihadapi sekarang? Entah
bagaimanakah pendapat kalian semua?"
Para jago yang hadir disitu segera menyatakan persetujuannya
atas usul dari Ketua Bu tong pay Keng Hian totiang tersebut. Dalam
keadaan gawat semacam ini, tentu saja ketua Siau lim pay Ci long
siansu pun tak bisa menampik usul tersebut, Oleh sebab itu,
terpaksa dia harus menerima tugas berat tersebut tanpa
membantah.
Namun dia pun mengusulkan agar ketua Bu tong pay Keng hian
totiang membantu usahanya itu. Sudah barang tentu Keng hian
totiang pun tidak beralasan untuk menampik usul mana, maka dia
pun menerima usul mana tanpa banyak berbicara lagi.

1159
Selesai bersantap semua orang duduk berkumpul, lalu dengan
ilmu menyampaikan suara merundingkan berbagai cara untuk
mengatasi kejadian yang berada didepan mata, kemudian masing
masing baru duduk bersila untuk mengatur napas.
Sementara itu, puluhan lentera tersebut sudah kehabisan minyak
sehingga kehilangan cahayanya lambat laun semakin suram sebelum
akhirnya menjadi gelap gulita. Kegelapan menjelang tibanya fajar
biasanya memang tak akan berlangsung terlalu lama.
Para jago memang cukup memahami situasi yang sedang
dihadapi, Hian im Tee kun menganggap kepandaian silatnya sudah
tiada tandingannya di dunia ini, kedudukannya amat tinggi dan
terhormat, walaupun cara kerjanya agak rahasia dan misterius,
namun bila kesempatan untuk memperlihatkan kelihayannya sudah
tiba, tak nanti dia tak akan memberi kesempatan bagi mereka untuk
turun tangan.
Oleh sebab itu, semua orang mengatur napas dengan perasaan
lega, mereka berusaha untuk menghimpun tenaganya sambil bersiap
sedia melangsungkan pertarungan mati matian.
Sementara itu sang surya mulai merambat naik dari balik bukit
itu. Meski sinar matahari belum sempat menyorot masuk ke dalam
lembah namun langit sudah terang dan suasana dalam lembah itu
sudah amat cerah.
Dua puluh orang jago persilatan yang sedang duduk bersila di
tengah tanah lapang sama sekali tidak menghentikan semedinya
karena langit yang telah terang, dengan suatu ketenangan yang
mengagumkan mereka sedang menantikan gerak gerik dari Ban
seng kiong. Sikap tenang seperti ini tentu saja jauh berbeda dengan
sikap gugup semalam, hal mana membuat anggota Ban seng kiong
yang mengikuti gerak gerik mereka dari tempat persembunyian
mereka tertarik dan amat kagum.
Pelan pelan dari belakang batu cadas itu muncul delapan orang
lelaki berpakaian ringkas yang datang untuk membereskan sisa

1160
sayur dan meja kursi dari situ, mereka mengangkuti barang dengan
melalui kawanan jago, namun tak seorang pun diantara kawanan
jago tersebut yang menggerakkan kelopak matanya.
Hiam im li Cun Bwee berdiri di atas sebuah batu cadas ditengah
dinding tebing sambil melongok ke bawah, menyaksikan keadaan
mereka, ia segera tertawa dingin, jengeknya:
“Hmmm, penampilan kalian pada hari ini cukup menyakinkan!”
“Omitohud....!” seru ketua Siau lim pay Ci long siansu.
Tampaklah para jago yang duduk bersila diantara itu bersama
sama membuka matanya lalu bangkit berdiri, gerak gerik mereka
serentak dan sangat teratur. Hian im li Cun Bwee segera berkerut
kening setelah menyaksikan kejadian tersebut. Ketua Siau lim pay Ci
long siansu membereskan pakaian yang dikenakan, kemudian
katanya :
“Pinceng atas nama para jago mengundang Hian im Tee kun
untuk berbicara!”
“Siansu mewakili para jago dan aku mewakili Tee kun, ada
persoalan apa yang hendak kau sampaikan? Sampaikan saja
kepadaku,” sahut Hian im li Cun Bwee.
Ci long siansu berkerut kening, kembali katanya :
“Dengan tipu daya kalian telah membawa pinceng sekalian
datang kemari, tolong tanya apa maksud hati kalian yang
sebenarnya?”
Hian im li Cun Bwee tertawa :
“Soal ini, meski tidak taysu tanyakan, aku juga bakal
memberitahukan kepada kalian, cuma sebelum kuterangkan segala
sesuatunya, terlebih dahulu kalian mendongakkan kepala dan coba
memperhatikan dulu keatas dinding bukit di sebelah sana.”
Para jago bersama sama mendongakkan kepalanya dan
menengok ke arah dinding bukit seperti apa yang dituding Hian im li
Cun Bwee ....

1161
Apa yang kemudian terlihat, kontan saja menggetarkan hati para
jago, mereka berseru tertahan dan berdiri melongo. Rupanya dua
puluh kaki diatas batu dinding dimana Hian im li Cun Bwee berdiri
sekarang terdapat sebuah batu hijau yang amat besar, diatas batu
itulah tergantung berbagai macam benda, rupanya benda benda
inilah yang merenggut ketenangan para jago.
Benda benda apakah itu sehingga begitu merisaukan hati para
jago lihat itu?
Rupanya benda itu kalau bukan berupa tanda pengenal dari
pelbagai perguruan atau partai, tentu merupakan benda mestika
partai partai mereka, atau ada juga yang merupakan senjata
kenamaan. Diantara benda benda tersebut tampak antara lain :
Lukisan Kun eng siang milik Thi Eng khi yang hilang di
perkampungan Ki hian san ceng.
Lencana kemala hijau Pek giok pay dari Siau lim pay
Lencana pedang baja Thi kiam leng dari Bu tong pay
Pedang Cing biu kiam dari perkampungan Ki hian san ceng
Peluru naga sakti milik Tay pek it khi Ku Kiam ciu
Kipas berserat perak milik Tiang cun siusu Li Goan
Payung baja tulang naga milik Ciong lam pay
Tusuk konde hitam milik Giok koay popo Li Ko ci
Cincin kemala Poan giok ci miliki Im tiong hok Teng siang
Cawan kemala sembilan naga milik si Unta sakti Lok It hong
Pakaian berbulu Cian sah yu ih milik Ciang hong wan
Lentera Po lian teng milik pulau Soh to
Hiolo emas Ci kim im teng dari keluarga Tong di propinsi
Szechuan
Kipas besar milik Tiang siau bi lek Kongsun Cong
Panah tangan berekor merak Ang wi to jiu ciam milik Phu tian toa
tiau Kay Poan thian
Tembaga angin milik si pengembara bermata juling Nyoo Can
Panji Ceng wi piau milik Tan cing kay san Chu Eng
Tongkat beruas sembilan Kiu ciat po ciang milik Kay pang
Pedang Liu yap kiam milik partai Cing shia
Patung Kwan im bambu merah Ci tiok kwan im milik kuil Ci tiok
an
Kipas Cui hui giok pan dari Hong im siu Ko Thong

1162
Kaos kutang Cun go luan ka milik Raja akhirat berhati Buddha Bu
kay siansu
Katak buduk kemala hijau milik Giam long heng Kwik Keng thian,
serta mutiara Kiu ci thian cu milik Hoa san pay.
Boleh dibilang hampir setiap orang yang diundang ke sana pasti
terdapat sebuah benda mestika miliknya yang telah terjatuh ke
tangan pihak Ban seng kiong. Padahal mereka memang sudah tahu
kalau benda mestika miliknya telah dirampas oleh Ban seng kiong,
oleh sebab itu menyaksikan benda mestika milik mereka dipamerkan
di depan mata, kendatipun hatinya agak emosi, toh sama sekali tidak
merasa kaget.
Tapi ada pula diantara mereka yang sama sekali tidak tahu jika
benda mestika miliknya telah hilang, maka setelah menyaksikan
benda mestika miliknya itu sudah berada diatas dinding batu
tersebut, rasa kaget dan marah mereka tak terlukiskan dengan kata
kata.
Sebagaimana diketahui, benda benda mestika itu menyangkut
nama maupun pamor dari suatu partai atau perguruan dalam dunia
persilatan. Dalam keadaan demikian, kendatipun pihak Ban seng
kiong membuka mulut lembah untuk mempersilahkan mereka
pergipun, mungkin mereka tak akan mengangkat kaki dengan begitu
saja. Sebab siapa pun ingin merebut kembali benda mestika
miliknya, karena bila benda mana tak berhasil didapatkan kembali
berarti mereka tak bisa menancapkan kaki kembali dalam dunia
persilatan. Itulah sebabnya para jago merasa agak bimbang dan
kuatir.
Ketua Siau lim pay Ci long siansu segera dapat merasakan
ancaman bahaya yang berada di situ, dengan cepat dia menghimpun
tenaga dalamnya dan memperdengarkan suara auman singa yang
amat keras. Kontan saja para jago tersadar kembali dan buru buru
menekan perasaan gusar tersebut ke dalam hati.
Sementara itu, Hian im li Cun Bwee telah berkata lagi dengan
nada berat bertenaga :

1163
"Hari ini kalian semua mempunyai kesempatan yang sama untuk
merebut kembali benda mestika milik sendiri!”
Sekali lagi emosi para jago terpancing sehingga bergolak kembali
dengan keras ....
Buru buru ketua Bu tong pay Keng hian totiang memperingatkan
semua orang dengan ilmu menyampaikan suara :
“Harap kalian jangan terlalu emosi, kendorkan pikiran dan
kendorkan juga sikap tegang kalian!”
Terdengar Hian im li Cun Bwee berkata lebih jauh :
“Seandainya diantara kalian ada yang bersedia untuk mengikat
tali persahabatan dengan pihak kami, tanpa bersusah payah kalian
bisa mendapatkan kembali benda milik kalian itu.”
Dari gerombolan para jago segera terdengar seseorang berseru
keras sambil tertawa dingin :
“Hmmm! Jangan bermimpi di siang hari bolong, bila kalian
menginginkan kami berteman dengan pihak Ban seng kiong, kalian
tunggu saja bila matahari bisa terbit dari langit sebelah barat!”
Hian im li Cun Bwee tertawa.
“Kalau bukan teman berarti musuh, masih ada jalan bagi kalian,
yakni dibuktikan dengan kepandaian silat yang kalian miliki
sekarang... ”
Dengan kening berkerut Cang ciong Sangkoan Yong maju ke
depan, serunya sambil tertawa nyaring :
"Apabila ingin bertarung silahkan saja datangkan para jago lihay
dari istana Ban seng kiong kalian!"
Dengan cepat Hian im li Cun Bwee menggelengkan kepalanya
berulang kali.
“Hari ini, pihak kami tidak bermaksud untuk mengajak kalian
bertarung, semua barang telah digantungkan diatas tebing tersebut,
bila kalian berniat untuk mendapatkannya kembali, silahkan saja

1164
mencoba untuk mengambilnya sendiri, aku pasti tak akan berusaha
untuk menghalanginya.”
Semua orang mendongakkan kepalanya ke atas, tampak benda
benda itu berada dua tiga puluh tingginya dari bawah permukaan
tanah, sadarlah mereka bahwa tiada berkemampuan bagi mereka
untuk menaiki tebing mana dan mengambil sendiri benda benda itu,
untuk sesaat mereka jadi tersipu sipu dan tak mampu menjawab.
Hian im li Cun Bwee tertawa ringan, sambil menuding sebuah
pintu batu di belakangnya ia berkata :
“Di dalam pintu terdapat tiga macam alat untuk mencoba taraf
kepandaian silat kalian, apabila kalian dapat melewati ketiga alat
tersebut secara baik, kami akan mengembalikan benda mestika
tersebut kepada pemiliknya!”
“Lohu bersedia untuk mencoba lebih dulu!” kembali Cang ciong
sin kiam Sangkoan Yong berseru.
“Silahkan saja Sangkoan tayhiap!” kata Hian im li Cun Bwee
dengan cepat.
Dia segera menyingkir ke samping sehingga muncullah sebuah
pintu batu dibelakangnya. Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong
sudah bersiap sedia untuk menerjang ke muka tapi Ciang hong
wancu Lu Cing lian segera mencegah kepergiannya:
"Sangkoan tayhiap, harap kau berpikir tiga kali sebelum
bertindak, tidak mungkin ada persoalan yang begitu gampang
seperti apa yang dia katakan, jangan sampai kita tertipu oleh lawan
sehingga terperangkap dalam jebakannya.”
“Bila hendak kesana kita harus berangkat bersama sama, jangan
sekali kali kita pencarkan kekuatan yang ada.”
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong agak tertegun, akhirnya dia
manggut manggut :
“Yaa, perkataan dari Wancu memang ada benarnya juga, untuk
sesaat lohu tidak berpikir ke sana .... ”

1165
Hian im li Cun Bwee yang berada di atas bukit segera berseru lagi
:
“Sekalipun pihak kami tak punya orang pintar, tak nanti akan
kami gunakan siasat membunuh ayam mengambil telur seperti itu,
apabila kalian tidak melihat keselamatan dari orang pertama yang
bisa keluar lagi dengan selamat, orang kedua toh bisa saja
mengurungkan niatnya!”
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong segera tertawa terbahak
bahak :
“Haaahhh.... haaahhh.... haaahhhh.... lohu percaya dengan
perkataanmu itu!”
Tanpa membuang banyak waktu lagi, dia melompat naik ke atas
dinding bukit setinggi tujuh delapan kaki itu dan masuk ke dalam
pintu batu tersebut. Sementara para jago yang berada dibawah
lembah menanti dengan perasaan tegang, menunggu hasil
percobaan dari Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong.
Ketika tiba di depan pintu batu tersebut, Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong segera menghimpun tenaga dalamnya bersiap sedia,
dengan cepatnya dia melewati sebuah lorong panjang dan tiba di
dalam sebuah ruangan batu. Ditengah ruangan batu itu berdiri
sebuah patung ji lay yang berperut besar, di atas perut yang buncit
itu terteralah beberapa tulisan yang berbunyi begini :
“Dengan sebuah pukulan atau pukulan telapak, getarkan patung
Ji lay ini sehingga bergeser, bila berhasil maka berarti percobaan
pertama telah berhasil!”
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong terhitung juga seorang
enghiong yang berpengalaman luas, dia cukup mengetahui tentang
kemahiran dari Hian im Tee kun, tentu saja dia pun tak berani
memandang rendah patung ji lay yang ada. Hawa murninya segera
dihimpun ke dalam tangan kanannya kemudian sambil melepaskan
sebuah pukulan bentaknya :
“Kena!"
Dengan sekuat tenaga dia hantam perut buncit dari Ji lay
tersebut. Termakan oleh pukulan Cang ciong sin kiam yang maha

1166
dahsyat itu, patung Ji lay tersebut bergetar keras dan bergeser ke
arah kiri, dimana patung itu bersandar pada dinding batu dan tidak
bergerak lagi. Dengan berpindahnya patung Ji lay tersebut maka
tampaklah dibelakang patung tersebut muncul pula sebuah manusia
besi yang bertangan kosong, diatas pada patung besi itu tertempel
pula selembar kertas yang bertuliskan:
“Dalam tiga jurus menentukan menang kalah, pemenang boleh
melewati pos kedua ini.”
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong cukup mengetahui akan
kelihayan dari manusia besi tersebut, bisa jadi kelihayannya tak jauh
berbeda dengan kehebatan cap pwee lo han dari ruang lo han tong
di kuil Siau lim si. Sebagai seorang yang berpengalaman luas
sebelum pertarungan dilakukan, terlebih dahulu ia teliti posisi patung
besi itu serta kemungkinan yang bakal digunakan tangan dan kaki
patung itu untuk melancarkan serangan.
Setelah melakukan penelitian yang seksama, dia menjadi
terperanjat sekali. Rupanya posisi kaki dari patung besi tersebut
mengandung langkah Tay khek yang sangat lihay, sehingga baik ke
arah empat arah maupun delapan penjuru, patung besi itu bisa
bergerak secara bebas dan leluasa .....
Ketika diteliti pula posisi tubuh dibagian atasnya, tangan kaki
berada di depan dada dengan telapak tangan menghadap ke dalam,
posisi ini disebut Keng thian it cu (tonggak sakti penunjang langit)
sedangkan tangan kanannya diangkat sejajar alis dengan telapak
tangan menghadap keatas sikut agak ditekuk ke bawah.
Posisi ini aneh sekali dan luar biasa, demikian anehnya posisi
mana membuat manusia berpengalaman seperti Cang ciong sin kiam
pun tidak mengetahui nama posisi itu. Pokoknya ditinjau dari posisi
patung besi itu, baik atas bawah kiri kanan maupun empat arah
delapan penjuru dilindungi secara rapat sekali bahkan dapat pula
melancarkan serangan menuju ke berbagai arah secara leluasa.
Menyaksikan kesemuanya itu, paras muka Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong berubah hebat, jangankan bertarung, untuk turun
tangan saja tak mampu. Akhirnya setelah menghela napas panjang

1167
dia mengundurkan diri dari gua tersebut dan melompat turun ke
bawah.
Ciang hong wancu Li Cing lian segera menyongsong
kedatangannya sambil menegur :
"Bagaimana Sangkoan tayhiap?”
Dengan wajah lesu dan murung, Cang ciong sin kiam Sangkoan
Yong menggelengkan kepalanya berulang kali :
“Malu bagi lohu untuk menjawab pertanyaan itu, lebih baik kalian
masuk ke dalam dan melihat sendiri."
Karena dia telah menjawab begitu, maka semua orang pun tidak
leluasa untuk mengajukan pertanyaan lebih jauh.
“Omitohud, kalau begitu biar lolap yang naik ke atas untuk
memeriksa keadaan yang sebenarnya," kata ketua Siau lim pay Ci
long siansu kemudian.
Dia segera melompat naik ke atas tebing dan masuk ke dalam
gua batu tersebut. Tapi tak selang berapa saat kemudian, ia telah
mengundurkan kembali kebawah. Sejak masuk ke dalam gua hingga
muncul kembali, pendeta itu hanya membuang waktu amat singkat,
hal ini membuat semua orang merasa keheranan dan tidak tahu apa
gerangan yang sebenarnya telah terjadi.
Rupanya Ci long siansu dari Siau lim pay ini memahami jalan
pikiran orang banyak maka sambil menghela napas panjang, katanya
:
“Lolap sebagai murid Buddha tak berani turun tangan memukul
patung Jilay hud tersebut, oleh sebab itu untuk melewati pos yang
pertama saja tak mampu.”
Sekalipun wajahnya diliputi perasaan menyesal namun tidak
ditemukan perasaan sedih. Pit tee jiu Wong Tin pak merupakan
oranh ke tiga yang tampilkan diri untuk mencoba. Wong Tin pak
bergelar Pit tee jiu (pukulan sakti pembelah bumi) dengan kekuatan
tenaga pukulannya yang dahsyat, tentu saja bukan masalah yang
pelik baginya untuk menembusi pos pertama.

1168
Ketika dia menyaksikan posisi yang diambil oleh patung besi pada
pos ke dua, dia pun tertawa penuh arti, segera pikirnya :
"Ooooh, rupanya gaya yang dipakai oleh patung besi ini adalah
jurus Jigi su siang, tak heran kalau Cang ciong sin kiam Sangkoan
Yong tak berani untuk mencoba."
Dengan menggunakan ilmu silat dari Thian liong pay, dia segera
bertarung sebanyak tiga jurus dengan patung besi itu. Oleh karena
jurus serangan yang digunakan patung besi itu juga jurus serangan
dari Thian liong pay, maka dengan mudah sekali dia berhasil
menembusi pos kedua.
Cuma dia tidak sempat untuk berpikir lebih jauh, apa sebabnya
pihak Ban seng kiong menggunakan jurus serangan dari Thian liong
pay untuk menyulitkan para jago lainnya. Pada pos ketiga
merupakan sebuah tempat duduk yang terbuat dari batu kemala asal
orang yang duduk diatas tempat duduk tersebut dapat menekan alas
duduknya sehingga rata dengan tanah, maka dia akan dianggap
sebagai pemenang.
Pit tee jiu Wong Tin pak segera naik keatas tempat duduk itu lalu
dengan menggunakan hawa murninya, dia gunakan ilmu bobot
seribu untuk menekan alas duduk tersebut. Nyatanya walaupun dia
telah mengerahkan segenap kekuatan yang dimiliki pun alas duduk
tersebut belum juga berhasil ditekan sehingga sejajar dengan tanah.
Sementara dia masih kebingungan dan tak tahu apa yang mesti
diperbuat, mendadak di sisi telinganya berkumandang suara bisikan
yang amat lirih sekali :
"Cepat kerahkan ilmu Sian thian bu khek ji gi sinkang dengan
menghimpun kekuatan ke bawah, dengan kekuatan Sian thian
sinkang, alas duduk itu pasti akan tertekan ke bawah."
Oleh karena suara bisikan tersebut terlampau lirih, sehingga sulit
sekali untuk mengetahui siapa gerangan yang telah membisikkan
ucapan mana. Tapi kalau didengar dari nada suaranya, besar
kemungkinan orang itu adalah anggota perguruannya.
Pit tee jiu Wong Tin pak mengira gurunya yang memberi
petunjuk secara diam diam maka tanpa berpikir panjang ia segera

1169
melaksanakan seperti apa yang diucapkan. Aneh sekali, kasur
tempat duduk batu kemala yang tak berhasil ditekan dengan ilmu
bobot seribu itu, dibawah tekanan Sian thian sinkangnya segera
tertekan ke bawah sehingga rata dengan permukaan tanah.
Baru saja dia menarik kembali hawa murninya sambil bangkit
berdiri, dari atas langit langit gua berkumandang suara gemuruh,
menyusul kemudian muncul sebuah gua kecil disana. Di balik gua
itulah tampak sebuah benda terjatuh ke bawah dan meluncur ke
tangannya. Begitu benda tersebut dia terima dan memeriksanya
dengan seksama, dengan penuh perasaan gembira ia berteriak :
“Hooree, aku berhasil mendapatkan kembali lukisan Kun eng
siang!”
Dengan cepat dia lari keluar dari ruangan itu dan melompat turun
ke dasar lembah.
Ketika para jago dibawah lembah menyaksikan dinding batu
dibawah lukisan Kun eng siang tersebut tahu tahu turun ke bawah
dan muncul sebuah mulut gua, mereka semua sudah tahu kalau
besar kemungkinannya Pit tee jiu Wong Tin pak telah berhasil
melampaui ke tiga pos penjagaan tersebut.
Oleh sebab itu, disaat Pit tee jiu Wong Tin pak melompat turun
dengan wajah berseri semua orang segera maju ke depan dan
menyampaikan selamat kepadanya. Suara tertawa dingin segera
berkumandang ditengah ucapan selamat dari para jago, tampak
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong melengos ke arah lain.
Waktu itu Pit tee jiu Wong Tin pak sedang bergembira, meski
diapun menyaksikan rasa iri dari Cang ciong sin kiam Sangkoan
Yong, namun berhubung ada banyak orang menanyakan keadaan
dalam gua kepadanya, maka dia pun tidak sempat menggubris
keadaan dari Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong lagi.
Dengan maksud agar para jago yang lain pun berhasil
mendapatkan kembali benda mestikanya, Pit tee jiu Wong Tin pak
segera membeberkan rahasia jurus silat yarg dipakainya untuk
mematahkan jurus serangan dari patung besi itu kepada para jago.

1170
Dalam gembiranya, Im tiong hok Teng siang segera melompat naik
ke atas tebing dan memasuki gua itu sebagai orang ke empat.
Siapa tahu tak selang beberapa saat kemudian dia sudah muncul
kembali dengan tangan kosong belaka sepatah katapun tidak
diucapkan, dengan wajah hijau membesi dia melihat sekejap ke arah
Pit tee jiu Wong Tin pak dengan penuh kebencian. Phu thian toa tiau
Rajawali raksasa penerjang langit Kay Poan thian dengan Im tiong
hok (bangau dibalik awan) Teng Siang termashur dalam dunia
persilatan sebagai Lak hok pak tiau (bangau selatan rajawali utara)
diwaktu biasa hubungan pribadi mereka sangat akrab.
Ketika menyaksikan si Bangau dibalik mega Teng Siang pulang
dengan tangan hampa dia segera bertanya dengan penuh perhatian
:
“Saudara Teng, bagaimana keadaan di dalam gua?”
“Tiada suatu yang bisa dianggap luar biasa!” sahut si Bangau
dibalik awan Teng Siang dengan gusar, “hanya aku sudah terjebak
oleh tipuan sobat karib kita Wong tayhiap.”
Begitu ucapan tersebut diutarakan, sorot mata semua jago
bersama sama dialihkan ke wajah Pit tee jiu Wong Tin pak.
Sesungguhnya Pit tee jiu Wong Tin pak bisa berhasil karena
memperoleh petunjuk orang secara diam diam, pada hakekatnya
dalam hati kecil orang ini memang ada penyakitnya maka tatkala
semua orang mengalihkan sorot matanya ke arahnya, kendatipun
dia sebagai seorang jago kawakan dalam dunia persilatan, toh
dibikin gelagapan juga.
Oleh sebab itu dengan suara rendah, dalam dan sama sekali tak
bertenaga ia berkata: “Saudara Teng, apabila terjadi suatu
kesalahan paham, harap diutarakan saja secara blak blakan, siaute
bersedia menerima kritik petunjuk.”
Dengan berangnya si Bangau dibalik mega Teng Siang berseru :
“Menurut keteranganmu, jurus serangan yang dilakukan manusia
besi itu adalah jurus Ji gi su siang dari partai kalian, bukan begitu?”
“Benar!” sahut Pit tee jiu Wong Tin pak tanpa berpikir panjang.

1171
Sambil tertawa dingin si Bangau di balik awan Teng Siang
memasang kuda kuda dan melakukan gerak serangan Im seng yang
tong seperti apa yang diajarkan oleh Pit tee jiu Wong Tin pak tadi,
kemudian kembali dia berseru :
“Bagaimana dengan jurus lm seng yang tong yang kupergunakan
ini...?”
Pit tee jiu Wong Tin pak manggut manggut.
“Baik soal tenaga maupun arah sasarannya tepat sekali, jauh
lebih unggul daripada siaute.”
Im tiong hok Teng Siang mendengus dingin.
“Hmmmm, tapi jurus tersebut tidak berhasil mematahkan jurus Ji
gi su siang dari manusia besi itu, Wong tayhiap bagaimana
penjelasanmu tentang hal ini?”
“Aaah, masa iya?” Pit tee jiu Wong Tin pak nampak tertegun.
Im tiong hok Teng Siang betul betul sangat mendongkol, tidak
ambil perduli apakah perbuatannya memalukan atau tidak, tak
sampai melepaskan kancing pakaiannya lagi dia segera menarik
bajunya hingga robek. Segera terlihatlah lengan kirinya merah
membengkak, sambil mengangkat lengannya yang terluka itu tinggi
tinggi, sehingga setiap orang dapat menyaksikan dengan jelas, dia
berseru lagi dengan suara keras :
“Dorongan telapak tangan dari manusia besi itu hampir saja
menghancur lumatkan tulang lenganku ini, masa aku
membohongimu?”
Pit tee jiu Wong Tin pak segera berkerut kening, lalu dengan
wajah memerah dan tersipu sipu serunya :
“Jangan jangan manusia besi itu sudah berganti posisi dan tidak
mempergunakan jurus Ji gi su siang lagi?”
Kemarahan Im tiong hok Teng siang semakin menjadi setelah
mendengar ucapan tersebut, teriaknya dengan keras :

1172
“Setan alas! Kau anggap sepasang mataku sudah buta dan tak
bisa melihat lagi? kenyataan tertera didepan mata, siapa pun bisa
membuktikan perkataanmu itu.”
Pit tee jiu Wong Tin pak adalah seorang kakek yang jujur, sudah
barang tentu dia tak bisa menangkan perkataan Im tiong hok Teng
siang tersebut, ia menjadi gelagapan :
“Soal ini.... soal.. ini.. ”
Sekian lamanya dia bergumam namun tak sepatah kata pun yang
sanggup dikeluarkan. Ketua Kay pang, pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po mempunyai hubungan yang cukup akrab
dengan Thi Eng khi, tentu saja ia tak bisa membiarkan tianglo dari
Thian liong pay dicemooh orang dengan begitu saja. Namun dia
sendiri belum pernah memasuki gua tersebut, sehingga mau
menengahi persoalan itupun tak dapat maka sambil tertawa
terbahak bahak dia menarik perhatian orang lebih dulu, kemudian
sambil melompat ke dalam gua serunya keras :
“Biar aku pengemis tua yang melakukan pemeriksaan untuk
tayhiap berdua!”
Seusai berkata, dia sudah menyelinap masuk ke dalam ruang
batu itu....
Kurang lebih seperminum teh kemudian toya mestika beruas
sembilan yang tergantung diatas dinding tebing itu meluncur ke arah
bawah, menyusul kemudian si pengemis sakti bermata harimau Cu
Goan po melayang turun dari atas gua dengan wajah berseri.
“Aku si pengemis tua dengan mengikuti pentunjuk dari Wong
tayhiap telah berhasil mendapatkan tongkat mestika beruas sembilan
ini, kenyataan ini membuktikan kalau perkataan Wong tayhiap tidak
salah.”
Kemudian setelah berhenti sejenak dia menambahkan lebih jauh
:
“Hanya untuk melewati persoalan yang ketiga, siaute telah
mempergunakan sim hoat tenaga dalam dari perguruanku sendiri.”

1173
Ucapan tersebut kontan saja disambut para jago dengan suasana
yang amat gaduh. Im tiong hok Teng Siang hampir muntah darah
saking gusarnya, dengan cepat dia berteriak keras :
“Apakah kalian semua tidak percaya dengan perkataanku?”
Phu thian toa tiau Kay Poan thian juga berseru dengan suara
yang lantang :
“Tak usah kuatir saudara Teng, Thian liong pay punya teman,
kau tak usah takut sendirian, siaute akan segera masuk ke gua
untuk membuktikan sendiri!”
Sebagaimana dengan julukannya, Kay Poan thian memiliki ilmu
meringankan tubuh yang sangat lihay, badannya yang melambung
ke udara persis seperti seekor rajawali raksasa yang mementang
sayapnya. Begitu badannya berputar keudara dengan suara gerakan
aneh, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan mata...
Tak selang berapa saat kemudian, terdengar Phu thian toa tiau
Kay Poa thian meraung gusar dari dalam gua :
“Perkataan saudara Teng tepat sekali, Wong Tin pak tidak jujur,
si pengemis tua busuk pun berbohong!”
Belum habis perkataan tersebut diutarakan, tubuhnya sudah
melayang turun dihadapan para jago dengan kecepatan luar biasa
bahkan perkataannya yang terakhir ditujukan langsung ke arah
pengemis tua tersebut...
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po adalah seorang
ketua Kay pang, soal kedudukannya dalam dunia persilatan, ia lebih
tinggi berapa tingkat dibandingkan dengan Phu thian toa tiau, sikap
keras dan kurang ajar yang diperlihatkan oleh Phu thian toa tiau Kay
Poan thian sekarang sudah jelas sangat merugikan pamornya
didalam dunia persilatan. Sebagai seorang pemimpin yang
berkedudukan tinggi didalam dunia persilatan, tentu saja pengemis
sakti bermata harimau Cu Goan po merasa tidak terima kalau dirinya
dituding hidungnya sambii dicaci maki oleh Phu thian toa tiau Kay
Poan thian.

1174
Dengan penuh amarah dia segera membentak :
“Phu thian toa tiau, kalau berbicara harus ada bukti yang jelas,
aku si pengemis tua tak rela kalau diriku dicaci maki orang dengan
semaunya sendiri!”
“Breeeet!” Phu thian toa tiau Kay Poan thian merobek ujung baju
tangan kirinya dan memperlihatkan bekas luka yang sama dengan
apa yang diderita Im tiong hok, kemudian serunya keras keras :
“Lengan kiriku yang terluka ini apakah belum cukup untuk
membuktikan bahwa ucapan kalian semuanya bohong!”
Kembali si pengemis sakti bermata harimau Co Goan po
mendengus dingin.
“Hmmm, perkataan dari Wong tayhiap diucapkan kepada
khalayak umum, sementara apa yang aku si pengemis tua dengar
juga persis seperti apa yang kau dengar, kalau kau sampai terluka
pada percobaan yang ke dua, hal ini menandakan kalau tenaga
dalammu yang tak becus, kau hendak menyalahkan siapa
sekarang?”
“Hmmm! Hmmm! Siapa yang tidak tahu kalau kau Cu tayhiap
adalah kawan Persekongkolan dari Thian liong pay.” Pau thian toa
tiau Kay Poan thian balas mengumpat, “Wong tayhiap tentu saja
harus melindungi dirimu dari serangan, siapa tahu kalau secara diam
diam dia telah pergunakan ilmu menyampaikan suara untuk
memberitahukan rahasianya kepadamu?”
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po benar benar gusar
sekali sambil mendepak depakkan kakinya ke atas tanah, serunya
dengan penuh kemarahan :
“Kurang ajar. Benar benar kurang ajar. Bila kau masih saja
ngebacot terus tak karuan, aku si pengemis tua akan bersumpah tak
ada habisnya denganmu.”
“Daripada tunggu tunggu sampai lain hari, sekarang juga aku
siap menantikan petunjukmu!” seru Phu thian toa tiau Kay Poan
thian lagi sambil tertawa dingin.

1175
Perselisihan antara ke dua orang ini benar benar sudah mencapai
pada puncaknya, suatu pertarungan sengit nampaknya segera akan
berlangsung disitu. Mendadak dari atas tebing sana berkumandang
suara tertawa ringan dari Hian im li Cun Bwee, suara tertawa yang
penuh dengan ejekan itu kontan saja membuat para jago merasa
amat bersedih hati.
Ketua Bu tong pay, Keng hian totiang segera menyelinap ke
depan dan berdiri di antara pengemis sakti bermata harimau Cu
Goan po dengan Phu thian toa tiau Kay Poan thian, setelah itu
bujuknya ke sana ke mari :
“Harap kalian berdua suka menenangkan pikiran dan dinginkan
perasaan, kita harus bersatu padu dalam keadaan seperti ini, jangan
sampai musuh yang menunggangi kita dalam suasana begini, bila
ada persoalan kita bisa rundingkan persoalan ini secara baik baik.”
“Benar,” kata ketua Siau lim pay Ci long siansu pula, “lolap ingin
mengingatkan kepada saudara sekalian, pihak Ban seng kiong
mempunyai banyak akal busuk dan tipu muslihat, kita jangan sampai
termakan oleh siasat adu dombanya sehingga menyesal kemudian
tak ada gunanya.”
Begitulah, setelah kata nasebat berhamburan dari sana sini,
akhirnya percekcokan tersebut dapat diredakan untuk sesaat.
Kendatipun suasana menjadi tenang kembali, namun secara lamat
lamat terasa munculnya suatu pertentangan pendapat yang makin
lama terjalin semakin meluas.
Setiap kali ada seseorang telah memasuki ruangan batu itu,
perpecahan di antara para jago pun bertambah jelas. Karena
kejadian yang dialami masing masing orang berbeda satu sama
lainnya, hal ini membuat mereka yang mengalami kegagalan segera
berprasangka yang bukan bukan. Diantara sekian jago yang hadir,
mereka yang berhasil memperoleh kembali barangnya antara lain
adalah :
Ketua Bu tong pay Keng hian totiang, Pit tee jiu Wong Tin pak
dari Thian liong pay, Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
ketua Kay pang, Hui hong li Lu Cing lian ketua Ciang hong wan, si

1176
unta sakti Lok It hong serta Hui cun siucay Seng Tiok sian sekalian
berenam.
Sedangkan sisanya mengalami kekalahan total, cuma diantara
mereka yang gagal terdapat juga kawanan jago yang berpikiran
lebib luas dan berhasil mengatasi rasa irinya, sikap dan tindak
tanduk mereka masih tetap jujur dan terbuka.
Diantaranya adalah ketua Siau lim si Ci long siansu, ketua Hoa
san pay Pek ih siusu Cu Wan ho, Hud sim giam lo Bu kay siansu,
Beng siy suthay dari Ci tiok an, ketua Cing shia pay Ting Kong ci, It
khi siu bok Ku Kiam ciau dari Thay pek san dan Tiang cun siusu Li
Goan sekalian beberapa orang.
Sisanya dengan pimpinan oleh Cang ciong sin kiam Sangkoan
Yong secara terang terangan menuduh orang orang yang berhasil
mendapatkan kembali barang mestikanya itu sebagai komplotan
Thian liong pay sedangkan Thian liong pay bersekongkol secara
diam diam dengan pihak Ban seng kiong sehingga karena hal inilah
barang barang mestika mereka berhasil diperoleh kembali.
Oleh karena pandangan tersebut maka dari ke dua puluh
sembilan orang yang hadir segera terbagi menjadi dua kelompok
manusia yang saling bertentangan. Suatu persekutuan yang semula
kokoh seperti baja, sekarang telah dibuyarkan seperti segenggam
pasir.
Apa yang sebenarnya telah terjadi? Tentu saja tak lain tak bukan
orang orang Ban seng kiong lah yang telah melakukan permainan
busuknya di dalam ruangan batu. Dengan lihay, mereka justru
menggunakan titik kelemahan para jago yang banyak menaruh
curiga itu untuk mempermainkan mereka, kemudian mengendalikan
secara diam diam.
Apa yang selanjutnya berkembang, hampir semuanya
berlangsung seperti apa yang direncanakan pihak Ban seng kiong.
Dan kini, saat yang mereka nantikan sudah hampir mencapai
pada puncaknya. Hian im li Cun Bwee yang berdiri di atas tebing
sambil rnenahan rasa gelinya itu akhimya toh tertawa sesaat

1177
kemudian dia baru menghimpun tenaga dalamnya dan
mendongakkan kepalanya sambil berpekik nyaring.
Begitu pekikan panjang berkumandang, hawa sakti yang
terpancar keluar ibaratnya beribu ribu batang jarum yang menusuk
nusuk telinga semua orang, kontan saja membuat para jago
merasakan telinganya amat sakit. Dari sini dapat diketahui kalau
kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki perempuan ini masih jauh
diatas kepandaian yang dimiliki setiap jago di arena.
Dari sekian jago yang hadir, ada berapa diantara mereka yang
hadir dalam pertarungan antara Thi Eng khi melawan Hian im Tee
kun tempo hari, oleh karena itu mereka juga mengetahui akan
kemampuan dari Hian im ji li, itulah sebabnya mereka tidak
memperlihatkan rasa kaget maupun tercengang.
Tapi mereka yang belum pernah menyaksikan kepandaian dari
Hian im ji li, rasa kagetnya benar benar tak terlukiskan dengan kata
kata. Selesai berpekik nyaring, dengan senyum dikulum, kembali
Hian im li berkata dengan suara yang merdu dan lembut :
“Setiap perkataan dari Ban seng kiong dapat dipercaya, bagi para
tayhiap yang telah berhasil mendapatkan kembali benda mestikanya,
sekarang dipersilahkan meninggalkan lembah ini, bila undangan
kami kali ini kurang memadai, harap kalian sudi memaafkan!”
Lagi lagi perempuan iblis itu menyulut sumbu bom waktu yang
setiap saat bisa meledak.
Betul juga, begitu perkataan dari Hian im li Cun Bwee selesai
berkata, Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong telah membentak
dengan penuh kegusaran :
“Ada rejeki dinikmati bersama, ada bencana ditanggulangi
bareng, siapa pun dilarang meninggalkan tempat ini walau hanya
selangkah pun ....”
Begitu selesai berkata, dia segera menyelinap ke depan dan
menghalangi jalan pergi para jago lebih dulu. Menyusul kemudian
bayangan manusia berkelebat lewat, mereka yang merasa iri hati
segera bergerombol menutup jalan lewat menuju ke arah mulut

1178
lembah, bahkan semuanya telah meloloskan senjata sambil bersedia
menghadapi terjangan orang.Padahal beberapa orang jago lihay
yang berhasil mendapatkan kembali benda mestika miliknya itu
sama sekali tidak berhasrat untuk pergi lebih dulu, namun setelah
nenyaksikan sikap Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong sekalian yang
begitu menghina orang dan bertindak semena mena, timbul juga
perasaan gusar didalam hati orang orang itu....
Si Unta sakti Lok It hong paling berangasan, dia tak kuasa
menahan perlakuan semacam itu, saking habis kesabarannya dia
segera meloloskan sepasang senjata kapak kecil berwarna hitam
yang jarang dipakainya itu kemudian sambil berjalan menuju ke
mulut lembah, bentaknya keras keras :
"Lohu ingin tahu siapa yang mampu untuk menghalangiku keluar
dari lembah ini!”
Giok koay popo Li ko ci segera merentangkan tongkat kemalanya
di depan dada, kemudian sambil menghalangi jalan pergi si Unta
sakti Lok It hong, serunya :
“Hei, setan unta, aku si nenek tua paling jemu melihat sikap
seperti ini, rasain pukulan toyaku!”
Dengan jurus Thay san ya teng (bukit Thay san menindih
kepala), dia hantam batok kepala si Unta sakti Lok It hong sekeras
kerasnya ....
Kapak kecil ditangan kiri si Unta sakti Lok It hong segera
menyapu ke arah pinggang lewat dengan jurus Go kong hu kwei (Go
Kong menyerang kui). Sementara tangan kanannya dengan jurus Ki
hwee sau thian (mengangkat obor membakar langit) menyambut
datangnya serangan toya dari si nenek. Tapi disaat ke dua macam
senjata itu hampir membentur satu sama lainnya itulah tubuhnya
merendah secara tiba tiba dan kapaknya ganti membacok ke atas
wajah Giok koay popo dengan jurus Ing hong long gwat
(menyambut angin mengusir rembulan).
Sambil tertawa dingin Giok koay popo berseru :
“Heeehhh.... heeeehhh... heeeehh.... kalau cuma Sam pan hu
dari Thia Kau cim mah belum bisa mengapa apakan aku si nenek... ”

1179
Toyanya membentuk satu lingkaran cahaya putih dengan jurus
Pat hong hong hi (angin hujan di delapan penjuru), lalu secara
beruntun menghantam ke atas sepasang kapak dari si Unta sakti Lok
It hong.
"Traang....!" benturan nyaring yang memekikkan telinga segera
berkumandang memecahkan keheningan, akibatnya ke dua orang itu
sama sama terdesak mundur sejauh lima langkah ke belakang.
Begitu tubuh mereka berdua saling berpisah mendadak bergema
suara pujian kepada Buddha yang amat nyaring : “Omitohud!”
Ci long siansu, ketua Siau lim pay yang berperawakan tinggi
besar itu sudah melayang turun diantara ke dua orang itu sambil
merangkap tangannya di depan dada.
“Lolap berharap sicu berdua segera mengakhiri pertarungan ini,
jangan disebabkan suatu kesalahan paham kecil saja hingga
berakibat kerugian di semua pihak.”
“Tapi sikap maupun tindak tanduk mereka amat menjemukan,
lohu benar benar merasa tak tahan!” kata si Unta sakti Lok It hong
cepat.
Giok koay popo tak mau kalah, sambil tertawa dingin ia berkata :
“Heeehhh.... heeehhh..... heeehhhh..... menjual teman mencari
pahala, aku si nenek paling benci dengan manusia semacam ini...!”
“Siapa yang menjual teman mencari pahala?” teriak Si Unta sakti
Lok It hong dengan gusar, “Hei, kalau berbicara harap yang lebih
jelas lagi.”
“Kalau yang kumaksudkan kau, mau apa kau?” tantang Giok koay
popo sambil mengejek.
Kembali si Unta sakti Lok It hong siap menerjang ke muka, tapi Ci
long siansu dari Siau lim pay segera mencegahnya. Dalam pada itu,
Keng hian totiang dari Bu tong pay telah melompat ke depan dan
menarik pula si Unta sakti Lok It hong agar mundur dari arena.

1180
Ci long siansu, ketua Siau lim pay segera menggelengkan
kepalanya berulang kali, katanya sambil menghela napas :
“Aaaai.... bila kita tak dapat bersatu padu pada hari ini, mungkin
lembah Ou liong kok ini merupakan tempat untuk mengubur jenasah
kita semua!”
“Yang dipentingkan bagi orang persilatan adalah solidaritas dan
persatuan, buat apa kita mesti berkompromi dengan sampah
masyarakat tersebut?” tukas Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong
cepat.
Ci long siansu, ketua Siau lim pay segera berseru pula :
“Bila kalian cekcok sendiri, mka si nelayanlah yang meraih
keuntungannya, dalam situasi seperti ini apakah kalian tak bisa
berpandangan lebih terbuka?”
Tampaknya Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong dibikin terharu
oleh ketua Siau lim pay tersebut, dia berkata kemudian sambil
menghela napas panjang :
“Aaaai, kalau mereka dapat melepaskan ingatan yang serakah
dan kelewat mementingkan diri sendiri, dengan begitu lohu baru
dapat menasehati para jago agar menahan diri.”
Diam diam Ci long siansu berkerut kening, segera pikirnya :
“Ucapan tersebut sudah jelas amat mengejek, orang yang tak
marah pun akan menjadi marah juga dibuatnya, aaai..... lolap
sampai dibikin berabe ....”
Untuk beberapa saat dia menjadi gelagapan dan bingung sendiri,
ia tak tahu bagaimana harus berkata kepada Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong. Walaupun Ci long siansu dibikin serba salah, toh
langkahnya bergeser juga untuk berdiri dekat dengan si Unta sakti
Lok It hong sekalian....
Ketua Bu tong pay, Keng hian totiang dapat menyaksikan
kesulitan yang sedang dihadapi Ci long siansu, dengan suara nyaring
dia lantas berseru :

1181
“Yang penting adalah menoong keadaan, soal dicemooh orang
mah boleh dipikirkan nanti saja.”
“Kebesaran jiwa kalian benar benar suatu keberuntungan bagi
umat persilatan, lolap mewakili segenap umat persilatan
mengucapkan banyak terima kasih kepadamu,” kata Ci long siansu
kemudian dengan wajah lebih cerah.
Jilid 37
Sikap mengalah seperti ini, seharusnya dapat merubah suasana
tegang menjadi suasana yang lebih santai dan damai, tapi entah
maksud tujuan apa yang sedang direncanakan Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong, ternyata dia mulai mengutak atik kembali perkataan
yang baru saja diutarakan ketua Bu tong pay Keng hian totiang
tersebut.
Akhirnya setelah diadakan pembicaraan yang ramai diantara
komplotan mereka, orang orang itu berkesimpulan kalau ucapan
yang diutarakan Keng hian totiang barusan jelas berarti sebaliknya
yakni secara diam mengumpat mereka, sebagai pengacau yang
sengaja mencari gara gara dan tidak tahu pentingnya kerja sama.
Anggapan semacam itu segera ditanggapi sebagai suatu
penghinaan yang mencoreng moreng wajah mereka, oleh sebab itu
mereka bersikeras menuntut kepada Keng hian totiang untuk
mencabut kembali perkataan yang telah diutarakan. Ci long siansu,
ketua dari Siau lim pay ini menjadi repot untuk mendamaikan
kembali ke dua belah pihak, namun sekarang diapun dapat merasa
bahwa Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong sekalian sesungguhnya
lagi mencari gara gara.
Akhirnya dia berkata sesudah termenung sejenak :
"Harap saudara sekalian sudi memberi muka kepadaku, setelah
persoalan ini beres kita semua harus membicarakan kembali pangkal
persoalan yang sesungguhnya!"
Sambil tertawa dingin, Giok koay popo segera menegur :

1182
“Toa ciangbunjin, apa kau sudah tak sabar lagi?"
Nada suaranya amat tidak bersahabat. Begitu mendengar
perkataan dari Giok koay popo tersebut, bergidik hati Ci long siansu,
ketua dari Siau lim pay ini, segera pikirnya dengan cepat :
"Aduuuh celaka, rupanya mereka pun sudah menaruh..."
Belum selesai dia berkata, Phu thian toa tiau Kay Poan thian telah
maju selangkah ke muka sambil berkata :
"Kembali ke pangkal persoalan bukan masalah sepihak saja,
entah apa maksud dari perkataan ciangbujin ini? Tampaknya kau
hendak melimpahkan semua tanggung jawabnya dipihak kami?
Hmmmm, bila siansu memang berpendapat demikian maka
perkataan selanjutnya lebih baik tak usah dilanjutkan!”
Terbukti sekarang kalau mereka pun mempunyai pandangan
negatif terhadap ketua dari Siau lim pay ini.
“Eeeehhh... eeehh.... harap kalian jangan salah paham!" buru
buru Ci long siansu menggelengkan kepalanya berulang kali, “aku
minta kalian jangan salah menanggapi perkataanku, lolap sama
sekali tidak mempunyai maksud lain!"
Soh sim tocu dewi penyebar bunga Leng Cay soat segera tertawa
melengking :
“Hwesio tua, aku percaya kalau kau tidak berpikiran untuk lebih
condong ke satu pihak!”
Berhubung dia sudah cukup lama menjadi pendeta, lagi pula
termasuk salah seorang yang tercantum gambarnya dalam lukisan
Kun eng siang, maka caranya berbicara pun berlagak sok tua.
Walaupun Ci long siansu merasa lagak berbicaranya kelewat besar,
toh ia sempat menghembuskan napas lega juga setelah mendengar
perkataan itu, katanya kemudian :
"Siancu mau tahu tentang keadaan lolap hal ini sungguh
membuat lolap merasa lega hati!”
"Tapi" kembali si Dewi penyebar bunga Leng Cay soat berseru
keras, "percaya tak dapat menggantikan kenyataan, semua orang

1183
telah menitipkan semua pengharapannya atas dirimu, semoga kau
dapat memikirkan kepentingan diri segenap umat pesilatan dan
melenyapkan pertikaian hari ini.”
Untuk sementara waktu, Ci long siansu tidak dapat menduga apa
maksud dan tujuan dari perempuan tersebut berkata demikian, ia
menjadi tertegun kemudian baru ujarnya:
“Lolap hanya berharap kalian semua jangan bentrok sendiri
hanya dikarenakan urusan sepele, tentang soal ini siancu tak usah
kuatir.....”
"Kalaucmemang begitu, aku hendak mengajukan sebuah usul
untuk menyelesaikan pertikaian hari ini, asalkan kau dapat
menundukkan perasaan mereka, aku tanggung kami semua tak akan
menaruh curiga lagi terhadap pihak mereka.”
"Lolap akan berusaha dengan segala kemampuan" kata Ci long
siansu serius. “bila ada persoalan harap siancu utarakan secara
terang terangan saja, daripada waktu yang larut akan menimbulkan
ingatan jahat dari pihak Ban seng Kiong.”
Tiba tiba Hian im li Cun Bwee yang berada diatas tebing ikut
menimbrung sambil tertawa:
“Siansu tak usah kuatir, kalau aku mah tak akan seperti kalian,
apa maksud tujuan kedatangan kalian kemari pun sama sekali tidak
diketahui.”
Ucapannya sangat menyakitkan hati, membuat siapa pun yang
mendengar segera merasakan rendah diri. Soh sim tocu, si Dewi
penyebar bunga Leng Cay soat sama sekali tidak menggubris
terhadap ejekan dari Hian im li Cun Bwee, sambil menebalkan muka
dia berkata :
"Aku rasa untuk menyelesaikan pertikaian ini, satu satunya jalan
adalah serahkan semua benda mustika yang berhasil mereka peroleh
kembali itu agar kusimpankan untuk sementara waktu, dengan
begini bukan saja dapat membuktikan kebersihan dan kejujuran
mereka, lagipula dapat pula melenyapkan kecurigaan kami, Hwesio
tua, bagaimana menurut pendapatmu?”

1184
Ci long siansu, ketua dari Siau lim pay itu harus berkerut kening
setelah mendengar perkataan tadi, mau tertawa ia tak bisa, mau
menangis pun sungkan, dia sama sekali tak menyangka kalau tokoh
persilatan perempuan tersebut bisa bisanya punya muka untuk
berkata demikian, pada hakekatnya hal ini benar benar melupakan
suatu tindakan yang kelewat memojokkan posisi orang dan sama
sekali tak tahu adat. Namun, usul perempuan tersebut dengan cepat
mendapatkan dukungan sepenuhnya dari segenap anggota
komplotan.
Padahal, sebelum perkataan tersebut disampaikan oleh Ci long
kepada rekan rekan lainnya, Keng hian totiang sekalian sudah dapat
mendengar sendiri perkataan tersebut dengan amat jelasnya, tentu
saja mereka menjadi naik darah.
Pit tee jiu Wong Tin pak menggelengkan kepalanya berulang kali
sambil menghela napas, tiba tiba dia menarik Ngo Liu sianseng Lim
Biau lim ke samping, kemudian diajaknya berunding :
“Lim sute, menurut pendapatmu bagaimana kalau kita serahkan
saja lukisan Kun eng siang tersebut?"
Penyerahan ini jelas merupakan suatu tindakan pengorbanan diri,
dia berharap dengan diserahkannya lukisan Kun eng siang tersebut,
maka pertikaian ditubuh mereka sendiri dapat segera teratasi.
Akan tetapi, berhubung tindakannya ini menyangkut pamor serta
nama baik Thian liong pay di masa mendatang, maka dia tak berani
mengambil keputusan sendiri. Ngo liu sianseng Lim Biau lim segera
tersenyum, katanya dengan cepat :
"Suheng, silahkan saja kau yang mengambil keputusan, siaute
akan mendukung setiap keputusanmu."
Airmata segera jatuh berlinang membasahi wajah Pit tee jiu
Wong Tin pak saking terharunya, dia segera mengenggam sepasang
tangan Ngo liu siauseng Lim Biau lim setelah itu serunya dengan
suara gemetar :
"Terima kasih banyak atas dukungan dari sute, semoga saja
tindakan yang ih heng lakukan sekarang sama sekali tidak keliru!”

1185
"Apa yang pernah dilakukan ciangbunjin dulu, demi keselamatan
umat persilatan pada umumnya kita boleh melakukan sekali lagi, toh
tindakan seperti ini bukan suatu aib bagi perguruan," hibur Ngo liu
sianseng Lim Biau lim sambil membakar semangat rekannya, "jikalau
pertikaian pada hari ini benar benar bisa dipunahkan dengan
tindakan kita ini siapa bilang kalau kita telah melakukan perbuatan
yang salah...?”
Pit tee jiu Wong Tin pak segera merasakan semangatnya
berkobar kembali, sambil tertawa nyaring dia berjalan menuju
kedepan Ci long siansu yang sedang mengalami kesulitan tersebut,
dengan langkah lebar kemudian sambil menyerahkan lukisan Kun
eng siang tersebut kepada sang pendeta, katanya :
"Aku bersedia menyerahkan lukisan Kun eng siang ini untuk
menunjukkan kebersihan hati kami, harap siansu menerimanya dan
diserahkan kepada tayhiap tersebut untuk menyimpannya sementara
waktu."
Tindakan tersebut bukan saja sama sekali di luar duga Soh sim
tocu Dewi penyebar bunga Leng Cay soat, seluruh jago yang hadir di
situ pun turut berubah wajahnya, semacam perasaan yang tak
terlukiskan dengan kata kata segera muncul didalam hati kecil
mereka. Tindakan yang sama sekali tidak memperdulikan nama dan
kedudukan, bersedia mengorbankan diri demi kepentingan orang
lain ini ternyata telah dilakukan oleh Pit tee Jiu Wong Tin pak,
seorang murid Thian liong pay, hal mana segera menimbulkan reaksi
yang luar biasa bagi kawanan jago lainnya.
Seketika itu juga banyak yang dibikin terharu oleh peristiwa
tersebut, mereka mulai memeriksa diri sendiri apakah tindakan yang
telah dilakukannya barusan betul atau salah. Sementara itu, Ci long
siansu dari Siau lim pay telah menggoyangkan tangannya berulang
kali seraya serunya :
“Wong tayhiap, lebih baik kita rundingkan kembali persoalan ini
secara baik baik lolap...lolap….”
Berbicara sesungguhnya sudah sejak lama Soh sim tocu si Dewi
penyebar bunga Leng Cay soat menaruh minat untuk mengangkangi
lukisan Kun eng siang tersebut, sudah barang tentu dia tak akan

1186
melepaskan kesempatan tersebut dengan begitu saja. Sambil
mengulumkan senyuman palsunya dia segera berkata :
“Siapa yang bias menyesuaikan diri dengan keadaan dialah
seorang pendekar sejati, kita tak boleh menyia nyiakan pengorbanan
dari Wong tayhiap ini, baiklah, untuk sementara waktu biar aku saja
yang menyimpan lukisan ini untukmu!”
Seraya berkata dia lantas mengulurkan tangannya siap menerima
lukisan Kun eng siang tersebut dari tangan Pit tee jiu Wong Tin pak.
Mendadak..., pada saat itulah terdengar seseorang membentak
keras :
“Tunggu sebentar!”
Dari kumpulan para jago muncul Hong ceng gi siu (kakek aneh
penggetar angin) Siang Thong dari bukit Mong san, kemudian sambil
tertawa terbahak bahak katanya :
“Haaahhh…. haaahhhhh…. haaahhhh…. Wong tayhiap,
berdasarkan kesetiaan kawanmu ini, memangnya kau anggap kami
benar benar menghendaki lukisan Kun eng siang milikmu ini? Aaaah,
jangan suruh orang persilatan menertawakan kami saja! Harap kau
simpan kembali lukisan Kun eng siang tersebut!”
Kemudian setelah berhenti sejenak, dengan wajah serius dia
berkata lebih jauh :
“Mari kita bersama sama menghilangkan prasangka yang bukan
bukan terhadap mereka, entah bagaimanakah menurut pendapat
kalian semua...?”
Sebenarnya lukisan Kun eng siang tersebut sudah hampir
berpindah ke tangan si Dewi penyebar bunga Leng Cay soat, tapi
setelah diganggu oleh Si Kakek aneh penggetar angin Siang Thong
dari bukit Mong San ini, usahanya kontan saja mengalami kegagalan
total, serunya kemudian dengan mendongkol :
“Siang tayhiap, kau... ”
Belum habis dia berkata, sudah kedengaran banyak jago yang
menyetujui serta mendukung usul dari kakek aneh penggetar angin
Siang Thong tersebut, suasana menjadi hiruk pikuk sekali :

1187
“Pendapat Siang tayhiap tepat sekali, bila keributan ini harus
dibiarkan berlangsung terus, pastilah kita akan kehilangan sifat
persatuan diantara kita semua.”
"Yaa, betul! kita harus bersatu padu kembali, dengan demikian
kita semua masih bisa mempertahankan diri!”
“Asal kita bisa bersatu padu kembali musibah hari ini baru dapat
kita tanggulangi bersama.”
“Yaa, pihak Ban seng kiong sudah jelas mempunyai maksud jelek,
kita semua harus menyadari akan kebusukan serta kelicikan
mereka.”
Begitulah, ucapan demi ucapan segera bermunculan kembali,
liang sim dan kebenaran seolah olah bangkit kembali dalam hati kecil
mereka. Dewi penyebar bunga Leng Cay soat tahu kalau pendapat
umum tak boleh dilawan maka ucapannya yang baru sampai
setengah jalan itu buru buru dirubah :
“Siang tayhiap, kau….. kau memang pandai menebak suara
hatiku, aku pun hanya bermaksud untuk mencoba ketulusan hati
Wong tayhiap saja!”
Menyusul kemudian ia perdengarkan suara tertawa terbahak
bahak yang terlampau dipaksakan. Kelompok manusia yang semula
terpecah belah, kini pun telah bersatu kembali. Namun secara diam
diam terdapat tiga orang yang kabur keluar lembah tanpa
mengeluarkan sedikit suara pun jua. Ci long siansu yang
menyaksikan kejadian mana segera menghela napas panjang,
gumamnya :
“Aaaaai, Sangkoan tayhiap benar benar berpikiran picik!”
Belum habis dia berkata, mendadak dari arah mulut lembah situ
berkumandang suara ledakan yang amat memekikkan telinga…..
“Blammmmmm!” asap hitam yang amat tebal membubung
tingggi ke angkasa, menyusul kemudian tampak tiga sosok
bayangan manusia melompat mundur kembali dari balik asap tebal
dalam keadaan yang amat mengenaskan. Tampak pakaian mereka

1188
compang camping, wajahnya penuh debu sudah jelas baru saja
menderita kerugian besar.
Dibelakang Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong mengikuti Phu
thian toa tiau Kay Poan thian serta Im tiong hok Teng siang. Dari
kejauhan sana, Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong telah meraung
dengan penuh kegusaran :
“Ban seng kiong, kalian benar benar berhati keji dan licik,
mengapa kalian menyumbat mati mulut lembah tersebut?”
Hian im li Cun Bwee yang berada diatas tebing segera tertawa
cekikikan berulang kali, jengeknya kemudian :
“Aku lihat kalian sudah cukup lelah bercecok, sekarang silahkan
untuk beristirahat dulu.”
Kemudian sambil menuding ke arah berbagai macam benda
mestika diatas dinding bukit itu, kembali dia berkata :
“Perkataan dari orang orang Ban seng kiong bisa dipercaya,
syaratnya juga tidak berubah, silahkan kalian mencoba kemampuan
sendiri! Cuma sayangnya siau moay sudah tidak punya waktu untuk
menemani kalian lagi.”
Perempuan itu sama sekali tidak bergeser dari posisinya semula,
tampak tebing yang menonjol keluar tersebut pelan pelan bergerak
meluncur masuk kebalik dinding bukit. Sambil tertawa nyaring, Giok
koay popo Li Ko ci segera membentak keras :
“Budak setan, setelah mengadu domba kami, apakah kau hendak
kabur dengan begitu saja?”
Toya kemalanya membentuk gerakan lingkaran besar diatas
kepalanya, lalu dengan menggunakan kekuatan dari perputaran
tersebut tubuhnya langsung menerjang naik ke atas dinding tebing
tersebut. Sambil tertawa dingin, Hian im li Cun Bwee tersebut :
“Walaupun kalian terhitung jago jago yang memimpin suatu
perguruan atau daerah tertentu, namun berbicara soal tenaga
dalam, belum tentu kalian sanggup untuk mengungguli nonamu.”
Telapak tangannya segera diayunkan ke depan dan melepaskan
sebuah pukulan dahsyat ke arah si nenek. Dengan cepat Giok koay

1189
popo menghentikan gerakan tubuhnya sambil berjumpalitan
meluncur ke bawah katanya kemudian sambil menghela napas
panjang :
“Aaaaaaai, tenaga dalam yang dimiliki budak setan itu benar
benar amat sempurna, aku tak mampu untuk menembusinya.”
Orang lain bertenaga dalam sempurna, mendapat keuntungan
lagi dari keadaan medan, sekalipun yang hadir disana rata rata
berilmu tinggi, namun siapa saja jangan harap bisa menerjang ke
atas. Di dalam waktu singkat inilah, tampak Hian im li Cun Bwee
sudah menyelinap masuk ke dalam gua tersebut, sementara tonjolan
batu karang tadi persis menutupi mulut gua tersebut.
Dari jauh memandang, diatas dinding bukit tinggal tergantung
berbagai macam benda mestika dari pelbagai perguruan yang belum
mampu diperoleh kembali, karena tiada tempat untuk berpijak, maka
orang harus mampu mendaki setinggi tiga puluhan kaki bila ingin
mendapatkan kembali semua benda mestika tersebut. Dinding
tebing setinggi tiga puluhan kaki boleh dibilang merupakan suatu
ketinggian yang tak mungkin bisa dicapai oleh jago silat dari mana
pun meski memiliki kepandaian yang melebihi batas batas
kemampuan, sebab siapa pun jangan harap bisa mencapai
ketinggian seperti ini dengan kekuatannya.
Soal mendapatkan kembali mestika tersebut bisa diselesaikan
belakangan, tapi kalau dilihat dari keadaan situasi yang terbentang
didepan mata sekarang, untuk keluar dari lembah ini pun sudah
bukan merupakan masalah yang gampang. Mendekati tengah hari,
cahaya matahari telah mencorong ditengah angkasa dan
memancarkan sinarnya yang amat terik, rasa haus mulai menghantui
semua jago, menyusul kemudian perut terasa lapar sekali......
Di dalam keadaan begini, semua orang hanya bisa saling
berpandangan satu sama lainnya. Kau memandang ke arahku, dan
aku pun memandang ke arahmu, mereka semua mulai nampak
gelisah, murung dan sedih. Bila keadaan begini harus dialami sampai
berapa hari, apa pula yang akan terjadi?

1190
Waktu itu jangankan tenaga untuk melakukan perlawanan, untuk
bangkit berdiri saja mungkin akan sulit. Bila hal ini sampai terjadi
bukankah pihak Ban seng kiong akan membekuk mereka semua
dengan mudah?
Hasil terbesar yang diperoleh Thi Eng khi dari dalam gua Yang
sim tong milik Thio Biau liong dibawah puncak Sam yang hong
bukanlah segenap kepandaian silat dari Thio Biau liong melainkan
keteguhan imam serta batinnya. Sehingga hal ini membuat
penampilannya nampak lebih halus, lebih saleh dan sederhana.
Tenaga dalam yang dimiliki Ciu Tin tin pun tak akan memperoleh
kemajuan lagi dalam waktu singkat, kemampuan yang berhasil
dicapainya sekarang, bagi pandangan jago silat pada umumnya
sudah mencapai tingkatan yang luar biasa, apabila dilanjutkan maka
taraf kemampuannya akan mencapai suatu tingkatan yang tak
berwujud.
Bu im sin hong Kian Kim siang telah pergi dan tak kembali lagi,
sehingga sampai dimanakah kekacauan yang diperbuat pihak Ban
seng kiong boleh dibilang sama sekali tak jelas. Thi Eng khi sangat
memikirkan keselamatan dunia persilatan ketika dilihatnya
keberhasilan yang dicapai setiap orang dalam gua Yang sim tong
telah peroleh kemajuan pesat, dia pun tidak berhasil untuk berdiam
lebih jauh disitu.
Suatu dorongan dengan semangat berkobar mendesaknya untuk
muncul kembali di dalam dunia persilatan, melenyapkan bencana
dalam dunia dan membangun kembali nama baik Thian liong pay.
Ciu Tin tin sangat menguatirkan keadaan Thi Eng khi yang
dianggapnya masih belum berhasil memulihkan tenaga dalamnya,
dia sangat tidak menyetujui usal dari si anak muda tersebut. Namun
dia tak dapat melawan Thi Eng khi yang menggunakan semua kitab
obat obatan dan kitab ilmu pertabiban dari Thio Biau liong sebagai
bukti yang menunjukkan kalau kehadirannya terus di gua Yang sim
tong tak akan memperoleh kemungkinan untuk mendapatkan tenaga
dalamnya kembali.

1191
Dia pun menganjurkan kepada gadis itu untuk lebih baik bekerja
sama saja membuat suatu pekerjaan besar bagi umat persilatan.
Dalam keadaan demikian, terpaksa Ciu Tin tin harus mengabulkan
permintan dari Thi Eng khi, maka berempat berangkatlah
meninggalkan gua Yang sim tong untuk terjun kembali ke dunia
persilatan.
Selama ini, Thi Eng khi masih tetap menunjukkan sikapnya seolah
olah dia masih kehilangan tenaga dalamnya dan segala sesuatunya
membutuhkan perlindungan dari Ciu Tin tin serta kakak beradu Bu.
Tapi penampilannya dipihak lain justru sangat luar biasa, hal ini
membuat kakak beradik Bu tak berani mengurangi rasa hormatnya
kepada pemuda tersebut karena ia kehilangan tenaga dalamnya.
Sepanjang jalan, mereka memakai kereta untuk menggantikan
perjalanan dengan berjalan kaki. Berapa hari kemudian,mereka telah
muncul kembali diwilayah Kang siok...
Saat itu, kendatipun merupakan saatnya orang orang Ban seng
kiong menyebar ke dalam dunia persilatan untuk mencari jejak Thi
Eng khi, namun mereka justru berhasil meloloskan diri dari
pengintaian mata mata Ban seng kiong. Tentu saja kesemuanya ini
berkat pengalaman yang matang dari kakak beradik Bu yang pandai
melihat situasi serta tindakan Thi Eng khi sendiri yang telah merubah
dandanannya.
Tapi keadaan yang sesungguhnya adalah pihak Ban seng kiong
hanya menggunakan usahanya untuk menemukan jejak Thi Eng khi
sebagai tipu muslihat guna menutupi rencana busuknya dimana
segenap kekuatan utamanya telah dialihkan ke bukit Cian san guna
menjebak para jago lihay dan pelbagai perguruan.
Dalam keadaan seperti itulah, Thi Eng khi sekalian berhasil lolos
memasuki daerah Kang siok tanpa diketahui siapa pun. Sepanjang
jalan mereka tidak menjumpai hadangan hadangan dari orang orang
Ban seng kiong, bagi Thi Eng khi pribadi hal ini justru sebaliknya
membuatnya kecewa bercampur terkejut. Dengan perasaannya yang
tajam, secara lamat lamat dia dapat merasakan kalau pihak Ban
seng kiong sedang melaksanakan suatu rencana busuk yang amat

1192
besar. Maka dengan mempercepat perjalanan, mereka segera
kembali ke gedung Bu lim tit it keh di kota Hway im.
Yap Siu ling yang menyaksikan putranya pulang dengan selamat,
kendatipun tenaga dalamnya belum pulih kembali, segera
menyambut mereka dengan kegembiraan yang meluap, paling tidak
baginya putra tunggalnya ini bisa pulang dengan selamat. Di saat
Thi Eng khi mendapat tahu tentang kabar berita mengenai Pek leng
siancu So Bwe leng, dia segera mengajak Ciu Tin tin sekalian untuk
melanjutkan perjalanan lagi menyusul ke arah kota Tin kang.
Jalanan yang mereka tempuh menuju ke kota, sangat kebetulan
tidak melalui arah perjalanan yang dijaga oleh Pek leng siancu So
Bwe leng, karenanya mereka tidak bersua muka.
Di kota tersebut, mereka memilih sebuah rumah penginapan
yang sepi dan terpencil untuk tinggal disitu. Thi Eng khi tetap tinggal
di rumah penginapan, sementara Ciu Tin tin dan dua bersaudara Bu
bertugas melakukan pencarian terhadap jejak Pek leng siancu So
Bwe leng.
Bu Nay nay maupun Bu im belum pernah bersua muka dengan
Pek leng siancu So Bwe leng, mereka mencari orang hanya
berdasarkan gambaran dari Thi Eng khi, bisa dibayangkan betapa
sulitnya pencarian tersebut dilakukan. Hal ini mengakibatkan mereka
sekalipun sudah bertatapan muka dengan Pek leng siancu So Bwe
leng, namun kedua orang itu tak dapat mengenalinya.
Ciu Tin tin sudah pernah bertemu sekali dengan Pek leng siancu
so Bwe leng, tapi pertemuan tersebut terjadi tidak saling bertatapan
muka, waktu itu Pek leng siancu So Bwe leng masih sebagai kiongcu
dari istana Ban seng kiong dan sedang diperalat oleh Huan im sin
ang untuk memaksa Tiang Pek lojin bergabung dengannya. Setelah
berpisah sekian lama, dia pun tak tahu berapa tinggikah gadis
tersebut kini? Apakah paras mukanya mengalami perubahan?
Dalam pikiran Ciu Tin tin, dia sendiripun tidak begitu yakin
apakah dalam sekilas pandangan saja ia sudah dapat mengenali
dirinya. Di saat Ciu Tin tin sedang berjalan seorang diri ditengah
jalan, dengan paras mukanya yang cantik serta sikapnya yang

1193
anggun, siapa pun tak akan menduga kalau gadis tersebut
sesungguhnya adalah seorang Kwan im penolong umat persilatan
yang memiliki kepandaian silat sangat tinggi.
Namun disaat dia melakukan perjalanan bersama dua bersaudara
Bu, berhubung paras muka kakak beradik she Bu itu mengerikan,
terutama sekali sorot mata mereka yang tajam dan menganggap
gadis itu bagaikan tuan putri, pandangan orang lain terhadapnya
segera turut berubah pula.
Kini, mereka bertiga telah memasuki sebuah rumah makan yang
terletak ditempat paling ramai dari lalu lintas kota. Tamu yang
berada disitu kebanyakan adalah manusia manusia kasar, sudah
barang tentu kehadiran seorang gadis cantik macam bidadari dari
kahyangan ini segera menimbulkan suasana gempar disitu. Tatkala
ia naik ke atas loteng, mula mula berkumandang suara jeritan kaget,
lalu semua orang seolah olah dibikin tertegun. Rakyat rakyat biasa
yang hadir disana segera dibikin kegelagapan dan tak tenang oleh
keanggunan gadis tersebut, mereka merasa rendah diri hingga
akhirnya satu per satu ngeloyor pergi dari situ. Yang masih tertinggal
sekarang hanyalah manusia manusia dari dunia persilatan.
Tak bisa dikatakan kalau orang orang itu mempunyai sesuatu
ambisi terhadap Ciu Tin tin, kehadiran mereka di sana tak lebih
hanyalah ingin menarik perhatian gadis itu saja..
Maka orang orang itu pun berusaha menampilkan segala tingkah
laku yang menurut anggapan mereka bisa menarik perhatian orang.
Disamping itu terdapat pula tiga orang dengan enam matanya
melalui tiga arah yang berbeda mengawasi Ciu Tin tin sekalian tanpa
berkedip....
Ciu Tin tin yang bermata jeli segera dapat menangkap keadaan
tersebut, dengan ilmu menyampaikan suara dia lantas berbisik
kepada dua bersaudara Bu :
“Apakah kalian berdua memperhatikan ke tiga pasang mata yang
mencurigakan itu?”
Bu Nay nay melototkan matanya bulat bulat lalu berseru :

1194
“Aku hendak mengorek sepasang mata mereka!”
Sumpit yang berada ditangannya segera digetarkan keras keras,
sayur yang kebetulan lagi disumpit olehnya itu segera patah menjadi
tiga bagian dan meluncur ke tiga arah yang berlainan. Oleh karena
perkataannya tadi diutarakan dengan suara keras hal mana segera
meningkatkan kewaspadaan ke tiga orang tersebut, namun mereka
bertiga sama sekali tak menyangka kalau Bu Nay nay bisa
memotong sayur tersebut menjadi tiga bagian lalu digetarkan ke tiga
arah yang berlainan.
Menanti mereka merasakan datangnya cahaya tajam didepan
mata, untuk menghindari sudah tak sempat lagi. “Ploook!” tak
ampun batok kepala mereka terhajar telak. Kekuatan yang
disertakan dalam serangan itu sesungguhnya tidak besar lagipula tak
sampai melukai mereka, namun suara yang nyaring cukup
menggetarkan pendengaran semua tamu yang berada dalam
ruangan rumah makan itu.
Berpuluh pasang mata serentak dialihkan ke arah ketiga orang
itu, buat mereka jadi malunya setengah mati. Merasa kehilangan
muka dengan geramnya ketiga orang itu berpekik nyaring kemudian
dari tiga arah yang berlawanan mereka berjalan menghampiri meja
yang ditempati Ciu Tin tin itu.
Dengan wajah berubah dua bersaudara Bu mengebutkan ujung
bajunya siap melukai orang. Buru buru Ciu Tin tin mencegah
perbuatan mereka dengan ilmu menyampaikan suara :
“Hanya badut badut kecil, buat apa mesti digubris?”
Mendengar itu, Bu Im berdua segera mengurungkan niatnya dan
membiarkan ketiga orang itu muncul di depan meja mereka. Usia
ketiga orang itu tidak terlalu besar, kurang lebih berumur dua puluh
tahunan, berbaju perlente dan tampaknya merupakan satu
rombongan, tapi entah mengapa mereka jadi duduk saling berpencar
tempat….
Kini mereka bertiga berdiri berjajar kalau dilihat dari langkah
mereka yang sigap, jelas kalau orang orang itu merupakan jagoan

1195
lihay dari kaum muda, hanya sayang sekali bila dibandingkan
dengan Ciu Tin tin, mereka masih selisih jauh sekali. Walaupun
sudah dipecundangi orang, ketiga pemuda tersebut belum nampak
puas hal ini memperlihatkan kalau mereka kurang berpengalaman
atau sesuatu yang mereka andalkan sehingga nyalinya menjadi lebih
besar.
Yang lebih aneh lagi adalah meski serangan tersebut dilakukan
Bu Nay nay, namun mereka justru melotot Ke arah Bu Im sambil
menegur :
“Go Jit! Tengah malam nanti, kuil Thian che bio diluar kota
menantikan laporanmu!”
Bu Im tertegun. Bu Nay nay juga terperana, segera tegurnya :
“Siapa yang bernama Go Jit?”
Tiga orang pemuda tersebut hanya tertawa dingin, tanpa
menjawab lagi mereka segera membalikkan badan dan
mengundurkan diri dari tempat tersebut. Dengan gusar Bu Nay nay
segera membentak :
“Bila kalian tak menjelaskan perkataan tadi, jangan harap bisa
pergi dari sini!”
Dia lantas menyentilkan jari tangannya dan menotok jalan darah
ke tiga orang pemuda tersebut. Tapi dengan cepat Ciu Tin tin
mengebaskan tangannya untuk memunahkan totokan tersebut,
kemudian serunya :
“Nay nay biarkan mereka pergi, kita hadir saja di situ seperti
yang dijanjikan, bukankah hal ini jauh lebih baik daripada menahan
mereka sekarang?”
Dengan perasaan bingung, Bu Nay nay menggelengkan
kepalanya berulang kali :
"Aneh, benar benar sangat aneh, mengapa mereka dapat
menganggap adik Bu sebagai Go Jit?"
Dengan kening berkerut Ciu Tin tin berpikir sejenak, kemudian
sahutnya :

1196
“Sam ku sinni, nona So dan Go Jit melakukan perjalanan
bersama, sedangkan kita pun kebetulan bertiga juga, kemungkinan
besar mereka telah salah melihat orang.”
“Yaa, bagaimana juga dia toh tidak seharusnya menganggap
diriku sebagai Sam ku sinni!” kata Bu Nay nay sambil tertawa.
“Cici, pengalaman mereka terlalu cetek,” sela Bu Im sambil
tertawa pula, “mungkin kau dianggapnya sebagai pendeta yang
memelihara rambut, bukankah keadaan tersebut bukan suatu yang
aneh di dalam dunia persilatan?”
“Yaa, tampaknya kita memang harus berpendapat demikian
saja,” Ciu Tin tin segera berguman lagi :
“Kepandaian silat yang dimiliki Sam ku sinni dan nona So cukup
tangguh, tapi mereka begitu berani melakukan tantangan, rupanya
mereka telah melakukan persiapan. Malam nanti kita tak boleh
bertindak kelewat gegabah, apalagi menganggap enteng mereka.”
Dia lantas menyuruh Bu Nay nay dan Bu lm untuk kembali dulu
ke rumah penginapan dan menyampaikan hal tersebut kepada Thi
Eng khi. Tentu saja Thi Eng khi setuju kalau mereka pergi memenuhi
janji tersebut.
Ciu Tin tin kuatir Thi Eng khi menjumpai hal hal yang tak
diinginkan didalam rumah penginapan, maka dia lantas meminta
kepada Bu Nay nay untuk menjaga anak muda tersebut, sementara
dia sendiri bersama Bu Im berangkat ke kuil Thian che bio sebelum
kentongan ke tiga...
Bila Ciu Tin tin dibandingkan dengan Pek leng siancu So Bwe
leng, maka cara kerja gadis ini lebih teliti dan penuh perhitungan
yang matang. Sebelum memenuhi janji, dia melakukan pemeriksaan
lebih dulu disekitar kuil Thian che bio, hal ini membuktikan akan
ketelitiannya.
Kuil Thian che bio merupakan sebuah kuil bobrok yang sudah
banyak tahun terbengkalai tiada orang yang berziarah ke sana lagi,
itulah sebabnya sekeliling kuil tersebut penuh dengan tumbuhan

1197
ilalang setinggi manusia. Biasa tumbuhan ilalang liar yang lebat
merupakan tempa t penyergapan yang paling baik, berhubung Ciu
Tin tin berniat melakukan penyelidikan, maka dia mengajak Bu lm
untuk merundingkan persoalan tersebut lebih dulu. Akhirnya
ditetapkan gadis itu akan menyusul masuk lebih dulu, sedang Bu Im
memasuki kuil tersebut melalui jalan raya pada tengah malam nanti.
Ciu Tin tin segera menggunakan ilmu gerakan tubah Ku kong
keng im ajaran Thi Eng khi untuk berkelebat meninggalkan tempat
tersebut, dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimilikinya,
apalagi ditengah kegelapan malam pada hakekatnya tiada orang
yang sampai melihat jelas gerakan tubuhnya itu. Paling bantar orang
hanya akan merasakan ada sepulung angin lembut yang berhembus
lewat saja.
Dengan kemampuan seperti ini, sekali pun dia berkelebat melalui
atas kepala penjaga, belum tentu mereka akan menyadari akan hal
tersebut. Bu Im sendiripun baru pertama kali ini menyaksikan dia
bergerak dengan sepenuh tenaga, dengan kemampuan yang dimiliki
Bu Im saja dia hanya merasakan angin berhembus lewat dan tahu
tahu kehilangan jejaknya, apa lagi orang lain, tentu saja tak usah
dikatakan lagi.
Dengan tanpa membuang tenga yang kelewat banyak Ciu Tin tin
telah berhasil menyelundup masuk ke dalam kuil Thian che bio.
Ruang tengah kuil tersebut sudah disapu amat bersih, empat
penjuru dipasang obor yang membuat suasana dalam ruangan
menjadi terang benderang. Dibelakang sebuah meja altar terdapat
tiga buah kursi utama, sementara di sisi kiri dan kanan masing
masing terdapat pula empat buah kursi utama.
Waktu itu, di dalam ruangan hanya terdapat delapan orang
pemuda, tiga pemuda yang pernah berjumpa dengan Ciu Tin tin di
rumah makan pun hadir pula disana, hanya saja tindak tanduk
mereka sangat tidak leluasa.
Agaknya kedelapan orang itu mempunyai hubungan yang baik
sekali. Terdengar seorang pemuda berusia dua puluh empat lima

1198
tahunan yang paling tua diantara sekian pemuda, sedang menghibur
mereka dengan kata lembut.
“Lak te, jit te, sekalipun kalian salah mengundang orang, itu pun
bukan suatu yang luar biasa, dengan kedudukan kita berdelapan
didepan Tee kun, memangnya Kian tongcu bisa mengatakan kita
semua? Apalagi kita toh sama sekali tidak melepaskan sasaran yang
sesungguhnya, membunuh tiga orang lebih banyak pun bukan
sesuatu yang luar biasa!"
Dengan perasaan sungkan dan rikuh, tiga orang pemuda itu
berkata :
"Toako jangan berkata begitu, bila kita benar benar didamprat
oleh Kian tongcu, kita bersaudara akan kehilangan muka, yang
paling menguatirkan siaute adalah Tee kun belum pernah mengutus
kita melakukan pekerjaan, bila baru pertama kali di tugaskan sudah
melakukan kesalahan, bukankah hal ini akan mengecewakan Tee
kun?"
Sang toako menghela napas panjang.
Pengalaman sesungguhnya tak bisa disamakan dengan
kepandaian silat, aku pikir Tee kun tak akan menganggap entah kita
semua asalkan penampilan kita semua baik dan hari ini membuat
pahala, aku pikir tiada persoalan lagi untuk kita semua."
Ketiga orang pemuda tersebut tak dapat berkata apa apa lagi,
terpaksa mereka hanya mengucapkan terima kasih kepada toako
mereka sambil membangkitkan kembali semangatnya.
Pada saat itulah dari luar ruangan berkumandang suara langkah
kaki manusia yang ramai. Menyusul kemudian dari balik pintu
berjalan masuk serombongan manusia…
Orang yang berjalan dipaling depan amat menyolok sekali, dia
adalah Bu im sin hong Kian Kim siang. Sedangkan dua orang yang
berada di belakangnya merupakan kakek kakek yang berusia hampir
setaraf dengan Kiam Kim siang. Di paling belakang mengikuti pula
delapan orang kakek yang paling muda berusia lima puluh tahunan.

1199
Bu im sin hong Kian Kim siang duduk dikursi utama disebelah
tengah, dua orang dibelakangnya duduk di kiri dan kanannya.
Sedangkan delapan orang kakek lainnya duduk dikursi yang berderet
di kedua belah sisi ruangan. Sementara delapan orang pemuda
tersebut berdiri berderet dibelakang Bu im sin hong Kian Kim siang.
Ciu Tin tin mengetahui kalau Bu im sin hong Kian Kim siang
terdiri dari yang tulen dan gadungan, namun ia tak mampu untuk
membedakan mana yang benar dan mana yang gadungan. Untuk
sesaat hatinya terasa kalut, dia kuatir menganggap yang asli sebagai
palsu, bila urusan sampai menjadi runyam, bisa dia akan
ditertawakan oleh adik Eng. Sementara ia masih termenung
memikirkan persoalan tersebut, mendadak terdengar Bu im sin hong
Kian Kim siang berseru:
"Hadapkan Siau Cu!"
"Hadapkan Siau Cu!" dari luar ruangan terdengar seseorang
berseru nyaring.
Suasananya waktu itu seperti dalam suasana pengadilan, namun
tidak seserius pengadilan sesungguhnya. Dari luar pintu nampak
seorang gadis berjalan masuk, wajahnya sayu dan sepasang
tangannya terkulai lemas ke bawah, sudah jelas jalan darahnya
tertotok sehingga tak mampu bergerak.
Setelah berada di dalam ruangan, tubuh si gadis tersebut
gemetar semakin keras lagi, jelas kalau dia sedang merasa
ketakutan setengah mati. Bagaimana pun juga, dia masih
melanjutkan langkahnya menuju ke depan meja altar. Bu im sin
hong Kian Kim siang manggut manggut, maka kakek berusia lima
puluh tahunan yang duduk dikursi utama paling ujung kiri bangkit
berdiri dan menepuk punggungnya Siu Cu untuk membebaskan jalan
darah yang tertotok.
Saat itulah Siu Cu baru berkata dengan nada memohon :
"Harap Tongcu sudi menghadiahkan kepuasan bagi hamba!"
Bu im sin hong Kian Kim siang tertawa dingin dengan suara yang
menyeramkan, mungkin karena terkena getaran suara tertawanya

1200
yang keras, cahaya lilin dalam ruangan itu sampai bergetar dan
seolah olah hendak padam. Setelah tertawa setengah harian
lamanya disaat suasana dalam ruangan hampir menjadi gelap gulita,
mendadak suara tertawa itu terhenti ditengah jalan bahkan sedikit
suarapun tidak tertinggal lagi.
Demonstrasi ini menunjukkan betapa sempurnanya tenaga dalam
yang dimilikinya, tapi justru meninggalkan kesan sesat dan
memuakkan bagi Ciu Tin tin. Setengah harian sudah Bu im sin hong
Kian Kim siang berhenti tertawa, namun suasana dalam ruangan
tersebut masih tetap sunyi senyap tak kedengaran sedikit suara pun
tak tampak ada orang yang berani berbicara dan Kian Kim siang
sendiri pun tetap membungkam.
Lama kelamaan semua orang mengira telah kedatangan tamu tak
diundang, maka serentak mereka berpaling ke arah pintu gerbang
namun hasilnya tidak ditemukan sesuatu apapun. Ditengah
keheningan yang mencekam seluruh ruangan inilah, Bu im sin hong
Kian Kim siang kembali tertawa, ujarnya:
"Baik! Baik! Asal kau bersedia menjawab beberapa buah
pertanyaanku secara jujur, maka lohu tak akan memberi siksaan
hidup kepadamu, bahkan akan memberikan kepuasan bagimu!"
Siu Cu adalah anggota lama dari istana Ban seng kiong, tentu
saja dia pun tahu akan hebatnya siksaan hidup, tanpa ragu segera
jawabnya :
"Tongcu kalau ingin bertanya, hamba pasti akan menjawab!"
"Akan kau jawab semuanya?" sambung Bu im sin hong Kian Kim
siang cepat.
"Benar!"
Dengan wajah berubah amat keren, Bu im sin hong Kiam Kim
siang bertanya :
"Bagaimanakah hasil pertarunganmu dengan Pek leng siancu So
Bwe leng didalam hutan?"
"Hamba menderita kekalahan!"

1201
"Mengapa budak tersebut bersedia melepaskan kau dengan
begitu saja....?" tanya Bu im sin hong Kian Kim siang lagi.
"Hamba pernah menjadi budaknya Pek leng siancu....!"
"Hmmmm, panggil budak itu!" dengus Bu im sin hong Kian Kim
siang dengan cepat.
"Benar! Benar! Hamba pernah menjadi pelayannya budak
tersebut, mungkin budak itu memandang pada hubungan kami
dimasa lalu sehingga tak sampai menyusahkan hamba."
Mencorong sinar tajam dari balik mata Bu im sin hong Kian Kim
siang, ditatapnya wajah Siu Cu lekat lekat, kemudian katanya :
"Dengan watak dari budak tersebut, mungkinkah hal ini bisa
terjadi... "
"Hamba berbicara dengan sejujurnya?"
Bu im sin hong Kian Kim siang segera tertawa seram :
"Kalau begitu, memandang pada hubungan kalian dimasa lalu,
tentunya kau juga memberitahukan sesuatu rahasia kapada budak
tersebut bukan...?"
Siu Cu kuatir menerima siksaan keji dari pihak Ban seng kiong
daripada mati setelah disiksa, lebih baik mati secepatnya dengan
berterus terang, apalagi mau dirahasiakan pun tak mungkin bisa,
karenanya dia lantas berkata secara terus terang :
"Hamba memberitahukan kepada budak itu, besar
kemungkinannya pertemuan besar para jago persilatan dari
golongan lurus yang diselenggarakan Tee kun ada disekitar bukit
Cian san... "
"Mungkin berada di bukit Cian san?" Bu im sin hong Kian Kim
siang tertawa kering, "mengapa tidak kau beritahukan saja tempat
yang sebenarnya secara lengkap?"
Siu Cu sungguh ketakutan sekali.

1202
"Hamba benar benar tidak mengetahui letak yang setepatnya" dia
berseru.
Bu im sin hong Kian Kim siang segera manggut manggut.
"Seandainya kau mengetahui alamat lengkap, sudah pasti alamat
tersebut telah kau sampaikan kepadanya bukan."
"Hamba...hamba...tidak tahu."
Paras muka Bu im sin hong Kian kim siang berubah hebat,
dengan setengah meraung teriaknya :
"Soal ini bahkan lohu....."
Sebenarnya dia hendak mengatakan "soal ini bahkan lohu
sendiripun tak tahu", tapi setelah ucapan mana sampai diujung bibir,
mendadak teringat olehnya kalau dia sedang berperan sebagai salah
seorang dari empat toa tongcu, aneh bila seorang toa tongcu tidak
mengetahui alamat yang sebenarnya dari pertemuan itu. Maka
setelah berhenti sejenak, dia pun berkata lagi :
"Siapa yang memberitahukan hal ini kepadamu?"
Pucat pias paras muka Siau Cu, agak gemetar sahutnya :
"Tiada... tiada orang yang ... yang memberitahukan kee... kepada
hamba... "
Setelah bertanya setengah harian lebih, Bu im sin hong Kian Kim
siang baru sempat menangkap sebuah titik kelemahan dari Siu Cu,
sambil tertawa lebar dia lantas berseru :
"Kau kuatir merempet sampai ke orang lain bukan?"
Siu Cu semakin ketakutan lagi, sukma serasa melayang
meninggalkan raganya.
"Benar!" jawabnya tanpa sadar. Tiba tiba dia merasa salah
menjawab, maka buru buru serunya lagi dengan cepat :
"Bukan!"

1203
Dari jawaban Siu Cu yang mencla mencle, Bu im sin hong Kian
Kim siang tahu kalau pertanyaan diajukan lebih gencar, maka tak
sulit baginya untuk mengungkap keadaan yang sebenarnya, saking
gembiranya dia tertawa terbahak bahak.
"Haaaaah...haaaahhh...haaaahhh.... kalau begitu, siapa
orangnya? Ayo cepat jawab dengan sejujurnya, mungkin lohu bisa
memberi kematian yang lengkap untukmu!"
Siu Cu tahu bahwa dosa yang dilanggar olehnya cukup untuk
menerima hukuman mati, dia tahu mustahil Bu im sin hong Kian Kim
siang akan mengampuninya dengan begitu saja. Mendadak dari luar
ruangan terdengar ada orang tertawa cekikikan kemudian
menyambung :
"Benar benar seorang mannsia yang tidak tahu diri, benarkah kau
mempunyai kekuasaan sebesar ini?"
"Siapa yang berada di luar?" Bu im sin hong Kian Kim siang
segera berseru dengan terkejut.
"Tak usah gugup, aku bukan anggota Ban seng kiong, aku pun
tak bakal mencari pahala dari majikan kalian itu!"
Dari luar pintu segera menyelinap masuk tiga sosok bayangan
manusia....
Sam ku sinni berjalan dipaling depan, Pek leng siancu So Bwe
leng berada ditengah sedangkan si Pencuri sakti Go Jit berada di
paling belakang. Orang yang barusan berbicara dengan suara yang
merdu dan nyaring itu tentu saja tak lain adalah Pek leng siancu So
Bwe leng. Tapi setelah mereka bertiga memasuki ruangan dan
melihat jelas siapa gerangan orang yang sedang berbicara, serentak
ketiga orang itu berseru kaget : "Ooooh, rupanya kau!"
Mimpipun mereka tidak menyangka bakal bertemu dengan Bu im
sin hong Kian Kim siang disitu. Terutama sekali Pek leng siancu So
Bwe leng yang teringat bahwa Thi Eng khi telah dilarikan orang ini
setelah terluka parah tempo hari, tak terlukiskan rasa girang dalam
hatinya.

1204
Sembari maju selangkah ke depan, dia tuding Bu im sin hong
Kian Kim siang yang duduk di kursi utama sembari berseru :
"Thian memang punya mata akhirnya nonamu berhasil juga
menemukan kau!"
Bu im sin hong Kian Kim siang tidak menjawab pertanyaan dari
Pek leng siancu So Bwe leng, dia segera mengulapkan tangannya
agar Pat cun yang berdiri dibelakangnya segera tampil ke depan dan
menggusur pergi Siu Cu dari situ. Dua orang dari Pat cun tersebut
segera melompat ke hadapan Siu Cu dan siap mencengkeramnya.
Mendadak terasa bayangan manusia berkelebat lewat, tahu tahu
Pek leng siancu So Bwe leng telah mendahului mereka dengan
menarik pergi Siu Cu dari situ. Kemudian dia mengebaskan ujung
bajunya melancarkan sebuah pukulan yang dahsyat ke arah dua
diantara delapan manusia gagah tersebut.
"Siapa yang berani mendekat?" hardiknya
Sesungguhnya Seng kiong pat cun merupakan delapan orang
jago muda yang dilatih Hian im Tee kun secara khusus, ibaratnya
anak macan yang tidak takut kepada siapapun, apalagi Pek leng
siancu So Bwe leng masih lebih muda daripada mereka meski sudah
lama mendengar nama besarnya, namun mereka tidak memikirkan
hal tersebut didalam hati. Menyaksikan datangnya kebasan ujung
bajunya itu, serentak mereka mengayunkan pula telapak tangannya
melancarkan balasan.
"Budak, kau pingin mampus" hardiknya serentak.
Begitu tiga gulung tenaga pukulan saling membentur ditengah
udara, Pek leng siancu So Bwe leng merasakan sepasang bahunya
bergoncang keras, sebaliknya dua pemuda dari Seng kiong Pat cun
itu tergetar mundur sejauh satu langkah lebih. Ternyata kebasan
ujung baju Pek leng siancu So Bwe leng berhasil menekan dan
melenyapkan tenaga serangan dahsyat dari Seng kiong Pat cun
tersebut.

1205
Sekalipun demikian Pek leng siancu So Bwe leng pribadi pun diam
diam merasa terkejut sekali, dengan mengandalkan tenada dalam
yang dimilikinya ternyata dia hanya mampu mendepak mundur dua
pemuda tersebut sejauh selangkah, dari sini dapat diketahui kalau
kepandaian silat yang dimiliki Seng kiong Pat cun bukan
sembarangan. Seandainya ke delapan orang itu sampai maju
bersama sama, sudah pasti dia tak akan berhasil meraih keuntungan
apa apa.
Dengan cepat Pek leng siancu So Bwe leng memutar biji
matanya, kemudian berpikir lagi :
"Hari ini, aku tak boleh menunjukkan kelemahanku, kalau tidak,
sudah pasti sukar untuk mengundurkan diri dari sini dengan
selamat."
Berpikir demikian, sambil berkerut kening dan melototkan
sepasang matanya bulat bulat dia awasi kedua orang pemuda
tersebut tanpa berkedip....
Kedua orang pemuda itu sendiri menunjukkan pula sikap tak
puas, tampaknya mereka pun bersiap sedia melancarkan serangan
lagi. Namun berhubungan mereka sedang menjalankan perintah
untuk menggusur pergi Siu Cu, maka kedua orang pemuda tersebut
tak berani melayani Pek leng siancu So Bwe leng secara gegabah.
Diam diam mereka mengerlingkan matanya ke arah Bu im sin
hong Kian Kim siang sambil meminta petunjuknya. Bu im sin hong
Kian Kim siang tertawa seram, kemudian berseru dengan lantang :
"Lebih baik kalian mengundurkan diri! Tak menjadi soal, toh
mereka tak akan lolos dari sini!"
Dua orang pemuda tersebut segera mengundurkan diri dari
lapangan dan kembali ke rombongannya. Sedangkan Pek leng siancu
So Bwe leng juga menyerahkan Siu cu kapada gurunya Sam ku sinni,
kemudian sambil berpaling memandang wajah Bu im sin hong Kian
Kim siang dengan hawa pembunuh yang menyala, bentaknya :
"Tua bangka celaka, kau telah melarikan engkoh Eng ku ke
mana...?"

1206
Bu im sin hong Kian Kim siang tertegun sebelum dia sempat
mengucapkan sesuatu paras muka jago-jago lainnya telah
menunjukan sikap tercengang, bahkan bersama sama berpaling ke
arahnya.
Perlu diketahui, ketika Hian im Tee kun mengutus orang untuk
menyaru sebagai empat tokoh sakti dunia persilatan dna menjabat
sebagai empat Toa tongcu sekalian, Hian im ji li serta Huan im sin
ang saja yang mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya, orang
orang yang lain sama sekali tidak mengetahui akan hal ini,
karenanya semua orang jadi tercengang juga setelah mendengar
ucapan tersebut.
Bu im sin hong Kian Kim siang sendiri pun tidak tahu kalau Thi
Eng khi telah tertolong, dengan kebingunggn dia berseru :
"Budak ingusan, kau tak usah mengaco belo, siapa yang telah
menculik Thi Eng khi sibocah Keparat itu?"
Pek leng siancu So Bwe leng tertawa dingin.
"Sekalipun menyangkal juga tak ada gunanya, pokoknya jika kau
tidak serahkan kembali engkoh Eng kepadaku hari ini, kalau bukan
kau yang mampus tentu aku lah yang tewasl"
Ditinjau pembicaraan yang sedang berlangsung, Ciu Tin tin yang
bersembunyi ditempat kegelapan segera mendapat tahu kalau Bu im
sin hong Kian Kim siang yang berada dihadapannya sekarang adalah
Kian Kim siang gadungan.
Untuk sementara waktu tidak berkutik ataupun melakukan suatu
tindakan apa apa, dia hendak menunggu sampai datangnya waktu
yang lebih menguntungkan untuk membantu Pek leng siancu So
Bwe leng melepaskan diri dari ancaman bahaya maut. Sementara
itu, Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan telah berpikir sebentar,
kemudian dia mendapat kesimpulan bahwa Thi Eng khi telah
ditolong oleh Kian Kim siang asli. Penemuan ini merupakan suatu
kabar berita yang berharga sekali, sebab dengan mengandalkan
berita ini, dia dapat menuntut pahala dari Hian im Tee kun.

1207
Kini diapun tidak menyangkal lagi, dengan berganti nada
pembicaraan katanya :
"Kau berani melindungi murid penghianat dari perkumpulan kami,
dosanya tak terlukiskan besarnya, kau anggap masih bisa lolos dari
sini dalam keadaan selamat?"
Waktu itu Pek leng siancu So Bwe leng hanya menguatirkan
keselamatan jiwa Thi Eng khi seorang, bahkan dia pun sudah
melupakan persoalan tentang bukit Cian san. Terdengar gadis itu
sedang berseru lagi dengan penuh bernapsu :
"Ayo jawab, kau telah menculik engkoh Eng ke mana?"
Bukan saja Pek leng siancu So Bwe leng tak mau melepaskan
kesempatan itu bahkan kawanan kakek yang hadir dalam ruangan
pun ada pula yang berseru dengan ilmu menyampaikan suara :
"Bukankah pihak kita sedang mencari jejak Thi Eng khi?
Terhadap perkataan dari budak ini harap tongcu suka melakukan
penjelasan daripada menimbulkan kerugian bagi orang banyak".
Diam diam Kian Kim siang gadungan tertawa dingin, kemudian
dengan ilmu menyampaikan suara bisiknya dulu kepada rekan
rekannya itu :
"Persoalan ini sudah diatur sendiri segala sesuatunya oleh Tee
kun, lohu kurang leluasa untuk memberi penjelasan, harap kalian
jangan menanyakan masalah itu lagi."
Dengan mencatut nama Hian im Tee kun benar juga, serentak
semua orang membungkam dalam seribu bahasa. Memandang paras
muka semua orang yang hadir diarena, diam diam Bu im sin hong
Kian Kim siang gadungan menunjukkan wajah bangga, namun
didalam waktu singkat rasa bangga telah lenyap kembali.
Kepada Pek leng siancu So Bwe leng, serunya kemudian dengan
suara yang menyeramkan :
"Tidak sulit bila kau ingin mengetahui jeiak dari Thi Eng khi,
cukup asal kau mengikuti aku menuju ke istana Ban seng kiong,
tanggung kau tak bakal kecewa di situ!"

1208
Waktu itu, Pek leng siancu So Bwe leng mempunyai jalan
pemikirannya sendiri, setelah kebasan ujung bajunya yang sanggup
memukul mundur kedua orang pemuda tersebut, hal itu
menimbulkan perasaan terkejut didalam hatinya, dia pun tahu jika
sampai berkobar pertarungan, sudah pasti dia tak akan memperoleh
keuntungan apa apa.
Tapi oleh karena dia sangat menguatirkan keselamatan jiwa dari
Thi Eng khi, maka timbullah satu ingatan aneh dalam hati kecilnya,
secara berani sekali dia mengangguk: "Baik! Aku akan mengikuti kau
menuju ke istana Ban seng kiong, cuma saja... "
Mimpi pun Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan tidak
menyangka kalau Pek leng siancu So Bwe leng benar benar akan
menyanggupi permintaannya untuk mengunjungi istana Ban seng
kiong.
Tidak menanti hingga dia menyelesaikan kata katanya, dengan
gembira tukasnya : "Cuma kenapa?"
Siam ku sinni yang menyaksikan hal itupun segera berseru
dengan amat gelisah :
"Leng ji, kau sudah edan rupanya?"
"Suhu" kata Pek leng siancu So Bwe leng dengan wajah sedih,
"bagi tecu asal dapat bersua muka dengan engkoh Eng, biar mati
pun rela, aku tahu kalau mereka mempunyai maksud tidak baik, tapi
aku tetap ingin pergi ke situ!"
Nada suaranya tegas, ini membuktikan kalau tekadnya telah
bulat. Sam ku sinni cukup memahami watak dari So Bwe leng ini,
semua keputusan yang telah diambil olehnya tak mungkin bisa
dirubah lagi meski didesak oleh bapaknya sendiri. Diapun tak tega
untuk mencegah niat muridnya ini karena dia kuatir hal tersebut
malah akan menimbulkan gelak tertawa serta cemoohan dari orang
orang Ban seng kiong.
Begitulah, dengan wajah serius Pek leng siancu So Bwe leng
berkata lagi kepada Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan :

1209
"Cuma, aku mempunyai sebuah syarat!"
"Apa syaratmu?"
"Kau harus mengijinkan guruku untuk membawa pergi Gi tayhiap
dan Siu Cu dari sini!"
"Aaaah, kalau cuma soal itu mah gampang, tapi bagaimna
dengan kau sendiri ? Apakah Kau tak akan mengingkar janji?" seru
Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan sambil manggut manggut.
"Kau anggap nonamu menyesal?"
"Bagus sekali, kalau memang begitu, mari kita bertepuk tangan
sebagai ikatan janji!"
Sambil berkata dia lantas melepaskan sebuah pukulan ke arah
Pek leng siancu So Bwe leng dari tempat kejauhan. Pek leng siancu
So Bwe leng sama sekali tidak berkerut kening, dia pun melepaskan
sebuah pukulan ke depan untuk menyambut datangnya serangan
lawan.
Belum sempat dua gulung angin pukulan tersebut saling
membentur satu sama lain, mendadak dari luar ruangan meluncur
masuk seseorang dan melepaskan sebuah pukulan ke udara untuk
membuyarkan kedua gulung angin pukulan tersebut. Setelah itu
sambil melayang turun ke hadapan Pek leng siancu So Bwe leng
katanya sambil tertawa :
"Nona, kau jangan percaya dengan obrolannya. Thi sauhiap tidak
berada di dalam istana Ban seng kiong!"
Pek leng siancu So Bwe leng seperti merasa terkejut bercampur
gembira untuk sesaat dia seperti tertegun :
"Lotiang, sungguh perkataanmu itu? Sekarang, dia berada di
mana....!"
"Nona tak usah kuatir," orang itu manggut manggut, "lohu jamin
kau akan peroleh seorang engkoh Eng yang utuh!"

1210
Pada hakekatnya Pek leng siancu So Bwe leng merasa girangnya
setengah mati, untuk berapa saat dia sampai tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun. Sementara itu, Bu im sin hong Kian
Kim siang telah menggebrak meja sambil membentak penuh
kegusaran:
"Siapa yang datang?"
Dengan sinis dan pandangan menghina, pendatang itu menatap
wajah Bu im sin hong Kian Kim siang, lalu katanya :
"Kau benar benar tidak mengetahui siapakah lohu? Tak heran
kalau kau setelah pergi tak pernah kembali lagi, rupanya kau telah
merasakan banyak keuntungan dari Hiam im Tee kun!"
Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan menjadi marah sekali,
bentaknya keras :
"Lohu tidak kenal kau, aku lebih tak mengerti atas obrolan edan
mu itu."
Pendatang tersebut segera tertawa terbahak bahak :
"Haaahhhh…. Haaahhhh…. Haahhhh….. tampaknya hebat sekali
permainan sandiwaramu itu, tapi bagi lohu mah tidak kuatir untuk
memberitahukan namaku sekali lagi, nenek moyangmu bernama Bu
Im!"
Jilid 38
Bu Im bukan seorang jagoan termashur dari dunia persilatan, tapi
Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan tetap tertegun, agaknya
dia pun tak bisa menduga asul usul lawan. Bu Im sendiripun tidak
begitu mengerti tentang persoalan empat tokoh persilatan yang
dicatut namanya oleh Ban seng kiong, tentu saja dia sama sekali
tidak menyangka kalau Bu im sin hong Kian Kim siang yang
dijumpainya sekarang, sesungguhnya bukan Bu im sin hong Kian
Kim siang yang pernah dijumpai dulu, melihat sikap orang yang
begitu angkuh dan tak pandang sebelah matapun terhadap dirinya,
hampir saja dia muntah saking muaknya.

1211
Sementara itu Pek leng siancu So Bwe leng telah mengundurkan
diri ke samping gurunya, kemudian berkata dengan pelan.
“Suhu, pernahkah kau mendengar tentang nama orang tua ini?”
Sam ku sinni mengangkat bahunya sembari menggeleng.
“Usianya sudah tidak kecil, kepandaian silatnya tidak berada
dibawah kepandaian kita, namun belum pernah kudengar namanya
disebut orang dalam dunia persilatan, aku benar benar dibikin
kebingungan olehnya...”
Segulung angin lembut berhembus lewat, tahu tahu didalam
ruangan telah bertambah dengan seorang gadis cantik berbaju
putih, sambil tertawa merdu gadis itu berseru :
“Bu cianpwe, jangan kau bikin kulit perut orang jadi pecah karena
mendongkol sesungguhnya orang itu adalah seseorang yang
mencatut namanya dan menyaru sebagai Kian cianpwe, buat apa sih
kau mesti marah kepada orang tersebut? Bukankah hal tersebut
sama sekali tak ada harganya?”
Bu Im segera mengenali gadis cantik itu sebagai Ciu Tin tin,
maka katanya pula sambil tertawa :
“Darimana kau bisa tahu kalau dia adalah Bu im sin hong Kian
Kim siang gadungan?”
Sementara itu, Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan yang
berada ditengah ruangan telah menggebrak meja keras keras
kemudian berseru penuh amarah :
“Omong kosong, siapa bilang kau lohu bukan Kian Kim siang?”
Ciu Tin tin tertawa manis.
“Kau mengatakan kalau dirimu adalah Kian locianpwee, tapi
mengapa tidak kenal dengan Bu cianpwe?”
Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan segera saja berteriak
keras keras :
“Siapa bilang kalau aku tidak kenal dengannya?”

1212
Kalau didengar dari nada pembicaraan Ciu Tin tin mestinya
antara Bu im sin hong Kian Kim siang dengan Bu Im mempunyai
hubungan yang cukup akrab. Itulah sebabnya mau tak mau Bu im
sin hong Kian Kim siang gadungan harus me¬nebalkan muka
dengan mengakui bahwa dia kenal dengan Bu Im.
Pek leng siancu So Bwe leng yang menyaksikan hal ini, tak tahan
lagi segera mengejek sambil tertawa dingin :
“Tadi saja kau mengatakan tidak kenal dengan Bu cianpwe
tersebut, sungguh tak nyana begitu cepatnya kau telah berubah
pikiran, hal ini membuktikan kalau anggota Ban seng kiong terdiri
dari manusia manusia yang lain dimulut dan lain dihati!”
Sekalipun Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan diperankan
oleh seorang iblis tua, tak urung merah padam juga selembar
wajahnya cepat dia berseru :
“Lohu sedang melaksanakan tugas khusus, mana ada waktu
untuk berbincang bincang dengan Bu Im?”
Kontan saja Pek leng siancu So Bwe leng mencibirkan bibirnya
yang kecil, dia seperti hendak mengucapkan sesuatu lagi nanum
berhubung Ciu Tin tin telah menengok ke arahnya sambil tertawa
terpaksa kata kata tersebut ditelannya kembali. Dengan senyuman
masih menghiasi ujung bibirnya, Ciu Tin tin segera berkata :
“Semenjak kapan kau berpisah dengan Bu cianpwee?”
Bu Im sin hong Kian Kim siang gadungan segera menarik
mukanya kemudian berseru :
“Mengapa lohu harus menjawab pertanyaanmu itu?”
Ciu Tin tin sama sekali tidak menjadi marah, kembali dia berkata
:
“Kalau kau enggan menjawab yaa sudah lah, hanya ingin
mengajukan satu pertanyaan lagi kepadamu, kenalkah kau dengan
nonamu?”
Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan menjadi tertegun, untuk
beberapa saat lamanya dia tak sanggup menjawab pertanyaan itu.
Bila dikatakan kenal, dia pun kuatir tak cocok dengan kenyataan,

1213
setelah termenung sekali lama dalam keadaan serba salah, akhirnya
dia berkata :
“Mengapa lohu harus mengenal dirimu?”
Senyuman yang semula menghiasi ujung bibir Ciu Tin tin, kini
lenyap tak berbekas, katanya kemudian :
“Kalau toh kau tidak kenal dengan nonamu, dari sini dapat
diketahui kalau kau bukan Kian locianpwe, sebab belum lama Kian
locianpwe berpisah dengan kami, dia tak mungkin akan pelupa
seperti dirimu itu.”
Karena terpojokkan posisinya oleh keadaan, terpaksa Bu im sin
hong Kian Kim siang gadungan tertawa terbahak bahak.
“Haaaahhhh... haaaaahhhhh..... haaaahhh... apakah lohu kenal
dengan dirimu atau tidak, apa sangkut pautnya dengan kedudukan
lohu sekarang? Kalau kau sendiri yang ditipu orang, mengapa malah
mencurigai diri lohu. Sungguh menggelikan sekali perbuatanmu itu,
hampir pecah perut lohu saking gelinya, haaahhhh... haaaahhh....
haaahhhh.... ”
Ciu Tin tin membiarkan dia tertawa tergelak tiada hentinya, gadis
itu bersikap acuh tak acuh dan tidak memperdulikan dirinya. Namun
diantara anak buahnya ada yang mulai menaruh curiga, dengan ilmu
menyampaikan suara mereka segera menegur :
“Harap tongcu suka memberi penjelasan.”
Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan terpaksa menghentikan
gelak tertawanya, kemudian dergan ilmu menyampaikan suara
bisiknya kepada mereka :
“Tee kun telah mempersiapkan segala sesuatunya, harap kalian
jangan banyak bertanya terus, asalkan seorang pun diantara
beberapa orang ini tak berhasil lolos dari sini, maka hal ini akan
berpengaruh besar sekali terhadap posisi pihak kita selanjutnya,
harap kalian suka turun tangan dengan sepenuh tenaga nanti.”
Sementara itu, Ciu Tin tin telah memandang kembali ke wajah Bu
im sin hong Kian Kim siang gadungan sambil tertawa, kemudian
ujarnya lembut :

1214
“Sedang merundingkan cara untuk menghadapi kami? Sudah
selesai belum perundingan itu? Kami akan segera pergi dari sini.”
Dia membalikkan badan lalu berjalan kembali ke arah Pek leng
siancu So Bwe leng sekalian. Pek leng siancu So Bwe leng sama
sekali tidak pernah berjumpa dengan Ciu Tin tin, oleh karena itu, dia
tidak kenal dengannya. Melihat gadis tersebut berjalan
menghampirinya, dengan amat gembira serunya dengan cepat :
“Cici, bolehkah aku mengetahui namamu?”
Sebenarnya Ciu Tin tin hendak menyebutkan nama sendiri, tapi
dia berpikir kembali seandainya Pek leng siancu So Bwe leng
menjadi mengambek setelah mengetahui namanya, bukankah
urusan akan menjadi berabe? Oleh sebab itu, dia tak ingin
mengambil resiko dalam keadaan seperti ini. Setelah tertawa,
katanya :
“Aku mempunyai banyak persoalan yang hendak disampaikan
kepadamu, sebentar akan kusampaikan semuanya kepadamu.”
“Kau tahu akan diriku?” seru Pek leng siancu So Bwe leng
sembari membelalakkan matanya.
“Sekalipun kau tidak kenal dengan aku namun aku sedikitpun
tidak merasa asing terhadap kau.”
Pek leng siancu So Bwe leng menjadi tertegun dan bingung sekali
sehabis mendengar perkataan ini, untuk sesaat lamanya dia jadi
termangu mangu. Pada saat itulah, Bu im sin hong Kian Kim siang
gadungan telah membentak lagi dengan suara lantang :
“Beberapa orang itu adalah buronan yang dicari oleh Tee kun,
entah mati atau hidup kalian harus berusaha untuk menahan mereka
di tempat ini.”
Serentak bayangan manusia berkelebatan lewat, dalam waktu
singkat orang orang itu sudah menduduki posisi yang
menguntungkan serta menghadang jalan pergi mereka. Setelah
ditolong tadi, Siu Cu telah memperoleh bantuan dari Sam ku sinni,
dengan tenaga dalamnya untuk memulihkan kembali kondisi

1215
tubuhnya, pada saat itulah Pek leng siancu So Bwe leng bertanya
dengan penuh rasa kuatir :
“Enci Cu, sudah baikan kah keadaanmu?”
Siu Cu merasa sangat terharu.
“Bila budak dapat meloloskan diri dari bencana pada hari ini maka
kesemua ini merupakan pemberian dari nona, selama hidup kami tak
akan pernah melupakannya kembali.”
“Kau tak usah mengucapkan kata kata seperti itu, persoalan yang
terpenting sekarang adalah sudah pulihkan kondisi tubuhmu? Dan
berapa bagian tenaga dalammu yang telah pulih kembali?”
“Budak merasa seluruhnya telah pulih kembali seperti sedia kala!”
sahut Siu Cu dengan semangat yang berkobar.
Pek leng siancu segera berpaling ke arah gurunya sambil berseru
:
“Suhu, mari kita berdua bertindak sebagai pembuka jalan!”
Sebagai gadis yang terbuka, apa yang dipikirkan segera pula
dilakukan, tanpa berunding dulu dengan Ciu Tin tin sekalian dia
menerjang lebih dulu arah pintu gerbang. Dengan cepat Sam ku
sinni berkerut kening, kemudian berpaling ke arah Ciu Tin tin dengan
sorot mata minta maaf. Sambil tertawa Ciu Tin tin segera berseru :
“Pendapat adik Leng sesuai dengan pendapat boanpwe, biarlah
boanpwe serta Bu cianpwe bertindak sebagai pelindung!”
Sam ku sinni segera menyusul Pek leng siancu So Bwe leng, Si
pencuri sakti Go Jit dan Siu Cu berada ditengah dan Ciu Tin tin serta
Bu Im berjalan dipaling belakang. Waktu itu, Sam ku sinni telah
meloloskan senjata kebutan Jian si hud timnya, Pek leng siancu So
Bwe leng meloloskan sebuah senjata Pek giok hud jiu, sedangkan si
Pencuri sakti Go Jit meloloskan pedang mestika usus ikannya. Siu Cu
tidak bersenjata karena senjata tajamnya telah disita, terpaksa dia
harus bersilat tangan kosong. Ciu Tin tin dan Bu Im tidak bersenjata
pula, mereka pun bertarung dengan tangan kosong belaka.

1216
Orang yang menghadang didepan pintu gerbang tak lain adalah
delapan kakek yang duduk dikedua belah sisi meja altar tadi.
Kedelapan orang kakek itu sangat latah dan sombong. Dari antara
mereka hanya muncul dua orang saja, seorang menghadang Sam ku
sinni, sedangkan yang lain menghadang Pek leng siancu So Bwe
leng. Sambil tertawa dingin Pek leng siancu So Bwe leng segera
berseru :
“Mampukah kau untuk menyambut satu jurus serangan
nonamu?”
Senjata Pek giok hud jiu ditangannya segera membentuk sekilas
cahaya berwarna hijau dan langsung menyambar bahu kakek di
hadapannya. Kakek itu tertawa hambar,
“Bila kau sudah bosan hidup, silahkan!” ejeknya.
Semula dia menghadang di depan Pek leng siancu So Bwe leng
hanya bertangan kosong belaka, tapi begitu selesai ucapan tersebut
diutarakan, tahu tahu dalam genggamannya telah bertambah
dengan sebuah huncwee besar, disambutnya ancaman senjata Pek
giok hud jiu dari Pek leng siancu So Bwe leng itu dengan sebuah
totokan.
Melihat kalau jumlah musuh amat banyak, Pek leng siancu So
Bwe leng telah mengambil keputusan untuk menyelesaikan
pertarungan itu secepatnya. Dia pun berharap dalam satu gebrakan
saja senjata huncwee kakek itu hendak digetarkan lepas dari
genggaman maka sewaktu menyerang hawa murninya yang
disalurkan ke tangan kanan segera ditambah dengan dua bagian
lagi.
Begitu senjata huncwee tersebut saling membentur dengan
senjata Pek giok hud jiu dari Pek leng siancu So Bwe leng, kedua
orang itu sama sama merasakan hatinya bergetar keras. Pek leng
siancu So Bwe leng tetap berdiri pada posisinya semula, namun
lengannya terasa kaku dan kesemutan. Sebaliknya kakek
berhuncwee itu kena terhantam sehingga mundur sejauh satu
langkah.

1217
Dari sini dapat disimpulkan bahwa kepandaian silat yang dimiliki
Pek leng siancu So Bwe leng meski jauh lebih tinggi daripada si
kakek tersebut, namun kelihayannya juga terbatas. Tanpa banyak
berbicara lagi, kedua orang itu segera saling menyerang dan saling
menyambar dengan sengitnya, untuk beberapa saat sulit rasanya
untuk menentukan siapa yang lebih unggul.
Dipihak lain Sam ku sinni telah terlibat pula dalam suatu
pertarungan yang seru, jagoan yang dihadapinya memiliki tenaga
dalam yang cukup tangguh, untuk berapa saat Sam ku sinni pun
dibuat kewalahan dan tak banyak berkutik.
Menyaksikan pertarungan yang berlangsung di arena, Ciu Tin tin
segera berkerut kening, dia tidak mengira kalau kepandaian silat
yang dimiliki orang tua orang tua itu begitu hebatnya. Dia lantas
sadar bahwa pertarungan yang berlangsung hari ini tidak mungkin
bisa diunggulkan dengan mudah.
Padahal, Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan pun diam diam
merasa terkejut, sebagai seorang Tongcu ternyata dia mengetahui
kemampuan dari anak buahnya, diapun tidak menyangka kalau anak
buahnya memiliki kepandaian silat sehebat itu. Namun dari hal ini
pula, dia mendapat pengertian yang setingkat lebih mendalam atas
maksud dan tujuan Hian im Tee kun.
Sesungguhnya, tindakan Hian im Tee kun di dalam mengatur
orang orangnya dari istana Ban seng kiong pun didahului dengan
suatu pemikiran serta penyusunan yang cermat. Dengan
menggunakan berbagai cara serta tindakan, ia telah memperalat
berapa orang gembong iblis untuk berbakti dan menjual tenaga
baginya, namun dia pun menyuruh orang orang kepercayaannya
yang berilmu tinggi untuk mengawasi gembong gembong iblis
tersebut.
Di hari hari biasa, tentu saja para jago diperintahkan agar tidak
terlalu menonjolkan diri bahkan kedudukan yang diberikan kepada
mereka pun sangat rendah serta tidak terpandang, kebanyakan
disusupkan dalam cabang cabangnya dan berperan sebagai manusia
manusia berilmu rendah, padahal justru orang orang inilah yang

1218
sesungguhnya merupakan kekuatan inti yang paling diandalkan.
Andaikata Hian im Tee kun benar benar berhasil dengan siasatnya
itu dan menjaring semua jagoan yang ada untuk berpihak
kepadanya, menyapu jagad, merajai dunia persilatan bukanlah
pekerjaan yang mustahil baginya.
Siapa tahu dunia persilatan dewasa ini telah menjadi
kekuasaannya....?
Bila hal ini sampai terjadi, maka walau pun Thi Eng khi memiliki
kepandaian silat yang hebat pun jangan harap bisa menyelamatkan
dunia persilatan dari kehancuran. Untungnya saja Hian im Tee kun
masih pengaruh oleh perasaan bangga dan gila nama, sehingga dia
telah menyia nyiakan sebuah kesempatan yang sangat berharga.
Dengan berbagai cara dia berusaha merebut simpatik dan perhatian
dari para jago golongan lurus agar mau berpaling dan berpihak
kepadanya, alhasil dia telah menyia nyiakan banyak waktu diapun
memperlambat usahanya untuk menguasai seluruh dunia persilatan.
Kesemuanya ini justru memberi kesempatan emas kepada Thi
Eng khi untuk tumbuh semakin kuat dan pada hakekatnya dia
seperti sedang memelihara seorang musuh yang menakutkan.
Sementara itu, pertarungan yang berkobar di tengah arena telah
mencapai pada puncaknya. Lotoa dari Seng kiong pat cun segera
menyelinap ke hadapan Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan,
kemudian serunya :
“Harap diturunkan perintah kepada hamba agar menangkap
penghianat Go Jit serta Siu Cu!”
Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan segera tertawa tergelak
:
“Haaahhh.... haaahhhhh....haaahhh.... ibaratnya barang dalam
saku, setiap saat juga dapat diambil, kenapa kita musti terburu
napsu? Asal kalian mengawasi saja gerak gerik kedua orang itu
sehingga tak sampai kabur sudah lebih dari cukup.”

1219
Terpaksa pemimpin dari Seng kiong pat cun membalikkan badan
dan mengundurkan diri. Kepada dua orang kakek yang berada
disisinya, kembali Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan berkata :
“Aku lihat manusia tak bernama Bu Im dan budak tersebut
memiliki ilmu silat yang tangguh, kekuatan mereka tak boleh
dipandang enteng, paling baik lagi jika kita turun tangan mendahului
mereka.”
“Ucapan Tongcu memang masuk diakal!” sahut dua orang kakek
itu segera.
Mereka segera menyelinap kedepan dan menerjang ke arah Bu
Im dan Ciu Tin tin. Kakek yang menerjang ke arah Bu Im itu
menyerbu ke depan dengan garangnya belum lagi tubuhnya
mencapai sasaran, angin pukulannya sudah dilepaskan lebih dulu.
Segulung argin pukulan yang maha dahsyat segera menyambar ke
atas kepala Bu Im dengan hebatnya. Bu Im tidak ambil diam sambil
mengerahkan ilmu Hua lek sinkang, dia lepaskan pula sebuah
pukulan ke depan serta memunahkan ancaman lawan sehingga
hilang lenyap tak berbekas.
Tentu saja kejadian ini sangat mengejutkan kakek tersebut, cepat
dia menyelinap ke samping kanan, kemudian sambil melotot besar
ke arah Bu Im serunya :
“Beranikah kau menyambut tiga jurus serangan lohu dengan
kepandaian sejati?”
Rupanya dia tidak mengenali ilmu Hua lik sinkang dari Bu lm,
dianggapnya Bu Im telah mempergunakan mestika atau ilmu hitam
lainnya untuk memunahkan angin pukulannya. Semenjak Bu Im
mempelajari ilmu pukulan Hua lik sinkang, baru pertama kali ini dia
jumpai seorang lawan yang bisa dipakai untuk mencoba
kemampuannya tanpa harus kuatir salah melukainya, sambit tertawa
terbahak bahak karena gembira serunya :
“Manusia kecil yang berpengetahuan picik, siapa bilang kalau
lohu tidak menggunakan kepandaian sesungguhnya?”
Dampratan “manusia kecil yang berpengetahuan picik” kontan
saja membuat kakek itu seperti kehilangan muka, untuk beberapa

1220
saat dia seperti berdiri tertegun. Tapi kakek yang lainnya segera
menyelinap ke hadapan Bu Im bagaikan hembusan segulung asap,
katanya sembari menyeringai :
“Apa sih hebatnya dengan ilmu Hua lik sinkang mu itu? Lihat
serangan...!”
Sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan ke hadapan Bu Im.
Agak terkejut juga Bu Im ketika menyaksikan kelihayan kakek itu,
terutama kemampuannya untuk mengenali ilmu Hua lik sinkang
tersebut dalam sekilas pandangan saja. Belum sempat dia berbuat
sesuatu, angin pukulan musuh telah menekan ke dadanya. Cepat dia
lepaskan sebuah pukulan sambil berseru :
“Anggap saja ketajaman matamu memang hebat, dan rasakan
pula kelihayan ilmu Hua lik sinkang ku ini.”
Baru saja dia lepaskan pukulannya, siapa tahu kakek itu menarik
kembali serangannya secara tiba tiba dan tidak melayani
pertarungan kekerasan. Bukan begitu saja, bahkan dia pun segera
menyelinap ke belakang punggung Bu Im sembari melancarkan
sebuah pukulan lagi. Menanti Bu Im membalikkan badan untuk
menyongsong datangnya ancaman tersebut, kembali dia menarik
ancamannya sambil berganti posisi.
Tampaknya dia berusaha agar tidak melakukan bentrokan
kekerasan dengan Bu Im dalam keadaan begini, kendatipun Bu Im
memiliki kepandaian Hua lik sinkang, juga tak mampu banyak
berkutik lagi. Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Kakek tersebut
nampaknya sangat lihay, dia selalu berputar ke sana kemari dengan
lincah, membuat Bu Im bukan saja tak mampu menggunakan
kelihayan Hua lik sinkangnya bahkan dibikin kerepotan juga. Untuk
beberapa saat pertarungan mereka berlangsung seimbang, siapa
pun tak dapat mengungguli lawannya.
Sedangkan si kakek yang semula hendak menyerang Bu Im itu
sudah mengalihkan sasarannya menerjang Ciu Tin tin dan
mengerubuti gadis tersebut habis habisan, apalagi setelah melihat
rekannya yang bertarung melawan gadis itu kerepotan serta bukan
tandingan lawan.

1221
Ternyata pada mula pertarungan itu berlangsung, Ciu Tin tin
masih mengambil sikap tidak tega turun tangan keji tapi setelah
menyaksikan ilmu Hua lik sinkang milik Bu Im dikenali orang, bahkan
memaksa Bu Im hingga mati kutu, dia baru terperanjat dan
menyesali kesilafan sendiri.
Berada dalam posisi yang sangat tidak menguntungkan, terpaksa
gadis itu harus menarik kembali sikap belas kasihannya, dengan
perhitungan seorang musuh dapat dilukai berarti mengurangi
sebagian penghadang, dia lancarkan jurus serangan yang
mematikan.
Dengan kemampuan Ciu Tin tin yang begitu dahsyat, tak sampai
dua tiga gebrakan kemudian, dia telah memaksa gembong iblis tua
itu keteter hebat dan tak mampu melawan lagi. Walaupun kemudian
ia dibantu rekannya, itupun hanya memberi kesempatan baginya
untuk mengatur napas sebentar, sebab tenaga gabungan mereka
berdua tetap masih bukan tandingan dari Ciu Tin tin.
Dari pihak Ban seng kiong, kecuali Bu im sin hong Kian Kim siang
gadungan, masih terdapat pula sepuluh orang kakek. Dari sekian
banyak jago, sudah ada lima orang diantaranya yang terjun ke arena
pertarungan. Dari kelima orang ini tampaknya kepandaian silat si
kakek yang bertempur melawan Bu Im terhitung paling tinggi, dia
pula satu satunya orang yang tidak terperosok pada posisi dibawah
angin. Sedangkan empat kakek lainnya yang bertarung melawan
Sam ku sinni, Pek leng siancu So Bwe leng dan Ciu Tin tin semuanya
telah terdesak pada posisi dibawah angin. Melihat gelagat tidak
menguntungkan, Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan
mengulapkan tangannya, kembali ada empat kakek terjun ke arena
pertarungan, seorang menyerang Sam ku sinni, seorang menyerang
Pek leng siancu So Bwe leng dan dua orang menyerang Ciu Tin tin.
Tenaga dalam yang dimiliki Ciu Tin tin dahsyat sekali, kendatipun
ada empat jago yang mengerubutnya, dia tetap berada pada posisi
di atas angin, cuma dia sendiri pun sukar untuk melukai musuhnya
di dalam waktu singkat. Berbeda keadaannya dengan Sam ku sinni
dan Pek leng siancu So Bwe leng, dari posisi unggul kini malah
terdesak pada kedudukan dibawah angin.

1222
Dengan kepandaiaa silat mereka semua ternyata tak mampu
untuk menangkan sekawanan jago yang lebih rendah kedudukannya
daripada Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan, bila persoalan ini
sampai tersiar luas mungkin tiada orang yang akan
mempercayainya.
Disinilah sebenarnya terletak kehebatan dari Hian im Tee kun
yang patut ditakuti serta diperhitungkan, tata susunannya tersebut
membuat suasana Ban seng kiong pun semakin diliputi hawa
kemisteriusan. Kesemuanya ini membuat orang lain tak berani
membedakan tinggi rendahnya ilmu silat anggota Ban seng kiong
dari tinggi rendahnya kedudukan yang dijabat, akibatnya mereka
pun tak berani turun tangan secara sembarangan.
Berkerut kening Ciu Tin tin setelah menyaksikan rekan rekannya
mulai keteter dan terperosok pada posisi tidak menguntungkan,
mendadak dia berpekik nyaring, Heng kian sinkangnya dikerahkan
mencapai sepuluh bagian, dengan mata melotot, telapak tangan
kanannya segera disapu ke depan menghajar pinggang seorang
kakek yang berada disisi sebelah kanannya. Kakek itu seperti tak
menyangka kalau Ciu Tin tin bakal menyerang seganas itu
terhadapnya, dia mencoba menyambut ancaman tersebut dengan
kekerasan......
Siapa tahu tatkala kedua gulung tenaga pukulan itu saling
bertemu di angkasa, kakek tersebut mendengus tertahan, tubuhnya
mencelat sejauh satu kaki, kemudian setelah muntah darah segar
segera tergeletak mati di atas tanah.
Bagaimana pun juga Ciu Tin tin adalah seorang anak gadis,
selama hidup belum pernah dia membunuh orang, melihat si kakek
tersebut tewas akibat serangannya, tak urung timbul juga perasaan
tak tega dihati kecilnya, oleh karena itu, diapun tidak manfaatkan
kesempatan tersebut untuk membunuh tiga orang kakek lainnya.
Disaat ingatan berbelas kasihan itu melintas lewat, kembali ada
seorang kakek menerjunkan diri ke arena dengan begitu posisi
berubah lagi menjadi empat melawan satu. Keempat kakek itu
menjadi hampir semuanya merupakan antek anteknya Hian im Tee

1223
kun, kelihayan tenaga dalam mereka boleh dibilang melebihi
kehebatan seorang ciangbunjin dari suatu partai besar tapi masih
kalah bila dibandingkan empat tokoh dunia persilatan.
Selihay lihaynya tenaga dalam yang dimiliki Ciu Tin tin, tenaga
dalam Hian im Tee kun masih jauh mengungguli dirinya, apalagi
diapun tidak tega untuk mengeraskan hati dan membinasakan
musuhnya, maka untuk sementara waktu dia telah menyia nyiakan
satu kesempatan baik untuk meraih kemenangan. Kini suasana
dalam ruangan tersebut telah berubah menjadi kacau balau dan tak
karuan.
Sementara semua orang sedang mencurahkan perhatiannya
untuk melangsungkan pertarungan, Siu Cu dan pencari sakti Go Jit
secara diam diam telah saling bertukar pandangan, kemudian
dengan nekad mengadu jiwa, mendadak saja si Pencuri sakti Go Jit
lari ke arah Ciu Tin tin, sedangkan Siu Cu lari menuju ke arah Pek
leng siancu So Bwe leng, secara nekad mereka masing masing
menyerang seorang kakek tersebut.
Dengan kemampuan yang dimiliki mereka berdua, tentu saja
bukan tandingan dari kakek kakek tersebut, akan tetapi mereka pun
berhasil meraih keberhasilan dari tindakannya itu. Ketika mereka
sedang dilukai oleh musuh musuhnya, Pek leng siancu So Bwe leng
serta Ciu Tin tin telah manfaatkan kesempatan yang ada untuk
melukai seorang lawannya pula. Terutama sekali Pek leng siancu So
Bwe leng dia menyerang tak kenal ampun, begitu berhasil melukai
seorang musuhnya, memanfaatkan kesempatan dikala musuhnya
yang lain terkejut, ia menyerang dengan jurus yang mematikan lagi
menghadiahkan sebuah kemplangan dengan Giok hud jiu ke atas
tubuh lawan.
Setelah berhasil dengan usahanya, tanpa berpaling lagi dia
langsung menubruk ke arah dua orang kakek yang sedang bertarung
sengit melawan Sam ku sinni itu. Sekarang dia sudah nekad dan
mata gelap, ibarat seekor harimau kecil yang sudah
kalap,diterjangnya musub musuh tersebut secara ganas, kembali
senjata Giok hud jiu nya berhasil melukai seorang kakek yang
sedang bertarung melawan Sam ku sinni.

1224
Semua peristiwa itu berlangsung dalam waktu singkat menanti
dua orang kakek yang lain datang membantu, Pek leng siancu So
Bwe leng dan gurunya telah bekerja sama memantapkan posisinya.
Di pihak lain, oleh karena bantuan dari si pencuri sakti Go Jit, Ciu Tin
tin berhasil pula memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melukai
seorang kakek. Namun Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan
segera menerjang datang menggantikan posisi tersebut, dengan
demikian kedudukannya tetap merupakan empat lawan satu.
Situasi pertarungan telah berubah sekarang, dari pihak Ban seng
kiong telah kehilangan seorang kakek dan empat lainnya terluka.
Dari tiga belas kakek yang ada sekarang pun tinggal delapan orang
yang masih mampu bertempur.
Pihak Bu Im yang paling mantap posisinya, pertarungan masih
berlangsung seimbang, menang kalah pun belum bisa diketahui.
Sedang Pek leng siancu So Bwe leng dan gurunya bersama sama
melawan tiga orang kakek, posisi mereka pun tetap berimbang.
Sedangkan Ciu Tin tin yang harus menghadapi kerubutan empat
jagoan lihay, meski nampak agak kepayahan namun tidak
menunjukkan pertanda akan kalah. Padahal dia mempunyai
kesempatan untuk meraih kemenangan, asal dia tega membunuh
orang kesempatan baginya banyak sekali.
Sayang wataknya yang belas kasihan dan saleh itu membuatnya
tak tega berbuat demikian, serangan dalam keadaan gusar tadi
sehingga mengakibatkan terlukanya seorang musuh pun telah
membuat kesedihan setengah hari, tentu saja dia tak tega untuk
melancarkan serangan mematikan lagi. Akibatnya dia tak bisa
memanfaatkan kesempatan yang ada untuk menyelesaikan
pertarungan itu dengan segera. Andaikata Pek leng siancu So Bwe
leng mempunyai tenaga dalam seperti Ciu Tin tin, mungkin
kemenangan berhasil diraihnya semenjak tadi.
Pencuri sakti Go Jit dan Siu Cu yang terluka pun telah diseret ke
samping arena oleh dua orang anggota Seng kiong pat cun, bahkan
menotok pula jalan darah mereka. Sebab mereka kuatir mereka

1225
membuat ulah lagi atau bunuh diri sehingga dapat menghindari
pihak Ban seng kiong.
Dalam menghadapi pertarungan yang penuh resiko ini pada
hakekatnya Seng kiong pat cun tidak berkesempatan untuk turut
ambil bagian, karena itu mereka hanya mendapat bagian menonton
dari samping arena pertarungan.
Setelah waktu berlarut makin lama akhirnya api amarah berkobar
juga didalam dada Ciu Tin tin. Tenaga serangan yang digunakan pun
tiba tiba saja berubah semakin dahsyat. Setelah terjadinya
bentrokan maut belum lama berselang, para pengerubutnya telah
mengetahui akan kelihayan Ciu Tin tin, maka dengan jantung
berdebar keras karena cemas mereka hadapi serangan musuhnya
dengan berhati hati.
Kali ini, nampaknya Ciu Tin tin berniat untuk menangkap
pentolannya baru membasmi begundalnya, maka dia memilih Bu im
sin hong Kian Kim siang gadungan sebagai sasarannya. Diam diam
segenap tenaga dalamnya dikerahkan ke dalam telapak tangan,
begitu kesempatan yang dinantikan tiba maka dia akan
menyerang dengan sekuat tenaga serta membinasakan musuhnya
yang paling tangguh itu.
Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan adalah seorang manusia
licik, dari sorot mata Ciu Tin tin yang selalu ditunjukan kearahnya,
dia sudah dapat menduga maksud hati gadis tersebut. Terkesiap
hatinya menghadapi kejadian tersebut, oleh karena kuatir kalau
terbunuh ditangan gadis itu, buru buru teriaknya dengan suara
lantang :
"Kalian berhati hati lagi, budak ini akan menyerang!"
Seharusnya, setelah mengetahui akan maksud hati Ciu Tin tin,
mereka harus menahan dan mengurung gadis itu semakin ketat dan
gencar, sayangnya Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan takut
mati. Walaupun dia berteriak gagah, padahal tujuannya yang
terutama adalah memanfaatkan kekuatan orang lain untuk
melindungi keselamatan sendiri, bahkan kalau bisa dia akan mencari
kesempatan untuk meloloskan diri dari situ.

1226
Dengan terjadinya perubahan ini maka pertahanan serta
penyerangan yang ketat dan kokoh itu segera menjadi lemah akibat
keserakahan Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan yang kelewat
mementingkan diri sendiri.
Ciu Tin tin segera mendapatkan kesempatan yang sangat baik
untuk melaksanakan rencananya. Dengan sorot mata setajam
sembilu, dia awasi terus gerak gerik dari Bu im sin hong Kian Kim
siang gadungan. Tatapan yang tenang dan berwibawa ini membuat
Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan menjadi ngeri, semangat
tempurnya hilang, peluh dingin membasahi seluruh tubuhnya dan
banyak kesalahan yang dia lakukan.
Sekali lagi Ciu Tin tin berpekik nyaring, tubuhnya melejit
ketengah udara, kemudian telapak tangan kanannya diayunkan ke
depan menghamtam batok kepala Bu im sin hong Kian Kim siang
gadungan. Merasa tak mampu untuk menghindar atau melarikan
diri, terpaksa Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan harus
mengerahkan segenap tenaga yang dimilikinya dan menyambut
ancaman mana dengan kekerasan.
"Blaaammm....!" benturan keras yang menimbulkan amukan
angin puyuh segera melanda seluruh jagad, keadaannya sungguh
mengerikan hati.
Tampak Ciu Tin tin melejit ditengah udara dan melayang turun
dihadapan tiga orang kakek yang sedang bertarung melawan Sam
ku sinni serta Pek leng siancu So Bwe leng, tiba tiba saja dia turun
tangan menotok jalan darah seorang kakek. Sementara itu, Bu im
sin hong Kian Kim siang gadungan telah terlempar sejauh delapan
depa akibat dari bentrokan kekerasan itu, “Blammm!” tubuhnya
terbanting keras keras diatas tanah.
Wajahnya nampak pucat pias, ke empat anggota tubuhnya
mengejang keras darah kental mengucur keluar amat deras,
akhirnya tak selang berapa saat kemudian ia menemui ajalnya.
Dengan kematian dari Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan,
serentak kawanan kakek itupun menghentikan serangannya, mereka

1227
mengundurkan diri ke depan pintu ruangan lalu mulai berunding.
Sedangkan Pek leng siancu So Bwe leng sembari menyeka keringat
yang membasahi tubuhnya, dia berpaling ke arah Ciu Tin tin dan
berkata dengan perasaan amat kagum.
"Cici tenaga dalammu sungguh luar biasa, siau moay sungguh
merasa kagum sekali.”
Mendadak dia teringat kembali akan si Pencuri sakti Go Jit serta
Siu Cu, tanpa banyak berbicara lagi tubuhnya segera melejit ke
udara dan menyusul ke arah Seng kiong pat cun. Dengan cepat
Seng kiong pat cun merentangkan diri sambil menghadang jalan
pergi Pek leng siancu So Bwe leng.
Baru saja Pel leng siancu So Bwe leng tertawa dingin dan belum
sempat mengumpat, mendadak terasa angin lembut berhembus
lewat, dari depan pintu melayang masuk sesosok bayangan manusia.
Ketika pendatang itu menyaksikan mayat dari Bu im sin hong Kian
Kim siang gadungan, dia segera berseru sambil mendepak depakkan
kakinya berulang kali :
"Siapa yang telah membunuhnya? Aaaai... bikin kacaunya urusan
saja...”
Kemunculan orang itu segera disambut semua orang yang hadir
dalam ruangan dengan seruan terkejut, rupanya pendatang tersebut
adalah seorang Bu im sin hong Kian Kim siang pula.
Sebenarnya dia mempunyai kewajiban untuk menggantikan
kedudukan Kian Kim siang gadungan itu untuk menyusup ke dalam
istana Ban seng kiong dan menggabungkan diri dengan Keng thian
giok cu Thi Keng sekalian didalam usahanya membunuh Hian im Tee
kun,dengan terjadinya peristiwa ini maka dalam pertarungan
mengerubuti Hian im Tee kun di sana mendatang hanya tiga orang
saja yang dapat menampilkan diri.
Ketika Ciu Tin tin menyaksikan orang itu adalah Bu im sin hong
Kian Kim siang, buru buru dihampirinya orang itu sembari berkata :
"Boanpwe lah yang telah membinasakan dia, apakah tindakanku
ini tidak benar?"

1228
Bu im sin hong Kian kim siang seperti hendak mengucapkan
sesuatu, namun perkataan itu tak sampai diutarakan keluar, hanya
ujarnya kemudian sambil menghela napas :
"Aaaai... perhitungan manusia memang tak bisa menangkan
kemauan Thian, kalau toh dia sudah mati, yaa sudahlah."
"Kian cianpwe" Bu Im berjalan menghampiri, "setelah
meninggalkan tempat tersebut mengapa kau malah melupakan kami
semua?"
Bu im sin hong Kian Kim siang segera menggelengkan kepalanya
berulang kali katanya: "Persoalan ini tak habis diterangkan hanya
sepatan dua patah kata saja, yang penting sekarang adalah
selesaikan dulu situasi yang sedang kita hadapi."
Kemudian dengan kening berkerut dia menambahkan :
"Apakah kalian berdua saja yang muncul?"
"Tidak, kami keluar berempat. "
Mencorong sinar tajam dari balik mata Bu im sin hong Kian Kim
siang setelah mendengar perkataan itu, serunya dengan cepat :
"Apakah dia telah pulih kembali seperti sedia kala?"
"Caranya belum ditemukan, namun dialah yang bersikeras
hendak muncul dari situ."
"Aaah.. kalian benar benar pikun! Mana orangnya sekarang?"
seru Bu im sin hong tertegun.
"Dalam pertemuan malam ini hanya boanpwe dan Bu cianpwe
yang ikut ambil bagian."
Semenjak pemunculannya, Bu im sin hong Kian Kim siang hanya
berbincang bincang dengan Ciu Tin tin seorang. Sesungguhnya Sam
ku sinni adalah sobat lama Bu im sin hong namun dalam keadaan
begini dia tak sempat untuk turut menimbrung apalagi Pek leng
siancu So Bwe leng. Selain itu, dari pembicaraan mereka pun secara

1229
lamat lamat seperti dapat menangkap sesuatu, tapi bila dipikir
kembali seperti pula tak tahu apa yang sedang dibicarakan.
Akhirnya Pek leng siancu So Bwe leng tak sanggup menahan diri
lagi, dia menyelinap ke depan lalu memperkenalkan diri sendiri.
“Boanpwe So Bwe leng, tolong tanya locianpwe, kau telah
menghantar engkoh ku ke mana?”
Bu im sin hong Kian Kim siang memperhatikan wajah Pek leng
siancu So Bwe leng berapa saat, kemudian ia tertawa terbahak
bahak.
"Daripada bertanya kepadaku, lebih baik tanyakan saja kepada
dia,” sambil berkata dia menuding ke arah Ciu Tin tin.
Pek leng siancu So Bwe leng jadi tertegun.
"Cici, kau.. "
Belum habis dia berkata, dari depan pintu gerbang telah muncul
serombongan manusia.
"Bukankah Thi Eng khi berada disini!" salah seorang diantara
rombongan tersebut berseru.
Serentak semua orang berpaling, tapi apa yang kemudian terlihat
membuat paras muka mereka berubah hebat. Rupanya Thi Eng khi
berada dibawah cekalan dua orang lelaki bertubuh kekar yang
menggusurnya masuk ke dalam rua¬ngan, di belakang mereka
mengikuti tiga orang kakek.
Ciu Tin tin maupun Pek leng siancu So Bwe leng segera berteriak
hampir bersama :
"Adik Eng!"
''Engkoh Eng!"
Serentak mereka menerjang ke muka. Kakek yang berada di
belakang Thi Eng khi segera menempelkan telapak tangannya pada

1230
jalan darah Pek hwee hiat ditubuh sang pemuda, kemudian
bentaknya keras keras :
"Tampaknya kalian sudah tidak menghendaki jiwanya lagi!"
Ancaman mana kontan membuat Ciu Tin tin serta Pek leng siancu
So Bwe leng menjadi kaget dan buru buru mengundurkan diri ke
posisi semula, kemudian menyingkir ke samping dan menyaksikan
Thi Eng khi diseret masuk ke ruang dalam tanpa mampu berbuat
apa apa.
Kelima orang itu segera menyeret Thi Eng khi masuk ke dalam
ruangan, menyeret sebuah kursi dan menyuruhnya duduk. Dua
orang lelaki kekar itu masih berdiri di sisi kiri kanannya, sedang
kakek yang menempelkan telapak tangannya yang besar diatas jalan
darah Pek hwee hiat dari Thi Eng khi pun masih tetap berdiri di
belakang Thi Eng khi tanpa merubah posisinya. Bukan begitu saja,
bahkan kakek lain yang berdiri disebelah kiripun tetap berjaga di
posisinya semula tanpa bergeser, sementara sepasang matanya
yang tajam dan jeli mengawasi seluruh ruangan dengan seksama,
nampaknya penjagaan dilakukan sangat ketat.
Sebenarnya ada tiga orang kakek yang masuk bersama ke dalam
ruangan itu, dua orang kakek memusatkan perhatiannya dengan
mengawasi gerak gerik Thi Eng khi, sedangkan seorang kakek lain
yang bertubuh jangkung, berwajah hitam seperti pantat kuali dan
bertubuh kurus kering itu bertindak sebagai juru bicara.
Dia berdiri di tengah ruangan sambil mengawasi rekan rekannya
yang tewas dan terluka, sewaktu sorot matanya menemukan mayat
Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan yang terkapar diatas tanah,
keningnya segera berkerut. Kemudian ditatapnya wajah Bu im sin
hong Kian Kim siang dengan sorot mata setajam sembilu, setelah itu
serunya dengan gusar :
“Siapakah kau? Berani benar menyaru sebagai Kian Tongcu dari
pihak kami untuk menerbitkan keonaran disini, besar amat nyalimu!"
Bu im sin hong Kian Kim siang tertawa terbahak bahak.

1231
“Haaahhhh.... haaahhh.... haahhhh.... mengapa kau tidak
melepaskan topeng kulit manusia dari wajah mayat itu serta
memeriksa dulu paras mukanya sebelum bertanya siapakah lohu!"
Kakek itu segera membungkukkan badannya siap melepaskan
topeng kulit manusia dari wajah Bu im sin hong Kian Kim siang
gadungan, tapi sebelum hal ini dilakukah, si kakek yang tadi
bertarung melawan Bu Im itu sudah melayang kehadapannya
sembari berseru:
"Tunggu dulu!"
Kemudian dia membisikkan sesuatu ke sisi telinga si kakek kurus
kering tersebut, tampaknya dia sedang mengisahkan sesuatu
kepadanya. Paras muka si kakek kurus kering itu berubah hebat, dia
memandang sekejap ke arah Bu im sin hong Kian Kim siang lalu
mendengus dingin, kemudian sambil berpaling ke arah Ciu Tin tin
katanya :
"Hei budak, sekarang Thi Eng khi telah terjatuh ke tangan lohu
sekalian, apa lagi yang hendak kalian ucapkan?"
Sementara itu, Ciu Tin tin sedang menggunakan ilmu
menyampaikan suara berunding dengan Thi Eng khi. Sedangkan Thi
Eng khi yang sedang bersandiwara harus berlagak terus, dengan
menggunakan kerdipan mata dia memberikan tanggapannya.
Agaknya pendapat mereka berdua tidak seragam, oleh sebab itu,
Ciu Tin tin kelihatan agak gelisah, akibatnya dia pun tidak
mendengar jelas apa yang sedang dikatakan kakek kurus tersebut.
Dia hanya mengiakan kemudian tidak memberikan tanggapannya
lebih jauh....
Pek leng siancu So Bwe leng pun sangat menguatirkan
keselamatan Thi Eng khi, bahkan rasa cemasnya tidak berada
dlbawah Ciu Tin tin. Menyaksikan Thi Eng khi mengerdipkan
matanya berulang kali, dia mengira pemuda tersebut sedang
memberi tanda sesuatu kepadanya, dia tak tahu kalau
sesungguhnya si anak muda tersebut sedang berunding dengan Ciu
Tin tin. Akhirnya karena tidak mengetahui apa yang dimaksudkan,
dia berteriak keras :

1232
"Engkoh Eng, jika ada persoalan mengapa tidak kau gunakan
ilmu menyampaikan suara?"
Mungkin lantaran gelisah, maka gadis itu teringat untuk
memperingatkan Thi Eng khi, tapi lupa kalau tidak seharusnya dia
berteriak secara terang terangan.
Sementara itu si kakek kurus kering itu mendongkol karena
perkataannya tidak mendapat tanggapan dari Ciu Tin tin, setelah
mendengar perkataan dari Pek leng siancu, segera serunya sambil
tertawa dingin :
"Tenaga dalam yang dimiliki Thi sauhiap telah punah, sekalipun
dia berniat untuk berbuat demikian, sayang tenaganya tidak
memadahi, teriakanmu itu bukankah hanya akan menyedihkan
hatinya saja?"
Oleh karena Pek leng siancu So Bwe leng tidak tahu kalau tenaga
dalam Thi Eng khi telah punah, disangkanya si kakek kurus itu telah
mempergunakan siasat licik untuk mencelakai Thi Eng khi.
Amarahnya kontan saja berkobar kobar tanpa memperdulikan apa
pun dia langsung menerkam kakek jangkung tersebut dan
mengajaknya beradu jiwa.
Kini pihak Ban seng kiong sebagai pemegang kartu, sudah barang
tentu mereka tak sudi melayani serangan gadis itu. Mendadak kakek
kurus itu membentak dengan suara menggeledek :
"Barang siapa berani bertindak secara sembarangan, jangan
salahkan kalau kami akan segara membacok mampus Thi Eng khi."
Sesungguhnya Pek leng siancu So Bwe leng adalah seorang gadis
yang tidak takut langit tidak takut bumi tapi dia amat menguatirkan
keselamatan jiwa Thi Eng khi. Mendengar ancaman tersebut, dia
benar benar dibikin ketakutan setengah mati bahkan matapun tak
berani melotot lagi, cepat cepat dia mundur kembali ke posisi
semula.
Sebaliknya Ciu Tin tin segera berseru lantang.

1233
"Syarat apakah yang kalian kehendaki? Katakan saja, asal kami
bisa mendapatkan dia kembali, syarat apapun akan kami
pertimbangkan."
"Syarat?" kakek kurus itu tertawa licik.
"Thi sauhiap adalah tamu agung Tee kun kami, bila kalian ingin
menginginkan pertukaran syarat, silakan saja dibicarakan dengan
Tee kun kami."
Ciu Tin tin mencoba untuk mengawasi sekejap keadaan situasi
yang terbentang di depan mata, dia tahu pada hakekatnya mustahil
bagi mereka untuk merampas kembali Thi Eng khi dari tangan
mereka, akan tetapi dia pun merasa tidak berlega hati membiarkan
Thi Eng khi dikirim ke istana Ban seng kiong.
Setelah berpikir sejenak, akhirnya dia berhasil menemukan suatu
cara yang ideal baginya namun sesungguhnya bukan suatu cara
yang terlalu baik. Dengan kening berkerut serunya tiba tiba :
"Aku akan menemaninya pergi ke istana Ban seng kiong!"
Berhubung Pek leng siancu So Bwe leng belum pernah berjumpa
dengan Ciu Tin tin, dia pun tidak kenal dengan gadis tersebut, maka
hatinya menjadi tidak karuan setelah menyaksikan sikap Ciu Tin tin
yang begitu hangat dan mesra terhadap Thi Eng khi semenjak
kemunculan anak muda tersebut.
Ketika mendengar kalau Ciu Tin tin hendak menemani engkoh
Eng nya menuju istana Ban seng kiong, tak kuasa lagi serunya
dengan perasaan hati yang kecut.
"Seharusnya tugas menghantar engkoh Eng pergi ke istana Ban
seng kiong merupakan tugasku meski kungfu enci ini bagus,
orangnya juga baik, namun aku tak berani merepotkan kau."
Ciu Tin tin melirik sekejap ke arah Pek leng siancu So Bwe leng,
tentu saja dia pun sungkan untuk menerangkan identitas sendiri di
hadapan orang, maka ucapan mana membuatnya tersipu sipu dan
cuma bisa tertawa getir saja. Untunglah Thi Eng khi segera
memperingatkan Pek leng siancu So Bwe leng pada waktu itu :

1234
"Adik Leng, bagaimana sih kau ini? Masa begitu tak tahu aturan
caramu berbicara dengan enci Tin?"
Betul, Pek leng siancu So Bwe leng belum pernah bersua muka
dengan Ciu Tin tin namun paling tidak ia pernah mendengar Thi Eng
khi membicarakan tentang soal ini, dia pun tahu akan watak Ciu Tin
tin serta hubungannya dengan Thi Eng khi. Ciu Tin tin memang
salah seorang gadis yang sudah lama ingin dijumpainya, sungguh
tak nyana kalau enci yang berilmu silat jauh lebih tinggi
dihadapannya sekarang adalah Ciu Tin tin.
Kalau dibayangkan kembali, Pek leng siancu So Bwe leng
sungguh amat jengah, tapi dia memang sudah terbiasa mencari
menangnya sendiri, dia pun tak ambil perduli di saat apa dan sedang
berada dimana, apa yang dipikirkan langsung saja disampaikan.
Dengan perasaan mendongkol dia segera menegur kepada Thi Eng
khi :
"Mengapa tidak kau katakan sedari tadi!"
Sikapnya yang polos, lincah dan manja ini kontan saja
menimbulkan gelak tertawa dari semua orang yang hadir. Tapi gadis
itu tidak memperdulikan hal hal semacam itu, sambil mendepakkan
kakinya berulang kali dia berseru keras :
''Apa sih yang menggelikan?"
Kemudian sambil melompat ke hadapan Ciu Tin tin, katanya lagi :
"Enci Tin, mari kita bersama sama menemani engkoh Eng menuju
ke istana Ban seng kiong!"
Sesungguhnya Thi Eng khi memang berniat untuk membiarkan
pihak lawan menangkap orang orang itu semua, sebab jika Ciu Tin
tin dan Pek leng siancu So Bwe leng dapat ikut pula menuju ke
istana Ban seng kiong, maka hal ini akan sangat menguntungkan
bagi dirinya. Namun diluarannya, dia harus menunjukkan sikap
menampik, karena dengan begitu baru cocok dengan keadaan yang
sebenarnya. Maka dia sengaja menghela napas, lalu katanya :
"Janganlah disebabkan kepentinganku seorang, sehingga kalian
pun ikut menyerempet bahaya, kalian harus tahu diatas bahu

1235
kalianlah tergantung nasib dari segenap umat persilatan yang ada di
dunia ini, kalian cepat pergi dari sini."
"Adik Eng," kata Ciu Tin tin sedih, "aku tak bisa membiarkan kau
pergi ke istana Ban seng kiong seorang diri!"
"Engkoh Eng," Pek leng siancu So Bwe leng berteriak keras pula,
"kalau harus mati, mari kita mati bersama sama, tanpa kau kita
semua tak bisa hidup."
"Sudah, sudah cukup, kalian tak usah ribut lagi, " seru kakek
kurus itu mendadak sambil tertawa seram, "segala sesuatunya
lakukan saja menurut perintah lohu!"
Pek leng siancu So Bwe leng segera mendengus :
"Hmmmm! Kau ini manusia macam apa? Mengapa kami harus
menuruti perkataanmu?"
Sambil menuding ke arah Thi Eng khi, kakek kurus itu berkata
lagi :
"Bila kalian tidak memperdulikan mati hidupnya Thi sauhiap lagi,
silahkan saja pergi sendiri, cuma... heeehhh.... heeehhh... jangan
menyesal kalian pada akhirnya!"
Kendatipun Pek leng siancu So Bwe leng keras kepala, tentu saja
ia tak berani menggunakan jiwa Thi Eng khi sebagai barang taruhan,
maka dia membungkam dalam seribu bahasa dan tak berani banyak
bertingkah lagi. Dengan sangat bangga kakek kurus itu berkata lagi :
"Bukan hanya kalian berdua saja yang harus mengikuti lohu
menuju ke istana Ban seng kiong, pokoknya setiap orang yang hadir
di arena sekarang harus menyerahkan diri dan menuruti perintah
kami, bila tak mau menurut, jangan salahkan bila lohu akan
menghabisi nyawa Thi sauhiap."
Kemudian setelah berhenti sejenak kemudian tambahnya dengan
suara dalam : "Sekarang aku akan menberi waktu selama setengah
perminum teh bagi kalian untuk berpikir, pertimbangkan dulu
jawabanmu!”

1236
Bu im sin hong Kian Kim siang, Sam ku sinni serta Bu Im sama
sama tertegun, perasaan hati mereka terasa amat berat. Ciu Tin tin
mengerutkan pula dahinya, kemudian termenung dan berpikir
beberapa saat lamanya. Tapi kemudian dia dapat melihat kalau
kakek kurus itu cuma menggertak sambal belaka, tak mungkin dia
berani melukainya secara bersungguh sungguh.
Apalagi Thi Eng khi merupakan orang yang dikehendaki Hian im
Tee kun, bagaimana mungkin si kakek kurus itu berani mengganggu
seujung rambutnya? Atau dengan perkataan lain asalkan semua
orang tidak berusaha menolong Thi Eng khi dengan menggunakan
kekerasan, sekalipun semua orang berlalu dari situpun si kakek
kurus kering itu tak berani berbuat apa apa terhadap Thi Eng khi.
Begitu teori tersebut berhasil dipahami olehnya, Ciu Tin tin
segera menggunakan ilmu menyampaikan suara memberitahukan
hal tersebut kepada semua orang dan menyuruh mereka selekasnya
pergi meninggalkan tempat itu, kalau bisa mereka pergi mencari
bala bantuan untuk mengusahakan pertolongan.
Pada mulanya, Bu im sin hong Kian Kim siang dan Sam ku sinni
sekalian enggan menyelamatkan diri dengan begitu saja, mereka
bersikeras hendak mendampingi Ciu Tin tin dan So Bwe leng menuju
ke istana Ban seng kiong. Tapi akhirnya karena tak tahan
menghadapi bujuk rayu dari Ciu Tin tin, mereka bertiga baru
menyetujui usul itu dengan paksa.
Saat itulah, tiba tiba Pek leng siancu So Bwe leng teringat akan
nasib si pencuri sakti Go Jit dan Siu Cu yang terjatuh di tangan
lawan, mengapa mereka tidak diminta dan diserahkan kepada Bu im
sin hong Kian Kim siang agar terhindar dari siksaan orang orang Ban
seng kiong. Berpikir demikian, dia lantas menyampaikan maksud
hatinya itu kepada Ciu Tin tin dengan ilmu menyampaikan suara.
Mendengar ucapan mana Ciu Tin tin segera memuji :
"Adik Leng, kau memang hebat, sedikit kerugianpun nampaknya
kau enggan derita, baiklah, akan kuturuti kehendakmu."

1237
Pek leng siancu So Bwe leng segera merasakan semangatnya
bangkit kembali, dengan sepasang mata yang dibelalakkan lebar
lebar, ditatapnya kakek kurus itu, kemudian ujarnya sambil tertawa :
“Nonamu paling tidak takut dengan ancaman apalagi gertak
sambal, sedangkan engkoh Eng kami pun bukan seorang manusia
yang takut menghadapi kematian, kau anggap kami semua adalah
orang orang tolol....? Siapa yang tidak tahu kalau kau pun tak berani
melukai engkoh Eng kami barang seujung rambut pun? Kami
bersedia menemani engkoh Eng menuju ke istana Ban seng kiong
karena hal ini muncul atas kemauanku sendiri, kau jangan salah
menganggap, apalagi kalau sampai mengira kami jeri kepadamu!”
Suara pembicaraannya makin lama semakin keras, bahkan
akhirnya ditambah dengan sebuah dengusan berat.
“Baik! Kita akan membuktikan untukmu sekarang, akan kulihat
kau bisa mengapakan engkoh Eng kami!”
Dia membalikkan badan kemudian berjalan keluar dari ruangan
tersebut....
Menyusul kemudian, Bu im sin hong Kian Kim siang turut tertawa
terbahak bahak pula.
“Haaaahhh... haaaahhh.... haaaahhh... nona Leng memang amat
cerdik, ucapanmu itu bagaikan membangunkan orang dari impian,
hampir saja kami terkecoh olehnya."
Dengan cepat dia mengikuti dibelakang Pek leng siancu So Bwe
leng dan berjalan keluar dari ruangan itu. Tak selang berapa saat
kemudian, Sam ku sinni ikut beranjak keluar dan dibelakangnya
mengikuti Bu Im. Sambil tertawa Ciu Tin tin berseru kemudian :
“Jika semua orang tidak jadi pergi ke Ban seng kiong, tampaknya
aku pun tak bisa pergi juga."
Dia berjalan dipaling belakang. Berbicara soal kepandaian silat,
jangan harap orang orang dari Ban seng kiong dapat menghalangi
kepergian mereka. Kakek kurus kering itu masih saja tak tahu diri,
dengan suara menggeledek bentaknya :

1238
"Jika kalian tidak berhenti lagi, jangan salahkan kalau lohu akan
turun tangan keji!"
"Seandainya kau berani melaksanakan ancamanmu, sudah sejak
tadi kau lakukan." kata Ciu Tin tin sambil berpaling dan tertawa.
Tiba tiba nada suara kakek kurus itu berubah melunak, katanya
kemudian :
"Walaupun lohu tak berani membunuh Thi sauhiap tapi untuk
menyiksanya sepanjang jalan tentu boleh bukan!"
Menyusul kemudian terdengar Thi Eng khi menjerit keras, sudah
jelas ada orang sedang menyiksanya. Serentak Ciu Tin tin sekalian
menghentikan langkahnya dan berpaling, tampak paras muka Thi
Eng khi berubah menjadi pucat pias seperti mayat, sekujur tubuhnya
gemetar keras. Sambil tertawa seram kakek kurus itu berseru :
“Lohu dapat mengetahui bahwa diantara kalian beberapa orang,
paling tidak ada dua orang yang tak akan tega untuk meninggalkan
tempat ini."
Pek leng siancu So Bwe leng segera membalikkan tubuhnya dan
menerjang ke arah kakek kurus tersebut, saking bencinya merah
membara sepasang matanya.
“Jika kau berani menyiksa engkoh Eng lagi, nonamu akan beradu
jiwa dengan kau."
Tampaknya kakek kurus itu dapat mengetahui kalau Pek leng
siancu So Bwe leng berwatak keras hati, dalam hati kecil dia benar
benar takut bila persoalan menjadi terbengkalai. Bila sampai
bentrok, sekali pun dia dapat membunuh Thi Eng khi, tapi pahalanya
karena berhasil menangkapnya hidup hidup akan sia sia belaka
apalagi jika ada yang melaporkan kejadian ini kepada Hian im Tee
kun, bila Tee kun sampai marah, bukankah dia bakal berabe sendiri?
Oleh sebab itu, setelah menyaksikan kenekatan dari Pek leng
siancu So Bwe leng, dia malah tak berani bertarung sungguh
sungguh dengannya, namun diluarnya mau tak mau dia harus

1239
mempertahankan kebuasannya. Maka dengan suara menggeledek
bentaknya :
"Budak, kau berani!"
"Mari kita beradu jiwa bersama sama, siapapun jangan harap bisa
hidup meninggalkan tempat ini!"
Tubuhnya yang sedang melakukan gerakan tubrukan sama sekali
tidak melambat. Untung saja Ciu Tin tin segera menyelinap ke depan
dan menghadang dihadapan Pek leng siancu So Bwe leng, serunya :
“Adik Leng, kau jangan bertindak gegabah, bila ada persoalan
marilah kita bicarakan secara pelan pelan."
Setelah berhasil membujuk Pek leng siancu So Bwe leng, Ciu Tin
tin segera berpaling ke arah si kakek kurus jangkung itu dan berkata
lagi dengan suara dingin :
Jilid 39
“Sekarang kau harus memandang jelas duduknya keadaan, bila
sampai mengambil jalan kekerasan, maka siapa pun jangan harap
bisa mendapatkan kebaikan, apa yang kau takuti sudah kami ketahui
dengan jelas, lebih baik kita bicarakan persoalan ini secara terang
terangan saja. Sebetulnya kau hendak menempuh jalan yang mana?
Mau sama sama menderita rugi ataukah bisa kembali ke istana Ban
seng kiong dengan lancar dan tanpa halangan sesuatu pun?”
Ketika rahasia hatinya dibongkar, kakek bertubuh kurus itu
menjadi mengenaskan sekali keadaannya, dia termenung sebentar
lalu tanyanya pelan :
“Kalian hendak mengajukan syarat apa?”
“Serahkan kedua orang itu kepada kami dan biarkan mereka
meninggalkan tempat ini.”
Sebelum kakek kurus itu memberikan pernyataannya, kakek yang
pernah bertarung melawan Bu Im itu sudah berseru :
“Tidak boleh, kalian ingin pergi kalian boleh segera pergi,
pokoknya kami berjanji tak akan menyiksa Thi sauhiap sepanjang
perjalanan ….!”
Mendengar perkataan tersebut, kakek kurus itu segera mengajak
kakek yang menampik itu untuk berunding, katanya :

1240
“Saudara Liu, kedua orang bocah perempuan ini berpengaruh
besar sekali terhadap Thi Eng khi, sulit bagi kita untuk mendapatkan
kesempatan sebaik ini untuk menguasai mereka.”
Kakek she Liu itu segera berkemak kemik mengemukakan pula
pendapatnya dengan ilmu menyampaikan suara :
“Saudara Oh, tenaga dalam yang dimiliki dua orang budak ini
sangat lihay, terutama sekali orang she Ciu itu, pada hakekatnya
memiliki kepandaian yang tiada taranya di dunia ini, apabila kita
harus mengajak serta mereka, bukankah sepanjang hari kita harus
menguatirkan mereka serta mencari kesulitan bagi diri sendiri?”
“Pendapat saudara Liu memang benar, tapi siaute rasa kita masih
mempunyai cara lain, ” kata kakek kurus she Oh lagi dengan ilmu
menyampaikan suara.
Pek leng siancu So Bwe leng yang menyaksikan mulut mereka
berkemak kemik segera tahu kalau orang orang itu sedang
berunding, tak tahan lagi serunya sambil tertawa dingin :
“Kalau hanya menghadapi persoalan sekecil ini saja sukar untuk
mengambil keputusan, buat apa kalian munculkan diri, untuk
membuat malu saja.”
Kakek kurus she Oh itu segera berkata :
“Kecuali kalian berdua bersedia membiarkan jalan darah kalian
ditotok hingga sepanjang jalan kami pun dapat berlega hati. Kalau
tidak, lebih baik kalian pergi saja, lohu pun tak ingin menahan kalian
lebih jauh.”
Permintaan seperti ini sesungguhnya sudah berada dalam dugaan
Ciu Tin tin serta Pek leng siancu So Bwe leng, maka paras muka
mereka sama sekali tidak menunjukkan kaget atau tercengang meski
telah mendengar perkataan itu, untuk dapat merawat dan melayani
kebutuhan Thi Eng khi sepanjang jalan, tentu saja mereka tak
pedulikan tentang persoalan tersebut.
Apalagi kedua orang itu tak ingin dirinya didahului oleh yang lain,
maka serentak mereka menyanggupi permintaan itu. Sedangkan Thi
Eng khi sendiri, untuk lebih memperlihatkan kesungguhannya, dia
menunjukkan sikap yang lebih gugup dan menderita, bahkan
berdaya upaya untuk membatalkan keputusan mereka berdua itu.
Bu im sin hong Kian Kim siang maupun Sam ku sinni juga mencak
mencak saking cemasnya, mereka segera berseru berulang kali :

1241
“Tolol! Pikun! Mengapa kalian menyanggupi persyaratan mereka?
Apakah kalian tidak takut kalau kawanan gembong iblis itu
mengingkari janji dan memberi penderitaan lain kepada kalian?”
Pek leng siancu So Bwe leng tidak menyahut, sebaliknya berseru
sambil memandang kearah kakek she Oh itu :
“Nah, sudah kalian dengar perkataannya itu?”
Dengan cepat kakek she Oh berseru :
“Istana Ban seng kiong merupakan suatu perkumpulan besar
didalam dunia persilatan, lohu menggunakan nama baik
perkumpulan kami sebagai jaminan untuk menghantar kalian bertiga
hingga tiba di istana Ban seng kiong dengan selamat!”
“Nona percaya dengan perkataanmu itu,” dengan cepat Ciu Tin
tin menanggapi.
Demi memperoleh kesempatan untuk merawat dan menjaga Thi
Eng khi, sekalipun orang lain akan mengingkari janji pun dia tidak
ambil peduli. Sebaliknya Pek leng siancu So Bwe leng segera
berkerut kening sembari serunya :
“Aku masih mempunyai sebuah syarat lagi!”
“Nona So masih ada syarat apa lagi?” Tanya kakek she Oh itu
dengan suara dalam.
Pek leng siancu So Bwe leng segera menunjuk kearah si Pencuri
sakti Go Jit dan Siu Cu, kemudian serunya :
“Serahkan mereka kepada guruku agar diajak pergi!”
“Tentang soal ini …..” kakek she Oh itu termenung sampai lama
sekali tanpa bisa menjawab.
Dengan kening berkerut Pek leng siancu So Bwe leng berseru
lagi:
“Apa itu ini, bila kalian benar benar memiliki kepandaian, apakah
tak bisa untuk menangkap mereka kembali?”
Ucapan tersebut penuh nada cemoohan dan menghina, sudah
barang tentu si gembong iblis tersebut dapat menangkapnya.
Bayangkan saja, bagaimana tak mendongkol hatinya sesudah
mendengar perkataan tersebut, apalagi syarat yang diajukan pun
tidak kelewatan. Maka sambil menggigit bibir menahan diri, serunya:
“Baik! Akan lohu kabulkan permintaanmu itu!”
Kemudian sesudah berhenti sejenak, kembali dia berkata :
“Tapi kau harus membiarkan kami untuk menotok jalan darah Ki
tong hiat mu lebih dulu.”

1242
Kali ini Pek leng siancu So Bwe leng tidak menampik, bahkan
serunya sambil manggut manggut :
“Silahkan saja turun tangan!”
Kakek she Oh itu segera menggerakkan tangan kanannya,
seketika itu juga jari telunjuk dan jari tengahnya berubah menjadi
hitam pekat menyeramkan sekali. Paras muka Bu im sin hong Kian
Kim siang berubah hebat, serunya dengan cemas :
“Iblis tua itu menggunakan ilmu jari Hek seng thian kang ci, nona
Leng, kau tidak boleh membiarkan tubuhmu tertotok, lebih baik kita
rundingkan kembali persoalan ini.”
Perlu diketahui, ilmu jari Hek seng thian kang ci yang dilatih
dengan racun jahat, apabila sampai tertotok, sekalipun bisa
mengerahkan tenaga untuk menembusi jalan darah pun tak ada
gunanya. Thi Eng khi berkerut kening, kemudian serunya pula
dengan suara gemetar :
“Adik Leng, perbuatanmu itu hanya membuat aku merasa tidak
tentram saja.”
Pek leng siancu So Bwe leng segera tertawa :
“Engkoh Eng, aku bersedia berbuat demikian atas dasar
kerelaanku sendiri, soal ini sama sekali tiada sangkut pautnya
dengan dirimu….”
Lalu dengan wajah berubah serius, kembali ujarnya kepada kakek
she Oh itu :
“Mengapa kau tidak berani turun tangan?”
Mencorong sinar buas dari balik mata kakek she Oh tersebut,
serunya kemudian :
“Kalau begitu terpaksa aku harus melakukan kesalahan!”
Dia melejit ke tengah udara lalu menotok jalan darah Ki tong hiat
pada tubuh So Bwe leng. Tampak diantara desingan angin jarinya
lamat lamat terlihat ada segaris hitam yang meluncur kearah jalan
darah Ki tong hiat di tubuh Pek leng siancu So Bwe leng.
Sambil menggertak gigi menahan diri, Pek leng siancu So Bwe
leng sama sekali tidak mendengus ataupun mengeluh, namun
seluruh tubuhnya telah basah oleh keringat dingin.
Sesudah menotok jalan darah Ki tong hiat ditubuh Pek leng
siancu So Bwe leng, kakek she Oh itu baru tertawa terbahak bahak.
“Haaahhhh…. haaahhhh….. haaahhhh….. Hek seng thian kang ci
memiliki kegunaan yang tak terkirakan, asal kau tidak mengerahkan

1243
tenaga, tanggung kau bisa bergerak dengan sekehendak hatimu
tanpa merasakan penderitaan apapun.”
Agaknya penderitaan yang dialami Pek leng siancu So Bwe leng
pun hanya berlangsung dalam waktu singkat, kini paras mukanya
telah pulih kembali seperti sedia kala, kembali dia berkata dingin :
“Sekarang adalah waktu kalian untuk melepaskan orang!”
Kakek she Oh itu segera mengulapkan tangan sembari berseru :
“Lepaskan Go Jit dan Siu Cu!”
Lotoa dari Seng kiong pat cun segera turun tangan
membebaskan jalan darah dari si pencuri sakti Go Jit dan Siu Cu.
Dengan lemah tapi penuh rasa terharu, kedua orang itu segera
merangkak bangun sembari berseru :
“Nona Leng!”
Tak tahan lagi airmatanya jatuh bercucuran membasahi wajah,
saking terharunya mereka sampai tak mampu mengucapkan sepatah
katapun ….
Pek leng siancu So Bwe leng segera menunjukkan sekulum
senyuman di ujung bibirnya, dia berkata :
“Kalian tidak usah berterima kasih kepadaku, aku hanya berbuat
demikian sambil lalu, sekarang ikutlah suhuku untuk berlalu dengan
cepat dari sini!”
Baik si pencuri sakti Go Jit maupun Siu Cu, kedua duanya cukup
mengetahui akan tabiat dari Pek leng siancu So Bwe leng, bersama
itu dia pun tidak memperkenankan mereka mengucapkan kata kata
berterima kasih, terpaksa sambil mengeraskan hati mereka berjalan
menuju ke hadapan Sam ku sinni untuk bersama sama berlalu dari
situ.
Ciu Tin tin lantas berkata kepada Bu im sin hong Kian Kim siang
dengan suara pelan:
“Kian locianpwe, harap kau membawa mereka segera
meninggalkan tempat ini.”
Menyaksikan keadaan telah berkembang menjadi begini, Bu im
sin hong Kian Kim siang hanya bisa menggelengkan kepalanya
berulang kali sambil menghela napas, katanya :
“Kalian harus baik baik menjaga diri.”
Kemudian serunya kepada Sam ku sinni :
“Sinni, lebih baik kita segera berlalu untuk melaksanakan
pekerjaan kita sendiri, ayo berangkat!”

1244
Dengan langkah lebar dia lantas beranjak keluar dari ruangan
tersebut. Siapa sangka, pada saat itulah mendadak meluncur datang
seseorang dari luar dan langsung menerkam kakek she Oh tersebut
.....
Semua orang adalah tokoh tokoh persilatan yang berilmu tinggi,
sekalipun gerakan tubuh orang itu sangat cepat, namun dalam
sekilas pandangan saja setiap orang dapat mengenalinya sebagai Bu
Nay nay....
Tanpa mengambil peduli keadaan di sekitar, Bu Nay nay segera
mengumpat dengan penuh kegusaran :
“Kalian manusia manusia keparat, Thi sauhiap telah kalian bawa
kemana?”
Bersamaan dengan seruan tersebut, Bu Nay nay menerjang
datang, lalu sepasang telapak tangannya diayunkan ke depan
menciptakan selapis bayangan serangan yang segera mengurung
seluruh tubuh kakek she Oh tersebut. Dengan cekatan kakek Oh
berkelit ke samping menghindarkan diri dari ancaman Bu Nay nay
dan segera terlihatlah Thi Eng khi yang semula dihalangi oleh
tubuhnya.
Bu Nay nay segera memandang kedepan, dengan cepat dia
menyaksikan seorang kakek yang lain sedang menempelkan telapak
tangan kanannya diatas jalan darah Pek hwee hiat ditubuh Thi Eng
khi dan memandang kearahnya sambil tertawa seram.
Tertawanya itu ternyata jauh lebih unggul daripada gertak
sambal atau pun kata ancaman yang lain, dengan ketakutan cepat
cepat Bu Nay nay menarik kembali serangannya dan melompat
mundur sejauh lima depa dari posisi semula. Ketika dia berpaling
kembali, terlihatlah Ciu Tin tin sedang berdiri di sana sambil
mengulumkan senyuman terpaksa.
Tampaknya tak usah diterangkan pun dia sudah tahu dengan
jelas bahwa semua orang yang hadir disitu telah diancam oleh orang
orang Ban seng kiong dengan Thi Eng khi sebagai sandera.
Pada saat inilah Bu Nay nay baru menyesali perbuatan sendiri,
gara gara ingin mencari menangnya sendiri, akibatnya dia terkena
siasat memancing harimau turun gunung, meski dalam
pertarungannya melawan kakek Oh sebanyak dua ratus gebrakan
lebih berhasil dimenangkan olehnya, namun setelah kembali ke
rumah penginapan, dia dapatkan Thi Eng khi telah diculik orang.

1245
Dengan susah payah dia mencari hingga menemukan tempat
tersebut namun sayang keadaannya sudah terlanjur memburuk
sehingga mustahil bisa diselamatkan lagi. Apalagi semua akibat
tersebut terjadi gara gara keteledorannya, semacam perasaan
berdosa segera menghantui perasaannya. Bu Nay nay adalah
seorang manusia yang berjiwa berangasan, mendadak sambil
melotot besar teriaknya keras keras :
“Tin tin! Nay nay telah melakukan kesalahan terhadap dirimu ….!”
Dia membalikkan badannya lalu dihantamkan keatas ubun ubun
sendiri. Ciu Tin tin sudah cukup mengetahui akan watak Bu Nay nay,
maka sementara dia masuk ke sana, segenap perhatian Ciu Tin tin
telah ditujukan kearahnya. Tatkala dia mengucapkan kata ‘Tin tin”
tadi, gadis itu sudah mengerahkan tenaga dalamnya ke lengan
kanan sambil bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan.
Menanti dia menggerakkan tangan kanannya, Ciu Tin tin segera
melancarkan sentilan jari ke udara dan menotok jalan darah Cian
keng hiat si nenek. Menyusul kemudian, bayangan manusia
berkelebat lewat, dia sudah berada dihadapan Bu Nay nay seraya
menegur :
“Nenek, inginkah kau menyaksikan Tin tin tetap hidup di dunia
ini?” Bu Nay nay mengangguk, namun seperti sungkan untuk
menjawab.
Kembali Ciu Tin tin berkata :
“Nay nay, bila kau menginginkan Tin tin hidup terus, maka
kaupun harus hidup terus demi Tin tin!”
Ciu Tin tin mengetahui dengan jelas watak dari Bu Nay nay,
daripada menghiburnya adalah lebih baik memegang titik
kelemahannya, ternyata tindakan tersebut memang menampakkan
hasilnya.
Tampak Bu Nay nay menunjukkan sebentar luapan emosinya,
kemudian manggut manggut. Ciu Tin tin segera membebaskan jalan
darah Bu Nay nay, kemudian katanya :
“Nay nay, harap kau mengikuti mereka berlalu dari sini!”
“Mengapa kau tidak turut serta?” Tanya Bu Nay nay agak
tertegun keheranan.
Ciu Tin tin menundukkan kepalanya rendah rendah sembari
menggelengkan kepalanya berulang kali. Bu Im segera berjalan
mendekat, lalu ujarnya :

1246
“Cici, nona Tin hendak menemani Thi sauhiap untuk berangkat ke
istana Ban seng kiong.”
Mendengar itu, Bu Nay nay segera mendongakkan kepalanya
sembari berseru :
“Tin tin, Nay nay pun akan menemani kau untuk menuju ke
istana Ban seng kiong, akan kulihat manusia macam apakah Hian im
Tee kun tersebut, apa pula yang bisa dia lakukan terhadap kita?”
“Nay nay, kau tak boleh turut,” buru buru Tin tin mencegah.
Bu Nay nay segera melotot gusar.
“Kalau kau boleh pergi mengapa Nay nay tidak boleh turut pergi
….?”
Si kakek Oh yang selama ini membungkam, mendadak berseru
lagi dengan suara sedingin es :
“Barang siapa ingin turut kami pergi ke istana Ban seng kiong
maka dia harus bersedia untuk ditotok dulu jalan darah Ki tong
hiatnya dengan ilmu jari Hek seng thian kang ci.”
“Enak amat jalan pemikiranmu itu,” teriak Bu Nay nay dengan
penuh amarah.
“Mari! Mari! kita mencoba saling beradu tenaga dalam, coba kita
lihat nanti kau yang berhasil menotok jalan darah Ki tong hiat ku
ataukah aku yang berhasil menotok jalan darah Ki tong hiatmu ….”
Sikap kakek she Oh tersebut bertambah angkuh lagi, kembali dia
berkata :
“Seorang lelaki yang cerdas tak akan beradu kekuatan dengan
kerbau, boleh saja bila kau ingin turut menuju ke istana Ban seng
kiong, tapi tiada jalan lain kecuali membiarkan lihu menotok dulu
jalan darah Ki tong hiatmu.”
Bu Nay nay segera mendengus dingin.
“Hammm, bagus sekali, nenekmu akan membuktikan kelihayanku
kepadamu!”
“Kalau kurang percaya, tanyakan saja kepada nona Ciu.”
Bu Nay nay segera berpaling kearah gadis tersebut sembari
bertanya keheranan :
“Tin tin, apa maksud dari kesemuanya ini?”
Terpaksa Ciu Tin tin harus mengisahkan kembali semua kejadian
yang telah dialaminya itu kepada Bu Nay nay. Selesai mendengar
kisah mana, Bu Nay nay segera tertawa tergelak dengan seramnya :

1247
“Benar benar suatu tindakan yang keji. Hmmm…. Wahai manusia
manusia Ban seng kiong, dengarkan baik baik, suatu hari aku si
nenek pasti akan menguliti kalian semua.”
Setelah berhenti sejenak, kembali dia berkata :
“Mari! Sekarang kita boleh turun tangan!”
Kakek she Oh tersebut memandang sekejap kearah Ciu Tin tin,
lalu katanya :
“Lohu akan segera turun tangan!”
Sebenarnya dia ingin memperhatikan dulu sikap maupun mimik
wajah Ciu Tin tin sebab kepandaian silat yang dimiliki Ciu Tin tin
terlampau hebat, dia kuatir sekali apabila gadis itu bertindak diluar
dugaan. Tapi ucapan mana segera memancing ejekan dan
cemoohan Bu Nay nay.
“Hmmmm…. Hanya mengandalkan sepatah kata saja sudah
cukup membuat hatiku ketakutan? Hmmm, siapa menyuruh kau
tidak turun tangan ….?”
Berhubung Ciu Tin tin tahu kalau Bu Nay nay merasa amat
berdosa kepadanya, diapun tak tega menampik kehendak hatinya,
terpaksa sambil mengeraskan hati dia manggut manggut.
Kakek she Oh tersebut segera turun tangan dengan cepat
menotok jalan darah Ki tong hiat di tubuh Bu Nay nay. Akibat dari
totokan tersebut, Bu Nay nay menjadi kesakitan setengah mati
hingga wajahnya hijau membesi dan peluh dingin bercucuran keluar,
seperti pula Pek leng siancu So Bwe leng, ia sama sekali tidak
mengeluh.
Bukan begitu saja, bahkan ia sempat melotot kakek she Oh itu
lekat lekat, membuat orang yang dipandang itu menjadi bergidik dan
ngeri sekali, ia benar benar kuatir apabila suatu ketika Bu Nay nay
sungguh sungguh mengkuliti badannya.
Bu im sin hong Kian Kim siang sekalian telah pergi meninggalkan
tempat tersebut. Akhirnya Ciu Tin tin pun tidak melawan ketika
kakek she Oh itu menghadiahkan pula sebuah sodokan jari Hek seng
thian kang ci keatas jalan darahnya.
Dengan lemas dan tak bersemangat Bu im sin hong Kian Kim
siang sekalian meninggalkan kuil Thian che bio, belum pernah
sepanjang hidup mereka mengalami mati kutu seperti apa yang
dialaminya hari ini.
Ketiga orang tua itu merasa kehilangan muka, maka siapapun tak
bersemangat untuk berbicara, si pencuri sakti Go Jit maupun Siu Cu

1248
pun tidak mengucapkan sepatah kata pun. Yang terdengar kini
hanya ujung baju yang terhembus angin, mereka berangkat menuju
ke luar kota Tin kang dengan kecepatan tinggi. Akhirnya Bu im sin
hong Kian Kim siang menghentikan perjalanannya, kemudian setelah
menghela napas panjang katanya :
“Sinni, persoalan mengenai Go tayhiap dan nona Siu Cu harap
kau suka memperhatikan.”
“Aaaai, tampaknya kita memang harus kembali ke partai Thian
liong pay,” ucap Sam ku sinni.
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia balik bertanya :
“Kian tua, apakah kau tak akan menuju ke Thian liong pay?”
“Aku harus pergi mencari Keng thian giok cu Thi Keng untuk
berupaya menolong Thi sauhiap.”
Sam Ku sinni yang tidak mengetahui keadaan sesungguhnya
menjadi sangat terkejut, segera serunya :
“Kian tua, buat apa kau harus mencari penyakit bagi diri sendiri?
Mau apa kau mencari Thi tua? Apalagi dia hanya seorang Tongcu,
aku kuatir kalau dia tak mampu banyak berkutik.”
Bu im sin hong Kian Kim siang segera tertawa lebar :
“Sinni, bukankah kau telah bersua dengan seorang lohu yang lain
....?” Dengan cepat Sam ku sinni menyadari hal yang sebenarnya, dia
lantas berseru :
“Oooh, rupanya Thi tua yang berada dalam istana Ban seng kiong
adalah Thi tua gadungan?”
Setelah menghela napas, dia melanjutkan :
“Thi tua memang aneh, entah kemana larinya semangat serta
kebesaran jiwanya yang pernah mengagumkan segenap umat
persilatan dimasa lalu? Dia begitu bersabar diri membungkam dalam
seribu bahasa, membuat kami sobat sobat lamanya menjadi bingung
dan tidak memahami suara hatinya.”
“Thi tua mempunyai kesulitan yang tak bisa diutarakan, lebih baik
kita bicarakan persoalan ini dikemudian hari saja, sekarang lohu
ingin mohon diri lebih dulu.”
Setelah memberi hormat kepada Sam ku sinni, dia lantas
mengajak Bu Im untuk menempuh perjalanan bersama dia.
Sedangkan Sam ku sinni dengan mengajak serta si pencuri sakti Go
Jit dan Siu Cu berangkat kembali ke partai Thian liong pay.

1249
Sementara itu, Bu im sin hong Kian Kim siang yang mengajak Bu
Im menempuh perjalanan bersama telah melakukan perjalanan
mereka dengan cepat, siang dan malam menuju ke markas besar
istana Ban seng kiong di bukit Wu san. Sepanjang jalan, Bu Im
bertanya kepada Bu im sin hong Kian Kim siang, apa sebabnya
sepeninggalnya dari bukit Bu gi san, lantas tiada kabar beritanya
lagi.
Secara ringkas Bu im sin hong Kian Kim siang segera
membeberkan rencana empat tokoh besar di dalam usahanya
menyusup ke istana Ban seng kiong, bahkan dia pun membeberkan
bagaimana Keng thian giok cu Thi Keng dan Sim ji sinni telah
menyaru sebagai komplotan iblis tersebut dan menyusup ke dalam
markas musuh.
Mengetahui akan hal ini, dengan perasaan risau Bu Im lantas
berkata :
“Aaaai, kalau begitu sayang sekali orang yang menyaru sebagai
cianpwe telah dibunuh nona Tin, apakah kejadian ini amat
berpengaruh terhadap rencana yang telah cianpwe sekalian susun?”
Bu im sin hong Kian Kim siang menghela napas panjang :
“Aaai, bukan cuma berpengaruh, pada hakekatnya rencana kami
bisa jadi akan hancur berantakan.”
“Aaah, sedemikian seriusnya?” seru Bu Im terkejut.
“Penyaruan dari Thi tua sekalian sudah mulai dicurigai orang,
sesungguhnya kedatanganku kemari adalah untuk menghabisi
nyawa orang yang menyaru sebagai diriku itu sehingga dapat
menyelundup ke istana Ban seng kiong dan melenyapkan Hian im
Tee kun dari muka bumi, sebab kami kuatir persoalan yang berlarut
larut dapat menyebabkan usaha kami selama ini terbengkalai.”
Perjalanan yang harus ditempuh bukan sehari dua hari saja,
walaupun mereka telah menempuh perjalanan cepat dengan
sepenuh tenaga, dan mereka pun percaya pasti dapat mendahului
Thi Eng khi sekalian, akan tetapi perasaan gelisah yang mencekam
perasaan mereka kian hari kian bertambah besar.
Hari ini, sampailah mereka di kota Swan cong. Dalam keadaan
lelah dan gelisah, dua orang tokoh persilatan ini telah berubah
menjadi kurus lagi kuyu. Setelah masuk kota, sebenarnya mereka
hendak mencari rumah penginapan untuk beristirahat. Malahan
mereka sudah hampir masuk ke dalam sebuah rumah penginapan
waktu itu, namun tiba tiba saja Bu im sin hong Kian Kim siang

1250
menghentikan langkahnya sambil berubah muka, lalu tanpa
mengucapkan sepatah katapun dia menarik Bu Im dan diajak kabur
meninggalkan tempat tersebut.
Bu Im menjadi kebingungan dan tidak habis mengerti, tanyanya
kemudian :
“Kian tua, memangnya di rumah penginapan itu ada setannya?
Mengapa kau melarikan diri terbirit birit?”
Tampaknya Bu im sin hong Kian Kim siang tidak bernapsu untuk
menjawab pertanyaan tersebut, dia hanya celingukan kesana
kemari, kemudian berbelok tikungan masuk keluar gang sempit,
bahkan perjalanan ditempuh amat cepat sekali, dimana pada
akhirnya dia malah kabur dengan mengerahkan ilmu Hu kong keng
im yang diandalkan.
Seandainya dia bukan terpaksa harus berhenti untuk
memperhatikan keadaan di sekelilingnya lebih dulu, nyaris Bu Im
ketinggalan jauh dan tak mampu menyusulnya. Bu Im semakin
keheranan lagi, dia tidak habis mengerti apa sebabnya Bu im sin
hong Kian Kim siang menunjukkan sikap yang membingungkan
tersebut hari ini.
Sementara itu, matahari telah tenggelam di langit barat, senja
pun menjelang tiba. Bagaikan diuber setan saja, kedua orang itu
melakukan perjalanan yang sangat cepat menelusuri jalan bukit
yang terjal dan bergerak ke depan tiada hentinya. Suatu ketika
mendadak Bu im sin hong Kian Kim siang mendongakkan kepalanya
dan memperhatikan posisi rembulan, setelah itu katanya sambil
menghela napas :
“Untung saja kita tak sampai menyia nyiakan waktu!”
“Kian tua, sebenarnya apa yang terjadi?” Bu Im keheranan
setengah mati, “tentunya dapat kau terangkan kepadaku bukan?”
Bu im sin hong Kian Kim siang bertindak sangat berhati hati
sekali, sekalipun berada di daerah tanpa penghuni, ia tetap berbicara
dengan mengerahkan ilmu menyampaikan suara :
“Tempat ini sudah dekat letaknya dari bukit Wu san, mata mata
pihak Ban seng kiong tersebar dimana mana, untuk keuntungan dan
keamanan kita sendiri, lebih baik setiap pembicaraan kita lakukan
dengan ilmu menyampaikan suara.”
Walaupun Bu Im menertawakan sikap kelewat berhati hati dari
rekannya, namun ia menyahut juga dengan ilmu menyampaikan
suara :

1251
“Bu Im akan turut perintah!”
Walaupun Bu Im dan empat tokoh dunia persilatan berasal dari
jaman yang sama, namun kemunculannya justru terlambat dua
puluh tahun lamanya, apalagi dia pun tidak memiliki prestasi
maupun nama besar yang bisa diandalkan, itulah sebabnya dia
cukup tahu diri dan berhati hati dalam setiap perkataan.
Saat itulah Bu im sin hong Kian Kim siang baru menghembuskan
napas panjang, katanya :
“Aku telah melihat tanda bahaya yang ditinggalkan oleh Tiang
pek lojin!”
"Kalau begitu So tua berada disekitar tempat ini?” seru Bu Im
terkejut.
Bu im sin hong Kian Kim siang segera manggut manggut.
"Yaa, setelah melihat tanda bahaya tersebut, aku telah mengikuti
tanda rahasia yang ditinggalkannya sepanjang jalan hingga sampai
di sini, kemungkinan besar dia berada disekitar tempat ini.”
"So tua menghadapi masalah gawat apa?"
"Tanda rahasianya amat sederhana dan tidak menerangkan apa
apa tapi diterangkan
bahwa tengah malam nanti akan berlangsung suatu pertarungan
mati hidup disekitar tempat ini."
Mendengar itu, Bu Im lantas berpikir :
“Dengan kepandaian silat yang dimiliki So tua pun masih
mengirim tanda bahaya, sudah jelas kalau persoalan ini bukan suatu
masalah sederhana.”
Tampaknya Bu im sin hong Kian Kim siang sedang dicekam pula
oleh pelbagai masalah besar, dia hanya membungkam dalam seribu
bahasa sambil mengawasi rembulan di angkasa. Bu Im merasa
kurang leluasa untuk mengusik ketenangannya, maka dia hanya
berdiri tenang saja di samping arena.
Segulung angin bukit berhembus lewat…..
Menyusul kemudian terdengar suara ujung baju terhembus angin
berkumandang datang, dua sosok bayangan manusia nampak
bergerak mendekat dengan langkah cepat, nampaknya sambil
berjalan mereka sedang membicarakan sesuatu.
Sebagai jago kawanan yang berpengalaman, sudah barang tentu
kedua orang jago kita tidak berdiam diri saja, setelah saling
berpandangan sambil tertawa, mereka segera menyelinap ke balik
hutan belantara. Tak selang berapa saat kemudian, sampailah

1252
pendatang tersebut ditempat mereka semula berdiri, sinar rembulan
kebenaran mencorong diatas wajah mereka.
Tatkala menjumpai raut wajah orang orang itu, Bu Im nampak
seperti tertegun, kemudian bisiknya :
“Aku kenal dengan mereka berdua.”
“Siapakah mereka?”
“Entahlah!”
Bu im sin hong Kian Kim siang jadi tertawa geli.
“Bu lote” ia berkata, “aku jadi bingung oleh perkataanmu….!”
"Berapa bulan berselang, ketika aku sedang mengambil buah
Hian ko, hampir saja aku tewas diujung telapak tangan mereka.”
Bu im sin hong Kian Kim siang cukup mengetahui akan
kemampuan Hua lik sinking milik Bu Im, kalau ia bisa berkata
demikian berarti kepandaian silat yang dimiliki kedua orang itu luar
biasa sekali...
Usia kedua orang itu sudah menanjak tua, diantara enam tujuh
puluh tahunan, wajah mereka yang kuning hangus berbentuk
segitiga, mukanya bagaikan pinang di
belah dua, sudah jelas kalau mereka adalah saudara kembar.
Perawakan kedua orang itupun tidak terlampau tinggi atau terlalu
rendah, tidak gemuk ataupun kurus, seandainya wajah mereka yang
berbentuk segitiga itu diganti dengan wajah yang lebih menarik,
niscaya orang akan menganggap mereka sebagai dua orang
enghiong. Tapi kesan yang diberikan oleh bentuk wajahnya adalah
seram, licik dan memuakkan.
Setelah berdiri sesaat, salah seorang di antaranya lantas berkata
pelan :
"Sebenarnya siapa sih yang harus kita hadapi hari ini? Maka kami
berdua yang diutus untuk menghadapinya?”
Kalau didengar dari nada pembicaraannya itu, seakan akan dia
memandang kelewat tinggi kedudukan sendiri.
"Loji, kau jangan menganggap kedudukan Lei san siang hiong
(sepasang orang gagah dari bukit Lei san) kelewat tinggi, berbicara
yang sebenarnya tingkat ke berapa sih kedudukan kita berdua dalam
istana Ban seng kiong?”
Lei san siang hiong yang terdiri dari sang lotoa Ang sah ciang
(Pukulan pasir merah) Phang Put jin dan loji Hek sah ciang (Pukulan
pasir hitam) Phang Put gi. Mereka sudah termashur puluhan tahun

1253
lamanya di dalam dunia persilatan sebagai sepasang gembong iblis
yang buas dan berhati keji.
Walaupun Bu im sin hong Kian Kim siang belum pernah bersua
dengan mereka, paling tidak toh pernah mendengar juga nama
kedua orang itu, mau tak mau dia harus berkerut kening juga
dengan kenyataan tersebut, sekarang dia baru mulai mengenali
ketakutan yang sesungguhnya dari pihak Ban seng kiong.
Sementara itu, sang loji Hek sah ciang Phang Put gi telah berkata
lagi dengan nada tak senang hati :
"Dengan kedudukan kita sekarang tidak sepantasnya bila
ditugaskan untuk berada di bawah seorang wakil tongcu dan
menerima perintah mereka!”
“Loji, keliru besar bila kau berkata demikian,” kata Lotoa Ang sah
ciang Phang Put jin, “kau harus tahu kalau Tee kun sangat
menghargai kita serta menganggap kita sebagai orang
kepercayaannya, di dalam ini aku dapat merasakan kesulitan serta
kehendak Tee kun dalam keputusannya ini, tidak pantas kalau kita
menganggap hal ini sebagai suatu sakit hati, perlu diketahui bila
urusan telah berhasil nanti kekuasaan yang sesungguhnya masih
tetap berada ditangan kita….”
"Hmmm, tapi sekaranglah aku yang tak tahan!" Hek sah ciang
Phang Put gi mendengus.
“Sebagai seorang lelaki yang sejati, dia harus bisa mengulur bisa
pula menyusut, aku harap selanjutnya kau bisa sedikit menguasai
diri, perlu kau ketahui nama besar Tee kun tak mungkin bisa kita
tandingi dengan begitu saja.”
Berbicara sampai disitu, mendadak ia berbisik :
"Ada orang datang!"
Mereka berdua segera berdiri menghadang ditengah jalan.
Bagaikan segulung angin, tampak tiga sosok bayangan manusia
meluncur datang dengan kecepatan luar biasa. Orang yang berjalan
didepan adalah Tiang pek lojin So Seng pak, sedangkan
dibelakangnya mengikuti dua bersaudara Cia yang lebih dikenal
sebagai Boan san siang koay.
Begitu menyaksikan kemunculan Tiang Pek lojin So Seng pak, Lei
san siang hiong segera menyingkir ke samping sambil memberi
hormat, serunya cepat :
"Hamba menyambut kedatangan Tongcu!”

1254
“Hmmm… siapa sih yang menjadi Tongcu Ban seng kiong
kalian?” dengus Tiang pek lojin So Seng pak sambil berkerut kening,
"lohu adalah So Seng pak yang asli dan suci."
“Sejak kapan kau sudah tidak menjadi tongcu kami lagi?” seru Lei
san siang hiong agak tertegun.
Tiang pek lojin So Seng pak segera tertawa terbahak bahak :
“Haaahhh….. haaahhh…. Haahhh…. Kapan sih lohu pernah
menjadi Tongcu kalian? Harap kalian jangan salah melihat orang…!”
Sang loji dari Lei san siang hiong yang berwatak paling
berangasan menjadi naik pitam dengan suara menggeledek dia
sege¬ra membentak keras :
“Aku tak ambil perduli siapakah kau, pokoknya sebagai anggota
istana kami, siapa pun dilarang menaiki bukit ini!”
“Lohu datang kemari untuk memenuhi undangan,” seru Tiang
pek lojin sembari melotot besar, "kalau toh aku dilarang untuk naik
ke atas bukit, baiklah, jangan salahkan kalau lohu mengingkar janji
lagi!”
Dia berpaling dan serunya kepada Boan san siang koay :
“Lote berdua, mari kita pergi saja!”
Dia membalikkan badan siap meninggalkan bukit tersebut. Lei
san siang hiong tertegun, cepat cepat lotoa menghadang jalan pergi
Tiang pek lojin sambil berseru:
“Kalau memang So tua datang untuk memenuhi undangan,
silahkan saja naik ke bukit.”
Baru selesai dia berkata, kembali terlihat ada dua sosok
bayangan manusia yang meluncur datang dengan kecepatan luar
biasa. Orang yang berjalan dipaling depan ternyata bukan lain
adalah Tiang pek lojin So Seng pak. Yang lebih aneh lagi pakaian
maupun dandanannya sama sekali tidak berbeda jauh dengan Tiang
pek lojin yang datang lebih duluan tadi...
Tiang pek lojin yang datang lebih duluan itu segera berpaling ke
arah Lei san siang hiong, kemudian ujaraya sembari tertawa
terbahak bahak :
“Haaahhh… haaahhh…. Haaahhh…. coba kalian saksikan!
Bukankah lohu bisa menciptakan diri menjadi beribu bagian? Mau
kulihat sekarang apa yang bisa kalian lakukan?”
Tiang pek lojin So Seng pak yang datang belakangan segera
tertawa seram :

1255
“Heehhh... heeehhh…. heeehhhh... justru lohu sengaja
mengundangmu kemari untuk menyelidiki penyaruanmu tersebut,
bila punya nyali mari naik ke atas bukit, tak perlu banyak ngebacot
lagi di sini.”
Dalam pada itu,Bu Im yang berada di tempat persembunyianpun
dibuat kebingungan setengah mati, kepada Bu im sin hong Kian Kim
siang segera tanyanya :
“Diantara kedua orang itu, siapa sih yang merupakan So tua
sesungguhnya?”
“Tentu saja Tiang pek lojin yang datang lebih duluan adalah
Tiang pek lojin yang asli!” sahut Bu im sin hong Kian Kim siang
tanpa berpikir panjang lagi.
Menyaksikan jawabannya begitu meyakinkan, Bu Im semakin
terkejut bercampur ke-heranan, kembali dia bertanya :
“Kian tua, mengapa kau bisa membedakannya di dalam sekali
tebakan saja?"
Bu im sin hong Kian Kim siang segera menunjuk ke atas sebuah
jarum pentul yang berada dipakaian sendiri, setelah itu sahutnya :
"Sebab dia pun mengenakan ini!"
Bu Im segera menyadari apa gerangan yang telah terjadi,
serunya dengan cepat :
“Oooh...rupanya kalian sudah mengadakan perjanjian
sebelumnya.”
“Bila terjadi pertarungan nanti, kau jangan sampai salah
membantu yang lain,” pesan Bu im sin hong Kian Kim siang.
Sambil tertawa Bu Im manggut manggut :
“Tak usah kuatir Kian tua, setelah adanya tanda tersebut, aku tak
bakal salah lagi.”
Dalam pada saat itu Lei san siang hiong sedang mengawasi Tiang
pek lojin yang datang belakangan sambil termangu, lama sekali
mereka belum juga berbicara tampaknya kedua orang gembong iblis
tersebut sudah dibuat kebingungan setengah mati. Akhirnya loji Hek
sah ciang Phang Put gi membentak keras, sambil melompat ke
depan Tiang pek lojin yang datang belakangan, dia berseru dengan
suara rendah:
“Siapakah kau sebenarnya? Kau harus tahu, lohu berdua bukan
manusia yang gampang dipermainkan semaunya sendiri!”
Tiang pet lojin yang datang belakangan segera menunjukkan
sikap sedingin es, katanya tiba tiba :

1256
“Lohu adalah Pek hou tongcu adanya!”
Sembari berkata dia mengeluarkan sebuah lencana berwarna
putih perak dan diayunkan didepan mata. Terbentur batunya loji dari
Lei san siang hiong merasa gusar bercampur mendongkol, namun
dia pun tak berani mengumbarnya keluar, malah dengan sikap yang
menghormat dia berkata :
“Silahkan Tongcu!"
Dengan gaya yang sok Tiang pek lojin So Seng pak gadungan
berjalan menuju ke hadapan Tiang pek lojin So Seng pak asli
kemudian setelah mendengus katanya :
“Lohu akan menantikan kedatanganmu di atas bukit, harap kau
jangan melarikan diri dari sini!"
Setelah mengutarakan perkataan maka tanpa banyak berbicara
lagi dia melejit ke udara dan melesat lebih dulu menuju ke atas bukit
tersebut. Tiang pek lojin So Seng pak yang tulen segera
mendongakkan kepalanya dan berpekik nyaring, dengan membawa
Boan san siang koay dia pun meluncur ke atas puncak bukit.
Sepeninggal kedua orang itu, loji dari Lei san siang hiong baru
meludah ke atas tanah, kemudian serunya dengan gemas :
"Suatu ketika lohu pasti akan menyuruh kau rasakan kelihayan
dari kami berdua!”
Mendadak terdengar seseorang tertawa dingin sembari menegur
:
“Percuma saja kalian berdua menjadi pembantunya Tee kun,
karena kalian tak pernah memahami perasaan atasan dan selalu saja
menggerutu sambil mengomel, cara kerja kalian semacam ini paling
kubenci. Hmmm! Lohu hendak menjatuhi hukuman untuk kalian
berdua!"
Lei san siang hiong segera menyebarkan diri sambil melompat
mundur sejauh satu kaki kemudian membalikkan badan sembari
bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan. Tampak Hian bu
Tongcu Bu im sin hong Kian Kim siang serta seseorang yang
wajahnya terasa pernah dikenal, sedang mengawasi mereka berdua
sambil tertawa dingin.
Lei san siang hiong merasa terkesiap, bergidik seluruh tubuh
mereka...
Ternyata Bu im sin hong Kian Kim siang dan Bu Im telah selesai
berunding, mereka hendak memanfaatkan kesempatan yang sangat
baik ini untuk melenyapkan Lei san siang hiong dari muka bumi. Hal

1257
ini dilakukan sebagai persiapan suatu langkah mundur yang aman
dan selamat...
Bersama itu pula dia telah menduga kedua gembong iblis ini
belum mendapat kabar tentang kematian dari Bu im sin hong
gadungan, oleh sebab itu, dia berhasrat untuk menggertak mereka
serta membuat pikiran mereka jadi kacau, dengan begitu apabila
sampai terjadi pertarungan maka lebih mudah baginya untuk meraih
hasil.
Walaupun Lei san siang hiong merupakan manusia manusia buas
yang tidak takut langit tidak takut bumi, terhadap Hian im Tee kun
nyatanya takutnya setengah mati. Tindakan dari Bu im sin hong Kian
Kim siang barusan pada hakekatnya telah membuat mereka menjadi
ketakutan setengah mati.
Terutama sekali sang lotoa Ang sah ciang Phang Put jin, dia
kuatir sekali perkataan dari loji tersebut akan menggusarkan Bu im
sin hong Kian Kim siang, buru buru serunya sembari menjura.
"Harap Kian tua jangan salah paham, sesungguhnya rasa
mendongkol adikku hanya tertuju untuk Tiang pek lojin gadungan,
kami sama sekali tak berani bersikap tak puas terhadap Tee kun.”
Mencorong sinar setajam sembilu dari balik mata Bu im sin hong
Kian Kim siang, ditatapnya wajah Hek sah ciang Phang Put gi lekat
lekat, kemudian serunya dengan suara dalam :
"Benarkah maksud tujuanmu yang sesungguhnya persis seperti
apa yang diutarakan lotoa mu?”
Menghadapi sikap yang begitu jumawa dan takabur macam
begini, jangan lagi manusia yang berangasan, sekalipun tak
gampang marahpun akan dibuat naik pitam juga.
Paras muka Hek sah ciang Phang Put gi kontan saja berubah
menjadi merah jengah, tak selang berapa saat kemudian berubah
kembali menjadi hijau membesi, dadanya naik turun tak menentu,
sudah jelas amarah orang ini sudah mencapai pada puncaknya dan
dia hendak berbuat nekad.
Ang sah ciang Phang Put jin yang menyaksikan keadaan adiknya
itu segera menghampiri Hek sah ciang Phang Put gi kemudian
dicengkeramnya urat nadi adiknya agar ia tak bisa mengerahkan
tenaga. Sesudah itu dengan ilmu menyampaikan su¬ara dia baru
memperingatkan :
"Seorang lelaki sejati tak akan mencari kerugian yang berada di
depan mata, di sekitar tempat ini terdapat banyak sekali jago lihay

1258
istana kita, bila benar benar sampai bertarung, niscaya sulit buat kita
untuk melanjutkan hidup."
Hek sah ciang Phang Put gi memang berangasan orangnya,
namun bukan berarti dia adalah manusia yang sama sekali tak
berotak, setelah diberi petunjuk lotoanya, dia pun mendongakkan
kepala sambil tertawa terbahak bahak, rupanya dia menggunakan
gelak tertawa tersebut untuk melampiaskan keluar semua perasaan
mendongkolnya.
Setelah puas tertawa, dia baru membungkukkan badannya
memberi hormat seraya berkata :
"Kian tongcu harap menjadi periksa, hamba tidak mempunyai
maksud begini."
Bu im sin hong Kian Kim siang pun segera berubah sikapnya,
dengan senyum dikulum dia pun berkata :
"Lohu juga tahu kalau kalian berdua amat setia kepada Tee kun
tapi berhubung akupun sedang memangku tugas jadi mau tak mau
setiap kecurigaan mesti dilakukan pemeriksaan. Bila ucapanku tadi
telah menyinggung perasaan kalian, harap kalian berdua suka
memaafkan."
Betapa girangnya Lei san siang hiong setelah rneyaksikan
perubahan sikap dari Bu im sin hong Kian Kim siang, dengan wajah
gembira mereka seru bersama :
"Aaah, Tongcu kelewat merendah, dikemudian hari kami masih
membutuhkan petunjuk dari Tongcu.”
"Kalian berdua kelewat sungkan! Kalian berdua kelewat
sungkan..." seru Bu im sin hong Kian Kim siang berulang kali.
Mendadak ia menepuk bahu Bu Im, kemudian serunya lagi :
"Apakah kalian berdua kenal dengan sobat ini?”
Lei san siang hiong tidak mengetahui maksud tujuan Bu im sin
hong Kian Kim siang yang sesungguhnya, tanpa terasa ia menjadi
tertegun dibuatnya. Tapi dengan cepat mereka pun teringat kembali
akan perbuatan yang pernah berlangsung akibat sebiji buah Hian ko
tempo hari, tanpa terasa perasaan yang telah menjadi tenang kini
bergolak kembali.
Untuk beberapa saat lamanya kedua orang itu benar benar tak
tahu bagaimana mesti menjawab, namun mereka pun tak bisa
berlagak pilon terus, maka sikap maupun gerak geriknya menjadi
serba runyam dan tersipu sipu.

1259
Setelah tertawa tergelak Bu im sin hong Kian Kim siang oerseru
kembali.
"Air bah menerjang kuil raja naga, sebagai orang sekeluarga
ternyata tidak saling mengenal…haaahhh... haaahhh…haaahhh.... ini
namanya tidak bertarung tidak saling mengenal. Bu lote, kejadian
yang sudah lewat biarkan saja lewat dan tak usah dipikirkan didalam
hati, mari! Mari! Mari! Biar aku sebagai juru damai saja, berjabatan
tanganlah kalian untuk damai!"
Bu Im segera maju ke depan sembari berseru :
“Siaute Bu Im, bila masa lalu banyak melakukan kesalahan
terhadap kalian gara gara sebiji buah Hian ko, harap kalian sudi
memaafkan!”
Dia mengulurkan tangan kanannya sambil berjalan menuju ke
hadapan Lei san siang hiong, dia telah bersiap siap untuk berjabatan
tangan dengan mereka. Tergerak hati Lei san siang hiong
menyaksikan hal itu, lotoa segera memberi tanda kepada loji, dan
loji pun mengerahkan tenaga dalamnya ke dalam tangan kanan
sambil menyambut uluran tangan Bu lm tersebut.
Menanti dia merasa kalau Bu Im sama sekali tidak bermaksud
untuk melukainya, dengan perasaan lega katanya kemudian sambil
tertawa lebar :
"Baik, baik, siaute bersedia mengikat tali persahabatan dengan
saudara Bu!”
Dengan cepat ke dua orang itu saling berjabatan tangan dengan
akrabnya seakan akan dua orang sobat lama saja. Waktu itu,
sebenarnya Ang sah ciang Phang Put jin telah mengerahkan
tenaganya untuk bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan
yang tidak diinginkan. Melihat loji dan Bu Im saling berjabatan
tangan dengan tenteram, maka sewaktu tiba gilirannya berjabatan
tangan dengan Bu Im pun dia telah mengendorkan
kewaspadaannya.
Dengan cepat kedua orang itu saling berjabatan tangan, siapa
tahu di saat ini pula Bu Im membalikkan jari tangannya sambil
mencengkeram urat nadinya, segulung hawa panas dengan cepat
menyerang ke dalam tubuhnya dengan dahsyat. Menanti Ang sah
ciang Phang Put jin menyadari akan datangnya bahaya dan ingin
menghimpun tenaga dalamnya, sayang keadaan sudah terlambat,
dia lantas berseru:
“Saudara Bu, kau.... ”

1260
Bu Im tidak menyahut, sebaliknya lakasna sambaran kilat dia
membalikkan tangannya menotok jalan darah Jit kan hiat di tubuh
Ang sah ciang Phang Put jin. Ang sah ciang Phang Put jin yang
sudah banyak melakukan kejahatan ini segera menemui ajalnya
dalam keadaan yang mengenaskan.
Semua peristiwa tersebut berlangsung dalam waktu singkat,
menanti Hek sah ciang Phang Put gi merasa kalau gelagat tidak
menguntungkan serta bersiap sedia melancarkan serangan, telapak
tangan kanan Bu im sin hong Kian Kim siang telah menempel diatas
jalan darah Pay sim hiatnya.
“Kau pun sudah cukup banyak melakukan kejahatan!” seru Bu im
sin hong Kian Kim
siang kemudian.
Tenaga pukulannya segera dimuntahkan keluar, tubuh Hek sah
ciang Phang Put gi segera mencelat sejauh beberapa kaki dan tewas
dengan isi perut hancur tak karuan. Untuk melenyapkan kedua
orang gembong iblis ini tanpa mengejutkan anggota istana Ban seng
kiong lainnya mau tak mau mereka harus menggunakan sedikit
siasat, dengan begitu lenyaplah nyawa Lei san siang hiong tanpa
menimbulkan suara berisik apapun.
Berhasil dengan pekerjaannya, mereka saling berpandangan
sambil tertawa, kemudian meluncur keatas puncak bukit. Dibawah
sinar rembulan, tampak ada tiga pasang bayangan manusia sedang
melangsungkan pertarungan seru diatas puncak bukit itu. Selain itu,
terdapat pula empat orang kakek berjubah kuning yang masing
masing berada disatu sudut sambil mengawasi jalannya pertarungan
ditengah arena.
Tampaknya Tiang pek lojin gadungan adalah seorang yang ingin
menang, ternyata dia turun tangan sendiri untuk melangsungkan
pertarungannya melawan Tiang pek lojin. Pertarungan berlangsung
amat seru dan gencar, untuk beberapa lamanya kedua belah pihak
sama sama belum berhasil untuk meraih satu kemenangan. Setelah
menyaksikan situasi yang dihadapinya, diam diam Bu im sin hong
Kian Kim siang berunding sebentar dengan Bu Im kemudian masing
masing mengincar seorang kakek berjubah kuning dan menyusup ke
arah mereka.
Berhubung disekeliling bukit itu sudah dilakukan penjagaan yang
berlapis lapis maka keempat kakek berjubah kuning itu sama sekali
tak menyangka bakal ada orang yang menyergap mereka, waktu itu

1261
segenap pikiran maupun perhatian mereka ditujukan ke tengah
arena guna menghadapi segala kemungkinan. Itulah sebabnya
walaupun Bu im sin hong Kian Kim siang serta Bu Im telah berhasil
menyelundup ke belakang tubuh mereka pun, kakek berjubah
kuning tersebut belum merasakan juga datangnya ancaman bahaya
tersebut.
Ilmu meringankan tubuh Bu im sin hong Kian Kim siang boleh
dibilang tiada tandingannya dikolong langit diluar Thi Eng khi
maupun Ciu Tin tin, maka seandainya kakek berjubah kuning itu
tidak menyadari akan kehadirannya, keadaan tersebut masih bisa
dibilang mendingan. Namun, kalau sampai kehadiran Bu Im pun
sama sekali tidak mereka sadari, pada hakekatnya hal ini merupakan
yang paling mengenaskan.
Bu im sin hong Kian Kim siang segera melejit ke tengah udara,
dari situ dia lancarkan sebuah totokan ke arah punggung salah
seorang diantara kakek berjubah kuning itu. Tiga orang kakek
berjubah kuning lainnya yang berada pada arah lain tentu saja dapat
menyaksikan datangnya sergapan tersebut namun belum sempat
berteriak untuk memberi peringatan, kakek berjubah kuning itu
sudah terkena serangan kilat yang dilancarkan Bu im sin hong Kian
Kim siang tepat pada jalan darah Siau yau hiatnya, tak ampun dia
jatuh tak sadarkan diri.
Tiga orang kakek berjubah kuning lainnya menjadi tertegun
menghadapi situasi semacam ini. Bu Im yang menyaksikan
kesempatan yang sangat baik mendadak melompat ke depan dan
menotok pula jalan darah seorang kakek berjubah kuning lainnya.
Dua orang kakek berjubah kuning yang masih segar tak sempat
melihat jelas berapa banyak musuh yang turut didalam penyergapan
tersebut, mereka tak berani meninggalkan posisi masing masing
untuk Bu im sin hong Kian Kim siang serta Bu Im. Dengan suatu
gerakan yang cepat mereka membalikkan badan untuk memeriksa
keadaan disekeliling sana, setelah tahu kalau yang datang hanya dua
orang, mereka baru melejit ke udara dan menerjang Bu im sin hong
Kian Kim siang serta Bu Im secara garang.
Sekarang, lima pasang sosok bayangan manusia yang berada
dipuncak saling bertarung dengan sengitnya. Dengan kepandaian
silat yang dimiliki Bu im sin hong Kian Kim siang, ternyata untuk
beberapa saat lamanya belum berhasil menaklukkan lawan
lawannya. Boan san siang koay telah menunjukkan gejala tak kuat

1262
untuk bertarung lebih lanjut, posisinya telah berada dibawah angin,
rupanya sebentar lagi pun mereka akan roboh.
Pertarungan semacam ini lebih menguntungkan jika diselesaikan
dalam waktu singkat, karena bila keadaan berlarut larut, sekalipun
dapat meraih kemenangan mutlak, toh akan kehilangan tujuan
mereka yang sebenarnya maka dari itu Bu im sin hong Kian Kim
siang merasa sangat gelisah.
Kakek berbaju kuning yang bertarung melawan Bu im sin hong
Kian Kim siang benar benar keteter hebat. Dibawah serangan Bu im
sin hong yang ketat dan dahsyat meski sudah berada dalam posisi
dibawah angin tapi mustahil bisa dilakukan dalam dua tiga puluh
jurus mendatang. Lagipula kakek berjubah kuning itupun amat
cekatan, selain mengambil posisi bertahan, dia berpekik panjang
tiada hentinya untuk mengundang datangnya bala bantuan.
Menghadapi situasi semacam ini, angin pukulan yang dilancarkan
Bu im sin hong Kian Kim siang bertambah gencar dan rapat, namun
perasaannya pun ikut bertambah tegang.
Dalam situasi yang amat kritis inilah mendadak dari sisi tubuh Bu
im sin hong Kian Kim siang berkumandang suara bisikan dari Keng
thian giok cu Thi Keng yang dipancarkan dengan ilmu
menyampaikan suara :
“Waktu amat kritis dan mendesak, siaute segera akan turun
tangan membantumu.”
Betapa girangnya Bu im sin hong Kian Kim siang setelah
mendengar bisikan itu, serunya pula dengan ilmu menyampaikan
suara :
“Bagus sekali kedatangan Thi tua, sekarang kita sedang
menghadapi manusia manusia buas yang berbahaya bagi umat
persilatan, kita tak perlu mempersoalkan gengsi atau nama baik lagi,
siaute akan menyambut bantuanmu dengan senang hati.”
Baru saja dia selesai berkata, mendadak dijumpainya gerak
serangan dari kakek berjubah kuning itu menjadi lebih lamban, jelas
ia sudah termakan sergapan jari sakti yang dilancarkan Keng thian
giok cu Thi Keng secara diam diam. Sebagai seorang jagoan yang
berilmu sangat tinggi, tentu saja Bu im sin hong Kian Kim siang tidak
menyia nyiakan kesempatan yang sangat baik itu, dengan jurus Ci
thian hua tee (nenuding langit menggaris bumi) dia totok tubuh
kakek berjubah kuning itu.

1263
Berhasil dengan serangannya, Bu im sin hong Kian Kim siang tak
sempat untuk memeriksa lagi bagaimana keadaan kakek berjubah
kuning itu sesudah terkena serangannya, dia membalikkan badan
dan balik menubruk ke arah kakek berjubah kuning yang sedang
bertarung dengan lotoa dari Boan san siang koay tersebut.
Setelah Bu im sin hong Kian Kim siang menerjang ke arah kakek
berjubah kuning yang lain, kakek yang bertarung melawannya tadi
baru roboh terjengkang ke tanah dalam keadaan tak sadarkan diri.
Disamping itu, tampaknya Bu Im juga memperoleh bantuan diluar
dugaan, secara lancar dan gampang ia berhasil menaklukan kakek
berjubah kuning yang menjadi lawan bertarungnya, begitu berhasil
diapun menerkam kakek berjubah kuning yang bertarung melawan
jikoay Cia Gun. Hampir pada saat yang bersamaan, dari belakang
batu cadas melompat keluar Keng thian giok cu Thi Keng yang
langsung menghantam tubuh Tiang pek lojin gadungan.
Berada dalam posisi semacam ini, rasanya mustahil baginya
untuk menghindarkan diri lagi dari serangan Thian liong ciang yang
dilancarkan Keng thian giok cu Thi Keng. Terdengar Tiang pek lojin
gadungan mendengus tertahan lalu roboh terkapar di tanah dengan
batok kepalanya hancur berantakan, hancur termakan pukulan maut
dari Keng thian giok cu Thi Keng.
Sekarang tinggal dua orang kakek berjubah kuning yang masih
bertarung namun dibawah kerubutan banyak orang, mereka pun tak
bisa bertahan terlalu lama, tak selang berapa saat kemudian
merekapun terluka parah dan kehilangan kemampuan. Dua orang
kakek berjubah kuning yang terakhir ini nampak terperanjat sekali
setelah menyaksikan Keng thian giok cu Thi Keng turun tangan
membunuh Tiang pek lojin gadungan, segera serunya tertahan :
“Thi tongcu, kau....”
Dengan kening berkerut Keng thian giok cu Thi Keng berseru :
“Cia lote berdua, tolong bantulah lohu untuk melenyapkan bibit
bencana dikemudian hari!”
“Terima perintah!” sahut dua bersaudara Cia dari Boan san
bersama sama.
Mereka berdua turun tangan menghajar kedua orang kakek
berjubah kuning yang terluka itu sehingga tewas seketika.
Memandang kedua sosok jenasah tersebut, Keng thian giok cu Thi
Keng segera menjura dalam dalam sembari berkata :

1264
“Sukma kalian berdua di alam baka tentu tahu, harap maafkan
lohu yang mempunyai kesulitan yang tak bisa diutarakan, mau tak
mau terpaksa kami harus bertangan keji dengan menyingkirkan
kalian dari muka bumi ini.”
Keng thian giok cu Thi Keng memang seorang manusia yang
berjiwa besar sekalipun dengan keji dia telah membunuh orang
namun sikapnya masih cukup membuat kagum orang lain. Setelah
minta maaf kepada dua sosok mayat dari kakek berjubah kuning itu,
tidak sempat menyapa semua orang lagi, segera perintahnya lagi
kepada Boan san si¬ang koay :
“Lote berdua, kalian masih harus membantu kami dengan
menghantar jenasah dari gembong iblis yang menyaru sebagai So
lote ini sebagai So lote yang sesungguhnya. Hantarlah dia turun dari
bukit ini.”
Mula mula Boan san siang koay agak tertegun namun dengan
cepat mereka dapat memahami maksud hati dari Thi Keng.
Terdengar Keng thian giok cu Thi Keng berkata lagi :
“Sedangkan So lote sendiri harus menyaru pula sebagai So lote
gadungan di dalam istana Ban seng kiong!”
Sebagai jago kawanan yang sangat berpengalaman dalam dunia
persilatan, tentu saja Boan san siang koay memahami maksud hati
dari Thi Keng, yakni mereka disuruh menganggap jenasah jenasah
gembong iblis tua itu sebagai Tiang pek lojin asli dan membawanya
melarikan diri turun bukit. Dengan wajah serius, mereka lantas
berkata :
“Kami berdua memahami maksud hati Thi lo, harap kau tak usah
kuatir, setelah meninggalkan bukit ini gembong iblis tersebut adalah
So toako kami”
“Kecuali lote berdua, lebih baik jangan sampai ada pihak ketiga
yang mengetahui rencana ini,” pesan Tiang pek lojin So Seng pak
lagi.
Boan san siang koay segera menjura kepada semua orang lalu
berkata :
“Kami ingin mohon diri lebih dulu, moga moga kalian suka
menjaga diri baik baik demi kesejahteraan dan keamanan umat
persilatan pada umumnya!”
Dengan ji koay yang membopong jenasah Tiang pek lojin
gadungan, berangkatlah kedua orang itu meninggalkan bukit.
Mendadak Bu im sin hong Kian Kim siang membentak keras :

1265
“Harap kalian berdua suka berhenti sebentar!”
Boan san siang koay membalikkan badannya dan balik kembali ke
tempat semula, kemudian ujarnya :
“Kian tua ada petunjuk apa?”
Sambil menunjukkan arah jalan dimana ia lalui sewaktu naik
gunung, Bu im sin hong Kian Kim siang berkata :
“Kalian berdua boleh turun gunung melewati jalan ini, semua
penghadang sepanjang jalan telah lohu dan Bu lote bersihkan,
dengan begitu kalian pun bisa mengurangi banyak kesulitan.”
“Terima kasih!” sahut Boan san siang koay bersama sama.
Sekali lagi mereka melejit ke udara dan meluncur turun ke bawah
bukit..
Jilid 40
Sepeninggal kedua orang itu, Bu im sin hong Kian Kim siang
segera mengenalkan Bu Im kepada Keng thian giok cu Thi Keng
serta Tiang pek lojin So Seng pak. Semua orang adalah tokoh tokok
termashur dalam dunia persilatan, berada dalam keadaan dimana
waktu adalah emas, mereka tidak banyak berbicara lagi, kedua belah
pihak pun saling menganggukkan kepalanya sebagai tanda
perkenalan. Secara ringkas Bu im sin hong Kian Kim siang
menceritakan kisah tertangkapnya Thi Eng khi kepada Thi Keng.
Mendengar penuturan tersebut, dengan kening berkerut Keng
thian giok cu Thi Keng berpikir beberapa saat, kemudian katanya
sambil menghela napas :
“Belakangan ini, menurut hasil laporan yang diterima di istana
Ban seng kiong, jago jago kepercayaan dari gembong iblis tua
tersebut berhasil menjebak kawanan jago persilatan kenamaan di
bukit Cian san, bahkan tak lama lagi akan dibawa pulang ke istana
bila kita ingin melaksanakan rencana pertolongan, maka yang
penting adalah menolong jago jago persilatan tersebut lebih dulu,
tentang cucuku, dia toh sudah kehilangan tenaga dalamnya sekali
pun kita selamatkan jiwanya tak bakal bermanfaat bagi keadaan,
aku rasa lebih baik biarkan saja dia ditawan.”
Begitu Keng thian giok cu Thi Keng menyelesaikan kata katanya,
Bu im sin hong Kian Kim siang yang bersusah payah datang dari
tempat jauh untuk menolong Thi Eng khi ini menjadi kecewa sekali.
Namun berhadapan dengan manusia yang berjiwa luhur dengan
mengutamakan kepentingan umum lebih dulu sebelum kepentingan

1266
pribadi, timbul juga perasaan kagum dan hormatnya. Ia merasa
kurang leluasa untuk mendesak lebih jauh maka ia pun
membungkam dalam seribu bahasa. Thi Eng khi adalah cucu
menantu Tiang pek lojin, sudah barang tentu Tiang pek lojin pun
merasa kurang leluasa untuk banyak berbicara…..
Saat inilah Bu Im segera mengusulkan.
“Menurut pendapat Bu Im, kalau toh didalam melaksanakan
rencana semula cianpwe sekalian kekurangan Kian cianpwe seorang
sehingga sukar dilaksanakan dengan sempurna, sedangkan usaha
untuk menolong para jago kenamaan yang tertawan dibukit Cian san
pun belum tentu akan berhasil dengan sukses, menurut Bu Im
mengapa kita tidak manfaatkan kesempatan yang ada sekarang
untuk membawa Kian lo serta Bu Im memasuki istana Ban seng
kiong dan mencari kesempatan untuk menolong mereka secara
diam-diam? Entah bagaimanakah menurut pendapat kalian?”
Bu im sin hong Kian Kim siang segera bertepuk tangan memuji,
serunya dengan cepat :
“Usul dari Bu lote memang dapat dilaksanakan, mengapa kita
tidak manfaatkan kesempatan ini untuk menyelundup ke dalam
istana Ban seng kiong? Harap Thi lo memutuskan.”
Dengan wajah berseri Keng thian giok cu Thi Keng segera
berkata :
“Kalau begitu kita harus membuat dosa terhadap lote berdua... ”
Berbicara sampai disitu, dia lantas turun tangan menotok jalan
darah Bu im sin hong Kian Kim siang serta Bu Im. Sambil tertawa
Tiang pek lojin So Seng pak segera berkata:
“Thi toako, aku akan segera membebaskan jalan darah keempat
orang itu.”
Tubuhnya berkelebat ke depan dan telapak tangannya diayunkan
berulang kali, dalam waktu singkat dia telah membebaskan jalan
darah dari keempat kakek berjubah kuning yang tertotok itu.
Semenjak jalan darahnya tertotok, keempat orang kakek berjubah
kuning itu selalu berada dalam keadaan tak sadar. Setelah mendusin
mereka pun tidak mengetahui kalau Tiang pek lojin So Seng pak
yang berada dihadapan mereka sekarang bukanlah Pek hou tongcu
yang tadi, begitu melompat bangun dari atas tanah, serentak
mereka bertanya kepada Tiang pek lojin So Seng pak.
“Tongcu, apakah orang yang menyaru sebagai tongcu itu sudah
dimusnahkan?”

1267
Tiang pek lojin So Seng pak menghela napas panjang :
“Aaaai.., hampir saja kita terkecoh hari ini, coba kalau Thi tongcu
tidak datang tepat pada saatnya dan berhasil membinasakan orang
yang menyaru sebagai diriku serta membekuk dua orang lainnya,
entah bagaimanakah keadaannya nanti?”
Salah seorang diantara keempat kakek berjubah kuning itu
segera bertanya :
“Lantas ke mana perginya jenasah dari orang yang menyaru
sebagai tongcu?”
“Jenasah telah dilarikan oleh Boan san siang koay.”
Ketika satu diantara kakek berjubah kuning itu menyaksikan Bu
im sin hong Kian Kim siang tergeletak ditanah, dengan perasaan
tercengang ia lantas berseru :
“Hei, bukankah orang ini adalah Kian tongcu?”
“Siapa tahu? Kami tidak dapat memastikannya dengan begitu
saja, terpaksa harus dibawa pulang dulu ke istana kemudian baru
diselidiki lebih jauh!”
Berbicara sampai disitu, dia lantas menitahkan kepada kedua
orang kakek berjubah kuning itu agar membopong tubuh Bu im sin
hong Kian Kim siang dan Bu Im. Baru saja akan turun gunung,
segulung angin berhembus lewat disusul munculnya seseorang.
Orang tersebut bukan lain adalah Ban li tui hong (selaksa li pengejar
angin) Cu Ngo yang sudah lama tak nampak batang hidungnya, dia
menuju ke hadapan Keng thian giok cu Thi Keng, kemudian agak tak
tenang lapornya :
“Thi ciangbunjin serta para jago kenamaan dari berbagai partai
telah sampai dalam istana harap tongcu berdua segera kembali ke
istana untuk berunding.”
Keng thian giok cu Thi Keng dan Tiang pek lojin So Seng pak
saling berpandangan sekejap, seakan akan mereka sedang bilang :
“Begitu cepat mereka sudah dibawa kesini!”
Suasana di atas puncak Wu san puncak Wang soat hong istana
Ban seng kiong nampak diliputi kegembiraan yang meluap lu¬ap.
Siapa pun tak menyangka, dunia persilatan berhasil dikuasai oleh
pihak Ban seng kiong hanya didalam semalaman saja. Dalam
seharian ini, secara beruntun Hian im Tee kun telah membuat tiga
macam surat perintah. Surat perintah yang pertama merupakan
suatu pengumuman yang menggembirakan semua anggota
perguruannya, isi pengumuman tersebut adalah begini

1268
“Segenap ciangbunjin dari berbagai perguruan dan orang orang
kenamaan dari seantaro jagad, besok lusa tengah hari akan datang
ke istana kami untuk bergabung dengan kami semuanya, disamping
itu ciangbunjin dari Thian liong pay Thi Eng khi akan berkunjung
pula ke istana untuk melebur permusuhan menjadi persahabatan,
kemudian bersama sama ciangbunjin dari pelbagai perguruan besar
dan orang kenamaan dari seantero jagad akan melangsungkan pesta
perjamuan untuk merayakan hari yang damai...”
Surat perintah kedua menitahkan kepada segenap anggota istana
Ban seng kiong agar dalam dua hari selesai menghiasi jalanan
sepanjang sepuluh li menuju ke istana untuk menyambut
kedatangan para jago persilatan itu sebagai tamu agung, selain pula
mengundang jago jago lainnya agar ikut menghadiri perayaan mana.
Sedangkan surat perintah ketiga berbunyi dalam pesta perayaan
yang bakal diselenggarakan nanti akan diadakan pembagian hadiah
menurut pahala yang dibuat setiap orang.
Dalam pada itu, dibagian belakang istana Ban seng kiong, dibalik
sebuah ruangan yang mungil dikelilingi gunung gunungan dan
kolam, duduklah dengan tenang tiga tokoh sakti dari dunia
persilatan. Mereka adalah Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji sinni
dan Tiang pek lojin So Seng pak.
Bu im sin hong Kian Kim siang dan Bu Im yang ditawan, setelah
dibebaskan jalan darahnya secara diam diam oleh Keng thian giok cu
Thi Keng. kemudian diserahkan kepada anggota Ban seng kiong
lainnya agar disekap sambil menunggu dijatuhi hukuman. Maka Bu
im sin hong Kian Kim siang dan Bu Im menjadi tawanan dari istana
Ban seng kiong, mereka tak dapat hadir dalam ruangan megah
bersama Keng thian giok cu Thi Keng sekalian untuk bersama sama
merundingkan tindakan yang bakal diambil untuk menghadapi
kejadian besar esok pagi.
Sekilas pandangan, Keng thian giok cu Thi Keng sekalian bertiga
seakan akan sedang bersemedi dalam keadaan lupa segala galanya.
Padahal pada saat itu, mereka sedang mempergunakan ilmu Hu hi
sim ing (irama hati suara perut) yakni semacam ilmu sakti setingkat
lebih tinggi dari ilmu Coan im ji mi untuk merundingkan siasat guna
menolong orang dan menaklukan musuh.
Kekuatan yang dimiliki pihak Ban seng kiong benar benar diluar
dugaan mereka semula. Dilihat dari hal ini, bisa disimpulkan bahwa
rencana mereka untuk mengerubuti Hian im Tee kun tak akan bisa

1269
terwujud. Dari keempat kekuatan yang semula disiapkan, kini
berkurang dengan Bu im sin hong Kian Kim siang seorang, berbicara
soal kekuatan sudah jelas merupakan suatu pukulan yang cukup
berat, mereka telah kehilangan keyakinan untuk bisa meraih
kemenangan dan justru inilah merupakan salah satu alasan
mengapa rencana tersebut dibatalkan.
Tapi masih ada satu alasan yang lain lagi, yakni pada hakekatnya
mereka tidak pernah memperoleh kesempatan yang baik untuk
mengerubuti Hian im Tee kun. Entah disaat dan keadaan apapun
Hian im Tee kun tak pernah menerima mereka bersama tanpa
membawa pengawal, oleh sebab itu kekuatan mereka pun tak
pernah dapat terhimpun untuk mengerubuti gembong iblis tua
tersebut.
Bila sedang berada dalam suatu pertemuan yang dihadiri jago,
tentu saja mustahil bagi mereka untuk turun tangan, jangan dikata
kelihayan dari gembong iblis itu sendiri, ke delapan kakek berjubah
merah yang selalu mendamping Hian im Tee kun pun memiliki
kemampuan yang tak boleh dianggap enteng.
Sekalipun kekuatan gabungan dari mereka berdelapan belum
tentu bisa mengungguli empat tokoh sakti ini, namun untuk
menaklukkan mereka paling tidak mereka harus bertarung sampai
ratusan gebrakan lebih dahulu. Apalagi jika harus dua lawan satu,
keempat orang tokoh sakti itu makin tak akan peroleh keuntungan
apa apa. Dan sekarang, mereka bertiga pun tidak berhasil
menemukan suatu cara yang paling baik dan paling besar
kemungkinannya untuk berhasil dengan sukses.
Sekalipun mereka bisa menggabungkan Bu im sin hong Kian Kim
siang dan Bu Im dengan mereka semuapun, belum tentu
kemenangan bisa diperoleh secara gampang. Sementara mereka
bertiga masih memutar otak mendadak seorang gadis cantik berbaju
hijau munculkan diri dalam ruangan dan memotong pembicaraan
mereka.
Begitu melangkah masuk ke dalam ruangan, gadis berbaju hijau
itu segera melapor :
“Tee kun mengundang tongcu bertiga agar masuk ke ruang
semedi untuk berunding.”
Selesai berkata, gadis berbaju hijau itu segera mengundurkan
diri.

1270
Sepeninggal nona berbaju hijau itu, dengan wajah berseri Tiang
pek lojin segera berseru:
“Oooh, rupanya Thian masih melindungi umat persilatan untuk
hidup dengan merdeka!”
“So lo sicu jangan keburu bergembira dulu,” cegah Sim ji sinni
dengan cepat, “dengan mengandalkan gabungan tenaga kita bertiga
dapatkah menaklukan gembong iblis tersebut, hingga kini masih
merupakan suatu tanda tanya besar, apalagi siapa yang bisa
menduga apakah dia telah mempersiapkan gembong iblis lainnya
didalam ruang tersebut atau tidak.”
“Sebagai seorang Kun cu, yang penting adalah berusaha sedapat
mungkin, soal keberhasilan atau kegagalan, hal tersebut merupakan
masalah kedua,” sambung Keng thian giok cu Thi Keng dengan
semangat yang berkobar kobar.
“Toako,apakah kita memerlukan bantuan dari Bu im sin hong
saudara Kian dan Bu lote?” tanya Tiang pek lojin So Seng pak.
“Waktu tidak mengijinkan kita untuk berbuat sampai ke situ,
untung saja aku telah membebaskan jalan darah mereka, dengan
kecerdasan Kian lote, semestinya dia dapat mengusahakan suatu
upaya untuk lo¬los dari kurungan, maka aku pikir lebih baik kita
kerjakan dulu pekerjaan yang sedang kita hadapi.”
Kemudian tanpa berbicara lagi mereka bertiga bersama sama
keluar dari ruangan dan berangkat menuju ke ruang semedi dari
Hian im Tee kun. Di dalam ruang semedi, tampak Hian im Tee kun
berdiri seorang diri di situ dan menyambut kedatangan mereka
dengan senyuman dikulum...
Melihat hal mana dengan emosi yang bergolak ketiga orang itu
segera berpekik di hati “Oooh... Thian!”
Tak terlukiskan gejolak emosi yang mereka alami sekarang,
mereka mengira inilah kesempatan yang sangat baik buat mereka
untuk melenyapkan Hian im Tee kun dari muka bumi. Apabila
mereka bertiga berhasil menaklukan gembong iblis tua ini maka
dunia persilatan pasti akan terselamatkan, atau sekalipun tak
mampu mempertahankan diri, mereka masih dapat memaksakan
suatu pertarungan adu jiwa.
Keng thian giok cu Thi Keng setelah melangkah masuk ke dalam
ruangan segera bergerak menuju ke lima depa disisi kiri Hian im Tee
kun, Sim ji sinni menuju ke kanan sedangkan Tiang pek lojin berada
di tengah pintu...

1271
Dengan cepat mereka membentuk posisi mengepung dari tiga
penjuru...
Hian im Tee kun berlagak seakan akan tidak melihat keadaan
tersebut, bahkan dengan senyuman dikulum katanya :
“Lusa adalah hari yang paling gembira bagi istana kita karena itu
sengaja kuundang kedatangan tongcu bertiga untuk membicarakan
suatu masalah.”
Keng thian giok cu Thi Keng menganggap saatnya yang paling
baik telah tiba, dia enggan untuk banyak berbicara lagi dengan Hian
im Tee kun, setelah memberi tanda dengan kerlingan mata ke arah
Sim ji sinni serta Tiang pek lojin So Seng pak, hawa murninya yang
berada dalam pusar segera dihimpun. Siapa tahu baru saja hawa
murninya terhimpun, mendadak nadinya terasa linu dan hawa murni
yang telah berkumpul itupun membuyar secara tiba tiba...
Betapa terkejutnya Keng thian giok cu Thi Keng setelah
menyaksikan kejadian tersebut, dia segera berpekik dihati:
“Aduh, celaka aku!”
Tanpa terasa dia berpaling dan memandang sekejap ke arah Sim
ji sinni serta Tiang pek lojin, paras muka mereka berdua berubah
menjadi pucat pias seperti mayat atau dengan perkataan lain kedua
orang rekannya sama sama dicelakai orang secara diam diam.
Sambil tertawa terkekeh kekeh Hian im Tee kun berseru :
“Ambilkan kursi!”
Tiga orang nona berbaju hijau muncul dari pintu luar sambil
membawa tiga buah kursi, kemudian diletakkan dihadapan Hian im
Tee kun, setelah itu seorang satu membimbing ketiga tokoh sakti itu
untuk duduk.
Dengan suara menggeledek Keng thian giok cu Thi Keng segera
berteriak :
“Lohu sekalian lebih suka mengakhiri hidup saja.”
“Thi lo, buat apa kau mesti memandang persoalan ini amat
serius,” ujar Hian im Tee kun sambil tertawa licik, “seandainya lohu
benar benar berniat mencelakai kalian, tak nanti akan kuperlakukan
kalian sampai hari ini sebagai tamu agungku, bahkan akupun tak
usah bersusah payah untuk menciptakan Hua kong san (bubuk
pembuyar tenaga) untuk menghadapi kalian.”
Hua kong san adalah sejenis bubuk beracun yang tidak berwarna,
tidak berasa dan tidak berbau, barang siapa terkena racun tersebut,
asal tidak mengerahkan tenaga dalam maka meski sedang

1272
bersemedi pun tak akan merasakannya. Bila didalam dua puluh
empat jam setelah keracunan, sipenderita tidak mengerahkan
tenaga dalam daya kerja racun itu akan punah dengan sendirinya
tanpa bekas. Oleh sebab itu, dalam dua puluh empat jam setelah
keracunan, si penderita tak boleh marah atau mengerahkan tenaga
sehingga memancing bekerjanya racun itu.
Cara penggunaannya pun sangat sederhana, bubuk racun itu
cukup diletakkan didalam ruangan, orang akan menghisapnya ke
dalam tubuh tanpa sadar dan mereka pun akan keracunan tanpa
terasa pula. Tak heran kalau ketiga orang tokoh sakti itu tertipu
mentah mentah.
Keng thian giok cu Thi Keng bertiga belum pernah merasakan
sendiri racun semacam itu, tapi mereka pernah mendengar racun itu
dari cerita orang persilatan, sungguh tak nyana mereka bertiga
harus merasakan sendiri hari ini. Ketiga orang itu tidak berbicara apa
apa lagi, namun keenam buah mata mereka saling bertukar
pandangan, mereka tahu Hian im Tee kun pasti hendak memperalat
mereka untuk melalukan perbuatan yang memalukan sehingga
mereka dimaki dan dicela orang lain.
Daripada mengalami nasib tragis seperti itu, mereka mengambil
keputasan untuk bunuh diri agar terbebas dari segala malapetaka….
Seperti mempunyai hubungan batin yang amat erat, mereka
bertiga segera menggigit lidah sendiri untuk menghabisi nyawa
sendiri. Rupanya Hian im Tee kun selain waspada dan mengawasi
perubahan wajah ketiga orang itu dengan seksama, baru saja Keng
thian giok cu Thi Keng sekalian bertiga menggerakkan tulang
gerahamnya untuk menggigit putus lidah sendiri, sambil tertawa
seram Hian im Tee kun telah mengayunkan jari tangannya dan
menotok jalan darah Ya si hiat mereka bertiga……
Sekarang tiada kesempatan lagi bagi Keng thian giok cu sekalian
bertiga untuk menghabisi nyawa sendiri. Selesai menotok jalan
darah Ya si hiat mereka, Hian im Tee kun berhenti tertawa dingin,
kemudian sambil melompat bangun dan menggunakan gaya
mengejek, dia berjalan bolak balik di depan Keng thian giok cu
bertiga, serunya sambil tertawa bangga :
“Tahukah kalian sejak kapan lohu mengetahui jika kalian sedang
menyusun rencana keji?”
Berhubung jalan darah Ya si hiat dari Keng thian giok cu bertiga
sudah tertotok, mulut mereka tak dapat bergerak, otomatis

1273
merekapun tak dapat menjawab dengan jelas, namun sikap mereka
tetap serius dan angker.
Memandang sikap mereka yang serius tersebut, Hian im Tee kun
tahu kalau orang orang itu tak bakal menjawab pertanyaan, padahal
dia memang tidak bermaksud untuk menantikan jawaban mereka,
maka setelah tertawa terbahak bahak katanya sambil menuding
kearah Keng thian giok cu Thi Keng serta Sim ji sinni :
“Sejak kalian berdua memasuki istana Ban seng kiong, lohu
sudah tahu kalau kalian adalah orang yang sesungguhnya.”
Tergetar perasaan Keng thian giok cu Thi Keng serta Sim ji sinni,
setelah mendengar perkataan itu, tanpa terasa mereka menarik
napas dingin. Setelah tertawa seram Hian im Tee kun berkata lagi:
“Di atas topeng kulit manusia yang lohu kenakan pada ketiga
orang yang menyaru sebagai kalian, diam diam telah kubuat kode
rahasia yang tidak diketahui oleh mereka sendiri, kode rahasia itu
sangat halus dan berbeda beda letaknya, bahkan jauh lebih
sempurna ketimbang kode jarum perak yang kalian pergunakan
dengan sangat menyolok ini.”
Sembari berkata dia melepaskan jarum perak dari pakaian Tiang
pek lojin dan dibuang keluar jendela sesudah diamati sekejap,
sikapnya amat sinis dan menghina. Merah padam selembar wajah
Keng thian giok cu Thi Keng bertiga, mereka merasa yaa malu yaa
menyesal. Setelah puas menggoda, tiba tiba Hian im Tee kun
menarik wajahnya, kemudian berkata :
“Lusa adalah saat para jago dari pelbagai daerah datang
bergabung dengan perkumpulan kami, sampai waktunya kalian
bertiga harus bekerja dengan baik dan jangan menimbulkan urusan,
kalau tidak jangan salahkan jika pun Tee kun akan menghadapi
kalian dengan cara yang lebih keji lagi.”
Keng thian giok cu sekalian bertiga sama sekali tidak menggubris
ocehan dari Hian im Tee kun, mereka hanya duduk tak berkutik
tanpa memperlihatkan perlawanan.
“Bersediakah kalian? Kalau bersedia segera mengangguk sebagai
tanda setuju,” bentak Hian im Tee kun lagi.
Tiga orang tokoh besar dari dunia persilatan itu masih saja
membungkam dalam seribu bahasa. Menyaksikan hal ini, Hian im
Tee kun segera memperdengarkan suara tertawa dingin yang
menggidikkan hati, teriaknya menyeramkan :

1274
“Bagus! Bagus! Bagus! Tampaknya kalian memang keras kepala,
tampaknya aku harus memberikan sedikit kelihayan untuk kalian
rasakan.... ”
Selesai berkata, tiba tiba saja Hian im Tee kun mengayunkan
tangannya dan menotok jalan darah Sin bun hiat, pek hwee hiat,
hapi kok hiat, kwan goan hiat, heng kian hiat, lwee kwan hiat, tiong
kek hiat, kau kut hiat, tay wi hiat dan Mia bun hiat sepuluh buah
jalan darah penting ditubuh Tiang pek lojin.
Baik Keng thian giok cu Thi Keng maupun Sim ji sinni, kedua
duanya merupakan tokoh silat dari dunia persilatan, ketika mereka
saksikan jalan darah yang ditotok Hian im Tee kun sebagian besar
adalah jalan darah yang menimbulkan rangsangan pada syaraf dan
bagi badan mereka jalan darah tersebut tidak akan menimbulkan
perubahan apa apa, untuk beberapa saat lamanya mereda tidak
mengetahui permainan busuk apakah yang sedang dilakukan oleh
Hian im Tee kun?
Siapa tahu belum habis ingatan tersebut melintas lewat, mereka
telah menyaksikan perubahan pada wajah dan sikap Tiang pek lojin,
ternyata kakek itu menunjukkan sikap yarg munduk munduk dan
menghormat sekali.
Hian im Tee kun segera menotok bebas jalan darah Ya si hiat
pada pipi Tiang pek lojin, kemudian ujarnya kepada Tiang pek lojin :
“Sekarang, bawa kemari Bu im sin hong Kian Kim siang!”
“Baik!” sahut Tiang pek lojin dengan hormat.
Kemudian setelah memberi hormat lagi kepada Hian im Tee kun,
dia membalikkan badan dan berlalu dari situ. Terkesiap sekali Keng
thian giok cu Thi Keng dan Sim ji sinni setelah menyaksikan kejadian
itu, paras mukanya segera berubah hebat, diam diam mereka
membenci Hian im Tee kun, terutama dengan caranya bekerjanya.
Pelan pelan Hian im Tee kun berkata :
“Didalam kitab pusaka Hian im hui goan keng tercantum
semacam kepandaian sakti untuk mengendalikan jalan pikiran orang,
kepandaian tersebut disebut Si im ko heng (cuci otak merubah
watak). Kalian berdua tidak pernah menyangka bukan?”
Setelah berhenti sejenak, dengan gembira dia berseru kembali :
“Heeehhhh.... heeeehhh... heeehhhh..... mulai sekarang, empat
tokoh sakti dari dunia persilatan akan menjadi pelindung yang setia
dari istana Ban seng kiong.”

1275
Keng thian giok cu Thi Keng dan Sim ji sinni sangat terkesiap,
dalam keadaan demikian mereka hanya bisa pasrah kepada nasib.
Tak lama kemudian, Tiang pek lojin telah membawa Bu im sin hong
Kian Kim siang menghadap.
Bu im sin hong Kian Kim siang segera menangkap kegelisahan
yang menghiasi wajah Keng thian giok cu Thi Keng dan Sim ji sinnie.
Sementara dia masih tidak habis mengerti, Hian im Tee kun telah
memandang kearahnya sambil tertawa seram. Sebagaimana
diketahui, jalan darah Bu im sin hong Kian Kim siang yang tertotok
telah dibebaskan oleh Keng thian giok cu Thi Keng secara diam
diam, sesungguhnya dia berada dalam keadaan bebas kini.
Sebagai orang yang berotak cerdas, dengan cepat dia sudah
melihat kurang beresnya keadaan, maka diambilnya keputusan
cepat. Mendadak ia membalik telapak tangannya balas
mencengkeram urat nadi Tiang pek lojin, kemudian didorongnya
tubuh Tiang pek lojin kearah Hian im Tee kun. Sedang ia sendiri
lantas melejit keluar dari ruangan itu dengan gerakan ikan leihi
menembusi ombak. Mimpi pun Hian im Tee kun tidak menyangka
kalau Bu im sin hong Kian Kim siang bakal bertindak cekatan dengan
mendorong tubuh Tiang pek lojin untuk menghalangi jalan perginya,
menanti dia bersiap untuk turun tangan, keadaan sudah terlambat.
Dengan perasaan mendongkol ia berpekik nyaring, dia tahu para
jago lihay dari istananya pasti akan turun tangan untuk menghalangi
jalan pergi Bu im sin hong. Sementara itu, Bu im sin hong Kian Kim
siang telah berhasil meloloskan diri dari cengkeraman Hian im Tee
kun, dia telah mengambil keputusan untuk meloloskan diri dari situ,
maka ilmu meringankan tubuh Hu kong keng im nya yang lihay
segera digunakan mencapai pada puncaknya.
Berada dalam keadaan demikian, dia memutuskan untuk
rnenghindari pertarungan yang tak ada gunanya maka setiap
peluang kosong dimanfaatkan olehnya dengan tepat. Didalam istana
Ban seng kiong memang terdapat banyak jago lihay, andaikata Bu
im sin hong Kian Kim siang harus menyerbu dengan kekerasan,
jangan lagi seorang sepuluh orang pun jangan harap bisa lolos dari
situ dengan selamat. Tapi tindakan Bu im sin hong Kian Kim siang
yang kabur tanpa melayani pertarungan justru mendatangkan
keuntungan baginya. Didalam situasi yang serba kalut karena
kurangnya persiapan dari kawanan iblis istana Ban seng kiong, dia
berhasil meloloskan diri dari Ban seng kiong dengan selamat.

1276
Kaburnya Bu im sin hong Kian Kim siang menimbulkan kekacauan
yang luar biasa bagi istana Ban seng kiong meskipun Hian im Tee
kun tidak senang hati namun dengan kemenangan yang sudah
berada di depan mata, apalagi diapun menganggap kekuatan Bu im
sin hong Kian Kim siang tak akan menjadi suatu ancaman baginya,
persoalan itupun disudahi sampai disitu saja. Tapi yang paling apes
adalah Bu Im, Hian im Tee kun segera mengirim orang untuk
menotok jalan darahnya, membuat rencananya yang telah di susun
rapi menjadi berantakan tak karuan.
Sementara itu, Bu im sin hong Kian Kim siang telah melarikan diri
dari istana Ban seng kiong, dia baru menghembuskan napas lega
setelah dilihatnya tiada orang yang mengejar dirinya. Dengan
mengerahkan ilmu meringankan tubuh Hu kong keng im, dia sengaja
memilih jalanan yang terpencil dan curam untuk menghindari
pengejaran musuh. Entah berapa saat dia sudah berjalan dan entah
berapa jauh dia sudah kabur...
Menanti dia merasa sudah berada ditempat yang aman, Bu im sin
hong Kian Kim siang baru mencari sebuah gua kecil untuk
beristirahat. Pelan pelan gejolak perasaan hatinya dapat dikendalikan
kembali....
Namun pikirannya justru menjadi amat kalut dan tak karuan
bentuknya lagi. Sekarang, dia mencoba untuk membayangkan
kembali keadaan di dalam kamar semedi Hian im Tee kun. Kalau
dilihat dari kegelisahan yang terpancar dari wajah Keng thian giok cu
Thi Keng serta Sim ji sinni, sudah jelas mereka sedang menguatirkan
keselamatan jiwanya, tapi mengapa Tiang pek lojin tidak memberi
bisikan terlebih dahulu kepadanya? Mungkinkah Tiang pek lojin tak
berani berbicara apa apa kepadanya karena menguatirkan
keselamatan jiwa dari kedua orang sahabat karibnya?
Bu im sin hong Kian Kim siang teringat kembali sewaktu dia balik
mencengkeram urat nadi Tiang pek lojin dan mendorongnya untuk
menghalangi Hian im Tee kun. Dia merasa Tiang pek lojin begitu
lemah dan sama sekali tak bertenaga sedikitpun, hal ini tak
seharusnya dijumpai dalam tubuh seorang jago silat kenamaan.
Sebab walaupun Tiang pek lojin mempunyai niat untuk
mengorbankan diri dan tidak memberikan perlawanan, namun reaksi
dari seorang persilatan bila menghadapi serangan seharusnya
dimiliki. Tapi kenyataannya Tiang pek lojin tidak memberikan reaksi

1277
apa pun, untuk kejadian tersebut rasanya hanya bisa dijelaskan
kalau kepandaian silatnya telah dipunahkan orang.
Teringat sampai disitu, diapun lantas menduga kalau Keng thian
giok cu Thi Keng dan Sim ji sinni telah mengalami nasib yang sama.
Berpikir sampai ke situ, Bu im sin hong Kian Kim siang lantas
beranggapan bahwa keadaan dunia persilatan sudah berada dalam
keadaan yang tak dapat ditolong lagi, dia menghela napas sedih.
Sekalipun ia masih tersekap dalam pohon cemara dimasa lampau
pun belum pernah ia rasakan keputus asaan seperti hari ini.
Dalam keadaan kekecewaan yang besar inilah akhirnya dia
tertidur didalam gua. Entah berapa lama dia sudah tertidur.
Mendadak Bu im sin hong tersentak kaget dan mendusin dari
tidurnya....
Ketika membuka mata, tampak suasana dalam gua itu gelap
gulita, tampaknya malam hari telah menjelang tiba. Mengikuti
hembusan angin gunung, dia menangkap ada suara ujung baju yang
terhembus angin lewat didepan mulut gua. Setelah mendusin dari
tidurnya sekarang, Bu im sin hong Kian Kim siang merasakan
kekecewaannya telah mereda, dengan semangat yang berkobar
kobar dia melompat keluar dari gua itu.
Angin malam berhembus kencang, bintang bertaburan di
angkasa, namun tak nampak ada manusia yang lewat disitu. Bu im
sin hong Kian Kim siang termashur karena ilmu meringankan
tubuhnya yang tiada bandingan didunia ini, tentu saja dia enggan
menyerah dengan begitu saja, bagaikan segulung asap dia
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan mulai melakukan
pencarian. Alhasil tidak dijumpai sesuatu apapun. Disaat dia hendak
kembali ke gua kecil itu, mendadak terdengar olehnya ada orang
sedang berbicara. Suara pembicaraan tersebut berkumandang dari
balik semak belukar tak jauh dari gua kecil itu.
Sambil menghela napas panjang, diam diam Bu im sin hong Kian
Kim siang berpikir : “Aaaa..i makin tua, aku semakin tak becus, masa
badut kecilpun berani mengejek didepan hidungku.”
Dengan kepandaiannya yang tinggi, dalam beberapa kali gerakan
saja dia telah mendekati semak belukar itu tanpa menimbulkan
sedikit suara pun. Dipasangnya telinga baik baik untuk menyadap
pembicaraan tersebut dengan cepat dia merasa kalau suara
pembicaraan orang itu sangat dikenal olehnya. Tanpa terasa dia
menerjang lebin ke depan lagi.

1278
Sembari meluncur ke muka, ia lantas menegur :
“Sinni, sejak kapan kau sampai disini? Lohu Kian kim siang
berada di sini!”
Setelah menembusi semak belukar, disitu muncul sebuah mulut
gua, karena dia yang bersuara lebih dulu maka orang yang berada
dalam gua itu tidak menghalanginya untuk menerobos masuk ke
dalam. Sinar obor menyoroti tiga lembar wajah yang asing sekali
baginya. Bu im sin hong Kian Kim siang segera menghentikan
gerakan tubuhnya dan tak berani masuk lebih ke dalam, sambil
berdiri didepan pintu gua, bentaknya keras keras :
“Siapakah kalian?”
Salah seorang diantaranya segera melepaskan topeng kulit
manusia yang menutupi wajahnya, lalu berseru :
“Aaaah, rupanya benar benar Kian tayhiap! Pinni adalah Sam
ku…..”
Kemudian kepada dua orang lainnya dia perintahkan :
“Cepat kalian lepaskan topeng kulit manusia yang kalian kenakan
itu...”
Setelah melepaskan topeng kulit manusia yang dipakai, maka
diketahui kalau kedua orang itu adalah pencuri sakti Go Jit serta
nona Siu Cu. Sambil tertawa Bu im sin hong Kian Kim siang
menghampiri mereka semua, lalu tegurnya :
“Mengapa kalian sampai disini pula?”
“Nona Siu Cu dan Go tayhiap tak mau menyelamatkan diri untuk
kepentingan sendiri, maka mengandalkan kemampuan mereka yang
hapal dengan situasi disekitar istana Ban seng kiong, mereka
bermaksud untuk ikut menyumbangkan tenaga demi kepentingan
umum.”
Mendengar perkataan tersebut, Bu im Sin hong Kian Kim siang
segera menghela napas panjang.
“Aaai, segala sesuatunya sama sekali diluar dugaan, tampaknya
kita sudah tidak berdaya lagi.”
Sam ku sinni menjadi tercengang setelah medengar ucapan itu,
segara tegurnya :
“Kian tayhiap, maksudmu berkata demikian?”
Bu im sin hong Kian Kim siang tidak merahasiakan apa yang telah
dialaminya lagi, dia lantas membeberkan kegagalan mereka didalam
usahanya menjalankan rencana baik untuk menaklukan Hian im Tee
kun, siapa tahu malah kena dipecundangi oleh musuh. Selesai

1279
mendengar penuturan itu, Sam ku sinni segera bermuram durja,
dengan sedih sekali dia menundukkan kepalanya rendah rendah.
Si pencuri sakti Go Jit pun berjalan bolak balik sambil
menggendong tangan, tak sepatah kata pun yang diutarakan. Paras
muka Siu Cu pun berubah beberapa kali, akhirnya sambil
mendepakkan kakinya ke atas tanah dia berseru :
“Locianpwe bertiga harap menunggu sebentar didalam gua,
boanpwe akan mencoba menyusup ke dalam istana untuk mencari
kabar.”
Selesai berkata dia lantas menerobosi kegelapan dan lenyap dari
pandangan mata. Sejak peristiwa yang pahit itu, dimana Bu im sin
nong Kian Kim siang hampir saja tertipu oleh Hiau im Tee kun, tanpa
terasa dia meningkatkan kewaspadaannya untuk menghadapi segala
masalah, atas persetujuan semua orang, dia pun berpindah ke gua
kecil miliknya sambil menunggu kedatangan Siu Cu. Sam ku sinni
serta pencuri sakti Go Jit sangat menguatirkan pula keselamatan dari
Siu Cu, maka atas persetujuan dari Bu im sin hong mereka pun ikut
pindah ke gua kecil milik Bu im sin hong Kian Kim siang tersebut.
Malam berlalu dengan cepat, kini fajar pun menyingsing. Di
tengah lapisan kabut pagi yang tebal, nampak dua sosok bayangan
manusia meluncur ke arah gua rahasia dibalik semak belukar itu
dengan kecepatan tinggi. Dari kejauhan Bu im sin hong Kian Kim
siang telah melihat akan kehadiran bayangan manusia tersebut.
Dengan kening berkerut dia memberi tanda kepada Sam ku sinni
serta pencuri sakti Go Jit, kemudian mereka melompat keluar dan
melakukan pengepungan.
Siu Cu muncul dengan membawa seorang lelaki bertubuh kekar,
begitu masuk ke dalam gua dia lantas berseru tertahan :
“Aaah, ke mana mereka pergi?”
“Nona Siu Cu,” lelaki kekar itu segera menegur, "tak nyana kalau
kau masih punya kegembiraan untuk bergurau dengan aku Cu Ngo,
kalau begitu jangan salahkan kalau aku Cu Ngo akan bertindak tak
sungkan kepadamu.”
Ternyata lelaki kekar itu adalah Ban li tui hong Cu Ngo yang
pernah ditolong oleh pil sakti Thian liong pay. Buru buru Siu cu
menggoyangkan tangannya berulang kali sambil berseru :
“Harap Cu tayhiap jangan salah paham, persoalan ini…..
persoalan ini.....”
“Ke mana mereka telah pergi? Masa kau tidak tahu?”

1280
Siu Cu tak dapat menjawab, namun kegelisahan dan rasa jengah
telah menghiasi wajahnya. Di luar gua, Bu im sin hong Kian Kim
siang yang menyaksikan Siu Cu kembali sambil membawa
seseorang, pun menjadi tidak habis mengerti. Sebenarnya dia
hendak menampakkan diri tapi segera dicegah oleh si pencuri sakti
Go Jit.
"Jangan Ban li tui hong Cu Ngo adalah sahabat karib boanpwe,
biar boanpwe saja yang menampakkan diri untuk berbincang
bincang dengannya kemudian locianpwe baru bertindak menurut
keadaan."
Bu im sin hong Kian Kim siang dan Sam ku sinni mengangguk
tanda setuju, dengan langkah lebar si pencuri sakti Go Jit segera
munculkan diri dari balik gua. Suara langkah kakinya dengan cepat
mengejutkan Ban li tui hong Cu Ngo serta Siu Cu, cepat mereka
membalikkan badan sambil mengerahkan tenaga dalamnya untuk
menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.
Setelah mengetahui kalau yang muncul adalah pencuri sakti Go
Jit, Ban li tui liong Cu Ngo baru menghembuskan napas panjang dan
membuyarkan tenaga dalamnya. Siu Cu lebih girang lagi, dia lantas
berseru :
"Go tayhiap, kedatanganmu kebetulan sekali, hampir saja Cu
tayhiap hendak menyerang diriku!"
Walaupun pencuri sakti Go Jit adalah sahabat karib Ban li tui
hong Cu Ngo namun berhubung mereka berdiri pada posisi yang
berbeda, maka dia tak berani bersikap terlampau dekat dengan
bekas sahabatnya. Sambil tertawa hambar pencuri sakti Go Jit
berkata :
"Cu tayhiap, kau ada urusan apa?"
Ucapannya ketus dan sama sekali tidak berperasaan. Meskipun ia
tidak menganggap Cu Ngo sebagai musuh, namun dia pun tidak
mencerminkan sikap persahabatan. Dengan wajah sedih Ban li tui
hong berkata :
"Saudara Go, mengapa kau bersikap seperti ini terhadap
siaute....?"
"Paling tidak kedudukan kita sekarang adalah berbeda!"
"Dahulu siaute tak berani mengungkap rahasia hatiku, tapi
sekarang setelah kau berkhianat terhadap Ban seng kiong, siaute
bermaksud untuk berkata secara terang terangan."
Mendengar itu, pencuri sakti Go Jit tertawa dingin, katanya :

1281
"Aku si pencuri tua menganggap lebih baik menjadi pengkhianat
Ban seng kiong daripada menjadi kaki tangan Ban seng kiong!"
Ban li tui hong Cu Ngo tertawa getir.
"Saudara Go, harap kau jangan memotong pembicaraanku lebih
dulu, ucapan siaute belum selesai!"
Pencuri sakti Go Jit segera mendengus dingin, dia menunggu
kata kata selanjutnya dari Ban li tui hong Cu ngo. Dengan airmata
berlinang, Ban li tui hong Cu Ngo berkata :
"Sejak hari pertama siaute bergabung dengan Ban seng kiong,
sejak saat itu pula aku merupakan musuh dalam selimut bagi pihak
Ban seng kiong, harap saudara Go suka mempercayai kesulitan
siaute ini.... "
Tampaknya pencuri sakti Go Jit dibikin terharu oleh ucapan Ban li
tui hong Cu Ngo, dengan nada suara yang jauh lebih lembut dia
berkata :
"Harap kau suka berbicara yang lebih jelas lagi!"
Secara ringkas Ban li tui hong Cu Ngo menceritakan kisahnya
bagaimana dia mengirim surat undangan, terluka, ditawan Huan im
sin ang dan dipaksa menuruti perintahnya dengan ancamaa mati
hidup Thi Eng khi, lalu bagaimana dia terpaksa berbakti kepada
pihak Ban seng kiong...
Akhirnya dengan sedih dia menambahkan :
"Siaute bersedia untuk berkawan dengan musuh karena aku ingin
mencari kesempatan untuk membalas budi pertolongan dari Thi
sauhiap, kini tuan muda dari Thian liong pay telah mengalami nasib
yang tragis, peristiwa ini sungguh membuat siaute amat sedih, oleh
karena itulah sengaja siaute datang kemari bersama nona Siu Cu
untuk mengajak saudara Go sekalian merundingkan persoalan ini."
Semestinya pencuri sakti Go Jit harus percaya dengan perkataan
dari Ban li tui hong Cu Ngo, tapi dia masih merasa sangsi dan
merasa wajib untuk membongkar persoalan itu sampai jelas, maka
kembali ujarnya :
"Tempo hari, kau menyuruh aku si pencuri tua mencuri pil Tay
tham wan, sebenarnya apa tujuanmu?"
"Siaute pernah menelan pil Toh mia kim wan milik Thian liong
pay, maka akupun ingin membalas kebaikan tersebut dengan
menghadiahkan sebutir pil Tay tham wan untuk Thi sauhiap."
"Mengapa pula kau bisa berhubungan dengan nona Siu Cu?"
kembali pencuri sakti bertanya.

1282
"Keadaan nona Siu Cu tidak jauh berbeda dengan keadaan lo
heng, dia merupakan penghianat yang berhadiah besar bila dapat
diringkus, oleh sebab itu tatkala siaute melihat dia menyusup
kembali ke istana Ban seng kiong, maka akupun lantas mencari
kabar tentang diri kalian... "
"Mengapa nona Siu Cu dapat percaya kalau kau mempunyai
maksud tujuan lain?"
"Persoalan ini merupakan masalah nona Siu Cu sendiri, siautepun
tak bisa menjelaskan."
Tidak menanti si pencuri sakti bertanya kepadanya, Siu Cu segera
berkata cepat :
"Sesungguhnya aku tidak percaya kepadanya, maka itulah aku
mengajaknya kemari dan kalianlah yang memutuskan nasibnya!"
Pencuri sakti Go Jit segera menghela napas panjang :
"Nona seandainya Cu loji meninggalkan kode rahasia sepanjang
jalan, bukankah kita akan mati semua tanpa tempat kubur?"
katanya.
Siu Cu menjadi amat terkesiap, serunya kemudian agak tergagap
:
"Tentang soal ini.... "
Tiba tiba pencuri sakti mengalihkan pembicaraan, katanya
dengan suara mantap :
"Tapi aku si pencuri tua, percaya kalau Cu Lo Ngo bukan seorang
manusia yang sudi menjual teman untuk mencari pahala."
Rasa tegang yang semula menghiasi wajah Siu Cu kini
mengendor kembali, dengan cepat dia menghembuskan napas lega.
Dengan penuh emosi dan rasa haru Ban li tui hong Cu Ngo berseru
pula keras :
"Terima kasih atas kesediaan saudara Go untuk memahami
keadaanku...!"
"Sesungguhnya hal ini dikarenakan daya pengaruh dari Thi
sauhiap, entah mengapa sejak kau menyinggung tentang dia, aku si
pencuri pun merasakan sesuatu perasaan yang aneh, tentu saja aku
harus memahami perasaanmu lebih dulu sebelum mempercayai
ucapanmu."
Kemudian dia berpaling dan serunya lagi :
"Cianpwe berdua, bagaimanakah menurut kalian atas pendapat
boanpwe ini?"

1283
Angin lembut berhembus lewat dari luar gua, seorang pendeta
wanita dan seorang kakek munculkan diri. Begitu berjumpa dengan
Bu im sin hong Kian Kim siang, dengan terkejut Ban li tui hong Cu
Ngo berseru :
"Kian tongcu, kau.... "
Di dalam istana Ban seng kiong memang berlaku suasana yang
serba misterius dan rahasia, dihari hari biasa banyak tersiar berita
sensasi tentang tokoh tokoh silatnya. Cerita tentang asli dan percaya
Bu im sin hong Kian Kim siang memang tersiar pula di dalam istana,
namun jarang sekali ada orang yang menyaksikan dengan kepala
sendiri maka dari itu tak heran kalau ia terkejut sekali menyaksikan
munculnya tokoh sakti tersebut.
Mungkin terpengaruh oleh berbagai cerita kosong atau kelihayan
dari Kian Kim siang, oleh sebab itu Ban li tui hong Cu Ngo pun
merasa terperanjat sekali sesudah berjumpa sendiri dengan tokoh
yang disegani ini. Dengan cepat Bu im sin hong Kian Kim siang
menggoyangkan tangannya berulang kali mencegah Ban li tui hong
Cu Ngo melanjutkan kembali kata katanya.
Kemudian dengan suara lembut dia berkata :
"Lohu bukan Tongcu dari Ban seng kiong, harap Cu tayhiap
jangan menaruh curiga selain itu lohu pun tak ada waktu untuk
memberi penjelasan lagi kepadamu, bila ingin tahu tanyakan saja di
kemudian hari kepada Go tayhiap."
Setelah berhenti sejenak dan melihat Ban li tui hong Cu Ngo
berhasil menenangkan kembali hatinya, ia baru melanjutkan kembali
kata katanya :
"Dengan menyerempet bahaya Cu tayhiap datang kemari, entah
rahasia apakah yang hendak kau sampaikan?"
Ban li tui hong Cu Ngo segera berkata langsung :
"Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji sinni dan Tiang pek lojin
setelah dikuasai jalan pikirannya oleh Hian im Tee kun, besok
mereka dipersiapkan untuk melakukan suatu tindakan yang bakal
menghancurkan nama besar mereka."
"Perbuatan apakah yang akan menghancurkan nama besar
mereka...?" tanya Bu im sin hong Kian Kim siang dengan perasaan
cemas dan tak tenang.
"Tengah hari besok, mereka bertiga akan mewakili segenap umat
persilatan yang ada dikolong langit untuk mengangkat sumpah dan

1284
menyatakan kesetiaannya terhadap Ban seng kiong, bahkan akan
mengalunkan pula kata kata pujian."
Berbicara sampai disitu dia menghela napas panjang, dengan
wajah sedih terusnya :
"Bila hal ini sampai terjadi, maka ketiga orang locianpwe itu akan
kehilangan muka untuk bertemu orang lagi, itulah sebabnya
boanpwe merasa gelisah sekali, sengaja aku datang kemari untuk
mengajak locianpwe sekalian merundingkan masalah ini, kita harus
berupaya untuk menyelamatkan nama baik ketiga orang tua
tersebut."
"Lohu telah mencoba kalau kepandaian silat mereka telah punah,
tapi tidak habis mengerti dengan cara apakah Hian im Tee kun bisa
menguasahi jalan pemikiran mereka?"
Ban li tui hong Cu Ngo menggelengkan kepalanya berulang kali
sebagai pernyataan bahwa diapun tak tahu. Siu Cu dengan kening
berkerut segera berkata :
"Suatu ketika, tanpa sengaja boanpwe pernah mendengar Cun
Bwee Seng li membicarakan tentang semacam ilmu si sim ko heng
(cuci otak merubah watak) yang konon tercantum dalam kitab
pusaka Hian im huan goan keng. Bisa jadi ketiga orang locianpwe itu
sudah terkena ilmu tersebut....."
Tanpa berpikir panjang Bu im sin hong Kian Kim siang segera
bertanya :
"Apakah nona Siu Cu mengetahui cara pertolongannya?"
"Adakah sesuatu cara untuk menolong pengaruh tersebut,
boanpwe tak pernah mendengar Cun Bwee seng li
membicarakannya."
"Sekarang keadaan sudah sangat kritis, sekalipun mengetahui
cara pertolongannya lalu apa gunanya?" ujar Sam ku sinni.
"Seandainya didalam kitab pusaka Hian im hwee goan keng
tersebut memang tercantum cara pertolongan, maka kita meminta
bantuan Go lote untuk mendemontrasikan kelihayannya dengan
mendapatkan kitab pusaka Hian im huan goan keng tersebut, asal
Thi lo sekalian bisa mendapatkan kejernihan pikirannya lagi, urusan
lain dapat dibicarakan belakangan."
"Belakangan ini suasana dalam keraton sangat ramai, manusia
yang berlalu lalang amat kacau, memang tepat sekali untuk
menyusup ke dalam istana."
Sambil bertepuk dada pencuri sakti Go Jit berseru :

1285
"Selama hidup aku si pencuri sakti memang pekerjaannya
mencuri, tiap kali turun tangan tentu merugikan orang
menguntungkan diri, sekarang kesempatan baik bagiku untuk
berbakti kepada dunia persilatan telah tiba, meski sampai tertawan
dan menerima hukuman mati, akupun rela dan pasrah.
"Andaikata dalam kitab pusaka Hian im huan goan keng tersebut
tidak terdapat cara pertolongan?" tanya Sam ku sinni tiba tiba.
Bu im sin hong Kian Kim siang termenung beberapa saat
lamanya, mendadak mencorong sinar tajam dari balik matanya.
Semua orang mengira dia menemukan cara yang lebih baik, dengan
wajah berseri mereka lantas memasang telinga dan siap
mendengarkan usulnya itu. Siapa tahu ibarat bola yang kempes,
dengan wajah lesu dan sedih Bu im sin hong Kian Kim siang berkata
:
"Kita tak boleh menggunakan cara seperti ini untuk menghadapi
Thi lo sekalian."
"Kian lo, apa yang kau penuju? Utarakan saja secara blak blakan
agar kita dapat membincangkannya bersama sama."
Dengan cepat Bu im sin hong Kian Kim siang menggelengkan
kepalanya berulang kali :
"Seandainya lohu mengutarakan usulku ini berarti lohu berbuat
salah kepada Thi lo bertiga."
Tentu saja Pencuri sakti Go Jit, Ban li tui hong Cu Ngo dan Siu Cu
bertiga ingin mengetahui juga apa usul dari Bu im sin hong Kian Kim
siang itu namun dibandingkan dengan Kian Kim siang, kedudukan
mereka masih selisih jauh, Sam ku sinni saja terbentur batunya,
tentu saja mereka semakin tak berkeberanian untuk buka suara lagi.
Tapi wajah dan pancaran mata mereka memancarkan sinar
pengharapan, perasaan tersebut terlihat jelas pada wajah mereka.
Sambil tersenyum tiba tiba Sam ku sinni berkata :
"Padahal sekalipun tidak kau katakan, pinni juga sudah
menduganya sejak tadi…"
Bu im sin hong Kian Kim siang hendak tertawa tergelak, tapi Sam
ku sinni kembali mencegah :
"Kian tua, hati hati kalau sampai membocorkan rahasia jejak kita
.... "
Bu im sin hong Kian Kim siang segera menyadari akan
kesilafannya tapi berhubung gelak tertawanya sudah mulai, maka
usahanya untuk menahan tertawa ini membuat wajahnya kelihatan

1286
lucu sekali. Tapi dalam keadaan situasi seperti ini meski semua
orang dibikin geli oleh sikapnya yang lucu, rasa geli itu tak dapat
melenyapkan suasana murung yang menyesakkan napas.
Setelah berhasil menahan rasa gelinya, dengan wajah serius Bu
im sin hong Kian Kim siang berkata :
"Sinni, kalau toh pendapat kita sama mari kita laksanakan
menurut rencana tersebut!"
Ban li tui hong Cu Ngo dibuat kebingungan setengah mati, agak
tersipu dia bertanya :
"Siasat bagus apa sih yang locianpwe berdua dapatkan? Cepatlah
diutarakan, agar boanpwe sekalian pun bisa turut bergembira.... "
Bu im sin hong Kian Kim siang, melirik sekejap orang orang itu,
melihat Pencuri sakti Go Jit dan Siu Cu tersenyum dikulum seperti
telah mengerti, maka kepada Siu Cu katanya sambil mengangguk :
"Nona Siu Cu, bagaimana kalau kau mewakili lohu untuk
mengutarakannya keluar?"
"Tapi boanpwe tak tahu jalan pikiran boanpwe ini betul atau
salah.... "
"Kalau kulihat dari paras mukamu, sudah tak bakal salah lagi."
Maka kepada Ban li tui hong Cu Ngo, Siu Cu berkata :
"Menurut pendapat locianpwe berdua, jikalau kita tak sanggup
menolong ketiga orang locianpwe itu, maka demi menjaga nama
baik serta pamor mereka di mata umat persilatan, lebih baik kita
cepat cepat mengirim mereka pulang ke nirwana!"
Ban li tui hong Cu Ngo sangat terperanjat setelah mendengar
perkataan itu, serunya :
"Tapi.... kita mana boleh turun tangan mencelakai jiwa ketiga
orang locianpwe itu.... hal ini.... hal ini tak boleh sampai terjadi.... "
"Asalkan tindakan tersebut dapat melindungi nama baik ketiga
orang locianpwe itu, boanpwe bersedia mewakili umat persilatan
untuk melaksanakannya, biar orang memakiku tapi tindakanku ini
justru akan kutujukan untuk membalas budi kepada Thi sauhiap, "
seru pencuri sakti Go Jit dengan gagah.
"Go Jit, apakah kau sudah edan?" bentak Ban li tui hong Cu Ngo
dengan mata melotot.
Siu Cu menggelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya :
"Cu tayhiap, coba kau pikirkan lebih mendalam, seandainya
pelbagai usaha kita tak berhasil menolong ketiga orang locianpwe
itu, sehingga membiarkan mereka lakukan perbuatan perbuatan

1287
tanpa sadar yang akan merusak nama baik mereka, apakah tindakan
semacam ini mencerminkan kasih sayang kita kepada mereka? Toh
lebih baik kita melindungi nama baik mereka sebagai pernyataan
rasa kasih kita terhadap mereka?"
Ban li tui hong Cu Ngo adalah seorang lelaki berdarah panas, tadi
ia dapat berkata begitu karena belum memahami sampai lebih
mendalam, tapi setelah dijelaskan oleh Siu Cu sekarang dia menjadi
paham, katanya kemudian :
"Betul! Ucapan kalian memang betul, melindungi nama baik
mereka bertiga memang jauh lebih penting daripada melindungi
keselamatan jiwa mereka, aku Cu lo ngo tak akan ketinggalan, biar
orang lain salah paham kepadaku, akupun bersedia ambil bagian
didalam rencana ini... "
"Boanpwe pun bersedia memikul tanggung jawab dan tugas yang
tak nanti bisa dimaafkan orang lain ini," sambung Siu Cu pula
dengan gagah perkasa.
Bu im sin hong Kian Kim siang segera manggut manggut :
"Beginipun ada baliknya juga, kalian seorang bertanggung jawab
satu korban bila mana keadaan memaksa, terpaksa kita harus
menempuh jalan yang memedihkan hati ini."
Maka keputusan pun segera diambil, si pencuri sakti Go Jit dan
Siu Cu tetap ditugaskan untuk menyusup kembali ke istana Ban seng
kiong dan berusaha bersama sama mencuri kitab Hian im huan goan
keng milik Hian im Tee kun. Seandainya dalam kitab itu tidak
tercantum cara pertolongan atau kitab Hian im huan goan keng tak
berhasil diperoleh maka sebelum upacara dimulai besok, ditugaskan
kepada Ban li tui hong Cu Ngo, pencuri sakti Go Jit dan Siu Cu untuk
melakukan pembunuhan terhadap Keng thian giok cu Thi Keng,
Tiang pek lojin So Seng pak serta Sim ji sinni.
Bu im sin hong Kian Kim siang dan Sam ku sinni ditugaskan
sebagai penyambut atau pembantu bilamana diperlukan, seandainya
salah satu diantara Cu Ngo bertiga tak mampu melaksanakan tugas
dengan lancar, mereka harus membantu dari samping hingga
sasarannya tercapai. Kemudian setelah mereka merundingkan
kembali masalah masalah kecil yang dianggap perlu, barulah Ban li
tui hong Cu Ngo mengajak si pencuri sakti Go Jit dan Siu Cu untuk
bersama sama kembali ke istana Ban seng kiong.
Sebelum berangkat kembali Ban li tui hong Cu Ngo meninggalkan
empat lembar topeng kulit manusia yang dibagikan kepada Bu im sin

1288
hong Kian Kim siang, Sam ku sinni, pencuri sakti Go Jit serta Siu Cu
empat orang.
"Omitohud.... " bisik Sam ku sinni sambil menerima topeng itu
"Cu sicu benar benar membawa persiapan yang lengkap, tidak
sedikit topeng yang kau bawa rupanya."
Ban li tui hong Cu Ngo tertawa :
"Selama bertugas dalam istana Ban seng kiong, setiap saat setiap
keadaan boanpwe perlu untuk menyaru muka dalam menghadapi
setiap keadaan. oleh sebab itu Huan im sin ang Ui Sam ciat telah
menyerahkan banyak sekali topeng kulit manusia kepadaku,
sungguh tak disangka topeng topeng tersebut bermanfaat sekali
untuk situasi seperti ini."
Memegang topeng kulit manusia tersebut. Saat terbayang
kembali bagaimana dia harus memakai topeng untuk membohongi
orang, Sam ku sinni merasa murung, sedih bercampur kesal.....
Sementara itu, Thi Eng khi bersama Pek leng siancu sekalian
telah tiba pula di istana Ban seng kiong sehari sebelum upacara
dimulai, karena Hian im Tee kun mempunyai maksud dan tujuan lain
terhadap mereka, maka ia tidak membawa mereka secara langsung
ke dalam istana Ban seng kiong. Untuk itu secara rahasia mereka
ditempatkan disuatu tempat yang sepi dan terpencil dibawah bukit
Wong soat hong yang jauh dari keramaian manusia.
Tatkala Ciu Tin tin bersama Pek leng siancu So Bwe leng
membimbing Thi Eng khi nemasuki sebuah gua besar yang dijaga
secara ketat, tampak dalam gua tersebut banyak disekap jago jago
persilatan. Tak salah lagi, meraka adalah kawanan jago persilatan
yang dipermainkan oleh Cun Bwee di lembah Hu liong kok bukit Cian
san tempo hari. Rupanya dalam keadaan dahaga dan lapar yang luar
biasa, mereka berhasil ditawan semua oleh jago jago lihay dari
istana Ban seng kiong. Oleh Hian im li Cun Bwee jalan darah mereka
ditotok secara khusus hingga tenaga dalamnya tersumbat dan
menjadi seekor domba yang menanti dijagal.
Disaat suasana tak puas meliputi seluruh gua tersebut, dari luar
gua muncul Thi Eng khi, Ciu tin tin, Pek leng siancu So Bwe leng dan
Bu Nay nay. Dibawah sorotan para jago, suasana dalam gua itu
semakin gaduh dan kalut. Pada mulanya ada yang menaruh salah
paham dengan mengira Thi Eng khi menerima bujukan dari Keng
thian giok cu Thi keng sehingga bergabung pula dengan pihak Ban
seng kiong, dan sekarang mendapat tugas untuk membujuk mereka.

1289
Maka suara desisan mengejek berkumandang dari seluruh gua
tersebut. Menghadapi suasana seperti ini, Thi Eng khi hanya tertawa
hambar tanpa menggubris. Sedangkan Ciu Tin tin menundukkan
kepalanya dengan sedih. Pek leng siancu So Bwe leng mendongkol
sekali, dengan gemas diapun mendepak depakkan kakinya ke atas
tanah.
Hanya Bu Nay nay seorang yang tak sanggup menahan
amarahnya, dengan mata melotot segera bentaknya :
"Sungguh memalukan! Tahukah kalian demi seluruh dunia
persilatan Thi sauhiap sudah banyak menderita dan tersiksa, tapi
sekarang kalian menghadapinya dengan sikap demikian, hmmm!
Sungguh memalukan! Sungguh memalukan! Benar benar
memalukan sekali!”
Para jago persilatan itu menjadi tertegun oleh umpatan tersebut,
dan suara desisan mengejek pun segera berhenti. Pada saat itulah
salah seorang iblis dari Ban seng kiong yang berada dalam gua
segera mengejek :
"Thi ciangbunjin, orang baik tidak memperoleh pembalasan yang
baik, mereka benar benar kawanan manusia yang lapuk, percuma
saja sauhiap berkorban untuk mereka.”
“Ini urusan kami sendiri, tak usah kau campuri!” umpat Bu Nay
nay lagi sambil melotot gusar.
Iblis tersebut angkat bahunya sambil tertawa seram:
"Aku mah cuma tidak puas menyaksikan ketidak tahuan aturan
mereka masa aku salah berbicara?"
Segera diajaknya mereka menuju ke sebelah kanan, membuka
pintu berterali besi dan membawa mereka ke dalam ruang batu di
dalamnya, kemudian setelah mengunci kembali pintu tersebut,
mereka berlalu.
Jilid 41
Dalam anggapan orang orang Ban seng kiong, tenaga dalam
yang dimiliki kawanan jago persilatan itu sudah punah dan tidak
berdaya lagi untuk melawan, untuk menghindari umpatan serta caci
maki mereka, maka kawanan iblis itu bersama sama mundur dari
gua dan hanya berjaga di mulut gua saja. Dengan demikian mereka
sama sekali tidak mau tahu terhadap kejadian yang berlangsung
dalam gua tersebut.

1290
Sepanjang jalan, Thi Eng khi sama sekali tidak memberitahukan
kepada Ciu Tin tin ataupun So Bwe leng dan Bu Nay nay kalau ilmu
silatnya sudah pulih kembali. Tak heran kalau mereka merawat dan
melayani kebutuhan Thi Eng khi dengan hangat dan penuh kasih
sayang, justru karena itu pula kawanan iblis dari Ban seng kiong
semakin percaya kalau Thi Eng khi benar benar sudah kehilangan
kepandaian silatnya. Itulah sebabnya mereka mengurungnya
bersama sama kawanan jago persilatan lainnya, dengan demikian
banyak membantu Thi Eng khi sehingga bisa bertindak lebih leluasa.
Setelah kawanan gembong iblis dari Ban seng kiong
mengundurkan diri, Pit tee jiu Wong Tin pak dan Ngo liu sianseng
Lim Biau lim dari Thian liong pay, mereka datang mendekati terali
besi dan menjumpai ciangbunjinnya. Thi Eng khi tidak leluasa untuk
mengucapkan sesuatu terhadap mereka, maka setelah berbincang
bincang sebentar, dengan alasan lelah karena menempuh perjalanan
jauh, dia menitahkan kepada mereka agar mengundurkan diri.
Dengan kejadian ini maka ketua Siau lim pay Ci long siansu dan
ketua Bu tong pay Keng hian totiang yang sebenarnya ingin datang
menghibur, menjadi mengurungkan niatnya, mereka hanya menyapa
dari kejauhan sebagai adat kesopanan saja.
Dengan disekapnya Thi Eng khi bersama para jago lainnya, tanpa
diberi penjelasan lagi semua kesalah pahaman orang terhadap
dirinya hilang lenyap dangan sendirinya. Dalam gua tiada
penerangan maka setelah larut malam, suasana ditempat itu
menjadi gelap gulita. Sebagaimana diketahui, jalan darah dari
kawanan jago persilatan itu sudah tertotok, dengan demikian
kepandaian mereka untuk melihat dalam kegelapan pun tak dapat
digunakan, tak heran kalau mereka macam terkena buta ayam saja,
tak dapat melihat siapa siapa. Bahkan tidak terkecuali pula dengan
Ciu Tin tin, Pek leng siancu So Bwe leng serta Bu Nay nay.
Satu satunya orang yang tidak mengalami keadaan tersebut
hanyalah ketua Thian liong pay Thi Eng khi, meskipun dia terkena
totokan pula oleh orang lain, tapi dengan kemampuan tenaga
dalamnya yang sempurna, bila bukan Hian im Tee kun yang turun

1291
tangan sendiri, maka hakekatnya tiada orang yang mampu untuk
menguasahi dirinya.
Dengan tenang dia memeriksa sejenak keadaan disekeliling
tempat itu, kemudian setelah manggut manggut katanya :
“Sekarang, aku tak dapat berpura pura terus.”
Dia memandang sekejap ke arah Ciu Tin tin yang sedang tidur
bersandar diatas dinding, timbul perasaan menyesal dalam hatinya,
kemudian dengan ringan dia berkelebat ke depan, ternyata Ciu Tin
tin tidak merasakan hal ini. Thi Eng khi segera menutupi bibir Ciu Tin
tin dengan tangannya, ketika gadis itu tersadar dan hendak
berteriak, ia sudah tak mampu bersuara lagi, pada saat itulah dia
mendengar suara bisikan Thi Eng khi yang
dipancarkan dengan ilmu menyampaikan suara :
“Enci Tin, sesungguhnya ilmu silat yang siaute miliki sudah pulih
kembali sejak semula, tapi oleh karena aku hendak menciptakan
suatu kesempatan yang dapat membuat Hian im Tee kun gugup dan
gelagapan maka termasuk enci sendiri pun kutipu sampai sekarang,
harap kau sudi memaafkan.”
Meskipun Ciu Tin tin tak dapat berbicara, setelah mendengar
kabar gembira tersebut gemetar keras seluruh tubuhnya karena
girang, dia segera menggenggam lengan Thi Eng khi kencang
kencang. Sementara air matanya bagaikan hujan gerimis jatuh
bercucuran tiada hentinya. Harapannya muncul kembali, semua
kesedihan dan kepedihan yang mencekam perasaannya selama
inipun hilang lenyap tak berbekas.
Thi Eng khi menunggu sampai gejolak perasaan dari Ciu Tin tin
menjadi tenang kembali, kemudian dia baru berkata lebih lanjut :
“Enci Tin, harap kau jangan berbicara dulu, siaute hendak
membebaskan jalan darahmu dan memulihkan kembali tenaga
dalammu…..”
Sembari berkata, dia menarik kembali tangannya yang dipakai
untuk menutupi mulut Ciu Tin tin itu. Berhubung Ciu Tin tin tidak
mengetahui sampai dimanakah kemajuan yang dicapai Thi Eng khi

1292
dalam kepandaian silatnya, tanpa terasa satu ingatan melintas dalam
benaknya :
“Adik Eng, mampukah kau?”
Belum habis ingatan tersebut melintas, angin jari yang
dipancarkan Thi Eng khi sudah menotok tujuh buah jalan darah
kematiannya secara beruntun menyusul kemudian pemuda itu
menempelkan telapak tangannya diatas jalan darah Pay sim hiatnya.
Segulung hawa murni yang segar dan hangat dengan cepat
menembusi badannya. Ciu Tin tin merasakan bagian jalan darahnya
yang tertotok itu menimbulkan suara nyaring, seakan akan batu
yang menyumbat jalan darahnya itu sedang dicukil orang, menyusul
kemudian peredaran hawa murninya menjadi segar dan lancar
kembali, hawa murninya mengumpul dan mengikuti petunjuk dari
Thi Eng khi berputar tiada hentinya secara teratur.
Setelah mengatur napas tiga kali, tenaga dalam yang dimiliki Ciu
Tin tin telah pulih kembali seperti sedia kala. Sekarang dia sudah
dapat mengajak Thi Eng khi untuk berbicara dengan ilmu
menyampaikan suara. Pertama tama dia tertawa dulu, kemudian
baru serunya :
“Adik Eng, enci memang sangat bodoh padahal ketika kau
membantu Bu Im cianpwe untuk menembusi urat nadi Jin dan tok
mehnya, aku sudah seharusnya dapat menduga kalau tenaga
dalammu sudah pulih kembali seperti sedia kala.”
Thi Eng khi tersenyum.
“Oleh sebab enci terlalu memperhatikan dan percaya kepada
siaute maka kau tidak membiarkan kecurigaanmu itu berkembang
menjadi besar, siaute sangat berterima kasih kepadamu, hanya gara
gara kejadian ini maka enci Tin lah yang susah!”
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia menyambung lebih jauh :
“Namun bila kau benar benar tak tahu kalau siaute berhasil
mendapatkan kembali kepandaianku, sudah pasti dalam sikap
maupun gerak gerikmu tadi mudah untuk mengendalikan diri secara
wajar, siapa tahu gara gara hal itu usahaku akan menjadi sia sia dan
berantakan tak karuan.”

1293
Ciu Tin tin tersenyum.
“Kau memang selalu punya alasan... ”
Kemudian setelah berhenti sejenak sambil cemberut, katanya lagi
kepada Thi Eng khi :
“Tentunya kau tak akan membiarkan adik Leng menderita terus
bukan.....”
Semu merah selembar wajah Thi Eng khi oleh perkataan
tersebut, ia segera berkata :
“Tentang Bu Nay nay, terpaksa aku mesti merepotkan diri enci...”
“Aku belum pernah mempelajari ilmu membebaskan jalan
darah...!”
Thi Eng khi segera menerangkan kepada Ciu Tin tin bagaimana
caranya membebaskan pengaruh totokan, kemudian dia baru
membantu Pek leng siancu So Bwe leng untuk membebaskan diri
dari pengaruh totokan. Tak terlukiskan rasa gembira Pek leng siancu
So Bwe leng setelah mendengar kenyataan tersebut, dengan ilmu
menyampaikan suaranya dia lantas mengomeli si anak muda itu
panjang lebar. Thi Eng khi harus membujuk Pek leng siancu So Bwe
leng sampai setengah harian lamanya sebelum dapat membuatnya
menjadi tenang kembali.
Kemudian Thi Eng khi menyuruh mereka tetap tinggal dalam
ruangan batu untuk menanti, sedang dia sendiri mendekati pintu
berterali besi, mengerahkan hawa murninya dan mengorek
gembokan diatas pintu baja tadi. Bagaikan sedang bermain sulap
saja tanpa menimbulkan cedera atau pun suara, kunci itu berhasil
dibongkar.
Dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi
sekarang, sekalipun jago jago silat yang berada dalam gua itu belum
kehilangan tenaga dalamnya pun, jangan harap mereka berhasil
mengetahui gerak geriknya. Sekarang, tentu saja dia semakin dapat
bergerak leluasa diantara orang orang tersebut.

1294
Mendadak dia mempercepat gerakan tubuhnya, sepasang
tangannya digerakkan ke kanan ke kiri, dalam waktu singkat dari
dua puluh sembilan jago lihay yang berada dalam gua, sudah ada
dua puluh delapan orang diantaranya yang tertotok jalan darah
tidurnya.
Sekarang yang masih tetap sadar hanya ketua Bu tong pay, Keng
hian totiang seorang. Thi Eng khi segera menghentikan gerakan
tubuhnya persis di hadapan ketua Bu tong pay Keng hian totiang,
setelah itu bisiknya lirih :
“Totiang! Totiang! Eng khi berada di sini!”
Seperti diketahui, ketua Bu tong pay Keng hian totiang sudah
kehilangan daya penglihatannya dalam kegelapan semenjak tenaga
dalamnya dipunahkan, ketika mendengar bisikan Thi Eng khi secara
tiba tiba, ia nampak terkejut sekali dan segera membuka matanya
lebar lebar. Tapi berhubung gua itu sangat gelap maka sulit baginya
untuk melihat wajah Thi Eng khi.
Setelah menghela napas panjang, dia pun bergumam,
“Mungkinkah pinto sedang bermimpi?”
Thi Eng khi terharu sekali menyaksikan seorang ciangbunjin dari
suatu partai besar harus mengalami nasib yang begini tragis, agak
emosi dia berkata :
“Baik baikkah ciangbunjin selama ini? Thi Eng khi berdiri
dihadapanmu!” Sembari berkata dia memegang bahu Keng hian
totiang.
Gemetar keras sekujur badan Keng hian totiang menghadapi
kejadian ini, dia segera membentak lirih :
“Kau betul betul adalah Thi ciangbunjin?”
Oleh karena dia tidak mempersiapkan batinnya secara baik,
walaupun mendengar suara dari Thi Eng khi, namun dia masih tidak
percaya kalau orang yang sedang berdiri di hadapannya adalah Thi
Eng khi yang asli.

1295
“Aku benar benar adalah Thi Eng khi!” kembali pemuda itu
berkata sambil menghela napas.
Keng hian totang segera mengangkat tangannya bersama sama
memegang lengan Thi Eng khi yang sedang memegang bahunya itu,
sementara rasa haru membuatnya menjadi gemetar :
“Sungguh tak nyana kita menjadi tawanan semua pada hari ini,
Thi ciangbunjin. Baik baikkah kau selama ini? Bukankah kepandaian
silatmu .... aaaai! Setelah terjatuh ke tangan orang orang Ban seng
kiong, tentu saja kaupun kehilangan semua tenaga dalammu,
pinto.... pertanyaan pinto betul betul terlalu bodoh."
“Terima kasih banyak atas perhatian totiang, tenaga dalamku
telah pulih kembali seperti sedia kala!” bisik Thi Eng khi dengan
suara lirih.
Keng Hian totiang yang mendengar ucapan tersebut menjadi tak
terlukiskan girangnya dia sampai berseru tertahan :
“Kau...”
Dengan cepat Thi Eng khi menutup mulut Keng hian totiang
dengan tangannya, kemudian menjawab :
“Harap totiang jangan berisik,jangan sampai mengecutkan orang
orang Ban seng kiong.”
Kemudian selesai berpesan dia menarik kembali tangannya. Keng
hian totiang benar benar diliputi oleh emosi, apalagi setelah tahu
kalau ilmu silat Thi Eng khi masih utuh, sambil melompat bangun
dan mencengkeram bahu si anak muda itu, serunya dengan gembira
:
“Terima kasih langit! Terima kasih bumi, akhirnya kami tertolong
juga.......”
Tapi setelah berhenti sebentar, tiba tiba dia menghela napas
sedih seraya berkata :
“Sayang sekali kami semua telah tertotok jalan darah Hian ki dan
Khi bun hiat oleh Hian im li Cun Bwee dengan ilmu Kok kiong ting
meh jiu hoat (ilmu melewati nadi memantek urat) sehingga

1296
kepandaian silat kami punah, kami tak dapat membantu ciangbunjin
lagi...”
Urat nadi Keng hian totiang sudah cukup lama tertotok, ditambah
pula dia harus menempuh perjalanan yang cukup jauh, kesemuanya
ini membuat badannya menjadi lemah. Setelah berbicara dengan
terburu napsu, napasnya mulai tersengkal sengkal macam orang
yang kehabisan tenaga.
Lama sekali dia harus berhenti untuk mengatur napas kemudian
ujarnya kembali :
“Thi ciangbunjin, walaupun tenaga dalammu sangat hebat,
namun satu tangan sukar menghadapi tiga lengan, menurut
pendapat pinto, lebih baik kau menyelamatkan diri lebih dahulu,
terjanglah keluar dari sini, kemudian kumpulkanlah segenap orang
ga¬gah dari berbagai perguruan untuk membalaskan dendam bagi
kami!”
“Totiang, harap kau jangan berbicara lagi,” seru Thi Eng khi
dengan suara dalam.
“Sekarang aku hendak memulihkan dahulu tenaga dalammu
sebelum kita berbincang lebih jauh!”
“Hian im kok kiong ting meh jiu hoat merupakan ilmu yang
beracun yang tiada taranya didunia ini,” kata Keng hian totiang tidak
percaya, “konon ilmu ini tak bisa dibebaskan siapapun, Thi
ciangbunjin...”
“Aku tak berani rnengatakan pasti bisa, tapi aku bersedia
membantu totiang,” tukas Thi Eng khi tersenyum.
“Terima kasih banyak Thi ciangbunjin!”
Dia lantas duduk bersila, merapatkan sepasang matanya dan siap
menunggu Thi Eng khi turun tangan. Berbicara soal ilmu Hian im kok
kiong ting meh jiu hoat dan Hek sin thian kang ci, bila kedua ilmu
tersebut dibandingkan maka yang muka jauh lebih lihay. Hian im kok
kiong ting meh jiu hoat tersebut selain ganas lagipula beracun

1297
sekalipun ada jago lihay dapat memunahkan ilmu ting meh jiu hoat
tersebut, tidak gampang untuk menghapuskan hawa dingin yang
sudah terlanjur merasuk ke dalam badan. Bukan begitu saja, selain
tak dapat memulihkan kembali hawa murninya, bisa jadi malah akan
membuatnya cacad seumur hidup ....
Seandainya Thi Eng khi tidak memperoleh penemuan aneh sekali
lagi, mungkin dia sendiripun tidak mampu untuk memberikan
pertolongan, tapi sekarang sekalipun ilmu Hian im kok kiong ting
meh jiu hoat lebih ganas dan beracun pun, hal mana tak akan
sampai menyulitkan dirinya.
Tampak dia mengerahkan tenaga dalamnya ke ujung jari tengah
dan telunjuknya dengan senyuman dikulum, kemudian setelah
berputar mengitari Keng hian totiang sebanyak tiga kali, dia menotok
sebuah jalan darah Keng hian totiang, ketika berputar dua puluh
tujuh lingkaran, Thi Eng khi sudah habis menotok jalan darah Pek
hwee hiat, Pi liang hiat, Jin tiong hiat, Jit kan hiat, In thian hiat, Tui
ko hiat, Pay sim hiat dan Wi ciau hiat, sembilan buah jalan darah
penting.
Selesai menotok ke sembilan buah jalan darah tersebut, dengan
tenaga dalam yang begitu sempurna dari Thi Eng khi pun tak urung
berubah juga paras mukanya menjadi semu merah. Ia menarik
napas panjang lalu duduk bersila dibelakang tubuh Keng hian
totiang, telapak tangannya segera ditempelkan diatas jalan darah
Pay sim hiat dipunggung Keng hian totiang.
“Sekarang aku hendak mempergunakan ilmu Tun yang cing kik
untuk membantu totiang dalam usaha mengusir keluar sisa racun
hian im tok dari tubuhmu!”
Seusai berkata, segulung hawa murni yang amat panas segera
menyusup masuk ke dalam tubuh Keng hian totiang. Tenaga dalam
yang dimiliki Keng hian totiang memang sangat sempurna, di bawah
petunjuk dari Thi Eng khi, tidak sampai setengah perminum teh
kemudian seluruh sisa racun hian im tok yang bersarang dalam
tubuhnya sudah dapat diusir keluar semua.

1298
Kedua orang itu serentak menarik kembali tenaganya bersama
sama sambil melompat bangun, kemudian sembari menggenggam
tangan Keng hian totiang berdiri dengan sepasang mata berkaca
kaca, dia benar benar terharu sekali.
“Sangat beruntung aku dapat mewujudkan keinginan totiang
tanpa melesat,” kata Thi Eng khi kemudian sambil tertawa,
“sekarang aku harus membantu Ci long siansu ketua Siau lim pay...”
Kali ini Thi Eng khi membebaskan dahulu totokan dari ketua Siau
lim pay Ci long siansu sebelum membebaskan totokan pada jalan
darah tidurnya. Begitu tersadar dari tidurnya, ketua Siau lim pay Ci
long taysu menyaksikan ada dua sosok bayangan manusia berdiri di
hadapannya, karena kaget hampir saja dia bersuara. Tapi ketua Bu
tong pay, Keng hian totiang segera mencegahnya dengan berbisik :
“Siansu, jangan berisik dulu, aku adalah Keng hian dan Thi
ciangbunjin!”
“Thi ciangbunjin....,” bisik ketua Siau lim pay Ci long siansu
gugup, “bukankah dia disekap di ruangan yang lain?”
“Aku telah melakukan kesalahan besar sehingga membuat siansu
banyak menderita, oleh sebab itu kami sengaja datang kemari untuk
minta maaf!” sela Thi Eng khi cepat.
“Oooooh....” belum sempat ketua Siau lim pay Ci long siansu
berkata lebih jauh, ketua Bu tong pay Keng hian totiang sudah
menyela kembali :
“Siansu tak perlu banyak curiga, sekarang Thi ciangbunjin telah
membantu siansu untuk terlepas dari pengaruh totokan, asalkan sari
racun Hian im tok yang bersarang dalam tubuhmu sudah terusir
keluar, niscaya tenaga dalammu akan pulih kembali seperti sedia
kala.”
“Harap siansu mengerahkan hawa murnimu, aku akan membantu
siansu dari belakang,” kata Thi Eng khi cepat.
Tanpa membuang banyak waktu lagi, dia lantas menempelkan
telapak tangannya diatas jalan darah Pay sim hiat di punggung Ci

1299
long siansu. Ketika tenaga dalam yang dimiliki ketua Siau lim pay Ci
long siansu dapat dipulihkan kembali, Thi Eng khi merasakan
wajahnya menjadi panas, jelas perbuatan ini banyak mengorbankan
tenaga dalamnya. Hanya saja keadaan tersebut sama sekali tidak
diketahui oleh ketua Bu tong pay Keng hian totiang maupun ketua
Siau lim pay Ci long siansu.
Selanjutnya Thi Eng khi turun tangan pula memulihkan tenaga
dalam dari Manusia aneh bermata sakti Ku Kiam ciu dari bukit Tay
pek san, Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong, si unta sakti Lok It
hong, Tiang cun siusu Li Goan, ketua Kay pay si pengemis sakti
bermata harimau Cu Goan po, Hui cun siucay Seng Tiok sian, Giok
koay popo Lo ko ci, Soh sim tocu si Bidadari penyebar bunga Leng
Cay soat, Ci tiok an cu Beng seng suthay, ketua Hoa san pay si
sastrawan berbaju putih Cu Wan mo sekalian sepuluh orang.
Setelah menyembuhkan kesepuluh orang ini, Thi Eng khi benar
benar merasakan kepalanya pening dan matanya berkunang kunang,
dia merasa hawa murninya tak mampu dikerahkan lagi. Terpaksa dia
harus mengatur napas dan bersemedi beberapa saat lamanya
sebelum dapat meneruskan pekerjaannya menolong Phu thian toa
tiau Kay Poan thian.
Saat itu yang mengikuti di belakang Thi Eng khi hanya ketua Siau
lim pay Ci long siansu, ketua Bu tong pay Keng hian totiang,
pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po dan Cang ciong sin
kiam Sangkoan Yong berempat. Lainnya atas nasehat dari Thi Eng
khi telah mengatur napas dan bersemedi sebagai persiapan
menghadapi pertarungan besok pagi .....
Ketua Siau lim pay Ci long siansu, ketua Bu tong pay Keng hian
totiang, pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po sekalian
bertiga memang menaruh kesan baik terhadap Thi Eng khi, mereka
bersikeras hendak mendampingi pemuda tersebut kemana pun dia
hendak pergi.
Dulu Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong pernah menaruh
banyak prasangka terhadap Thi Eng khi, prasangka semacam ini
membuat dia menaruh perasaan yang sinis terhadap pemuda ini.

1300
Atau dengan perkataan lain, entah berapa pun besarnya
pengorbanan Thi Eng khi terhadap umat persilatan, dalam
pandangan Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong, dia tetap
menganggap Thi Eng khi tidak melakukan apapun.
Tapi sejak dia dipulihkan kembali tenaga dalamnya oleh Thi Eng
khi, Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong seolah olah baru merasa
matanya menjadi melek, dia benar benar memahami kebesaran jiwa
serta ketulusan hati pemuda ini.
Terbentuk dari dasar liangsimnya, waktu itu dia tidak
mengutarakan rasa terima kasihnya, melainkan berkata begini :
“Thi ciangbunjin, dengan sikapku di masa lampau terhadapmu,
banyak berbicara pun sama sekali tak ada gunanya, yang jelas
setelah hari ini dalam hati kecilku hanya ada kau seorang.”
Maka dia pun bersikeras mengikuti Thi Eng khi kemanapun anak
muda tersebut pergi, bagaimana Thi Eng khi membujuk dan
menasehatinya, dia tetap menguntil dibelakang anak muda itu.
Akhirnya atas pertolongan Thi Eng khi dengan sepenuh tenaga,
Phu thian toa tiau Kay Poan thian pun berhasill memperoleh kembali
tenaga dalamnya. Baru sekarang Thi Eng khi menunjukkan tanda
tanda kelelahan, dan gejala itupun tak pernah dapat mengelabuhi
orang orang yang mengikutinya. Sebenarnya Cang ciong sin kian
Sangkoan
Yong merupakan musuh bebuyutan dari Thi Eng khi, tapi sejak
dia takluk kepada pemuda tersebut, penampilannya kelihatan luar
biasa besarnya.
Dengan semangat yang menyala nyala tiba tiba dia berseru :
“Bagaimana kalau sisanya yang lain serahkan saja kepada lohu
sekalian untuk menolong?”
“Saudara Thi, ” ucap si pengemis sakti bermata harimau Cu Goan
po pula, “cepat beritahu kepada kami bagaimana caranya
membebaskan pengarih totokan tersebut!”

1301
Thi Eng khi merasa serba salah, dia tak tahu bagaimana mesti
menjawab pertanyaan dari kedua orang itu, sebab tenaga dalam
yang dimiliki Hian im li Cun Bwee jauh lebih lihay daripada mereka,
sekalipun mereka mengetahui cara membebaskan jalan darah
tersebut, belum tentu sanggup untuk membebaskan pengaruh
totokan dari Hian im li Cun Bwee.
Thi Eng khi termenung sebentar, lalu ujarnya :
“Boleh saja siaute utarakan bagaimana caranya membebaskan
pengaruh totokan tersebut, Cuma ..... Cuma ..... tak usah
merepotkan kalian semua.”
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong maupun pengemis sakti
bermata harimau Cu Goan po sama sama tertegun setelah
mendengar ucapan tersebut, katanya kemudian hampir berbareng :
“Apakah kau hendak memeras tenaga sampai mampus?”
Thi Eng khi sungkan untuk menyatakan bahwa tenaga dalam
yang mereka miliki belum memadai sehingga tak mampu banyak
membantu, tapi diapun tak dapat menemukan cara yang tepat untuk
mengutarakan isi hatinya, dengan wajah murung dia menjadi
kelabakan sendiri.
Pada saat itulah mendadak dari belakang tubuhnya bergema
suara dari Ciu Tin tin :
“Adik Eng, menurut kau apakah tenaga dalamku cukup untuk
membebaskan jalan darah mereka?”
Rupanya Ciu Tin tin yang menyaksikan Thi Eng khi yang pergi
sudah begitu lama belum juga kembali, meski dia tahu pemuda itu
sedang membantu rekan rekan yang lain memulihkan kembali
tenaganya, toh gadis itu merasa kuatir. Sampai Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong dan pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
mengucapkan kata ‘kau hendak memeras tenaga sampai mampus’,
dia baru menyadari bahwasannya Thi Eng khi tentu sudah banyak
mengorbankan tenaga dalamnya. Dalam kuatirnya, ia tak bisa
menahan diri lagi dan segera berjalan keluar dari ruang batu.

1302
Dengan diutarakannya kata kata tersebut, Thi Eng khi semakin
rikuh lagi untuk berbicara. Sekarang Cang ciong sin kiam Sangkoan
Yong dan pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po baru
mengerti kalau tenaga dalam yang mereka miliki belum memadai
untuk membantu, maka kedua orang itu pun tidak berbicara lagi.
Thi Eng khi memperkenalkan Ciu Tin tin kepada semua orang,
kemudian sambil manggut manggut dia berkata ;
“Enci Tin, besok kaulah yang merupakan kekuatan utama dalam
menghadapi Hian im Tee kun, hari ini kau tak perlu mengorbankan
tenaga dengan percuma.”
Dengan perkataan dari Thi Eng khi ini, berarti nilai dari Ciu Tin tin
pun meningkat beberapa kali lipat, sebab dengan kemampuannya
menghadapi Hian im Tee kun, mau tak mau ketua Siau lim pay
sekalipun memandang lain kearahnya.
Dipandang seperti ini oleh semua jago, Ciu Tin tin menjadi rikuh
sendiri, katanya kemudian sambil tertawa ;
“Adik Eng, bagaimana dengan kau? Kau ingin mungkir? Aku
bukan tandingan dari Hian im Tee kun!”
“Sekarang siaute sudah banyak membuang tenaga dalamku,
kekuatan yang tersisa sudah tidak cukup untuk menghadapi Hian im
Tee kun lagi. Enci Tin, sekalipun dewasa ini kau belum mampu
mengungguli Hian im Tee kun, namun sudah cukup untuk bertarung
ratusan gebrakan melawannya, bila ditambah dengan yaya sekalian,
sudah pasti kemenangan berada di pihak kita.”
Setelah Thi Eng khi mengungkapnya soal Keng thian giok cu Thi
Keng sekalian dengan nada begini, bukan cuma ketua Siau lim pay
sekalian dibikin melongo, bahkan Ciu Tin tin sendiripun ikut tertegun
dibuatnya. Tanpa terasa pembicaraan merekapun beralih keatas
masalah Keng thian giok cu Thi Keng sekalian.
Kini Thi Eng khi sudah merasa kalau saat untuk menentukan
siapa menang siapa kalah sudah tiba, sedang waktu yang
dinantikanpun sudah matang, dia tak ragu lagi untuk
mengungkapkan keadaan yang sesungguhnya, bahkan dengan nada

1303
membangkitkan semangat semua orang, dia menerangkan
bagaimana Keng thian giok cu Thi Keng berempat membenamkan
diri dalam lumpur dengan tujuan hendak menyelamatkan dunia
persilatan dari kehancuran.
Keterangan ini bukan saja mengharukan semua jago termasuk Ci
long siansu sekalian yang berada di sekitar itu, bahkan mereka lebih
menaruh hormat lagi kepada Keng thian giok cu Thi Keng sekalian.
Bukan begitu saja, malah kawanan jago lihay yang baru saja pulih
kembali tenaganya berkat pertolongan dari Thi Eng khi pun tanpa
terasa menghentikan semedi masing masing untuk datang
mengucapkan beberapa kata kagum sebelum balik dan melanjutkan
kembali semedinya.
Sampai disini, pembicaraanpun beralih kembali pada usul Ciu Tin
tin untuk membantu para jago lainnya memulihkan kembali
kekuatan yang dimiliki. Ciu Tin tin nampak agak keras kepala,
dengan cepat dia berkata lagi :
“Untuk menghadapi Hian im Tee kun, aku rasa hal ini merupakan
tugasmu, pokoknya aku hendak membantumu untuk memulihkan
kembali kekuatan mereka.”
Ucapan ini hanya dapat mewakili perasaan sayang dan kuatir
gadis ini terhadap kekasihnya, tidak diikuti maksud maksud
lainnya.....
Thi Eng khi tidak tega untuk menampik maksud baik gadis itu, dia
lantas memutar otak, kemudian sambil tertawa ujarnya kemudian
kepada pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po :
“Engkoh tua, masih ada berapa orang lagi yang belum dapat
memulihkan kekuatannya?”
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po menghitung
sebentar, kemudian menyahut
“Kami semua berjumlah dua puluh sembilan orang, yang berhasil
memperoleh kembali kekuatan baru tiga belas orang, berarti masih
ada enam belas orang yang belum pulih.”
Thi Eng khi lantas bergumam :

1304
“Kecuali Wong tianglo dan Lim tianglo dari partai kami, masih ada
empat belas orang yang perlu memperoleh kembali tenaga
dalamnya ...”
Dia sudah menyatakan kalau kekuatan yang dimilikinya amat
terbatas sehingga untuk sementara waktu terpaksa harus
mengesampingkan dahulu orang sendiri. Mendengar ucapan mana,
tanpa terasa ketua Siau lim pay Ci long siansu dan ketua Bu tong
pay Keng hian totiang saling berpandangan sekejap. Kemudian
Ketua Bu tong pay Keng hian totiang berkata :
“Dua orang sute kami Keng it dan Keng ning tak perlu Thi
ciangbunjin pikirkan di dalam hati!"
Menyusul kemudian ketua Siau lim pay Ci long siansu berkata
pula :
"Ci kay dan Ci liong sute dari partai kami pun tak usah Thi
ciangbunjin risaukan."
Thi Eng khi cukup memahami keterbatasan kekuatan yang
dimilikinya maka dia pun tidak sungkan sungkan lagi, kepada kedua
orang ciangbunjin tersebut katanya dengan nada menyesal :
“Ciangbunjin berdua harap maklum dan untuk kesediaan ini
kuucapkan banyak terima kasih.”
Lalu sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, dia berkata
lagi kepada Ciu Tin tin:
“Sekarang tinggal sepuluh orang, dengan tenaga dalam yang
dimiliki enci paling banter hanya bisa membantu lima orang,
bagaimana dengan lima orang lainnya?”
Dari ruang dalam secara beruntun muncul Bu Nay nay dan Pek
leng siancu So Bwe leng, dengan cepat dia menyela :
“Bagaimana kalau sisanya kami yang kerjakan?”
“Waaah, kalau sampai begitu maka kita tak punya panglima
perang lagi,” seru Thi Eng khi sambil berkerut kening.
Walaupun ucapan tersebut kelewat berat untuk didengar, namun
memang merupakan suatu kenyataan, bila tiada Thi Eng khi, Ciu Tin

1305
tin, Bu Nay nay dan Pek leng siancu So Bwe leng sekalian, mungkin
dari perguruan besar lainnya tak akan mampu untuk menandingi
Hian im ji li sekalipun.
Oleh karena semua orang menyadari hal ini, maka tak seorang
pun yang memberi komentar. Setelah menghela napas panjang, Ciu
Tin tin berkata :
“Apakah kau masih mempunyai kekuatan untuk memulihkan
kembali kekuatan dari kesepuluh orang tersebut?”
“Harap kalian semua sudi membantu kekuatan kepadaku, dengan
begitu rasanya masih dapat memulihkan kembali kekuatan dari
kesepuluh orang tersebut. Kini waktunya sudah tidak banyak lagi,
selesai memulihkan tenaga dalam kesepuluh orang itu, siaute perlu
bersemedi kembali, dengan begitu aku baru memiliki kemampuan
untuk menghadapi pertarungan esok pagi.”
Selesai berkata dia berjalan menuju kehadapan Im tiong hok
Teng Siang dan mengerahkan tenaga untuk membebaskan jalan
darahnya, tatkala telapak tangannya menempel diatas jalan darah
Pay sim hiat di tubuh Im tiong hok Teng Siang, Pek leng siancu So
Bwe leng segera menyelinap datang dan menempelkan telapak
tangannya ke atas jalan darah Pay sim hiat di punggung Thi Eng khi
....
Sambil tertawa Thi Eng khi berpaling dan berkata :
“Adik Leng, kau bersama enci Tin dan Bu Nay nay tetap berada di
belakang saja untuk membantuku!”
Pek leng siancu So Bwe leng memahami apa yang dimaksudkan
Thi Eng khi, dia menghendaki orang yang bertenaga dalam paling
sempurna berada di barisan terbelakang untuk membantunya, dan
sekarang masih belum membutuhkan bantuan mereka. Sambil
tertawa mereka lantas mundur dari situ. Sudah barang tentu para
jago lainnya dapat memahami maksud hati dari Thi Eng khi tersebut.
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong segera menggantikan
kedudukan dari Pek leng siancu So Bwe leng, telapak tangannya
dengan cepat ditempelkan diatas jalan darah Pay sim hiat pada
punggung Thi Eng khi, serunya :

1306
"Biar lohu maju duluan!"
Demikianlah dengan mempergunakan kemampuan yang terbesar,
pengorbanan yang paling besar, bahkan berada dalam keadaan
hampir saja menghancurkan diri sendiri, Thi Eng khi membantu
sepuluh orang yang terakhir untuk memulihkan kembali tenaga
dalamnya...
Tapi setelah pekerjaan berat itu, Thi Eng khi sudah kehabisan
tenaga sehingga wajahnya berubah menjadi pucat pias seperti
mayat, suara untuk berbicara pun lemah sekali. Oleh Ciu Tin tin dan
So Bwe leng, dia segara dibimbing kembali ke kamar untuk
beristirahat, selain itu, pintu terali besi dikunci kembali seperti sedia
kala.
Atas peristiwa tersebut, semua jago pun benar benar merasa
terharu sekali atas pengorbanan dari Thi Eng khi, mereka semakin
menaruh hormat terhadap jago muda tersebut. Seandainya pada
saat ini ada orang mengucapkan kata yang tak menguntungkan bagi
Thi Eng khi, mungkin segera akan muncul manusia yang beradu jiwa
dengannya.
Lambat laun, suasana dalam gua pun pulih kembali dalam
keheningan. Semua orang sama sama beristirahat sambil mengatur
napas guna menyongsong datangnya pertarungan yang akan
berlangsung besok...
Keesokan harinya, pagi sekali, suara gemuruh yang keras
membangunkan semua orang dari tidurnya. Ternyata pintu besar di
mulut gua sudah dibuka orang, serentetan cahaya matahari pagi
mencorong masak ke dalam gua dan menerangi seluruh ruangan
tersebut. Menyongsong datangnya cahaya matahari nampak Hian im
ji li munculkan diri dengan senyuman dikulum. Mereka muncul
dengan langkah yang santai dan membawa suasana yang ramah,
begitu masuk ke dalam gua, sambil tertawa merdu serunya lantang :
“Engkoh tua dan enci sekalian, siaumoay berdua datang
menjenguk kalian!"
"Hmmmm! Hmmm! Hmmm....."

1307
Dengusan dingin bergema tiada hentinya dari hidung para jago
sebagai pertanda rasa muak dan benci mereka yang meluap luap.
Hari ini Hian im ji li menunjukkan watak yang jauh lebih baik, bukan
saja berlagak tidak mendengar, bahkan senyuman mereka jauh lebih
lembut dan hangat.
“Engkoh tua dan enci tua sekalian,” demikian gadis itu berkata,
“benarkah kalian tidak dapat memaafkan siaumoay sekalian?”
Dua orang nona dengan perawakan tubuh yang indah itu segera
berdiri tegak di tengah ruang gua. Setelah memandang sekeliling
tempat itu dengan sorot mata yang jeli, Cun Bwee segera berkerut
kening sambil tertawa dingin. Suara tertawa dinginnya ini dengan
cepat menimbulkan perasaan benci dan kesan buruk dalam hati
semua orang, bahkan ada diantara mereka segera berpikir :
“Hmm, jika kau berani berlagak sok lagi, hari ini pasti akan
kujagal kau sampai hancur berkeping keeping.”
Ternyata Cun Bwee tertawa dingin bukan terhadap mereka,
melainkan terhadap rekannya Ciu Lan. Terdengar dia sedang
menegur dengan wajah keren :
“Ji moay, beginikah cara kita orang orang Ban seng kiong dalam
melayani tamu?”
"Yaa, betul, aku memang benar benar bodoh sehingga membuat
malu kita orang orang Ban seng kiong saja, biar siaumoay bertanya
siapa yang bertugas disini, nanti orang itu harus dijatuhi hukuman
yang setimpal.”
Sembari berpaling ke luar, segera teriaknya keras keras :
“Mana petugas disini?"
Suara mengiakan bergema menyusul munculnya seorang lelaki
berpakaian ringkas berwarna hitam, sambil membungkukkan badan
memberi hormat orang itu berkata : “Hamba Hek bin bu pah (raja
bengis berwajah hitam) To Thi gou siap menerima perintah dari
Seng li!"

1308
“Kaukah yang bertugas melayani kebutuhan dari para tamu
agung ini?” tegur Ciu Lan dengan kening berkerut.
Raja bengis berwajah hitam To Thi gou adalah manusia yang
termashur namanya di dalam dunia persilatan belakangan ini, dia
berdarah panas dan kasar. Tapi sekarang, dihadapan Ciu Lan boleh
dibilang mati kutunya, bernapas keras keras pun tak berani.
“Hamba tidak tahu perbuatan salah apakah yang telah dilakukan,
mengapa Seng li marah marah besar?” katanya sambil merendahkan
suaranya.
Ciu Lan tertawa dingin.
“Heehhhh..... heeehhhh.... heeehhh... percuma manusia macam
kau dijadikan petugas menerima tamu, mengapa tidak memakai otak
untuk berpikir, tempat sekotor ini mana boleh dipakai untuk
menyambut tamu agung kita? Kau tahu mereka adalah para
ciangbunjin dan jago kenamaan dalam dunia persilatan dewasa ini.
Hmmm, perbuatan mu sungguh membuat kami orang orang Ban
seng kiong kehilangan muka!”
Sebagai orang kasar tentu saja Raja bengis berwajah hitam To
Thi gou tak dapat berpikir dengan menggunakan akalnya, ketika
mendengar teguran tersebut dia nampak tertegun, kemudian
serunya agak tergagap :
"Soal ini... tentang soal ini...”
"Apa ini itu?” bentak Ciu Lan semakin gusar, “kau sudah berani
menyiksa tamu agung kami, apakah kau belum sadar kalau salah?”
Sudah barang tentu Raja bengis berwajah hitam To Thi gou tak
dapat menebak maksud hati dari Hian im ji li. Oleh karena dia
merasa memperoleh perintah untuk bertugas demikian, kontan saja
amarahnya meledak. Dengan mata melotot besar dan muka merah
membara, teriaknya keras keras :
"Hamba tidak bersalah!”
Ji li Ciu Lan semakin marah, kembali dia membentak :

1309
"Manusia bedebah yang bernyali besar berani amat bersikap
kurang ajar kepadaku? Hmmm, apabila aku tidak menjatuhi
hukuman yang setimpal kepadamu, orang pasti akan memandang
rendah Ban seng kiong!”
Sembari berkata lantas membalikkan jari tangannya dan langsung
menyodok ke bawah ketiak si Raja bengis berwajah hitam To Thi
gou. Pada dasarnya si Raja bengis berwajah hitam To Thi gou
adalah seorang lelaki yang berdarah panas, tapi karena salah
langkah dia berhasil ditarik Huan im sin ang Ui Sam ciat untuk
bergabung dengan Ban seng kiong, atas hal mana dia sudah lama
merasa menyesal. Sekarang Hian im ji li ada maksud untuk
mengorbankan dirinya, serangan yang dilancarkan pun keji dan tidak
kenal ampun. Dalam keadaan yang tak siap dan sama sekali tak
menduga, bagaimana mungkin Raja bengis berwajah hitam To Thi
gou dapat menghindarkan diri dari desakan jari tangan Ciu Lan. Tak
ampun lagi dia telah terhajar telak dadanya dan tewas seketika itu
juga.
Selesai menghabisi nyawa Raja bengis berwajah hitam To Thi
gou, Ciu Lan tertawa cerah, setelah memberi hormat kepada para
jago katanya :
"Menyesal sekali orang kami tak becus sehingga membuat kalian
harus tersiksa semalaman suntuk, atas kesalahan mana siaumoay
telah menghukum mati orang kami, harap kalian sudi
memakluminya."
Membunuh orang dalam suasana begini sebagai jago kawanan
yang banyak pengalaman dalam dunia persilatan tentu saja para
jago dapat menebak maksud dan tujuannya. Maka ada diantara
mereka yang tidak bisa menahan amarahnya lagi, beberapa orang
diantaranya segera tertawa dingin.
Dengan kening berkerut, Hiam im li Ciu Lan berlagak seakan akan
tidak mendengar, tiba tiba teriaknya kearah luar gua itu :
“Bawa masuk hadiah yang telah dipersiapkan!”
Seseorang mengiakan dari luar gua dan menggotong masuk
sejumlah barang kemudian meletakkan sebuah bungkusan

1310
dihadapan setiap orang. Empat bungkus yang terakhir dibawa oleh
seseorang langsung menuju ke ruang batu berterali besi yang dihuni
Thi Eng khi sekalian.
Hian im ji li berlagak seakan akan tidak mengetahui apa yang
terjadi, mereka berjalan menuju ke pintu terali besi dan melongok ke
dalam, kemudian sambil menjerit kaget mereka membukakan pintu
dan minta maaf tiada hentinya kepada Thi Eng khi bahkan
menyerahkan sendiri keempat buntalan tersebut kehadapan mereka.
Dengan suara dingin Pek leng siancu So Bwe leng segera
menegur :
"Ciu Lan kau masih kenal dengan nonamu?"
Tanpa terasa Ciu Lan tertawa rikuh, kemudian sahutnya :
"Enci harap kau sudi memaafkan adikmu, dalam kejadian yang
sudah lewat memang akulah yang bersalah, sekarang kita sudah
sekeluarga, sekalipun harus melayani kau sepanjang hiduppun adik
rela."
Melihat ketidak tahuan malu orang itu, Pek leng siancu So Bwe
leng menjadi kehilangan napsunya untuk bersilat lidah dengannya,
sambil melengos dia berseru :
"Huuuh, siapa yang kesudian satu keluarga denganmu?
Hmmmm....!"
Hian im li Ciu Lan sama sekali tidak acuh terhadap ejekan orang
bahkan marah pun tidak. Hian im li Cun Bwee segera bertepuk
tangan dua kali, kemudian serunya :
"Apakah setiap orang memperoleh satu bungkusan?"
"Memangnya matamu robek tidak bisa melihat sendiri?" umpat
seseorang.
Kemudian suara tertawa dingin ber¬kumandang tiada hentinya
dari sana sini. Hian im li Cun Bwee sedikit pun tidak mempersoalkan
masalah tersebut, kembali ujarnya sambil tertawa :
"Tampaknya engkoh tua sekalian ku¬rang tidur dan makan tak
enak selama dua hari belakangan ini maka api napsunya kelewat

1311
besar. Yaa, pertanyaan siaumoay memang terlalu berlebihan,
su¬dah seharusnya siaumoay memeriksa sendiri!"
Sorot matanya yang tajam segera menyapu sekejap sekeliling
tempat itu, kemudian sambil mengangguk katanya lagi :
"Didalam menempuh perjalanan jauh kemari, Tee kun kuatir
pakaian yang kalian kenakan menjadi kotor atau robek, maka beliau
sengaja mengutus siaumoay untuk menghadiahkan satu stel jubah
dan sepasang sepatu untuk saudara sekalian, harap kalian sudi
menerimanya dengan senang hati!"
Giok koay popo Li Ko ci adalah perempuan tua yang paling jelek
wataknya, sejak semula dia sudah mendongkol sekali, agaknya dia
lupa kalau tenaga dalam yang dimilikinya sudah pulih kembali, tanpa
mempertimbangkan lagi bagaimanakah akibatnya, pertama tama dia
yang tak sabar lebih dulu.
Sambil menendang bungkusan yang berada di hadapannya, dia
berteriak keras keras :
"Siluman rase berwajah tertawa, siapa yang kesudian menerima
hadiahmu itu!"
Kena tendangannya bungkusan tersebut segera menggelinding
sejauh empat lima kali dan mencapai satu kaki lebih.
"Ooooh" Hian im li Ciu Lan berseru tertahan, "taci, aku lihat si
nenek ini sangat mencurigakan."
Setelah berbuat Giok koay popo Li Ko ci baru menyesal atas
keberangasan sendiri, bila mereka sampai tahu kalau tenaga dalam
nya telah punah kembali, kendatipun berhasil membunuh kedua
orang perempuan Hian li ini, tapi rencana semua orang un¬tuk
menyusup ke dalam istana Ban seng kiong akan hancur berantakan.
Jika rencana tersebut sampai gagal total, berarti dialah yang mesti
memikul tanggung jawabnya.
Berpikir sampai disini, tanpa terasa peluh dingin bercucuran
membasahi tubuhnya, sedang selembar wajahnya turut berubah
pula menjadi pucat pias seperti mayat. Dengan sorot mata yang

1312
tajam Hian im li Cun Bwee mengawasi Giok koay setengah harian
lamanya kemudian sambil tertawa ujarnya :
“Jimoay tak banyak curiga, enci tua ini menendang dengan
sepenuh tenaga, kalau bisa menendang sebuah bungkusan sejauh
satu kaki, lantas apalah artinya?”
Sembari berkata dia lantas bergerak ke depan dan langsung
mendekati Giok koay popo Li Ko ci. Semua orang yang menyaksikan
kejadian ini menjadi ikut tegang, mereka sadar nasib dunia
persilatan selanjutnya tergantung pada tindakan yang akan
dilakukan Giok koay popo berikut ini.
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong paling gelisah, dengan
berdasarkan hubungannya yang akrab di hari hari biasa, dia lantas
memperingatkan Giok koay popo Li Ko ci dengan ilmu
menyampaikan suaranya :
“Hei nenek, lebih baik bersabarlah diri, jika kau bertindak secara
sembarangan, harapan kita semua akan pudar sampai di sini saja!”
Sementara itu Giok koay popo Li Ko ci sedang menyaksikan Hian
im li Cun Bwee sedang menerkam kearahnya lalu mendengar pula
peringatan dari Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong, satu ingatan
segera melintas dalam benaknya, dia menghela napas di hati dan
mengambil keputusan untuk pasrah dengan nasib.
Dengan cepat Hian im li Cun Bwee sampai di hadapan tubuhnya,
ujung jarinya yang runcing sudah berada diatas jalan darah Jit kan
hiat pada dadanya, bila jalan darah tersebut sampai tertotok, niscaya
dia akan mati. Sesungguhnya Giok koay popo masih mempunyai
kemampuan untuk berkelit, tapi sekarang dia tak mungkin bisa
menghindarkan diri lagi.
Tatkala serangan maut sudah berada di depan mata, diam diam
ia berpekik di hati :
“Habis sudah riwayatku!”
Sambil memejamkan matanya rapat rapat dia bersiap sedia
menerima kematian. Serangan yang dilakukan oleh Hian im li Cun
Bwee ini dilakukan dengan gerakan yang tidak cepat, karena

1313
tujuannya yang terutama adalah untuk menyaksikan dari Giok koay
popo dalam menghadapi ancaman bahaya maut.
Setelah Giok koay popo memejamkan matanya siap menerima
kematian, tentu saja Hian im li tak dapat sungguh sungguh menotok
jalan darahnya, dengan cepat hawa murninya dibuyarkan, dia hanya
bermaksud menowel ujung kulitnya saja tanpa menimbulkan luka
pada sang korban. Giok koay popo hanya merasakan tubuhnya agak
kaku, namun sama sekali tidak merasakan gejala lain.
Selesai menutul badan Giok koay popo, Hian im li Cun Bwee
melayang kembali ke posisinya semula, lalu katanya sambil tertawa :
"Nah jimoay, kau masih curiga?"
Dengan kening berkerut Hian im li Ciu lan menyahut :
"Sewaktu toaci turun tangan tadi, Cang ciong sin kiam Sangkoan
tayhiap mengkomat kamitkan bibirnya, entah dia sedang memberi
peringatan entah mengapa?"
Bergetar keras seluruh tubuh badan Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong sesudah mendengar perkataan itu, pikirnya dengan
perasaan terkejut.
“Budak ini sungguh lihay, ternyata dia teliti dan sukar ditipu,
tampak lohu harus mengorbankan diri ...”
Berpikir demikian, diapun berseru :
“Omong kosong, untuk menguatirkan keselamatan Li tayhiap saja
tak mampu ...”
“Bila ada yang mencurigakan maka kecurigaan tersebut tak boleh
dibiarkan begitu saja,” tukas Hian im li Cun Bwee sambil tertawa,
“aku harus melakukan penyelidikan sejelas jelasnya ...”
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong segera berteriak keras :
“Tenaga dalam lohu sudah dikuasai, aku tak punya kemampuan
untuk melawan, yaa, terserah apa pun yang ingin kau katakan...”
Hian im li Cun Bwee tertawa.

1314
“Tee kun pernah mewariskan semacam ilmu jari kepadaku,
barang siapa tertotok maka kesadaran otaknya akan punah dan dia
akan mandah diperintah. Tapi sayangnya kepandaian ini mempunyai
kekurangan, yakni bila orang yang hendak ditotok jalan darahnya itu
menghimpun dulu tenaga dalamnya untuk melindungi jalan darah
Sam im ciau, hap kok can Tiong kek, totokan itu akan mengalami
kegagalan total."
Sudah jelas perkataan tersebut dimaksudkan oleh Hian im li Cun
Bwee untuk memberitahukan kepada Cang ciong sin kiam Sangkoan
Yong, asal dia melindungi sam im ciau, Hap kok dan Tiong kek tiga
buah jalan darah penting, maka dirinya akan bebas dari pengaruh
totokan tersebut.
Perlu diketahui, bagi umat persilatan yang berpandangan luas,
soal mati atau hidup dapat ditentukan dengan cepat, tapi kalau dia
diharuskan mati tidak hiduppun tidak, hal itu jelas tak akan bisa
ditahan oleh siapapun. Adapun maksud tujuan Hian im li Cun Bwee
sekarang adalah hendak mempergunakan gertakan tersebut untuk
mencoba reaksi dari Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong.
Waktu itu Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong sudah ketakutan
setengah mati, wajahnya pucat pias dan keringat dingin mengucur
keluar tiada hentinya. Para jago lainnya pun sama sama
menunjukkan sikap marah, apalagi menyaksikan kekejaman dan
kebuasan hati dari Hian im li tersebut, mereka bertekad apabila ada
kesempatan maka kedua orang perempuan tersebut akan dibunuh
lebih dulu.
Thi Eng khi sendiripun merasa gusar sekali, dengan ilmu
menyampaikan suara serunya kepada Cang ciong sin kiam Sangkoan
Yong :
“Hian im li berhati kejam dan buas, Sangkoan tayhiap tak usah
melakukan pengorbanan yang tak berarti, yang terpenting sekarang
adalah melindungi keselamatan sendiri."
Dengan sepasang mata berkaca kaca Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong memandang sekejap kearah Thi Eng khi dengan

1315
perasaan berterima kasih, tapi sambil menggertak gigi dia menyahut
dengan ilmu menyampaikan suara :
“Masalah ini menyangkut kejadian yang amat besar, terpaksa
lohu akan pasrah kepada nasib!”
Sementara itu jari tangan Hian im li Cun Bwee sudah menotok
beberapa buah jalan darah penting di tubuh Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong. Dengan cepat paras muka Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong berubah menjadi bimbang dan kosong, agaknya
kesadaran orang ini berhasil dikendalikan oleh Hian im li Cun Bwee.
Mencorong sinar kemerah merahan dari balik mata Thi Eng khi, dia
berhasil melihat jelas gerakan tangan dari Cun Bwee.
Sebagai orang yang mahir ilmu pertabiban, ditambah pula pernah
memperoleh seluruh ilmu silat dan kepandaian sakti dari Cu sim ci cu
Thio Biau liong, boleh dibilang ilmu yang dipergunakan Hian im li
Cun Bwee itu sama sekali tak berhasil menakuti hatinya. Dia tertawa
hambar, kemudian dengan ilmu menyampaikan suara, ujarnya
kepada para jago :
“Harap saudara sekalian suka bersabar dan menahan diri,
kepentingan yang lebih besar harus diutamakan, untuk itu Thi Eng
khi mengucapkan banyak terima kasih kepada kalian semua. Soal
ditotoknya jalan darah Sangkoan tayhiap, hal mana tak akan
menyusahkan diriku, jadi saudara sekalian tak usah kuatir.”
Setelah mendengar perkataan itu, kemarahan para jago baru
mulai mereda. Dengan kening berkerut, Hiam im li Cun Bwee segera
berseru kembali :
“Sangkoan loji, bunuhlah Thi Eng khi sekarang juga!”
Sekali lagi para jago merasakan hatinya bergetar keras, rasa
gelisah dan cemas menyelimuti wajah setiap orang. Sementara itu,
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong sudah menerima perintah dan
bergerak menghampiri Thi Eng khi. Thi Eng khi sama sekali tidak
mengerahkan tenaga dalamnya, malah sambil tertawa ujarnya
lantang :
“Walaupun tenaga dalamku sudah punah, aku bukan manusia
yang gampang digertak orang, tenaga dalam yang dimiliki Sangkoan

1316
tayhiap pun sudah kalian kendalikan, kau anggap dia mampu untuk
membunuh diriku?"
Hian im li Cun Bwee tertawa.
"Kau memang pintar sekali, padahal aku hanya bermaksud
menakut nakuti semua orang saja."
Kemudian sambil berpaling, serunya lagi kepada Cang ciong sin
kiam Sangkoan Yong :
"Sangkoan loji, kau tak perlu turun tangan lagi terhadap Thi Eng
khi!"
Ternyata Cang cong sin kiam Sangkoan Yong menuruti
perkataannya dan segera mundur kembali ke tempat semula.
Sekarang para jago baru dapat menghembuskan napas panjang,
namun rasa bencinya terhadap Hian im li Cun Bwee pun semakin
merasuk ke tulang sumsum.
Dengan wajah serius Hian im li Cun Bwee berkata kepada para
jago :
"Bagaimana? Kalian bersedia memberi muka dengan menerima
hadiah dari Tee kun?”
Para jago saling berpandangan sekejap, ternyata tak seorang pun
yang mengemukakan pendapatnya. Sambil menuding ke arah ketua
Bu tong pay Keng hian totiang, Hian im li Cun Bwee segera menegur
:
"Ayo cepat jawab, kau menerima hadiah dari Tee kun atau
tidak...?"
Ketika dilihatnya semua orang tidak menjawab, lagipula diapun
kurang leluasa untuk turun tangan dengan kekerasan, maka
pertanyaan pun diajukan satu persatu kepada mereka yang
bersangkutan.
“Bu liang siau hud!” bisik ketua Bu tong pay Keng hian totiang
pelan, “maksud hati nona sudah terutarakan, tapi sayang pinto
bukan manusia yang takut menghadapi kematian, kecuali Thi

1317
ciangbunjin setuju untuk menerima hadiah ini, kalau tidak, sulitlah
untuk memaksa pinto menerima hadiah tersebut.”
Sementara Hian im li Cun Bwee tertegun dan ragu, ketua Siau lim
pay Ci long siansu sudah berseru pula :
“Omitohud! Lolap pun akan mengikuti keputusan yang diambil
oleh Thi ciangbunjin!”
Hian im li Cun Bwee mengalihkan sorot matanya ke wajah Thi
Eng khi, namun ucapannya tetap ditujukan kepada ketua Siau lim
pay sekalian :
“Mengapa sih kalian begitu takluk dan percaya kepada dirinya
...?”
“Diantara sekian jago persilatan yang berada di dunia ini, hanya
Thi ciangbunjin seorang yang memiliki kemampuan untuk melawan
kelaliman Hian im Tee kun, pinceng sekalian tidak percaya kepada
Thi ciangbunjin lantas mesti percaya dan takluk kepada siapa?”
Serentak para jago lainnya berseru bersama :
"Kami semua akan mendukung setiap keputusan yang diambil
oleh Thi ciangbunjin."
Sambil tersenyum Hian im li Cun Bwee segera berpaling ke arah
Thi Eng khi sembari berkata :
“Thi ciangbunjin, mati hidup semua orang sudah berada
ditanganmu sekarang, semuanya tergantung pada keputusan yang
bakal kau ambil."
Thi Eng khi tersenyum.
“Inilah kegagahan serta kebanggaan semua orang dalam
persatuan dan persekutuan dalam menghadapi Tee kun sekalian.”
“Tak usah banyak berbicara lagi,” tukas Hian im li Cun Bwee
dengan kening berkerut, “jawab saja sekarang, hadiah dari Tee kun
ini kau terima atau tidak?”
Dengan wajah serius Thi Eng khi berkata :

1318
“Aku harus mengetahui lebih dahulu mengapa Tee kun kalian
memberi hadiah kepada kami?”
“Karena beliau hendak mengundang kalian makan siang
bersama...”
“Untuk itu aku akan mengajukan satu syarat, kalau tidak, lebih
baik mati saja daripada menerimanya.”
Menyaksikan kegagahan Thi Eng khi yang tak sudi tanduk pada
keadaan, tanpa terasa Hian im li Cun Bwee manggut manggut,
katanya kemudian :
“Apa syaratmy itu? Coba katakan dahulu!”
“Syaratku sangat sederhana, cukup asal Tee kun kalian bersedia
turun gunung dan menyambut sendiri kedatangan kami semua ...”
Tanpa berpikir panjang, Hian im li Cun Bwee segera menyahut :
“Kami adalah orang kepercayaan dari Tee kun, baik, syarat ini
akan kuterima.”
“Kau dapat mengambilkan keputusan?” terlintas kecurigaan
dalam hati kecil Thi Eng khi.
Hian im li Ciu Lan segera tertawa.
"Toaci kami mempunyai kedudukan yang istimewa sekali dalam
istana Ban seng kiong, dia dapat mengambilkan setiap keputusan
yang penting, jadi kau tak usah kuatir."
Thi Eng khi tidak berbicara lagi, dia membungkukkan badannya
membuka buntalan tersebut dan mengenakan jubah baru yang
berada dalam buntalan tadi.
Jilid 42

1319
Setelah Thi Eng khi bertindak, maka semua orangpun
mengikuti jejaknya dengan mengenakan pakaian baru
pemberian dari Hian im Tee kun. Ketika Hian im ji li melihat
begitu tunduknya semua jago kepada Thi Eng khi maka sikap
mereka terhadap Thi Eng khi pun semakin menghormat lagi.
Thi Eng khi memandang sekejap ke arah Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong yang masih dikuasai kesadarannya, kemudian
berkata ketus :
“Sekarang tentunya nona sudah bisa membebaskan pengaruh
totokan pada diri Sangkoan tayhiap bukan?”
“Apakah ini pun terhitung syarat yang kauajukan?” tanya Hian
im li Cun Bwee.
“Ini termasuk tata kesopanan yang perlu diperhatikan pihak
Ban seng kiong ka¬lian terhadap kami sebagai tamu, jadi
bukan merupakan permintaan atau syaratku.”
Hian im li Cun Bwee termenung dan berpikir sejenak,
kemudian dia baru mengangguk : “Baiklah! Aku akan memberi
muka lagi untukmu, cuma akupun berharap agar kau tahu diri.”
Thi Eng khi tertawa, dengan perhatian khusus dia
memperhatikan bagaimana cara Hian im li Cun Bwee
membebaskan pengaruh totokan dari tubuh Cang ciong sin
kiam Sangkoan Yong. Begitu Hian im li Cun Bwee selesai
membebaskan pengaruh totokan dari tubuh Cang ciong sin
kiam Sangkoan Yong, kepada Hian im li Ciu Lan ujarnya
sambil tertawa :
“Jimoay, lebih baik kita bersikap lebih terbuka lagi dengan
mengembalikan senjata mereka, dengan begini kehadiran
mereka dalam upacara pun akan kelihatan lebih angker dan
mentereng….”

1320
Hian im li Ciu Lan segera mengiakan dan melaksanakan
perintah tersebut.
Tiba tiba Thi Eng khi berseru sam¬bil tertawa dingin :
“Kalian toh mengetahui bahwa tenaga dalam kami telah punah,
sekalipun ada senjata juga tak mampu banyak berkutik, huuh
terhitung perbuatan macam apakah itu? Jikalau kalian benar
benar ingin berjiwa besar bebaskan pula totokan pada tubuh
kami semua.”
Hian im li Cun Bwee segera tertawa :
“Sekarang kau tak usah memanasi hatiku dulu, asal kalian
berkemauan baik dan bersedia untuk bekerja sama, bukan
cuma jalan darah kalian saja yang akan dibebaskan, bahkan
tenaga dalam Thi ciangbunjin yang berhasil dibuyarkan oleh
getaran Tee kun kami pun akan dipulihkan kembali.”
“Waah, kalau sampai demikian adanya aku pasti akan
berterima kasih sekali kepadamu!”
“Kau benar benar akan berterima kasih kepadaku?” Hian im li
Cun Bwee memutar sepasang biji matanya.
“Aku yakin apa yang kuucapkan pasti akan kuwujudkan!”
Hian im li Cun Bwee segera mengalihkan sorot matanya ke
wajah Thi Eng khi dan memandangnya lekat lekat, setelah itu
serunya :
“Baik! Kita tetapkan dengan sepatah kata ini, soal
mendapatkan kembali tenaga dalammu serahkan saja
tanggungjawabnya keatas pundakku!”
Sementara itu senjata tajam milik para jago telah dibawa
kemari oleh kawanan iblis dari Ban seng kiong dan dibagikan

1321
kepada pemiliknya. Menerima kembali senjata tajam andalan
masing masing, para jago merasakan jantungnya berdebar
keras sekali sehingga hampir saja mau melompat keluar lewat
mulut.
Tiba tiba Hui cun siucay Seng Tiok sian tampil ke depan
sambil berseru :
“Mana kuda hitamku?”
“Waaah, kau sungguh pelit sekali,” seru Hian im li Cun Bwee
sambil tertawa, “masa kedua ekor kuda itu untuk kami dua
bersaudara pun keberatan!”
Dengan wajah gelisah bercampur murung, Bu im sin hong
Kian Kim siang serta Sam ku sinni menunggu selama sehari
semalam, menjelang fajar menyingsing mereka baru
menyaksikan si pencuri sakti Go Jit pulang dengan tangan
hampa. Sambil melepaskan topeng kulit manusia wajahnya, si
pencuri sakti Go Jit menghela napas dan menggelengkan
kepalanya berulang kali.
“Sudah puluhan tahun boanpwe berkelana dalam dunia
persilatan tapi belum pernah kualami kegagalan total seperti
hari ini,” keluhnya sedih, “jangan lagi mencuri kitab Hian im
kui goan keng milik Hian im Tee kun, untuk menemukan
tempat rahasia untuk menyimpan kitab tersebut pun tak
berhasil, aaaai.... mulai hari ini malu aku memakai sebutan si
pencuri sakti lagi.”
Dalam keadaan yang sama sama kecewanya, dengan
kedudukan Bu im sin hong Kian Kim siang dalam dunia
persilatan mau tak mau dia mesti tersenyum guna menghibur
hati si pencuri sakti Go Jit :
“Hian im Tee kun adalah manusia yang paling tangguh dalam

1322
dunia persilatan dewasa ini, gagal ditangannya bukan
merupakan sesuatu kejadian aneh, jadi tidak termasuk suatu
peristiwa yang memalukan. Kau sudah sehari semalam tanpa
istirahat, sekarang beristirahatlah dahulu, dengan begitu kita
dapat selekasnya sampai di istana Ban seng kiong.”
“Boanpwe sedang kalut percuma bersemedi, toh aku tak bisa
menenangkan pikiranku dengan sempurna, lebih baik sekarang
juga kita berangkat ke istana Ban seng kiong...”
“Langkah selanjutnya adalah langkah yang penting sekali
artinya,” sela Sam ku sinni cepat, “lebih baik Go tayhiap
memulihkan dulu kondisi badanmu yang penat, agar dengan
begitu kita tak usah mengalami kegagalan lagi.”
Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa si Pencuri sakti Go
Jit harus menguasai gejolak perasaannya dan mulai bersemedi
mengatur pernapasan. Kurang lebih sepertanak nasi kemudian,
si pencuri sakti Go Jit telah selesai bersemedi dan melompat
bangun dari atas tanah.
Tatkala Bu im sin hong Kian Kim siang melihat rekannya baru
dapat memulihkan tujuh delapan bagian kesegaran badannya,
dia sebenarnya berniat untuk menyuruhnya bersemedi kembali,
tapi oleh karena wajah si pencuri sakti diliputi perasaan gelisah
dan tak sabar, akhirnya niat tersebut diurungkan.
Mereka bertiga segera mengenakan kembali topeng kulit
manusia masing masing kemudian dengan mengerahkan ilmu
meringankan tubuh, berangkatlah menelusuri jalan raya
menuju ke istana Ban seng kiong. Untung saja pada saat itu
muncul banyak sekali jago persilatan yang berbondong
bondong berangkat ke istana Ban seng kiong, dengan

1323
mencampurkan diri di antara mereka, dengan cepat ketiga
orang itu berhasil masuk ke dalam istana dengan selamat.
Semenjak pihak Ban seng kiong berhasil menjaring semua inti
kekuatan dari dunia persilatan, mereka sudah tidak memandang
sebelah mata lagi terhadap kawanan jago lainnya. Mereka
menganggap di kolong langit dewasa ini sudah tiada manusia
lagi yang dapat melawan kekuasaan mereka, itulah sebabnya
mereka tidak memandang sebelah matapun terhadap para jago
persilatan yang hadir di sana.
Bukan hanya tidak dibatasi jumlahnya, bahkan merekapun
diperbolehkan masuk keluar dengan semaunya sendiri,
agaknya hal ini sengaja dilakukan untuk mencerminkan
kebesaran jiwa orang orang Ban seng kiong. Justru karena
itulah, Bu im sin hong Kian Kim siang sekalian dapat bergerak
ke sana kemari dengan lebih leluasa la¬gi tanpa kuatir gerak
geriknya itu akan mengundang kecurigaan orang lain terhadap
mereka.
Pukul delapan sudah menjelang tiba, lapangan luas di depan
pintu gerbang Ban seng kiong sudah penuh dengan manusia
yang berkumpul dari seantero penjuru dunia, mereka sedang
menunggu saat munculnya tokoh persilatan yang amat lihay
itu. Sementara semua orang sedang menanti dengan perasaan
gelisah, dari atas ruangan istana tiba tiba berkumandang suara
tambur dan genta yang dibunyikan bertalu talu.
Menyusul suara genta tersebut, dari balik pintu berjalan keluar
seorang kakek berwajah kemala yang memakai jubah
kebesaran, gayanya dibuat buat dan gerak geriknya sangat
menjemukan. Sementara semua orang masih mengawasi orang
tadi, entah darimana munculnya suara tertawa kegelian,
menyusul kemudian terdengar seseorang berseru :

1324
“Huuuuh, monyet kesiangan juga diberi pakaian kebesaran,
sungguh menggelikan hati!”
“Siapa sih orang itu?” segera ada yang bertanya.
Setelah tertawa sinis orang itu menyahut lagi :
“Siapa lagi? Dia tak lain adalah Sau tee bun su (sastrawan
penyapu lantai) Lu toaya, masa kalian tidak kenal?”
Tampaknya si sastrawan penyapu lantai Lu Put ji ini
mempunyai nama besar yang cukup termashur, buktinya
walaupun tidak banyak yang pernah menjumpainya, namun
sedikit sekali yang tidak mengetahui tentang dia. Tatkala para
jago mendengar kalau orang yang menampilkan diri adalah
sastrawan penyapu lantai Lu Put ji, kontan saja semua orang
menjengek sinis.
“Huuuhhh, dasar setan hidup.”
Dengan gaya yang dibuat buat, Sastrawan penyapu lantai Lu
Put ji berdiri di depan pintu gerbang, kemudian setelah
mendeham beberapa kali, dengan suara lantang dia berseru:
“Siaute hendak menyampaikan sebuah kabar gembira untuk
saudara sekalian, untuk menunjukkan rasa hormat Tee kun,
beliau telah berangkat ke tengah bukit Wang swan tay untuk
menyambut sendiri kehadiran para jago dari perguruan
perguruan kenamaan yang kali ini sengaja hendak menyatakan
takluk mereka kepada istana kami!”
“Grrrr....!”
Suasana menjadi gempar dan semua orang bersama sama
berdesakan menuju ke Wang swan tay untuk menyaksikan
peristiwa itu.

1325
Pencuri sakti Go Jit turut berebut mencari tempat yang
strategis. Bu im sin hong Kian Kim siang yang menyaksikan
kejadian tersebut segera berkata :
“Go lote, jangan terburu napsu, Hian im Tee kun adalah
manusia licik yang banyak tipu muslihatnya, kita jangan
gampang tertipu oleh akal bulusnya, sekalipun hendak kesana,
kita harus menunggu sampai gembong iblis tua itu
menampakkan diri...”
Dalam pada itu, Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji telah
berteriak kembali dengan suara lantang :
“Tee kun tiba, harap saudara sekalian bertepuk tangan sebagai
pernyataan hormat!”
Dengan cepat dia menyingkir ke samping lalu menunjukkan
sikap yang hormat kearah balik ruangan bahkan kemudian
sambil mengerahkan tenaga dalamnya dia bertepuk tangan
keras keras....
Para penonton keramaian yang berkumpul di sekitar lapangan
segera turut ketularan dengan bertepuk tangan pula keras keras,
ditambah pula para gembong iblis Ban seng kiong yang sudah
menyusup ke balik kerumunan orang banyak membuat suara
tepuk tangan yang bergema makin bertambah nyaring.
Bu im sin hong Kian Kim siang, Sam ku sinni dan pencuri
sakti Go Jit sama sama memperlihatkan juga sikap yang jahat.
Di tengah suara tepuk tangan yang gegap gempita, sambil
tertawa dan manggut manggut kepalanya, Hian im Tee kun
tampil di depan pintu gerbang. Dibelakang gembong iblis
tersebut mengikuti Keng thian giok cu Thi Keng, Tiang pek
lojin So Seng pak dan Sim ji sinni. Di paling belakang adalah
kawanan manusia yang merupakan kerabat kerabat Hian im
Tee kun.

1326
Sikap maupun gerak gerik Keng thian giok cu Thi Keng
sekalian yang berpandangan kosong macam orang yang tak
sadar, membuat Bu im sin hong Kian Kim siang semua merasa
amat sedih. Bahkan si pencuri sakti Go Jit merasa kuatir sekali
bila tiada kesempatan untuk turun tangan, ia merasa sangat
tegang dan hatinya berdebar keras.
Bu im sin hong Kian Kim siang yang menyadari keadaan
rekannya itu segera memperingatkan berulang kali :
“Go lote, kau harus menenangkan hatimu, tolong sampaikan
pula kepada Cu Ngo sekalian agar jangan turun tangan secara
sembarangan sebelum ada tanda rahasia dariku!”
Pencuri Sakti Go Jit termasuk jago kawakan yang sudah
berpengalaman sangat luas, dalam situasi semacam ini
seharusnya ia dapat mengendalikan diri, tapi kenyataannya dia
seolah olah telah kehilangan ketenangan hatinya. Hal ini
menandakan kalau pengaruh dari Hian im Tee kun cukup
membuat para jago merasa keder hatinya.
Pencuri sakti Go Jit segera menerima perintah dan berlalu dari
situ untuk menyampaikan kepada Ban li tui hong Cu Ngo serta
Siu Cu. Sedangkan Bu im sin hong Kian Kim siang segera
menarik tangan Sam ku sinni dan bersama sama mendesak ke
barisan paling depan....
Setelah menyaksikan Hian im Tee kun membawa anak
buahnya berjalan lewat dari hadapannya, Bu im sin hong
segera mengerahkan ilmu menyampaikan suaranya memberi
bisikan kepada Keng thian giok cu Thi Keng sekalian bertiga.
Siapa tahu bisikan tersebut sama sekali tidak memperoleh
tanggapan dari Keng thian giok cu Thi Keng sekalian, yang
membuatnya lebih putus asa adalah tindakan selanjutnya dari
Keng thian giok cu Thi Keng yang melaporkan isi bisikan tadi

1327
kepada Hian im Tee kun. Tapi Hian im Tee kun cuma tertawa
hambar belaka sama sekali tidak menanggapi dengan serius.
Sikap hambar dan mcmandang rendah dari Hian im Tee kun itu
segera ditanggapi Bu im sin hong Kian Kim siang sekalian
sebagai suatu penghinaan yang luar biasa. Untung sekali Bu im
sin hong Kian Kim siang bukan seorang manusia berangasan
bukan menjadi marah sebaliknya dia malahan meningkatkan
kewaspadaan sendiri.
Menyusul di belakang kawanan iblis dari Ban seng kiong
mengikuti serombongan besar para penonton keramaian yang
bersama sama berangkat manuju ke Wang swan tay. Yang
dinamakan Wang swan tay adalah sebuah tanah perbukitan
kecil yang terletak diujung tikungan sebuah bukit dipunggung
gunung, jaraknya dari istana Ban seng kiong cuma sepuluh li.
Walaupun sangat dekat, namun oleh karena permukaan tanah
yang tinggi rendah tak menentu, maka walaupun orang berdiri
di atas Wang swan tay, istana Ban seng kiong tidak nampak
dalam pandangan mata.
Di dekat bukit itu terbentang sebuah sungai dengan arus yang
amat deras, air mengalir turun ke bawah tebing dengan arus
yang amat derasnya, benar benar suatu pemandangan yang
sangat indah. Di sekeliling tanah perbukitan itu sudah penuh
berdiri kawanan jago yang menonton keramaian, karenanya
sisa tempat untuk tuan rumah menjadi sempit sekali.
Tak lama setelah Hian im Tee kun sekalian tiba di Wang swan
tay, dari kejauhan nampak serombongan manusia pelan pelan
bergerak naik ke atas bukit. Yang berjalan di paling depan
adalah Hian im ji li, Cun Bwee serta Ciu Lan. Menyusul
dibelakangnya adalah Thi Eng khi beserta sekalian jago

1328
kenamaan dari dunia persilatan. Pada barisan yang paling
belakang mengikuti kawanan iblis dari istana Ban seng kiong.
Tatkala para jago hampir tiba di Wang swan tay, Hian im ji li
segera melesat ke depan dan naik ke Wang swan tay lebih dulu,
kemudian tampak Cun Bwee membisikkan sesuatu di sisi
telinga Hian im Tee kun.
Selesai mendengar bisikan tersebut, Hian im Tee kun segera
tertawa terbahak bahak, serunya:
“Setelah terjadi pertarungan antara lohu melawan Thi
ciangbunjin da¬ri Thian liong pay, dimana untuk membalas
budi kebaikan dari lohu yang telah mengampuni jiwanya, dia
telah membujuk para ciangbunjin dari berbagai perguruan
besar serta jago jago termashur dari kolong lanqit untuk
bersama sama menggabungkan dengan kami, untuk kesediaan
mereka ini harap kalian sudi bertepuk tangan sebagai tanda
hormat!”
Suara tepuk tangan yang gegap gempita pun segera
berkumandang memecahkan keheningan. Di tengah tepuk
tangan yang gegap gempita pun, Thi Eng khi dan sekalian jago
bersama sama memasuki Wang swan tay.
Bu im sin hong Kian Kim siang yang membaurkan diri diantara
kerumunan orang banyak dapat menyaksikan disebelah kanan
Thi Eng khi berdiri Ciu Tin tin, disebelah kirinya berdiri Pek
leng siancu So Bwe leng, sedangkan dibelakangnya adalah Bu
Nay nay. Dibelakang Bu Nay nay mengikuti pula seorang
sastrawan muda yang gagah, namun Bu im sin hong Kian Kim
siang tidak mengenal siapakah dia. Barulah dibelakang
sastrawan muda itu menyusul ketua Siau lim pay Ci long
siansu serta ketua Bu tong pay Keng hian totiang …..

1329
Yang paling aneh adalah Ci kay dan Ci liong taysu dari Siau
lim pay, Keng ik dan Keng ning totiang dari Bu tong pay, Pit
tee jiu Wong Tin pak dan Ngo liu sianseng Lim Biau lim dari
Thian liong pay, bukannya mengikuti dibelakang ketua masing
masing mereka malah membaurkan diri diantara kawanan jago
lainnya.
Beberapa kali Bu im sin hong hendak menyapa Thi Eng khi
dengan mempergunakan ilmu menyampaikan suara, bahkan
hendak memberitahukan kepada Thi Eng khi kalau kakeknya
Keng thian giok cu Thi Keng sekalian sudah dikuasai
kesadarannya oleh Hian im Tee kun.
Akan tetapi, ketika teringat olehnya akan nama baik Keng thian
giok cu sekalian serta teringat akan tindakan yang bakal
dilakukan olehnya, dia merasa lebih baik jangan berterus
terang dengan si anak muda. Padahal kecuali kata kata tersebut,
dia merasa tiada persoalan lain yang perlu dibicarakan lagi.
Maka Bu im sin hong Kian Kim siang segera membatalkan
niatnya untuk berbicara dengan Thi Eng khi.
Sementara itu, Thi Eng khi bersama Ciu Tin tin, Pek leng
siancu So Bwe leng, Bu Nay nay dan si sastrawan muda yang
mengikuti di belakang Bu Nay nay telah meninggalkan
rombongan mendekati Wang swan tay. Sekarang jarak Hian im
Tee kun dengan mereka tinggal beberapa kaki saja. Berdiri
tegak didepan musuhnya Thi Eng khi nampak gagah, perkasa
dan penuh berwibawa.
Dia menjura lebih dulu sebagai tata kesopanan, kemudian baru
menyapa :
“Hian kun....!”

1330
Nada suaranya sama sekali tidak menunjukkan sikap
kehormatan.....
Sambil berkerut kening, Hian im ji li (dua gadis Hian im)
tertawa getir. Nyatanya Hian im Tee kun sama sekali tidak
menggubris akan sikap lawannya, malahan sambil tertawa
terbahak bahak dia berkata :
“Haaahhh.... haaahhh.... haaahhhh... jauh jauh Thi Sauhiap
berangkat kemari untuk membaktikan diri dengan istana kami,
tujuan dan maksudmu benar benar patut dikagumi untuk itu
lohu akan menghormati tiga cawan arak kepadamu sebagai
pertanda sambutan hangat dari istana kami.”
Bersama dengan selesainya perkataan itu muncul seorang gadis
berbaju hijau yang membawa sebuah baki kemala putih, diatas
baki terletak tiga cawan arak, perempuan itu langsung berjalan
menuju ke hadapan Hian im Tee kun.
Dengan sikap yang bersungguh sungguh Hian im Tee kun
memenuhi sendiri ketiga cawan tersebut dengan arak,
kemudian kepada Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji sinni
dan Tiang pek lojin So Seng pak sekalian yang berada di
belakangnya dia menitahkan :
“Harap tongcu bertiga sudi mewakili diriku untuk
menghormati secawan arak untuk Thi sauhiap!”
“Hamba terima perintah!” sahut Keng thian giok cu Thi Keng
sekalian dengan sikap yang hormat sekali.
Hian im Tee kun segera melirik sekejap kearah Thi Eng khi,
seolah olah dia hendak melihat bagaimanakah perubahan
mimik wajah si anak muda tersebut. Seandainya ketiga cawan
arak itu diberikan sendiri oleh Hian im Tee kun, maka sebagai
tamu Thi Eng khi pasti akan menerimanya tanpa ragu. Tapi

1331
dengan sikap Hian im Tee kun yang menyuruh anak buahnya
mewakili dia, hal ini sama artinya dengan menganggap Thi
Eng khi sebagai anak buahnya pula. Itu berarti penghormatan
arak ini bukan hormat seorang tuan rumah terhadap tamunya,
melainkan arak pujian seorang atasan terhadap bawahannya.
Ditambah lagi orang yang menghormati arak kepadanya adalah
Keng thian giok cu Thi Keng bertiga, menurut aturan Thi Eng
khi harus meneguknya juga. Tapi bila ketiga cawan arak itu
benar benar diteguk olehnya, bila Thi Eng khi hendak
menyangkal kalau dia adalah anak buah Hian im Tee kun
dikemudian hari, hal mana jelas tak akan mudah.
Menghadapi situasi yang serba rikuh ini, bukan Thi Eng khi
yang mesti mengatasinya, melainkan Keng thian giok cu
sekalian, karena saat ini sudah mencapai saat yang paling kritis
dimana pertarungan tak dapat dihindari lagi. Thi Eng khi
segera mengalihkan sorot matanya kearah Keng thian giok cu
Thi Keng sekalian bertiga, ketika dilihatnya ketiga orang itu
sama sekali tidak bermaksud turun tangan terhadap Hian im
Tee kun, diam diam dia menghela napas panjang, pikirnya :
“Sudah pasti ketiga orang tua itu telah mengira ilmu silatku
punah, demi keselamatan jiwaku mereka tak tega melakukan
tindakan yang memalukan ini.... aai mengapa aku tidak
mengatakan hal yang sebenarnya kepada mereka agar mereka
dapat turun tangan menghadapi Hian im Tee kun?”
Begitu ingatan tersebut melintas di dalam benaknya, dengan
ilmu menyampaikan suara dia lantas berseru :
“Yaya!”
Keng thian giok cu Thi Keng nampak tertegun, sorot matanya
segera dialihkan ke wajah Thi Eng khi. Sebelum pemuda itu
berkata lebih jauh, Hian im Tee kun telah berkata lagi:
“Tongcu bertiga, kalian harus menyampaikan salam hormat
tiga cawan arak ini kepada yang berkepentingan!”

1332
“Bila hamba tak mampu melaksanakan tugas ini, kami rela
menerima hukuman berat,” sahut Keng Thian giok cu Thi
Keng dengan cepat. Kemudian dia maju mendekati Thi Eng khi
dengan langkah lebar...
Thi Eng khi yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi
sangat gelisah, saking cemasnya dia sampai lupa menggunakan
ilmu menyampaikan suara, teriaknya cepat :
“Yaya, sekarang adalah saat bagi kita untuk turun tangan....
“Turun tangan? Apa maksudmu?” Keng Thian giok cu Thi
Keng berseru kembali tanpa menghentikan langkahnya.
Dengan suara lantang Thi Eng khi berteriak :
“Kepandaian silat yang cucunda miliki belum hilang, harap
kalian bertiga bertindak sesuai dengan rencana semula.”
Siapa tahu Keng thian giok cu Thi Keng menjadi gusar sekali
setelah mendengar perkataan itu, dengan suara keras dia
berteriak :
“Kau jangan mengaco belo secara sembarangan, apakah kau
senang menyaksikan yayamu disebut orang yang tidak bersetia
kawan....”
Thi Eng khi semakin tertegun lagi, dia belum sempat
mengartikan ucapan dari Keng thian giok Thi Keng, ketika
secara tiba tiba gadis berbaju hijau yang membawa baki itu
sudah mengayunkan tangannya dan melemparkan baki tersebut
ke wajah Thi Eng khi. Menghadapi serangan yang mengancam
tiba itu, dengan cekatan Thi Eng khi berkelit ke samping. Tapi
sebelum si anak muda itu bertindak lebih jauh, gadis berbaju
hijau itu sudah menempelkan telapak tangannya diatas jalan
darah Pay sim hiat dipunggung Keng thian giok cu Thi Keng,

1333
kemudian kepada Thi Eng khi bentaknya keras keras :
“Thi Eng khi, kau berani turun tangan?”
Thi Eng khi merasakan hatinya bergetar keras, benar juga dia
tak berani menitahkan kepada Ciu Tin tin untuk turun tangan.
Dengan cepat gadis berbaju hijau itu membawa Keng thian
giok cu Thi Keng sekalian bertiga kembali ke hadapan Hian im
Tee kun. Kemudian baru menarik kembali telapak tangannya
yang menempel diatas jalan darah Pay sim hiat dipunggung
Keng thian giok cu Thi Keng dan menyingkir ke samping.
Keng thian giok cu sekalian bertiga segera memberi hormat
kepada Hian im Tee kun sembari berkata :
“Hamba sekalian tak mampu melaksanakan tugas secara baik,
harap Tee kun sudi melimpahkan hukuman kepada hamba
sekalian…..”
Dengan cepat Hian im Tee kun mengulapkan tangannya.
“Kejadian ini berlangsung diluar dugaan dan sama sekali tak
ada sangkut pautnya dengan kalian, sekarang menyingkirlah
lebih dahulu sambil menantikan perintah selanjutnya!”
Keng thian giok cu Thi Keng, Sim Ji sinni dan Tiang pek lojin
So Seng pak segera mengundurkan diri ke samping dengan
sikap yang menghormat sekali. Kejadian tersebut membuat Thi
Eng khi semakin kebingungan dan tidak habis mengerti.
Hian im Tee kun segera tertawa seram :
“Heeeehhh.... heeeehhh...... heeeehhh.... Thi Eng khi, kau
jangan berbicara yang bukan bukan, lohu tidak percaya kalau
kau mampu melepaskan diri dari pengaruh ilmu Hek sin thian
kang ci ….”

1334
Sambil mengerahkan tenaga dalamnya Thi Eng khi tertawa
terbahak bahak, kemudian serunya :
“Coba dengarkan baik baik, berapa bagian tenaga dalamku
yang telah pulih kembali!”
Mendengar gelak tertawa orang, dengan wajah tertegun Hian
im Tee kun segera berpaling ke arah kakek Oh Yun yang
berdiri dibelakangnya, kemudian menegur ketus :
“Oh Yun, bukankah kau melaporkan sudah menotok jalan
darah Ki tong hiatnya dengan ilmu jari Hek sin thian kang ci?”
Dengan gugup dan ketakutan setengah mati kakek she Oh itu
menyahut :
“Betul, hamba sendiri yang turun tangan dan tidak bakal salah
lagi….”
“Mengapa dia dapat memperoleh kembali kepandaian
silatnya....?” tegur Hian im Tee kun dengan suara
menggeledek.
“Soal ini..... soal ini..... hamba….”
Thi Eng khi segera tertawa tergelak, tukasnya :
“Aku mempunyai kemampuan untuk membebaskan sendiri
pengaruh totokan tersebut, sekalipun kau yang turun tangan
sendiripun tak nanti bisa menyusahkan aku.”
Hian im Tee kun segera tertawa dingin :
“Lohu tidak percaya dibalik kesemuanya ini, sudah pasti
terdapat hal hal yang tidak beres!”
Sekali lagi Thi Eng khi tertawa bahak bahak.

1335
“Haaaahhh.... haaaahhh... haaahhh..... iblis tua, masih banyak
persoalan yang tidak dapat kau percayai!”
Sembari berkata dia lantas bertepuk tangan tiga kali dan
berpekik nyaring lebih dahulu. Menyusul kemudian pekikan
demi pekikan nyaring bergema keluar dari mulut para jago
yang dalam anggapan kaum iblis Ban seng kiong sudah
kehilangan ilmu silatnya itu. Di dalam waktu singkat suara
pekikan nyaring sudah menggema memenuhi angkasa dan
menggetarkan seluruh bukit Wu san tersebut....
Berubah hebat paras muka para iblis yang berkumpul di Wang
swan tay, mereka dibuat gelagapan setengah mati, jelas
perubahan yang sama sekali diluar dugaan ini telah
memberikan pukulan batin yang cukup berat bagi mereka
semua. Hian im Tee kun segera berpaling kearah Hian im li
Cun Bwee sambil memperdengarkan suara tertawa dingin yang
amat sinis, kemudian jengeknya :
“Kaulah yang harus memikul tanggung jawab ini!”
Dengan gemas Hian im li Cun Bwee melotot sekejap kearah
Hian im Tee kun, kemudian serunya pula :
“Hmmmmmm.... kau sendiripun tak akan terlepas dari
tanggung jawab ini!”
Dari pembicaraan tersebut dapat didengar kalau mereka sedang
saling melemparkan tanggung jawab sehingga bagi yang tidak
mengerti keadaan yang sebenarnya, hal ini tentu saja
kedengarannya agak mengherankan. Untung saja perkataan
tersebut tidak sampai kedengaran orang lain, karena pada saat
itu suara pekikan nyaring dari para jago telah menutupi seluruh
ruangan disekitar sana sehingga tentu saja tiada seorang
manusiapun yang memperhatikan kejadian kecil ini.

1336
Suara pekikan yang menggetarkan seluruh jagad ini
berlangsung kurang lebih setengah perminum teh lamanya
sebelum berhenti dan sirap kembali. Disaat berakhirnya suara
pekikan itu dan tatkala perhatian semua orang belum
terpusatkan menjadi satu, mendadak dari sisi Wang swan tay
melayang keluar tiga sosok bayangan manusia yang segera
menerkam ke arah Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji sinni
dan Tiang pek lojin So Seng pak bertiga.
Berhubung ketiga orang itu muncul dari arah belakang dan
disaat para iblis dari istana Ban seng kiong terpecah
perhatiannya maka terjangan tersebut menimbulkan kepanikan
bagi semua iblis bahkan setelah ketiga sosok bayangan
manusia tersebut sudah hampir tiba disisi tubuh Keng thian
giok cu Thi Keng, Sim ji sinni dan Tiang pek lojin So Seng
pak, mereka baru menyadari. Tapi pada saat itulah tiga sosok
bayangan manusia yang berhasil membekuk Keng thian giok
cu Thi Keng, Sim ji sinni, Tiang pek lojin So Seng pak telah
menerjang kehadapan Thi Eng khi dengan gerakan cepat.
Ciu Tin tin, Pek leng siancu So Bwe leng dan Bu Nay nay
melompat kemuka membiarkan ketiga orang itu lewat.
Kemudian mereka bertiga sama sama melancarkan serangan
yang maha dahsyat untuk membendung serbuan para iblis dari
belakang. Bersamaan waktunya dari arah samping muncul
kembali dua sosok bayangan manusia yang bersama sama tiga
orang yang berhasil menyambar tubuh Keng thian giok cu Thi
Keng sekalian tadi melayang turun dihadapan Thi Eng khi.
Thi Eng khi dan Hui cun siucay Seng Tiok sian yang berada
dibelakangnya segera mengira kedua orang itu sebagai kaum
iblis Ban seng kiong yang hendak melakukan pengejaran,
dengan cepat mereka mengayunkan telapak tangannya

1337
melancarkan serangan dahsyat untuk menyongsong kedatangan
mereka.
Baru saja Thi Eng khi melancarkan serangan, tampak orang itu
sudah berkelit ke samping dengan ilmu Hu kong keng im,
kenyataan ini membuat Thi Eng khi merasa terkejut sekali.
Dengan cepat pendatang itu melepaskan topeng kulit
manusianya sembari berseru :
“Saudara cilik, aku yang datang!”
“Oooh, rupanya Kian tua!” seru Thi Eng khi dengan penuh
kegembiraan.
Sementara itu dipihak lain Hui cun siucay Seng Tiok sian telah
beradu pukulan satu kali dengan Sam ku sinni, akibat dari
bentrokan tersebut Seng Tiok sian terdorong mundur sejauh
tiga langkah lebih. Sementara dia hendak melancarkan
tubrukan kembali, Thi Eng khi sudah berteriak keras :
“Saudara Seng, cepat hentikan seranganmu, kita adalah orang
sendiri.”
Hui cun siucay Seng Tiok sian segera miringkan badan dan
menghentikan gerakan tubuhnya. Sam ku sinni pun segera
melepaskan topeng kulit manusia yang dikenakan. Dalam
suasana yang serba kacau ini Ban li tui hong Cu Ngo, si
pencuri sakti Go Jit serta Siu Cu telah melepaskan pula topeng
kulit manusia masing masing dan menotok jalan darah Keng
thian giok cu Thi Keng sekalian bertiga sebelum mendudukkan
mereka keatas tanah.
Sungguh tak pernah disangka oleh Thi Eng khi kalau Ban li tui
hong Cu Ngo sekalian dapat menguasai kakeknya bertiga,
kenyataan ini membuatnya tertegun.

1338
“Hei, apa yang sebenarnya telah terjadi,” tegurnya kemudian
keheranan.
Bu im sin hong Kian Kim siang menghela napas panjang.
“Aaai.... sesungguhnya kakekmu semua sudah kehilangan
kesadaran dan kepandaian silatnya, jalan pikiran mereka sudah
dikendalikan oleh Hian im Tee kun, seandainya saudara cilik
tidak menyatakan kalau kepandaian silatmu telah pulih
kembali, hampir saja engkoh tua mu hendak melakukan
perbuatan yang mungkin akan kusesali sepanjang masa.”
Menyusul kemudian dia lantas menuturkan bagaimana mereka
berencana hendak membunuh ketiga orang tokoh persilatan itu
guna melindungi nama baik mereka dari aib. Thi Eng khi yang
mendengar penjelasan tersebut menjadi terkejut bercampur
terharu, untuk beberapa saat lamanya dia sampai tak mampu
mengucapkan sepatah kata pun.
Ternyata Bu im sin hong Kian Kim siang yang menyaksikan
Thi Eng khi sudah berhasil memperoleh kembali kepandaian
silatnya, dengan cepat mengambil keputusan untuk merubah
rencananya semula. Diam diam dia mengirim berita kepada
Ban li tui hong Cu Ngo bertiga agar merebut Keng thian giok
cu Thi Keng, Sim ji sinni dan Tiang pek lojin So Seng pak dari
cengkeraman musuh.
Oleh karena peristiwa itu berlangsung sangat tiba tiba, maka
mereka pun berhasil memperoleh kesuksesan yang sama sekali
diluar dugaan. Baru saja dipihak sini para jago berhasil
merobohkan Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji sinni dan
Tiang pek lojin So Seng pak, pertarungan yang berlangsung
antara Ciu Tin tin, Pek leng siancu So Bwe leng dan Bu Nay
nay melawan para iblis pun telah berakhir karena hardikan

1339
Hian im Tee kun, masing masing pihak telah balik ke posisi
masing masing.
Terdengar Hian im Tee kun tertawa seram tiada hentinya,
kemudian membentak keras :
“Anjing kecil, tempat ini terlampau sempit dan kurang leluasa
untuk dijadikan anjang pertarungan, beranikah kau naik ke
gunung untuk mengadakan pertemuan di istanaku?”
Thi Eng khi tertawa nyaring.
“Haaahhh... haaahhh..... haaahhh... hari ini adalah saat
kiamatnya Ban seng kiong kalian, apa salahnya untuk
melepaskan kau agar bisa melakukan persiapan terlebih dulu?”
“Baik!” kata Hian im Tee kun kemudian sambil tertawa dingin,
“aku akan segera mempersiapkan upacara terakhir bagi kalian
semua....”
Dengan membawa begundal begundalnya, dia lantas
mengundurkan diri dari tempat itu. Sementara itu para
penonton keramaian mulai sadar kalau keramaian yang bakal
berlangsung dalam istana Ban Seng kiong kali ini bukan
permainan biasa, mereka yang bernyali kecil segera
membubarkan diri dan pulang ke rumah masing masing. Hanya
mereka yang bernyali besar dan menganggap dirinya sebagai
jagoan persilatan saja yang tetap berada di tempat semula,
mereka telah bersiap sedia mengikuti rombongan Thi Eng khi
untuk melangsungkan pertarungan mati matian melawan para
iblis.
Setelah para gembong iblis dari Ban seng kiong berlalu, maka
pertama yang hendak dilakukan Thi Eng khi adalah
memulihkan dulu kesadaran dari Keng thian giok cu Thi Keng,

1340
Sim ji sinni serta Tiang pek lojin So Seng pak. Seperti
diketahui, dalam gua Yang Sing tong milik Cu sim ci cu Thio
Biau liong, Thi Eng khi berhasil mempelajari semua
kepandaian sakti milik tokoh persilatan tersebut, bahkan dari
kitab kitab pusaka yang disimpan disana, dia peroleh
pengetahuan yang luar sekali. Tidak heran kalau Thi Eng khi
cukup menguasai tentang ilmu menotok jalan darah dan
bagaimana menguasai kesadaran seseorang.
Sekalipun demikian, oleh sebab pelbagai ilmu mempunyai ciri
yang berbeda, otomatis cara pengobatannya pun berbeda, maka
bilamana seseorang salah bertindak atau salah memberi
pengobatan, salah salah orang yang ditolong akan menjadi
orang yang bodoh atau lemah ingatan. Itulah sebabnya Thi Eng
khi sengaja membiarkan Hian im li Cun Bwe menotok jalan
darah Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong, kemudian
menyadap cara Cun Bwee membebaskan pengaruh totokan
tersebut.
Coba kalau tiada petunjuk tersebut mungkin si anak muda ini
pun tak berani turun tangan secara sembarangan guna
menolong Keng thian giok cu Thi Keng bertiga. Sekarang Thi
Eng khi sudah menguasai penuh cara pengobatan yang pernah
digunakan Hian im li Cun Bwee, dikombinasikan pula dengan
pengetahuan yang dimilikinya, dia segera bertindak dengan
cepat. Tampak tubuhnya berputar bagaikan roda kereta dalam
waktu singkat dia sudah menotok dan menguruti semua nadi
penting ditubuh ketiga orang tokoh persilatan tersebut. Tidak
sampai dua perminum teh, Keng thian giok cu Thi Keng
bertiga sudan berhasil memperoleh kembali kesadaran otaknya.
Secara beruntun Thi Eng khi, Ciu Tin tin dan So Bwe leng
maju menghunjuk hormat kepada kakek dan gurunya masingmasing...

1341
Pit tee jiu Wong Tin pak serta Ngo liau sianseng Lim Biau lim
juga segera maju ke depan menjumpai guru serta susioknya.
Menyusul kemudian Bu im sin hong Kian Kim siang
menuturkan semua peristiwa yang telah terjadi selama ini
kepada ketiga orang tua tersebut.
Mendengar penuturan itu, ketiga orang tua itu saling
berpandangan dengan wajah tertegun, sementara harinya
berdebar keras seakan akan baru saja memperoleh sebuah
impian yang sangat buruk. Seakan akan kehilangan sesuatu,
Keng thian giok cu Thi Keng menghela napas panjang,
kemudian ujarnya :
“Kian lote, kepandaian silat kami bertiga sudah hilang,
terpaksa rencana kita untuk mengerubuti Hian im Tee kun
harus diserahkan kepada angkatan muda muda untuk
menyelesaikannya, walaupun kalau dipikir kembali sungguh
membuat hati orang tak puas .....”
Bu im sin hong Kian Kim siang hanya bisa mengeluh sebab dia
sendiripun tak berhasil menemukan kata yang tepat untuk
menghibur hati mereka.
“Yaya!” kata Thi Eng khi tiba tiba dengan kening berkerut,
“serangan gelap apa sih yang telah dilancarkan Hian im Tee
kun terhadap kalian.”
Kembali Keng thian giok cu Thi Keng menghela napas
panjang, sahutnya sambil tertawa getir :
“Anak Eng, sekalipun kau sudah memperoleh warisan dari
seluruh kepandaian Cu sim ci cu Thio locianpwe, rasanya tidak
gampang untuk menolong yayamu sekalian.”

1342
“Coba yaya utarakan dan kita bisa merundingkan bersama
sama, kalau dibilang sudah tidak ada cara lagi, hal ini
mustahil....”
Ketua Bu tong pay Keng hian totiang berbicara :
“Dalam semalaman saja, Thi ciangbunjin berhasil memulihkan
tenaga dalam kami semua, kejadian ini cukup membuat Hian
im Tee kun merasa terkejut, bila kita bisa membantu cianpwe
bertiga lagi untuk memulihkan kembali kepandaian silatnya,
kemudian dengan kerja sama cianpwe bertiga dengan Kian tua,
Hian im Tee kun sudah pasti akan menderita kekalahan total
dan pertarungan yang berlangsung hari ini pun pasti akan kita
menangkan secara keseluruhan.”
Dengan suara dalam Keng thian giok cu Thi Keng segera
berkata :
“Kami bertiga telah terkena racun Hua kang san dari Hian im
Tee kun, anak Eng, apakah kau punya akal?”
Thi Eng khi termenung sambil berpikir sebentar, kemudian
tanyanya lagi :
“Sudah berapa lama yaya terkena bubuk racun Hua kang san
tersebut?”
Keng thian giok cu Thi Keng menghitung sebentar harinya,
kemudian menyahut :
“Sampai hari ini baru tiga hari!”
“Untung Seng heng hadir disini, Eng ji bisa mencoba dengan
paksakan diri!”
Keng thian giok cu Thi Keng menjadi gembira sekali setelah
mendengar perkataan tersebut, serunya dengan cepat :
“Kalau begitu cepatlah pergunakan caramu itu untuk menolong

1343
kami, hari ini bila yaya tak mampu membunuh Hian im Tee
kun, rasanya sukar untuk melenyapkan rasa benci dari dalam
hatiku...”
Thi Eng khi mengeluarkan sembilan butir pil Kim khong giok
lok wan dan dibagikan kepada ketiga orang tua tersebut.
Kemudian meminta kepada Bu im sin hong Kian Kim siang,
Sam ku sinni dan ketua Bu tong pay Keng hian totiang untuk
menggunakan tenaga dalamnya membantu ketiga orang tua
tersebut.
Setelah itu, dia menarik Hui cun siucay Seng Tiok sian ke
samping dan mengajaknya berunding.
“Nanti siaute akan mempergunakan hawa murni sam wi cing
hui untuk melumerkan sari racun Hua kang san yang berada
dalam tubuh ketiga orang tua tersebut, harap saudara Seng
dengan mempergunakan ilmu Ban hong ki lun (selaksa lebah
mengelilingi putik) menusuk tiga puluh enam buah jalan darah
penting di tubuh mereka, dengan berbuat demikian maka tidak
sulit buat kita untuk menghilangkan pengaruh racun Hua kang
san tersebut.....”
Hui cun siucay Seng Tiok sian adalah seorang yang ahli pula
dalam ilmu pertabiban, setelah mendengar perkataan dari Thi
Eng khi tersebut, dia lantas berkata dengan kening berkerut :
“Saudara Thi, untuk membantu semua orang dalam
memulihkan tenaganya kembali, kau sudah mengorbankan
banyak sekali hawa murnimu, apakah kau masih mempunyai
sisa tenaga untuk membantu ketiga orang tua ini?”
“Sebelum dimulai, harap saudara Seng menusuk jalan darah Ki
juan hiat dan Thian yu hiat ditubuhku dengan jarum emas,
dengan begitu akan merangsang sisa tenaga yang siaute miliki,

1344
aku pikir kekuatan tersebut masih cukup dipakai
menyembuhkan sisa racun yang mengeram ditubuh ketiga
orang tua tersebut.”
Hui cun siucay Seng Tiok sian mengerutkan keningnya makin
kencang :
“Saudara Thi, tahukah kau apa akibatnya dengan berbuat
demikian ini?”
Thi Eng khi tertawa bangga.
“Siaute telah mempertimbangkan baik baik .....”
Oleh sebab Hui cun siucay Seng Tiok sian tidak mengetahui
sampai dimanakah taraf tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng
khi, maka secara khusus dia memperingatkan pemuda itu lagi :
“Saudara Thi, dengan berbuat demikian kau akan
menghancurkan seluruh tenaga dalam yang dimiliki!”
Thi Eng khi kembali tertawa.
“Bagi siaute cukup beristirahat satu bulan saja, semua tenaga
dalam yang kumiliki akan pulih kembali seperti sedia kala…..”
Hui cun siucay Seng Tiok sian mengira ucapan dari Thi Eng
khi tersebut hanya bermaksud menghibur hatinya, dia
beranggapan Thi Eng khi hendak mengorbankan diri untuk
mewujudkan harapan ketiga orang tua tersebut, maka tanpa
terasa ujarnya jauh :
“Tapi dalam pertarungan hari ini, musuh lebih banyak daripada
kita, kau tak boleh sampai ketinggalan!”
“Setelah membantu semua orang memulihkan tenaga
dalamnya, kekuatan yang kumiliki sekarang sudah tak sanggup

1345
untuk menandingi Hian im li sekalipun bertambah dengan aku
seorang tak bisa dianggap banyak, kekurangan aku seorangpun
tak bisa dihitung kurang, sebaliknya bila kubantu memulihkan
kembali kekuatan dari ketiga orang tua tersebut, sekalipun
kehilangan aku seorang, tapi akan bertambah tiga orang jago
lihay yang jauh mengungguli Hian im li, bukankah hal ini jauh
lebih untung bagiku.”
Hui cun siucay Seng Tiok sian benar benar dibikin takluk, dia
menghela napas panjang kemudian ujarnya :
“Saudara, siaute benar benar mengagumi watakmu, baiklah,
aku akan turut perintah!”
Thi Eng khi segera mengajak Seng Tiok sian balik kembali ke
hadapan ketiga orang tua itu, pikirnya kemudian :
“Bila aku menolong kakekku lebih dulu, bisa jadi kakek akan
tak senang hati....”
Maka dia lantas menuju ke belakang punggung Sim ji sinni dan
duduk bersila disitu, dia menyuruh Hui cun siucay Seng Tiok
sian menusuk jalan darah Khi juang hiat dan Thian yu hiatnya
untuk merangsang tenaga sisa yang dimiliki, kemudian telapak
tangannya ditempelkan diatas jalan darah Pay sim hiat di
punggung Sim ji sinni.
Tindakan Thi Eng khi dalam menggunakan Sam wi ceng hui
untuk melebur racun dalam tubuh Sim ji sinni itu memang tak
dapat disaksikan dengan mata telanjang, maka dari perhatian
semua orang sekarang dialihkan ke wajah Hui cun siucay Seng
Tiok sian. Hui cun siucay Seng Tiok sian sebagai ahli waris
dari Tabib nomor wahid dikolong langit dewasa ini, si
Pembenci raja akhirat Kwik Keng thian memiliki kemampuan
yang lihay sekali, kecuali Thi Eng khi boleh dibilang tiada
orang yang bisa menandingi dirinya lagi.

1346
Cuma tiada orang yang mengetahui akan hal ini, siapapun tidak
menyangka kalau pemuda tersebut memiliki ilmu pertabiban
yang luar biasa. Waktu itu dalam genggaman tangannya penuh
dengan jarum emas sementara sepasang mata yang tajam
mengawasi terus perubahan wajah Sim ji sinni tanpa berkedip.
Pada mulanya, di bawah leburan hawa sakti Sam wi ceng hui
dari Thi Eng khi, paras muka Sim ji sinni berubah menjadi
merah membara dan dadanya naik turun amat keras, napasnya
tampak susah dan sesak. Kemudian paras muka Sim ji sinni
makin lama berubah semakin merah, napas
pun makin lama semakin memburu dan tersengkal sengkal,
seakan akan sudah hampir putus napas saja …..
Waktu itu Hui cun siucay Seng Tiok sian berdiri dihadapan
Sim ji sinni, peluh sebesar kacang kedelai bercucuran pula
membasahi seluruh wajahnya, jelas dia pun merasa sangat
tegang sekali….
Sudah barang tentu rasa tegangnya ini dikarenakan dia harus
menggunakan jarumnya pada saat yang paling tepat, salah yang
kecil pun bukan saja akan menghancurkan Sim ji sinni bahkan
Thi Eng khi sendiripun akan turut musnah…..
Sekarang paras muka Sim ji sinni sudah berubah merah darah,
dari tenggorokannya pun mulai bergema suara gemerutuk yang
sangat aneh. Ketika suara tersebut berkumandang untuk ketiga
kalinya, suara sudah kedengarannya lemah sekali, atau dengan
perkataan lain sudah mencapai saat orang hendak
menghembuskan napasnya yang penghabisan.
Di saat seperti inilah Hui cun siucay Seng Tiok sian
mengayunkan sepasang tangannya bersama sama, selapis
cahaya tajam yang berwarna keemas emasan menyebar di
seluruh angkasa, tahu tahu kedua puluh tiga batang jarum emas

1347
tersebut sudah menancap pada kedua puluh tiga buah jalan
darah penting ditubuh Sim ji sinni (kecuali jalan darah pada
alat kelaminnya).
Dalam sekali sambitan dua puluh tiga batang jarum emas
dilancarkan bersamaan, sasaranpun amat tepat, hal tersebut
membuat puluhan jago yang hadir di arena sama sama
menghela napas panjang. Selesai melancarkan ke dua puluh
tiga batang jarum emas tersebut, Hui cun siucay Seng Tiok sian
menghembuskan napas panjang dan menyeka keringat yang
membasahi wajahnya. Kemudian dia mengeluarkan kembali
dua belas batang jarum emas dan digenggam dalam tangannya.
Sementara itu paras rnuka Sim ji sinni dari warna merah sudah
berubah menjadi semu merah lalu berubah menjadi pucat pias,
akhirnya wajahnya benar benar menjadi pucat pasi. Lama, lama
kemudian dari warna semu berubah kembali menjadi warna tua
dan akhirnya pulih menjadi merah.
Sekali pun demikian, dengusan napas Sim ji sinni meski masih
agak memburu namun jauh lebih enteng dan lega. Pada
kesempatan yang selanjutnya, kembali Hui cun siucay Seng
Tiok sian mengayunkan tangannya untuk melancarkan kedua
belas batang jarum emas yang berada ditangannya. Sebenarnya
Hui cun siucay Seng Tiok sian berdiri saling berhadapan
dengan Sim ji sinni, tapi jarum emas yang dilancarkan olehnya
justru berkelebat diantara kilauan cahaya emas dan bersama
lama menancap diatas dua belas jalan darah penting
dipunggung Sim ji sinni
Bu im sin hong Kian Kim siang yang menyaksikan kejadian
tersebut tanpa terasa memuji :
“Benar benar suatu gerakan Hui hong hui hong (Pelangi
terbang angin berpusing) yang hebat!”
Anda sedang membaca artikel tentang Pukulan Naga Sakti 3 dan anda bisa menemukan artikel Pukulan Naga Sakti 3 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/pukulan-naga-sakti-3.html?m=0,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Pukulan Naga Sakti 3 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Pukulan Naga Sakti 3 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Pukulan Naga Sakti 3 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/pukulan-naga-sakti-3.html?m=0. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar