Cersil : Pedang Pusaka Buntung 1

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Jumat, 23 September 2011

Pedang Pusaka Buntung
~Poa Kiam It Leng~
Saduran : T. Nilkas
Sumber : TAH di upload di Indozone
Ebook oleh : Dewi KZ
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://cerita-silat.co.cc/ http://ebook-dewikz.com2
BAGIAN 1
MEMPERTARUHKAN JIWA DILEMBAH
Ketika bulan Maret tiba bunga2 azalea merah menutupi
lembah Lek Yun Kok dari Pegunungan Kwat Cong San.
Tidak mengherankan jika ditempat yang indah permai itu
tampak banyak penyair2 dan orang2 yang menikmati
keindahan alam. Yang mengherankan dilembah Lek Yun
Kok itu tampak yuga seorang Too-jin (pendeta), berusia
lebih kurang 50 tahun, berjalan mundar-mandir diantara
bunga2 azalea merah itu.
Dibahunya tampak sebuah gagang pedang. Dari cara
jalan atau langkahnya, segera orang dapat menarik
kesimpulan bahwa Too-jin itu adalah seorang jago silat
yang lihay!. Akan tetapi ia tengah mengerutkan keningnya
dan seluruh wayahnya bermuram durja. Agaknya ada
urusan penting yang harus diselesaikannya.
Lembah yang terang benderang tampak olehnya sebuah
bayangan putih, dan seperti awan ter-apung2 melayang
dengan pesat menghampirinya.
Sampai dihadapannya, ternyata bahwa bayangan putih
itu adalah seorang gadis muda berbaju putih, dan berusia
lebih kurang 19 tahun.
Gadis berbayu putih itu setelah melihatnya, segera
memberi hormat dengan mengangkat kedua tangannya, dan
berkata sambil tersenyum : “Goan Siu Tootiang betul2
dapat dipercaya! Guru kami Lak Chao Shin Kun Ban Cun
Bu tiba diluar lembah, dan beliau memerintahkan kami
datang untuk menyelidiki lebih dahulu!” tidak melupakan
janji yang telah berlangsung sepuluh tahun. Kami minta ia
datang kesini memberi petunjuk2!” Jawab Toojin itu sambil
tertawa.3
Lalu Bian Leng Jun menyanggupi akan menyampaikan
jawaban tersebut kepada gurunya, dan setelah memberi
hormat sambil berjalan mundur 7 atau 8 tindak, ia memutar
tubuhnya dan dengan menggerakkan bahunya, dengan
sekejap saja ia telah tiba kembali diujung lembah, begitu
cepatnya, bagaikan sebatang anak panah perak terlepas dari
busurnya.
Goan Siu Toojin menghela napas dan berkata kepada
dirinya sendiri ”Kepala ini betul2 seorang yang sangat ganjil
pada dewasa ini! Cobalah lihat murid perempuannya itu.
Betapa sopan-santunnya! Lagi pula ilmu meringankan
tubuhnya demikian mahirnya. Rupanya hari ini, aku ......
Goan Siu ...... akan menemui ajalku dipegunungan Kwat
Cong San ini!”
Kemudian, ditempat yang dituju gadis berbayu putih,
Bian Leng Jun, telah muncul serombongan orang2 yang
berjalan laksana awan melayang dengan pesat sekali.
Lembah yang terang benderang tampak olehnya sebuah
bayangan putih, dan seperti awan ter-apung2 melayang
dengan pesat menghampirinya.
Sampai dihadapannya, ternyata bahwa bayangan putih
itu adalah seorang gadis muda berbaju putih, dan berusia
lebih kurang 19 tahun.
Gadis berbayu putih itu setelah melihatnya, segera
memberi hormat dengan mengangkat kedua tangannya, dan
berkata sambil tersenyum : “Goan Siu Tootiang betul2
dapat dipercaya! Guru kami Lak Chao Shin Kun Ban Cun
Bu tiba diluar lembah, dan beliau memerintahkan kami
datang untuk menyelidiki lebih dahulu!” tidak melupakan
janji yang telah berlangsung sepuluh tahun. Kami minta ia
datang kesini memberi petunjuk2!” Jawab Toojin itu sambil
tertawa4
Lalu Bian Leng Jun menyanggupi akan menyampaikan
jawaban tersebut kepada gurunya, dan setelah memberi
hormat sambil berjalan mundur 7 atau 8 tindak, ia memutar
tubuhnya dan dengan menggerakkan bahunya, dengan
sekejap saja ia telah tiba kembali diujung lembah, begitu
cepatnya, bagaikan sebatang anak panah perak terlepas dari
busurnya.
Goan Siu Toojin menghela napas dan berkata kepada
dirinya sendiri ”Kepala ini betul2 seorang yang sangat ganjil
pada dewasa ini! Cobalah lihat murid perempuannya itu.
Betapa sopan-santunnya! Lagi pula ilmu meringankan
tubuhnya demikian mahirnya. Rupanya hari ini, aku ......
Goan Siu ...... akan menemui ajalku dipegunungan Kwat
Cong San ini!”
Kemudian, ditempat yang dituju gadis berbayu putih,
Bian Leng Jun, telah muncul serombongan orang2 yang
berjalan laksana awan melayang dengan pesat sekali.
Rombongan itu terdiri dari 8 gadis berbaju putih, dan 4
dari mereka itu menggotong sebuah tempat tidur dihahu.
Tempat tidur itu lengkap dengan bantal, kasur dan seperei
sutera. Diatas tempat tidur tersebut berbaring seorang yang
menutupi tubuhnya dengan selendang sutera.
Bian Leng Jun yang tadi berbicara dengan Goan Siu
Totiang berjalan paling depan. Ketika rombongan kira2 3
depa jauhnya dari Goan Siu Totiang, Bian Leng Jun
memberi isyarat dengan tangannya dan ketuyuh gadis2 itu
berhenti. Bian Leng Jun tampil kedepan tempat tidur,
memberi hormat dengan membungkukkan tubuhnya, lalu
berkata : „Hamba memberitahukan Su-hu bahwa kita telah
tiba ditempat peryanyian Lembah Lek Yun Kok. Goan Siu
Totiang, salah satu dari Thian Lam Sa Kiam (Tiga jago silat
pedang dari selatan), sedang menanti Su-hu untuk
berbicara!"5
„Janji dari 10 tahun ini aku idam2-kan siang-malam.
Kini waktunya telah tiba, dan aku gembira sekali! Akan
tetapi ..... 10 tahun berselang aku telah membuat janji
terhadap tiga jago silat pedang dari selatan; mengapa hanya
seorang saja berada disini? Goan Siu Totiang! Aku kira kau
sehat walafiat! Apakah kau masih kenali aku ini orang gila
dari Lak Cao, Ban Cun Bu?" kata orang yang berada
ditempat tidur itu dengan perlahan.
Dengan hanya mengipaskan Iengan bajunya, ia telah
duduk diatas tempat tidur itu. Orang yang belum pernah
melihatnya tentu akan mengira bahwa Ban Cun Bu itu
seorang orang tua dengan wajah yang seram! Tetapi ia
adalah seorang muda yang berusia lebih kurang 30 tahun
dengan wajah seorang terpelajar yang tampan. Kedua
alisnya yang hitam dan tebal menyebabkan kelihatannya
sangat mulia. Akan tetapi ........ kedua pahanya telah dua
pertiga lenyap, ditabas putus oleh musuhnya! la
mengenakan baju yang terbuat dari kulit ikan hiu.
Meskipun la sedang berbicara dengan Goan Siu Totiang, ia
tetap duduk diatas tempat tidur itu dan tidak turun ketanah!
Dengan berdiri dihadapan Cun Bu, Goan Siu Totiang
berkata sambil tertawa gelak2 : „Ban Cun Bu! 10 tahun
berselang setelah kita mengadu silat aku telah mengetahui
bahwa kita pasti akan berjumpa lagi disini !
Aku mendengar kabar bahwa kau telah memperoleh
kitab Bu Lim Po Lek Sun Yo Cin Kai (Kitab ilmu silat) dan
telah pelajari seluruhnya dengan mahir dan berhasil. Untuk
itu aku mengucapkan selamat! Bagi kami Thian Lam Sa
Kiam, seorang berarti tiga orang, dan tiga orang berarti
seorang. Dengan pedang2 kami, berani kami mengatakan
bahwa ilmu silat pedang kami sehingga dewasa ini nomor
wahid dikalangan Bu Lim.6
Jika dalam setengah jurus kau dapat mengalahkan aku,
maka kau dapat merasa puas bahwa ilmu silatmu tiada
taranya dikolong langit! Mengapa kau mesti mencari kedua
saudara mudaku?"
Ban Cun Bu mendehem, lalu berkata sambil tersenyum :
„Sepuluh tahun berselang dilembah Lek Yun Kok ini,
karena aku ingin menjadi jagoan dikolong langit, aku telah
rela melawan kamu bertiga. Hasilnya aku kalah dan
menderita luka2 parah. Dalam perjalanan kembali ke Lak
Cao, aku telah berjumpa dengan musuhku Ngo Tok Tian
Mo, dan ia menabas putus kedua pahaku! Sekarang, setelah
aku mempelajari kitab Bu Lim Po Lek Sun Yo Cin Kai dan
berlatih keras dengan berhasil, aku kembali kedaerah tengah
ini dengan maksud : kesatu, membalas dendam terhadap
semua musuh2ku; kedua mengajar ilmu silat di Lak Cao!.
Ngo Tok telah kukirim keacherat! Jika sekarang aku
menemui Goan Long dan Goan Cin, bukankah hasrat yang
telah ku-idam2kan selama 10 tahun ini menjadi sia2 belaka?
! Dikalangan Kang Ouw telah tersiar berita bahwa Thian
Lam Sa Kiam bukan saja lihay ilmu silatnya, bahkan besar
juga keksatriaannya. Mengapa sekarang bertempur
melawan Ban Cun Bu mereka lupa akan persaudaraannya,
dan membiarkan Goan Siu sendiri melawan aku ?!"
Goan Siu mengerutkan kening dan bermaksud membela
saudara mudanya, dan membebankan semua dendam atas
diri sendiri ! Akan tetapi dari belakang semak2 diatas
karang curam se-konyong2 terdengar suara orang
membentak : „Ban Cun Bu! Thian Lam Sa Kiam bukan
sebagaimana pendapatmu! Goan Long dap Goan Cin
berada disini! Kau terlampau sombong! Apakah kau kira
dengan kitab Bu Lim Po Lek Sun Yo Cin Kai dan melatih
diri beberapa jurus, kau dapat mengejutkan orang dan
menaklukkan semua orang2 dari kalangan Bu Lim ?!"7
Segera kedua orang itu meloncat turun dari atas karang
curam! Ke-dua2nya berpakaian seperti Goan Siu dan ke-
dua2nya pun bersenjata pedang. Dengan mengepal kedua
tinjunya mereka berdiri dihadapan Ban Cun Bu.
Lak Cao Shin Kun tahu bahwa yang kurusan adalah
Goan Cin, dan iapun maklumi bahwa dengan maksud
membalas dendam la tidak perlu berdebat. Ia menyahut :
„Ban Cun Bu! sudah mengetahui bahwa kamu berdua pasti
datang. Oleh karena itu, aku sengaja mengejek.
Pertempuran hari ini ialah yang kuat hidup, dan yang
Iemah binasa Ketiga saudara apakah ingin bertiga melawan
aku seorang, atau ingin bertempur dengan cara lain ? Aku
Ban Cun Bu telah datang dari jauh. Pribahasa mengatakan:
'Hanya naga yang kuat melintasi!’ sungai. Oleh karena itu,
aku minta ketiga saudara berunding dahulu !"
Sebetulnya Thian Lam Sa Kiam menggemparkan
kalangan Kang Ouw dengan ilmu silatnya yang sangat
lihay. Goan Siu Totiang dengan pedangnya telah diakui
oleh orang2 dikalangan Bu Lim sebagai jago silat pedang
nomor wahid! Lak Cao Shin hun Ban Cun Bu juga seorang
yang lihay sekali silatnya. Karena la tidak sudi melihat
bahwa Thian Lam Sa Kiam dianggap nomor wahid, pada
10 tahun berselang, dilembah Lek Yun Kok dari
pegunungan Kwat Cong San, dengan senjata kerincingan2
la seorang diri telah melawan tiga jago2 silat pedang itu,
dengan akibat ia sendiri menderita luka2 parah. la kembali
kekota Lak Cao, dan ditengah jalan la terjebak oleh Ngo
Tok Tian Mo yang menabas putus kedua pahanya. Kini,
setelah 10 tahun, ia kembali kedaerah tengah untuk
memenuhi janji melawan ketiga jago2 silat pedang. Goan
Siu telah mengetahui bahwa akan terjadi suatu pertempuran
hidup mati, dan ia telah mencegah Goan Long dan Goan8
Cin datang kelembah itu agar dapatlah ia sendiri membuat
perhitungan terhadap musuhnya itu !
Goan Long dan Goan Cin tidak membantah kehendak
saudara tuanya, akan tetapi siang-malam mereka datang ter-
buru2 kelembah itu, dan telah tiba lebih dahulu daripada
Goan Siu.Mereka bersembunyi dibelakang semak2. Karena
tidak tahan di-ejek, mereka meloncat keluar menghadapi
Ban Cun Bu! Goan Siu mengetahui bahwa la tak dapat
mengelakkan pertempuran itu. Goan Cin berpikir :
„Meskipun kau telah mempelajari kitab ilmu silat Bu Lim
Po Lek Sun Yo Cin Kai, akan tetapi kau telah tak berkaki.
Lagi pula kami bertiga telah berlatih kembali, dan selama
10 tahun ini, kami belum pernah menemui lawan yang
dapat menandingi kami. Masa kali ini kami tidak bisa
melawanmu!”
„Ban Cun Bu! Kita bertiga semuanya sudah berusia lebih
kurang 50 tahun. Bila kau berusia 50 tahun, kaupun dapat
memberi kelonggaran kepada orang lain. Barusan kau telah
katakan bahwa dalam pertempuran ini yang kuat hidup,
yang lemah binasa, dan tak dapat dielakkan lagi.
Tetapi ......... aku mempunyai suatu cara baru yang
berlainan daripada jago2 silat dikalangan Bu lim.
Bagaimana pendapatmu jika kita hari ini mempertaruhkan
jiwa kita masing2 dengan mengadu silat kita dalam tiga
taraf. Yang kalah harus membunuh diri! Bagaimanakah
pendapatmu Kata Goan Siu sambil tersenyum.
Lak Cao Shin Kun Ban Cun Bu menyahut sambil
tertawa: „Aku Ban Cun Bu tidak mangkir. Aku telah
menanyakan apakah kamu ingin bertempur dengan cara
Iain, dan aku pasti menerima usul kamu. Sebetulnya
pertaruhan jiwa ini sangat menarik. Akan tetapi yang kamu
usulkan mengadu silat dalam tiga taraf, dan yang kalah
harus membunuh diri, aku Ban Cun Bu minta penjelasan"9
Goan Cin Mendahului Goan Siu dan menyahut:
„Caranya ialah yang kalah dalam taraf pertama berhak
ajukan usul tentang cara mengadu silat taraf kedua.Untuk
taraf pertama kita adakan undian!"
„Ha! Ha! Ha! cara2 demikian betul adil. Akan tetapi
untuk taraf pertama kta tak usah adakan undian. Aku sudi
mengalah. Goan Sin Totiang dapat menetapkannya!" Kata
Cun Bu sambil tertawa berkakakan.
„Maksud Ban Cun Bu yang baik itu, kami bertiga
saudara sangat menghargainya. Tetapi lebih baik kita
tetapkan dengan adil menurut kehendak Thian (Tuhan
Allah)! Kita bukannya ingin menyombong. Kita semuanya
adalah orang2 yang terkenal dikalangan Bu Lim.
Pertempuran kali ini yang kalah harus membunuh diri.
Oleh karena itu, setelah kita selesai mengadu silat, pihak
yang kalah sebelumnya memenuhi janji harus diberi hak
untuk bertempur satu kali lagi. Jika ia menang, iapun harus
memberi hak kepada pihak yang kalah untuk bertemrpur
satu kali lagi. Dengan cara demikian maka yang kalahpun
menjadi rela, bukan? Bagaimanakah pendapat Ban Cun
Bu?" KataGoan Siu seraya tersenyum.
Ban Cun Bu tertawa lagi dan berkata : „Tidak salah jika
orang katakan Goan Siu Totiang seorang ksatria dikalangan
Bu Lim. Segala sesuatu diatur dengan baik dan adil, aku
Ban Cun Bu sangat menghargai.
Untuk taraf pertama sebetulnya aku Ban Cun Bu rela
menyerahkan kepada Goan Siu Totiang. Tetapi jika kamu
menolak, akupun tak dapat memaksa. Akupun tak me-
ngetahui cara yang ditetapkan dengan kehendak Thian."
Lalu Goan Siu Totiang mengeluarkan sekepal 'Hian Men
Ti Cu' (manik2 yang dipergunakan sebagai senjata rahasia)
dari saku didadanya, dan berkata kepada Ban Cun Bu:10
„Sebetulnya pihak yang manakah yang mengajukan usul
untuk pertempuran taraf pertama tidak penting. Tetapi kita
semua terkenal dikalangan Bu Lim, dan kita tak ingin
ditertawakan orang karena diberi kelonggaran oleh pihak
lawan. Oleh karena itu, kita menetapkan dengan caranya
kanak2. Didalam kepalan aku ini ada sejumlah „Hian Men
Ti Cu". Kau Cun Bu dapat menebak jumlahnya ganjil atau
genap untuk menentukan hak menetapkan cara bertempur
taraf pertama!" Sambil tertawa gelak2 Ban Cun Bu berkata :
„Ha! Ha! Ha! Betul2 menarik! Hari ini kita menjadi
penjudi2 besar dan kita mempertaruhkan jiwa kita! Aku
turut kehendak Goan Siu Totiang, dan aku tebak jumlah
''Hian Men Ti Cu itu genap!"
Goan Siu membuka kepalannya dan menghitung jumIah
'Hian Men Ti Cu' Ti Cu' ada 7 buah. Ban Cun Bu tertawa
lagi dan berkata : „Aku salah tebak, dan aku rela Goan Siu
Totiang menetapkan cara pertempuran taraf pertama!"
Lalu Goan Siu dan kedua sandara mudanya berunding
untuk kemudian berkata kepada Ban Cun Bu : „Kita
beruntung dapat menetapkan cara mengadu silat taraf
pertama. Kita main mengadu ilmu 'Hui Hua Mok Tu' atau
ilmu menyambit bunga kedalam tanah!"
„Totiang betul2 mulia. Ilmu 'Hui Hua Mok Tu'
sebenarnya tidak sukar. Yang sukar ialah bunga itu harus
mendem didalam tanah dan tidak hancur. Ilmu ini se-mata2
ilmu Im Ju Kong Lit atau ilmu tenaga lunak tetapi dahsyat.
Mungkin pelajaran dari kitab ilmu silat Sun Yo Cin Kai-ku,
aku tak dapat menandingi ilmu silat kalian. Akan tetapi
perkataan yang telah ku-ucapkan tak dapat kutarik kembali.
Meskipun aku yakin akan kalah, tetapi aku harus lakukan.
Leng Jun! Petik sebuah bunga untukku!" Kata Ban Cun Bu
seraya mengerutkan keningnya.11
Gadis yang berdiri dimuka tempat tidur Lak Cao Shin
Kun dan yang bernama Bian Leng Jun menjadi terpesona
melihat jago2 silat itu mempertaruhkan jiwa mereka dengan
cara yang menarik tetapi ganjil! Ketika dipanggil gurunya,
iapun terkejut. Segera ia memetik sebuah bunga azalea
putih untuk gurunya.
Ban Cun Bu melihat bahwa ketiga saudara Thian Lam
Sa Kiam itu telah memetik bunga2 azalea. Lalu tiap2 orang
memegang sebuah. Goan Siu sambil berdiri dimuka karang
curam yang jauhnya sedepa lebih berkata kepada kedua
saudara mudanya: „Sute! Kita mulai lakukan!"
Tenaga dalam ketiga saudara itu telah terkumpul, dan
mereka berbareng melemparkan bunga2nya kekarang
curam dihadapan mereka. Ketiga bunga azalea itu
terapung2 dan dengan pelahan2 menuju kekarang curam,
dan tertancap didalam karang tersebut tanpa suara. Ketiga
bunga tersebut nancap dengan teratur merupakan titik sudut
dari sebuah segi-tiga!
Wajah Ban Cun Bu berubah sedikit! la tidak mengangkat
tangannya untuk melontarkan bungannya. Ia tetap duduk
diatas tempat tidurnya. Bunga itu ditaruh diatas telapak
tangannya, lalu ditiupnya kearah karang curam
dihadapannya. Secepat kilat bunga itu terbang nancap
kedalam karang curam, tepat di-tengah2 ketiga bunga2-nya
Thian Lam Sa Kiam!
Bian Leng Jun anggap bahwa gurunya menang, akan
tetapi, Ban Cun Bu berkata sambil tertawa : „Aku sudah
duga aku akan kalah! Bunga aku terpendam terlampau
dalam; dan daun bunga disebelah kanan rusak sedikit.
Tetapi bunga2 yang dilontarkan oleh ketiga Tojin telah
nancap sama dalamnya, dan bunga2nya tetap utuh! Ilmu
mereka Iebih baik daripada ilmuku. Aku harus ajukan cara
untuk mengadu kepandaian silat taraf kedua, dan jika aku12
kalah lagi, aku tak akan ajukan usul untuk pertempuran
taraf ketiga. Aku rela menyerah kalah, dan membunuh diri
!"
Bian Leng Jun rupanya tak percaya akan perkataan
gurunya. la menyamperi dan melihat dengan teliti tiga
bunga yang dilontarkan oleh Thian Lam Sa Kiam, dan
betul saja bunga2 itu nancap sama dalamnya, sedangkan
bunga yang dilontarkan gurunya, betul2 koyak satu daun
bunganya
Ketika ia kembali kehadapan gurunya, ia mengawasi
bahwa gurunya tengah berpikir. lapun melihat bahwa wajah
ketiga jago2 silhat pedang itu ber-seri2 !
Tiba2 kedua matanya Ban Cun Bu bersinar, dan dengan
suara keras ia berseru : „Taraf kedua ini adalah
pertempuran mati-hidup. Marilah kita mengadu ilmu
meringankan tubuh. Kita berlomba mendaki karang curam
yang 100 depa lebih tingginya!"
Perkataan itu mempersonakan ketiga saudara Thian Lam
Sa Kiam itu! Mereka mengetahui bahwa meskipun ilmu
silatnya lihay sekali, akan tetapi ia tak berkaki. Bagai-
manakah ia berani berlomba mendaki karang yang curam
dengan orang2 yang tak bercacad?! Apakah Ban Cun Bu
kurang waras pikirannya? Demikianlah berpikir ketiga jago
Thian Lam Sa Kiam itu!
Melihat ketiga lawannya terpesona, Ban Cun Bu
tersenyum. Lalu dari bawah bantal dikeluarkannya
sepasang besi pendek. Sepasang besi itu, yang dapat dibikin
panjang sehingga 5 kali itu di-main2kan-nya! Dengan
memegang besi tongkat itu ditangn kiri dan kanan, Ban Cun
Bu berdiri se-akan2 besi tongkat itu kedua kakinya. la
bertindak maju menyamperi Goan Siu Totiang, lain berkata
: „Kalian tak usah kuatir akan Ban Cun Bu. Kedua kakiku13
meskipun telah lenyap, akan tetapi tongkat2 besi ini dapat
menggantikannya. Marilah kita mulai mengadu silat taraf
kedua !"
Ketiga saudara Thian Lam Siat kiam baru insyaf bahwa
Ban Cun Bu telah melatih diri dengan ber-sungguh2 dalam
ilmu meringankan tubuh. Setelah ke-empat orang itu
mangguti kepala sebagai tanda mulai, lalu mereka berusaha
sekuat tenaga mendaki karang curam itu! Ban Cun Bu
rupanya sengaja sedikit terbelakang. la membiarkan
lawan2nya mendaki lebih dahulu, lalu dengan tertawa
gelak2, tongkat besi ditangan kanannya menotok tanah, dan
ia terbang sehingga 6 atau 7 depa tingginya, dan segera
dibarengi dengan totokan tongkat besi ditangan kirinya, ia
terbang keatas lagi. Demikianlah dengan kedua tongkat
besinya menotok karang curam silih-berganti, ia tiba diatas
lebih dahulu daripada ketiga saudara Thian Lam Sa Kiam!
Sedetik kemudian Goan Siupun tiba diatas. la mengangkat
kedua tangannya memberi hormat, dan berkata : „Ban Cun
Shin Kun, ilmu meringankan tubuhmu mengejutkan orang.
Kami mengaku kalah. Marilah kita turun dan kita hendak
berunding tentang pertempuran taraf ketiga yang
merupakan pertempuran mati-hidup!"
Ketika Goan Long dan Goan Cin tiba diatas karang
curam itu, mereka saling pandang-memandang. Bersama2
Goan Siu mereka turun untuk merundingkan pertempuran
taraf ketiga.
Dalam pertempuran dua taraf pertama, kedua pihak
dapat dikatakan seri. Pertempuran taraf ketigalah yang
menjadi penting ! Oleh karena itu, bukan saja orang2 yang
bersangkutan menjadi cemas, bahkan gadis2 muridnya Ban
Cun Bu yang menonton juga menjadi cemas!
Thian Lam Sa Kiam berunding lama. Goan Cin anggap
dengan mengunakan senjata rahasia mereka mungkin dapat14
menang. Ketiga saudara itu masing2 mempunyai 108 biji
'Hian Men Ti Cu'. Disamping jumlahnya yang banyak itu,
mereka dapat menggunakan senjata rahasia itu dengan
lihay sekali. Dengan menghujankan biji2 'Hian Men Ti Cu',
dapatkah seteru itu melawan mereka? Ban Cun Bu harus
menggunakan tongkat2 besinya sebagai kaki dan sekaligus
juga menangkis biji2 yang menyerangnya; ia pasti keteter !
Goan Siu dan Goan Long coba memikirkan cara yang lebih
menguntungkan, akan tetapi hampa! Achirnya mereka
menyetujui usul Goan Cin, ialah menggunakan senjata
rahasia 'Hian Men Ti Cu'. Lalu Goan Siu menyamperi Ban
Cun Bu dan berkata :„Taraf ini adalah taraf terachir, dan
juga taraf dimana kedua-belah pihak bertempur mati2-an.
Menurut perjanjian pihak kami yang akan mengajukan cara
bertempur. Kami akan bertempur melawan dengan
menggunakan senjata rahasia 'Hian Men Ti Cu'!" Kata
Goan Siu seraya menghampiri Cun Bu.
Perkataan tersebut membuat Bian Leng Jun terkejut. Ban
Cun Bu, setelah berpikir sejenak, lalu menyahut : „Baik.
Kamu bertiga dengan 324 biji manik2 menyerang aku. Jika
sampai satu bijipun menyentuh bayuku ini, aku Ban Cun
Bu mengaku kalah, dan, aku harus membunuh diri!"
„Ting !" tongkat2 besinya berbunyi ketika menotok
tanah, dan secepat kilat Ban Cun Bu telah berada diatas
satu batu yang 3 atau 4 depa jauhnya dari ketiga seterunya!
Lalu ia berkata kepada ketiga seterunya itu : “Hei! Tian
Lam Sa Kiam! Ini adalah pertempuran kita yang terachir!
Jagalah serangan kembali Ban Cun Bu !"
Melihat wajah yang tenang dan Ban Cun Bu, Goan Cin
menjadi kuatir. Ia kuatir Karena usulnya untuk bertempur
dengan senjata rahasia, berarti menjeru-muskan
saudara2nya sendiri keneraka! Tetapi pada saat itu, ia tak
dapat menarik kembali usulnya lagi. Jalan satu2nya ialah15
bertempur dengan sekuat tenaga dan menang dalam
pertempuran. Lalu diambilnya bij i2 'Hian Men Ti Cu' dan
menggenggamnya didalam kedua tan gannya dengan
maksud mulai menyerang musuh supaya dapat mengetahui
mengapa ia menjadi gembira ketika mendengar usul
bertempur dengan biji2 'Hian Men Ti Cu'. Sebetulnya
mempunyai kepandaian apakah Ban Cun Bu itu ? Setelah
menetapkan tekad, dengan 6 biji manik2 di-masing2 tangan,
dilontarkannya biji2 tersebut kearah seterunya dengan ilmu
Loan Tiam Yen Yang atau menyambar burung dari segala
penjuru! biji2 tersebut kelihatannya beterbangan tidak
teratur dan saling tubrukkan, lalu masing2 menyerang
kearah Ban Cun Bu!
Ban Cun Bu! telah kembali dengan maksud membalas
dendam dari tahun berselang. Ia sudah mengerti betul
segala sesuatu tentang seteru2-nya. lapun mengetahui
bahwa diantara ketiga Tian Lam Sa Kiam itu, Goan Siulah
yang terpandai dan terkuat. Tetapi dalam mengunakan
senjata rahasia 'Hian Men Ti Cu' itu, Goan Cin-lah yang
terpandai! Tetapi karena yakin bahwa ia dapat menangkis
atau mengegoskan biji2 'Hian Men Ti Cu' itu dengan
sempurna, ia menjadi geli karena menginsyafi bahwa ketiga
seterunya itu mengambil jalan maut!
Dengan tenang Ban Cun Bu mengangkat tongkat besi
ditangan kirinya dan membuat suatu lingkaran diatas
kepalanya. Dengan memutar tongkat besi itu, 12 biji2 itu
jatuh ketanah laksana batu terlempar kedalam laut tak
berbekas !
Goan Siu dan Goan Long sesudah melihat keadaan itu,
lalu serentak melontarkan biji2 'Hian Men Ti Cu'-nya
kearah Ban Cun Bu sehingga suasana menjadi terang
karena biji2 tersebut beterbangan diudara. Sebetulnya biji2
tersebut dilontarkan dengan tenaga yang maha dahsyat16
sehingga sinarnya berkilauan dan anginnya berembusan.
Tetapi Ban Cun Bu tetap tenang. la membuat lingkaran
diatas kepalanya dengan jalan memutar tongkat besi
ditangan kanannya. Lingkaran itu bersinar mengurung
seluruh tubuhnya. biji2 itu membentur sinar dan lenyap tak
berbekas ! Ketiga saudara itu terus menyerang dengan
melontarkan biji2 itu, akan tetapi setelah separuh
jumlahnya telah dilontarkan, tidak satu bijipun yang
menyentuh bajunya Ban Cun Bu. Goan Cin insyaf akan
kegagalannya. Dengan isyarat, ketiga saudara itu
melontarkan sisa biji2 'Hian Men Ti Cu' itu dengan ilmu
Boan Tian Hua I atau hujan lebat diseluruh angkasa. Lalu
dengan sisa 7 biji di-masing2 tangan, ketiga saudara itu
menyambit Ban Cun Bu dari bawah dengan ilmu To Sai
Boan Tian Seng atau menyemprot bintang2 dari bumi !
Dengan tertawa besar dan lama, Ban Cun Bu menotok
tongkat2 besinya diatas batu, dan secepat kilat tubuhnya
terbang keatas ! Semua biji2 'Hian Men Ti Cu', dari ketiga
jago2 pedang itu jatuh berantakan disekitar batu itu, dan
merupakan satu lingkaran 3 kaki jauhnya mengitari batu
itu!
Sejenak kemudian Ban Cun Bu sudah terduduk diatas
batu itu !
Ketiga Tian Lam Sa Kiam baru mengetahui bahwa.
didalam 10 tahun dengan tekun berlatih, Ban Cun Bu telah
memahami sesuatu ilmu silat silat dari kitab Sun Yo Cin
Kai, sehingga ilmu Tai Yo Shin Kong, sehingga ilmu dewa
mataharipun telah dipelajarinya dengan mahir! 324 biji2
'Hian Men Ti Cu' dari ketiga saudara itu yang dilontarkan
dengan ilmu tenaga dalam juga gagal menyentuh bajunya.
Mereka merasa tidak ada muka lagi untuk muncul
dikalangan Bu Lim. Ketika mereka sedang merasa sedih, se-17
konyong2 Ban Cun Bu berkata :„Hei! Kalian, jaga serangan
kembali dari Ban Cun Bu !"
Lalu terdengar suara kerincingan yang sangat nyaring,
dan terlihat oleh ketiga jago2 lebih kurang 50 buah, dan
yang tak diketahui kapankah dilontarkannya. Sebetulnya
cara melontarkannya serupa dengan cara Goan Cin
melontarkan biji2 maniknya, hanya lebih sempurna dan
lebih tinggi ilmu silatnya. Meskipun kerincingan2 itu
mengeluarkan suara yang sangat bising sehingga
mengacaukan perhatian lawan dan sinarnya menyilaukan
mata!
Sepuluh tahun yang lalu, Lak Cao Shin Kun Ban Cun Bu
ini dilembah Lek Yun Kok pernah melawan ketiga jago2
Tian Lam Sa Kiam ini dengan senjata sepasang
kerincingan! Sepuluh tahun kemudian dengan mempelajari
ilmu silat Sun Yo Cin Kai, ia telah menggunakan sepasang
tongkat besi untuk menggantikan kedua kakinya yang telah
ditebas putus, oleh musuhnya. Tetapi senjata kerincingan,
tetap sangat digemarinya. Dengan perhatian dan ketekunan
sepasang kerincingan itu diubah dan dibuatnya menjadi 49
buah. Iapun telah melatih dengan sempurna cara
melontarkan-nya.
Bagaimanakah ketiga jago Thian Lam Sa Kiam
menghadapi serangan balasan Ban Cun Bu? Setelah
mendengar suara bising dari keriricingan2 itu, ketiga
saudara itu berkumpul dan berdiri menghadapi segala
sesuatu. Mereka mengawasi arah serangan kerincingan itu,
dan dengan sekuat tenaga berusaha menghalaukannya
dengan angin dari geprakkan2 kedua tangan mereka. Akan
tetapi tidak semua serangan2 dapat di-elakkan. Tiba2 Goan
Cin berseru :"Aku telah menjerumuskan kedua saudara,
dan aku harus jalan lehih dahulu!" Lalu dicabut pedangnya
dan bertindak hendak memenggal Iehernya sendiri!18
Goan Siu lekas2 menghalangi perbuatan nekad itu.
Dari bawah jubah Goan Cin dipungutnya satu
kerincingan mas yang halus buatannya dan yang berduri
disekitarnya. la tidakk mengembalikan kerincingan itu
memasukkannya kedalam kantong didepan dadanya. la
menghampiri Goan Cin dan berkata:"Su-tee tak usah sedih.
Dikalangan Bu Lim kita pernah sama2 terkenal. Kini kita
telah berusia setengah abad, tak usah menghiraukan soal
mati atau hidup. Tetapi mengapa Su-tee ,segera membunuh
diri? Bukankah kita masih berhak bertempur lagi?” Lalu ia
berkata kepada Ban Cun Bu : "Ban Cun Shin Kun!
Kerincingan2 kau yang beryumumlah 7 X 7 = 49 itu betul2
tak ada taranya dikalangan Bu Lim. Kali ini kita bertiga
saudara mengaku kalah. Tetapi kita masih berhak
bertempur sekali lagi, bukan? Dan caranya kita yang
tetapkan!"
„Totiang dapat usulkan, aku pasti setuju!" KataCun Bu.
Sambil tersenyum Goan Siu Totiang berkata: „Sepuluh
tahun yang lalu dilembah Lek Yun Kok ini kami dengan
bersenjata tiga pedang mengalahkan kau dengan senjata
kerincingnganmu! Sepuluh tahun kemudian hari ini, kami
tewas dibawah kerincinganmu dilembah ini pula! Untuk
pertempuran ulangan, apa salahnya jika kita bertempur
seperti pada waktu 10 tahun yang Iampau? Kau dengan
tongkat besimu jika dalam 100 jurus dapat mengalahkan
kami bertiga dengan memakai pedang, maka kami tak
mempunyai permintaan lain, dan kami binasa dengan
perasaan puas! Jika kau tak dapat mengalahkan kami dalam
100 jurus, aku Goan Siu minta kau dalam jangka waktu 10
tahun tidak datang kedaerah tengah untuk mengajar ilmu
silat. Kau harus menanti digedung Sun Yo dikota Lak Cao
kedatangan murid kami. Kami yakin bahwa Ban Cun Bu
seorang ksatria dan pasti setuju!"19
Ban Tun Bu tidak segera menjawab, la berpikir dan
mengawasi Goan Siu agak lama. Kemudian la menjawab,
suaranya pelahan : „Totiang, kau betul2 seorang yang
berbudi. Kau mengetahui bahwa ilmu silatku ini lihay, dan
jika aku mengajar ilmu didaerah tengah, kau kuatir akan
banyak kurban menderita luka2 atau tewas. Oleh karena
itu, kau ingin melarang aku datang kedaerah tengah selama
10 tahun. Aku sudah katakan, aku menurut usulmu dan
akan bertempur melawan kamu bertiga. Tetapi, kalah atau
menang, untuk memperingati hari ini, aku Ban Cun Bu
mengatakan dihadapan 8 orang muridku bahwa mulai hari
ini, setelah kamu bertiga tewas karena aku, aku tak akan
membunuh lagi!"
Dengan mengangkat kedua tangan memberi hormat
Goan Siu berkata dengan chidmat : „dengan janji itu kita
akan mati dengan perasaan puas. Marilah kita mulai
bertempur!"
Ketiga saudara itu mencabut pedangnya dengan
serentak, mundur beberapa tindak dan mengambil tempat
masing2. Kemudian Ban Cun Bu dengan menggunakan
kedua tongkat besinya berdiri di-tengah2.
Goan Siu berkata lagi :”Aku minta Ban Cun Shin Kun
menyuruh seorang murid menghitung jumlah jurus! Ban
Cun Bu lalu berkata kepada Bian Leng Jun: „Leng Jun!
Ketiga jago silat pedang ini tidak ada taranya dikolong
langit. Kau menghitung jumlah jurus pertempuran ini hal
niana akan bermanfaat sekali"
Bian Leng Jun memberi hormat sebagai tanda menurut
perintah, lalu mengambil tempat yang baik untuk
menghitung jumlah jurus pertempuran yang akan di-
langsungkan.20
Goan Siu, Goan Long dan Goan Cin karena nasibnya
telah ditetapkan, maka sebelumnya mereka bunuh diri,
mereka akan berusaha agar tak dikalahkan dalam 100 jurus.
Dengan demikian Ban Cun Bu akan memenuhi janji tidak
datang kedaerah tengah melakukan perbuatan se-wenang2
dikalangan Bu Lim. Dengan maksud yang mulia itu, ketiga
saudara itu akan keluarkan semua kepandaian silat
pedangnya bertahan atau mengalahkan lawannya. Setelah
isyarat mulai bertempur diberikan, dengan pedang terhunus
mereka jalan dengan waspada mengurung Ban Cun Bu
sambil melihat kesempatan untuk menyerang.
Lak Cao Shin Kim Ban Cun Bu pernah kalah dan
menderita luka2 parah melawan tiga jago2 silat pedang itu
pada 10 tahun yang lampau. Meskipun ia telah faham akan
ilmu silat yang dipelajari dari kitab Sun Yo Cin Kai, ia tak
berani bersikap lengah melawan mereka yang sudah
menjadi sangat nekad. Tiga jago2 silat pedang ini, terutama
Goan Siu, pada 10 tahun yang lewat terkenal sebagai jago
silat pedang nomor wahid dikolong, langit! Tiga pedang
yang lihay melawan ia yang tak berkaki lagi bukanlah soal
remeh! Dengan tongkat besinya ia berdiri tegak dengan
mata mengawasi segala gerak gerik lawan2nya!
Tiba2 dengan isyarat dari Goan Siu, ketiga jago2 pedang
itu menyerang berbareng. Mula2 pedang2 mendatanginya
agak lambat, akan tetapi ketika berada dekat tubuh Ban
Cun Bu, ujung2 dari pedang2 itu tergetar se-akan2 menjadi
ber-puluh2 pedang datang menusuk dadanya! Ban Cun Bu
menjerit, kedua tongkat besinya tergerak sedikit, dan
dengan secepat kilat la telah loncat tiga depa jauhnya!
Sebetulnya ketika ia melawan ketiga jago2 pedang itu
pada 10 tahun yang lalu, iapun dikurung dengar posisi
tersebut diatas. lapun diserang secara serentak Dua pedang
menjaga, sedangkan satu pedang menusuk Ia tak21
mengetahui pedang yang manakah yang menusuk! Dengan
dermikian ia telah dikalahkan dengan menderita luka2
parah! Tetapi pertempuran hari ini berlainan sekali. Ketiga
pedang itu semuanya menusuk, dan tidak satu yang
menjaga sehingga menyimpang dari peraturan ilmu silat.
Mengapakah? Ketiga jago2 pedang itu harus membunuh
diri karena telah kalah dalam pertaruhan jiwa. Dengan
kesempatan yang diberikan, mereka hanya bertekad
membunuh lawannya. Ban Cun Bu harus waspada! la harus
mencuri kesempatan mengalahkan seteru2-nya selekas
mungkin! Setelah pertempuran berlangsung 40 jurus Iebih,
ia baru memperoleh lowongan untuk balas menyerang
dengan tongkat besinya. Iapun insyaf akan siasat seteru2-
nya yang memperhatikan serangan dan melalaikan
tangkisan. Mungkin sukar sekali ia menIgalahkan mereka
dalam 100 jurus!
Setelah lewat 70 jurus, dengan ilmu 'I'o Coan Tialrg
Hon, atau menggulung pelangi dari bawah, ketiga jago
pedang itu berbareng menyapu dengan pedang2-nya dari
bawah. Ban Cun Bu harus menggunakan ilmu Kiat Kiat
Teng Kong Hie Pu Hoat atau ilmu mendaki udara dengan
tenaga dalam kedua tangannya setelah ia menotok tanah
dengan tongkat besi ditangan kanannya. Sabetan2 pedang2
itu menyapu angin! Dengan tongkat besi yang telah diulur
sehingga 5 kaki panjangnya, ia secepat kilat balas menyabet
seteru2-nya dengan ilmu Po Hong Pwee Pah atau ilmu
mendesak angin menyerang delapan jurusan! demikianlah
BanCun Bu berada lebih kurang 6 kaki dari tanah dengan
tongkat besi ditangan kirinya sebagai tunjangan, dan
dengan tongkat besi ditangan kanannya ia balas menyerang.
Untuk menabas atau membacoknya, ketiga jago Tian Lam
Sa Kiam itu harus juga meloncat 6 kaki tingginya! Mereka
lalu mengubah siasat serangan untuk menangkis serangan
tongkat besi yang dahsyat itu! Setelah hampir 100 jurus,22
Goan Siu berseru : „Tiga pedang kembali asal. Ubah
serangan menjadi tangkisan Ban Cun Bu mengetahui
bahwa 100 jurus hampir selesai, tetapi ia masih belum dapat
mengalahkan seteru2-nya. Dengan kesempatan ketiga jago2
pedang menarik senjata2-nya, la menyerang Goan Cin yang
paling lemah dengan ilmu Lo Hauw Hiat Ji atau menyodok
tengorokkan mengucurkan darah! Goan Cin melihat
serangan itu. Ia buru2 putar pedangnya dengan ilmu Ju I
Tian Lo atau jaring ajaib menjaga tubuh. la berhasil
menangkis dua pukulan, akan tetapi pukulan ke-3
mengenakan bahunya. Ketiga jago2 pedang itu menjadi
pucat! Ban Cun Bu mundur dengan sikap tenang. Lalu
menanya: „Hei, Leng Jun! Pertempuran berlangsung
beberapa jurus"
Ketiga jago Thian Lam Sa Kiam menjadi biru dan
memandang kearah Bian Leng Jun yang menundukkan
kepala tidak segera menjawab ! Ban Cun Bu merasa, bahwa
ada aesuatu yang tidak beres. Dengan chidmat ia menanya
lagi : „Leng Jun! Kamu tak usah ragu2. Kau sebutkanlah
jumlah jurus dengan jujur.
Bian Leng Jun mengangkat kepala, dan dengan terang
berkata: „Seratus satu jurus!" Ban Cun Bu berbalik menjadi
bisu. la, kembali berbaring ditempat tidurnya, sedangkan
ketiga jago pedang itu agak gembira wajahnya ketiga
saudara Thian Lam Sa Kiam itu berdiri bahu-membahu
dihadapan Ban Cun Bu, dan masing2 mengangkat kedua
tangan memberi hormat kepadanya. Goan Cin dan Goan
Long lalu menghadapi Goan Siu dan berkata : „Tua-ko
dapat mengurus seterusnya, kita berdua menunaikan janji
lebih dahulu!"
Goan Siu menyahut : „Baiklah. Aku akan mengurus
seterusnya. Selamat jalan, dan kita akan bertemu dijaIan ke-
sorga segera!"23
Goan Long dan Goan Cin dengan wajah tenang
menggorok leher masing2 dengan pedangnya. Darah segar
muncrat keluar, dan terjatuhlah kedua jago itu di-tanah.
Adegan sedemikian menyedihkan sekali daripada jika
mereka mati terbunuh setelah bertempur dengan dahsyat!
Goan Siu menyobek baju dalamnya, memotong satu jari
tangannya, dan menulis diatas kain sobekan baju itu dengan
darah dari jari tangannya. Lalu ia mencabut pedangnya dan
mematahkannya menjadi dua dengan satu sentilan jarinya.
Separuh pedang itu bersama-sama satu kerincingan mas
kepunyaan Ban Cun Bu yang telah dipungut dibungkusnya
didalam kain yang bertulisan darah. Lalu dibungkusnya lagi
seluruhnya dengan kain yang,disobeknya dari jubahnya.
Setelah la menulis nama dan alamat orang yang harus
menerimanya, diangkatnya kepalanya, dan sambil tertawa
berkata kepada Ban Cun Bu : „Kita bertiga saudara tewas
dilembah ini. Kita mohon seorang murid dari Shin Kun
sudi menyampaikan kepada murid2 kami agar mereka
setelah belajar dan berlatih dengan keras, kembali lagi
setelah 10 tahun dengan membawa separuh pedang dan
satu kerincingan ini kekota Lak Cao!"
Lak Cao Shin Kun menyahut dengan chidmad : „Aku
harap Totiang dapat merasa reda. Ban Cun Bu pasti
menunaikan janji. Karena aku tak dapat mengalahkan
kamu dalam 100 jurus, aku pasti tak akan kembali kedaerah
tengah. Aku menanti sehingga Totiang pergi, lalu aku
membawa murid2ku kembali kekota Lak Cao menanti
kedatangan murid atau murid2 Totiang selama 10 tahun ini.
Aku akan memerintahkan Bian Leng Jun membawa
bungkusan ini dan menyampaikan kepada alamatnya.
Goan Siu Totiang setelah menghaturkan terima kasih-
nya, lalu dengan dua jari menjepit separuh pedang lainnya.
Sambil tertawa ditusuknya jantungnya dengan separuh24
pedang tersebut! Suara tertancapnya separuh pedang itu
membuat berdirinya bulu roma semua orang yang
menyaksikan pembunuhan diri itu! Dengan wajah yang
tenang, Goan Siu tewas seketika itu juga untuk mengejar
kedua saudara dijalan ke-sorga!
Lak Cao Shin Kun menghela napas mengawasi mayat2
ketiga saudara yang bersusun tindih itu. Ia mencabut
separuh pedang yang nancap dijantung Goan Siu dan
menaruhnya didalam kantong yang telah dirampasnya dari
musuhnya, Ngo Tok Tian Mo. Lalu ia berkata kepada Bian
Leng Jun : „Leng Jun! Kau bawa barang2 peninggalan
Goan Siu Totiang kepada alamat dan orang yang berhak
menerimanya. Aku dan saudari2mu kembali dahulu kekota
Lak Cao!" Lalu la berbaring lagi ditempat tidurnya. Empat
gadis menggotong tempat tidur itu menuju kekota Lak Cao!
Setelah menerima perintah Lak Cao Shin Kun, Bian
Leng Jun mengambil bungkusan Goan Siu untuk melihat
alamatnya. la tidak sampai hati membiarkan mayat2 ketiga
jago2 silat itu dimakan binatang liar atau burung.
Dikuburkannya jenazah2 itu dengan seksama, dan didepan
kuburan itu ditancapkannya sebuah batu. Dengan ilmu Kim
Kang Cit Shin Kong atau ilmu membikin jari tangan keras
sebagai berlian, dicungkilkan diatas batu itu enam huruf ;
Thian Lam Sa Kiam Cu Bo atau Makam Jago Silat Pedang
Tiongkok Selatan. Setelah ia memberikan hormat
dihadapan arwah ketiga jago2 itu, iapun berlalu dari lembah
Lek Yun Kok menuju ketempat yang tertulis diatas
bungkusan!
---oo0oo---25
BAGIAN 2
GADIS CANTIK DAN JEJAKA TAMPAN
Diceriterakan bahwa disebelah selatan pegunungan Ma
An San didistrik Ci Men, propinsi An Hwei, ada sebuah
gedung besar yang ditelantarkan. Meskipun genteng2nya
telah penuh debu, dan tiang2nya telah lapuk, namun masih
tampak gayanya yang angker. Terutama didalam kebun
dibagian belakang dari rumah itu, dengan rumput2 Yang
segar, dan kolam yang bening jernih airnya, orang akan
merasa dalam keadaan alam yang menakjubkan itu se-
akan2 berada didunia lain.
Gedung yang telah ditelantarkan itu sebetulnya milik
seorang pembesar. Karena kesalahannya dalam pekerjaan
untuk negara, la telah dipecat dari kedudukannya yang
tinggi. Lagi pula anak2nya tak dapat hidup akur sehingga
merekapun tinggal terpisah. Oleh karena itu rumah gedung
yang besar dan mewah itu ditelantarkan!
Disatu sudut dari kebun tersebut, disuatu kamar yang
sunyi-senyap tampak seorang pemuda, berusia lebih kurang
19 tahun, seorang keluarga jauh dari pembesar itu, tengah
tekun belajar. Dengan wajahnya yang bersemangat dan
kulit tubuh yang putih bersih, la kelihatannya sebagai
seorang pemuda terpelajar. Akan tetapi orang2 yang
mengetahui atau faham akan ilmu silat, dengan melihat
kedua biji matanya yang bersinar itu segera dapat menduga
bahwa pemuda itu, disamping kemahirannya dalam sastra,
juga mahir sekali dalam ilmu silat!
la bernama Kong Sun Giok Kedua orang tuanya telah
wafat. la hidup sebatang kara! la pintar dan cerdik dan
faham akan sastra dan ilmu silat. la adalah murid
kesayangan ketiga jago silat Thian Lam Sa Kiam!26
Pada waktu itu, hari telah senja. Kong Sun Giok seelah
berlatih silat-pedang dikebun, masuk kekamarnya untuk
mempelajari ilmu silat pedang dari suatu buku. Sejenak
kemudian ditutupnya buku itu. Diambilnya sebatang
seruling, bertindak keluar menuju kesatu punjung diatas
bukit, dan mulai meniup seruling itu. Tiba2 ia berhenti
meniup serulinnya. Rupanya ada sesuatu yang membuat ia
cemas. la duduk termenung. Ketika itu bulann telah keluar
memancarkan sinarnya kedalam kebun yang indah Itu.
Kong Sun Giok berpikir: „Untuk beberapa lama lagi Aku
harus berlatih dan belajar ilmu silat? Kapankah aku dapat
mengembara?" Lalu dengan tak diucapkannya sebuah sayak
dari penyairLi Tiong Kuang yang berbunyi: „Siapakah yang
dapat menghindarkan kecemasan dan dendam? Kecemasan
dan dendam itu hanya kita yang rasain .....”
Belum lagi selesai ia mengucapkan sayak tersebut, tiba2
terdengar olehnya orang menegur: „Janganlah banyak
ngelamun. Lamunan telah merugikan banyak pemuda!"
Kong Sun Giok terkejut! Dengan ilmu tenaga dalamnya
ia dapat merasai sesuatu meskipun sejauh 10 depa. Bahkan
daun pohon yang terjatuh 10 depa jauhnya dapat
dirasakannya! Ia menoleh kearah teguran tersebut, dan
melihat seorang gadis sedang berdiri dipuncak sebuah bukit.
Ia bangun dari tempat duduknya dan bertindak keluar
dengan waspada menyamperi gadis itu. Dibawah sinar
bulan yang permai, gadis berbaju putih yang cantik itu
menggoncangkan buah jantung Kong Sun Giok. Dengan
mengepal kedua tinjunya didada ia menanya: „Sudilah
sekiranya Sio-cia memberitahukan nama dan maksud
kedatangan ini?"
Gadis berbaju putih diatas bukit itu dengan ilmu
meringankan tubuhnya segera terbang menyamperi Kong
Sun Giok. Harum yang terembus angin masuk kedalam27
lubang hidung Kong Sun Giok ketika gadis itu tiba. Dari
jarak yang dekat itu, Kong Sun Giok melihat nyata bahwa
gadis itu betul2 cantik, dari kedua matanya yung jeli
mengawasi pemuda itu. Setibanya dihadapan Kong Sun
Giok, gadis itu berkata: „Aku bernama Bian Leng Jun.
Kongcu mungkin adalah Kong Sun Giok, murid
kesayangan dari Thian Lam Sa Kiam, bukan?"
Kong Sun Giok makin terperanjat dengan pertanyaan
itu. Ia menyahut: „Aku betul Kong Sun Giok.Melihat sikap
Sio-cia, aku kira Sio-cia ada urusan ……”
Dengan tidak menanti jawaban ia berkata lagi: „Kongcu
tengah ngelamun. Sebetulnya aku tidak sampai hati
menyampaikan berita buruk ini. Akan tetapi aku
diperintahkan oleh guruku, dan juga menerima pesanan
Goan Siu Totiang ketika hampir menemui ajalnya, maka
……”
Kong Sun Giok berseru : „Ha! Hampir menemui
ajalnya!? Apakah Su-huku ……”
Bian Leng Jun menyusut air mata, dan dengan suara
rendah berkata: „Thian Lam Sa Kiam, Goan Siu,
GoanLong dan Goan Cin ketiga Totiang telah tewas ber-
sama2 dilembah Lek Yun Kok dipegunungan Kwat Cong
San. Pesan dan barang peninggalannya aku yang
membawa!"
Kong Sun Giok mundur selangkah, memandang
wajahnya Bian Leng Jun, dan bertanya lagi: „Bian Sio-cia
sebetulnya murid dari partai silat manakah? Guruku Goan
Sin dan kedua pamanku Goan Long dan Goan Cin, ilmu
silat pedangnya tak ada taranya dikalangan Bu Lim.
Bagaimanakah mereka dapat menemui ajalnya
dipegunungan Kwat Cong San? Apakah karena mereka
menderita luka2, atau sakit?? Aku minta Sio-cia28
menceriterakan kepadaku se-jujur2nya. Budi guruku itu
sebesar budi ibu-ayahku. Jika kau berdusta, kau harus
merasai akibatnya!"
Bian Leng Jun-pun mengetahui bahwa ilmu silat pedang
Thian Lam Sa Kiam itu terkenal lihay sekali dikalangan Bu
Lim. Tidak mengherankan jika Kong Sun Giok tak percaya
akan tewasnya ketiga jago2 silat pedang itu. la segera
membuka tali ikatan bungkusan dari punggungnya yang
berisi barang2 peninggalan dan surat pesanan Goan Siu
Totiang. Diserahkannya bungkusan itu sambil berkata:
„Akupun duga bahwa Kong-cu tak akan percaya.
Bungkusan ini yang berisi baeang2 peninggalan dan surat
pesanan akan menjadi bukti akan pemberitahuanku kepada
Kong-cu. Aku harap Kong-cu jangan terlampau bersedih
hati, akan tetapi segera melaksanakan pesan Goan Sin
Totiang!"
Seterimanya bungkusan dari sobekan jubah itu, Kong
Sun Giok makin cemas. Setelah melihat pedang yang
separuh itu, ia menangis sedih ber-sama2 Bian Leng Jun,
dan dengan tidak terasa lagi ia berseru : „Hai…… " Belum
lagi ia meneruskan ucapannya, ia telah jatuh pingsan
ditanah!
Bian Leng Jun yang menyaksikan kehancuran hatinya
Kong Sun Giok itu menjadi sangat terharu akan budi yang
dikandungnya. Ia buru2 berusaha menyadarkan Kong Sun
Giok. Dari kantong didadanya ia mengeluarkan sebutir
Leng Tan (Pil mustajab) dan dimasukkannya kedalam
mulut Kong Sun Giok. Lalu dipijit-pijitnya urat dibahunya!
Sejenak kemudian, Kong Sun Giok membuka kedua
matanya, dan melihat Bian Leng Jun masih berada
didampingnya dengan wajah yang muram. Ia
membungkukkan tubuh menghaturkan hormat kepadanya.
Dengan suara rendah Bian Leng Jun berkata :„Kau tak29
usah menghaturkan terima kasih kepadaku. Bacalah surat
pesan Goan Siu Totiang, karena antara kita berdua, tentang
budi dan dendam belum lagi dapat dipastikan!" Kong Sun
Giok tidak mengerti akan ucapan-gadis itu. Ia segera
membaca surat pesanan gurunya yang ditulis dengan darah.
Seluruh tubuhnya gemetar, dan keringatnya mengucur
diseluruh tubuhnya!.
Bian Leng Jun lalu mengajak Kong Sun Giok duduk
diatas suatu bangku batu, dan dengan suara halus berkata:
„Betapa agungnya ketika ketiga jago Thian Lam Sa Kiam
itu menunaikan janji!" Kong Sun Giok mengerutkan
keningnya, menggeretak giginya, Lalu membuka lagi surat
pesanan gurunya dan membaca isinya. Goan Sin Totiang
menuturkan tentang dendam terhadap Lak Cao Shin Kun
Ban Cun Bu yang dibereskan dengan pertempuran
pertaruhan jiwa dilembah Lek Yun Kok dipegunungan
Kwat Cong San. Goan Siu Totiang juga menerangkan
bahwa ilmu silat pedangnya sebetulnya dapat menjagoi
dikolong Langit dan lebih unggul daripada ilmu Sun Yok
Cin Kai dari Ban Cun Bu, akan tetapi karena masih ada
kekurangan ilmu dari kitab Ju Keng, ilmu silat pedang itu
belum mencapai mujizatnya, sehingga ketiga jago Thian
Lam Sa Kiam itu harus membayar mahal dengan jiwanya!
Seterusnya, surat pesan itu berbunyi sebagai berikut :
”Menurut ceritera, kitab Ju Keng tersebut tidak lebih dari
100 huruf. Ber-puluh2 tahun banyak jago2 silat berusaha
mencarinya, tetapi sia2 belaka!
Seterimanya surat ini, kau tak usah terlampau sedih. Aku
dan pamanmu telah berkorban untuk ber-bagai2 partai silat
didaerah tengah degan mencegah iblis Ban Cun Bu itu
kembali kedaerah tengah, dan kita mati dengan perasaan
puas ! Kedua pamanmu yang satu adalah menjangan, dan
yang lain bangau, dan ke-dua2nya masih mengajar silat30
dikalangan Bu Lim. Akan tetapi aku tak mengetahui
dimanakah mereka sekarang. Kau dapat berusaha
menyampaikan berita buruk ini kepada mereka. Lalu ber-
sama2 paman2mu itu kau berdaya mencari kitab Ju Keng
itu untuk membalas dendam dan mencuci bersih malu yang
kita derita! Ban Cun Bu, meskipun kejam, akan
menunaikan janjinya. Selama 10 tahun ini, ia tak akan
datang kedaerah tengah. ya, pribahasa berkata: “Manusia
berusaha, Tuhan berkuasa, seudah 10 tahun lagi, kitapun
tak dapat mengetahui bagaimana akibatnya janji yang aku
buat dengan Ban Cun Bu. Tetapi jika kau dapat
melaksanakan pesanku ini, aku merasa bangga mempunyai
murid serupamu! Ketika kita bertempur melawan Ban Cun
Bu dalam taraf ulangan yiang terachir, sebetulnya
pamanmu Goan Cin telah dikalahkan dalam jurus ke-100!
Tetapi muridnya Ban Cun Bu, Bian Leng Jun, sengaja
menghitung lebih satu jurus. Oleh karena itu Ban Cun Bu
harus menunaikan janji tak datang kedaerah tengah selama
10 tahun. Gadis itu berjasa sekali. Tetapi mengapa ia
Sengaja berbuat demikian terhadap gurunya? Oleh karena
itu, jika ia yang menyampaikan surat ini, atau jika
dikemudian hari kau menemuinya lagi, kau tak dapat
memandangnya sebagai musuh!"
Kong Sun Giok membaca surat itu sambil mengucurkan
air mata, dan setelah membaca habis, ia membungkukkan
tubuhnya memberi hormat kepada Bian Leng Jun. Bian
Leng Jun lekas2 mengangkat tubuhnya Kong Sun Giok dan
berkata : „Kong-cu terlampau menghormati aku!"
Dengan air mata ber-linang2, Kong Sun Giok berkata :
“Bian Sio-cia, dilembah Lek Yun Kok, kau bukan saja telah
mengubur guru2ku dengan seksama, menyampaikan
barang2 peninggalan dan surat ini, bahkan dengan sengaja
menghitung lebih satu jurus, demi kepentingan para jago231
silat didaerah tengah. Budi dan jasamu ini besar sekali. Tapi
gurumu dan aku dendamnya hebat sekali. Lain hari setelah
aku datang ke Lak Cao membikin perhitungan terhadap
Ban Cun Bu, aku tak lupa membereskan budi baikmu ini!"
Melihat demikian sedih hatinya Kong Sun Giok, Bian
Leng Jun coba menghibur dengan berkata : „Ilmu silat
Thian Lam Sa Kian betul2 tinggi, karena aku telah
menyaksikan dengan kepala mataku sendiri. Sebetulnya
membantu orang luar seperti juga berontak terhadap pihak
sendiri. Tetapi hubungan murid dengan guru antara aku
dan Lak Cao Shin Kun tidak erat, karena aku mempunyai
suatu dendam yang tak terduga olehnya. Aku sangat
mengagumi dan menghormati Thian Lam Sa Kiam yang
rela berkorban demi kepentingan partai2 silat didaerah
tengah. Aku sengaja menghitung lebih satu jurus ketika
Goan Cin Totiang dikalahkan. Jika Goan Siu Totiang tidak
me-nyebut2 dalam suratnya, akupun tak akan
menceriterakan ini kepadamu. Tentang mengubur jenazah2
ketiga jago Thian Lamm Sa Kiam itu, aku anggap
kewajibanku. Jenazah siapapun akan kukuburkan dengan
saksama. Aku gembira mengenal Kongcu. Dikemudian hari
setelah kau memahami dan mempelajari ilmu silat dari
kitab Ju Keng dan datang ke Lak Cao untuk membikin
perhitungan terhadap Ban Cun Bu, aku minta dengan
sangat kau datang kekuil Pik Yun Yen yang terletak
dibawah kaki gunung Pek Lok Hong menemui aku untuk
mengetahui segala sesuatu tentang gedung Sun Yo
sebelumnya mengatur sia-sat melawan Ban Cun Shin Kun
!"
Kong Sun Giok mendengarkan pesan itu dengan
sungguh2, dan masih tak dapat memecahkan mengapa Bian
Leng Jun membela gurunya. Bian Leng Jun mengatakan
lebih lanjut: “Lak Cao Shin Kun menanti kedatanganku.32
Aku tak dapat diam lama2 disini. Nah ........ kita berpisah
sekarang, dan bertemu pula 10 tahun lagi. Saudara Giok,
jika boleh, panggil saja aku Jun Moy."
“Aku sukar membalas budi Jun Moy. Ya, kau dapat
menantiku 10 tahun di Lak Tan!"
Dengan hati berat, Bian Leng Jun minta diri. Mengingat
cara tewas guru dan paman2 gurunya, Sun Giok menjadi
geregetan dan hendak menghancurkan seruling
ditangannya. Perbuatan itu dicegah oleh Bian Leng Jun
yang dengan suara halus berkata : „Saudara Giok, didalam
10 tahun, jika kau berusaha keras, kau dapat membalas
dendam. Aku menantimu di Lak Cao. Seruling ini jangan
dirusakkan. Berikan kepadaku "sebagai kenang2an!"
Bian Leng Jun insyaf bahwa jika ia tak segera berlalu, ia
tentu akan terlalai. Dengan air mata berlinang, ia
membalikkan tubuh, menotok tanah dengan kedua ujung
jari kakinya, dan dibawah sinar bulan ia meloncat melewati
segala rintangan didalam kebun itu seperti seekor burung
terbang pergi!
Kong Sun Giok berdiri terpesona menyaksikan ilmu
meringankan tubuh sigadis itu. Tiba2 ia merasa bahwa
tangannya memegang sapu tangan halus kepunyaannya
Bian Leng Jun yang dipakai untuk menyusut air matanya.
Harum dari sapu tangan tersebut membikin ia ngelamun
lagi!
la mengumpulkan barang2 peninggalan dan surat
gurunya, dan masuk kedalam kamarnya. Ia duduk sambil
memikirkan dendam terhadap Ban Cun Bu, budi kasihnya
Bian Leng Jun, cara mencari kedua paman gurunya, dan
kitab Ju Keng yang harus dicarinya ber-sama2 kedua paman
gurunya. Dengan pikiran itu bagaimanakah ia dapat tidur?33
Keesokan paginya, setelah ia membereskan buku2nya
dan barang2 lainnya, dibawanya separuh pedang,
kerincingan, dan surat gurunya, dan juga pedangnya
sendiri, pergi meninggalkan tempat kediamannya untuk
berkecimpung dikalangan Kang Ouw dengan maksud
pertama mencari kedua paman gurunya, memberitahukan
berita buruk tentang gugurnya Thian Lam Sa Kiam, dan
kedua mencari kitab Ju Keng.
Setelah ia berlalu dari distrik Ci Men, iapun tak
mengetahui jurusan mana yang harus ditempuhnya. la
memikirkan bagaimana ia dapat berjumpa dengan kedua
paman gurunya yang juga berkecimpung dikalangan Kang
Ouw. Tentang kitab Ju Keng yang oleh guru2nya telah ber-
puluh2 tahun dicari tanpa hasil, akan diusahakannya
setelah la bertemu dengan kedua paman gurunya.
Tetapi segala sesuatu yang berharga dan ganjil
kebanyakan tersembunyi di-sudut2, atau peloksok2,
gunung2 atau sungai2 kenamaan. Telaga Poa Yo Hu yang
terletak disebelah utara propinsi Kiangsi dan tidak jauh dari
distrik CiMen sangat indah pemandangannya. Dari dahulu
telah menjadi tempat kesukaan para sastrawan dan
demikian, dari distrik Ci Men ia menuju kebaratdaya.
Tetapi ketika tiba dikota Keng Tek Cin yang terkenal
dengan barang2 porselennya, la mengalami suatu peristiwa
ganjil!
Setelah tiba di Keng Tek Cin, ia sudah berada tidak jauh
dari Poa Yo Hu. Keng Tek Cin adalah salah satu kota yang
besar dan sangat ramai. la mencari sebuah rumah
penginapan.
Pelayan rumah penginapan melihat Kong Sun Giok
dengan sikap dan wajah yang bersemangat dan sebuah
pedang dipinggang. Sambil tersenyum ia berkata : „Tuan
mungkin bukan orang dari propinsi ini. Mungkin Tuan34
mendengar berita, lalu datang dari tempat jauh dengan
maksud memperoleh Po-kiam dan gadis cantik berikut harta
yang ber-limpah2."
Dengan perasaan heran Kong Sun Giok bertanya :
“Apa? Po-kiam dan gadis cantik serta harta ber-limpah ?
Aku tak mengerti. Cobalah kau ceriterakan dengan se-
jelas2nya."
Pelayan itu berkata sambil tertawa : „Masa urusan yang
menggemparkan seluruh propinsi Kiangsi ini tak Tuan
ketahui? Jika ilmu silat Tuan tinggi, Tuanpun boleh coba2!"
Lalu pelayan itu duduk disatu meja ber-sama2 Sun Giok
dan mulai menjelaskan sebagai berikut : “Sebetulnya di
Keng Tek Cin ada satu keluarga Sim. Kepala keluarganya
bernama Sim Hiong Hui. Dimasa mudanya ia adalah
seorang jago silat dikalangan Kang Ouw. Dengan pedang
wasiatnya Poa Cu Kiam ia pernah menjagoi daerah sebelah
timur sungai ini. Setelah berusia agak lanjut, ia membawa
semua harta bendanya dan tinggal tenang di Keng Tek Cin
disebuah rumah yang dibuat sangat indah. la hanya
mempunyai seorang puteri yang amat disayanginya
bernama Sim Lam Si. Tahun ini puteri itu berusia 29 tahun.
Puteri itu pandai bersilat, dan cantik jelita. Tetapi cara Sim
Hiong Hui memilih menantu sangat keras, sehingga sampai
sekarang ia tak berhasil mendapat menantu yang dapat
memenuhi syaratnya. Sim Hiong Hui karena sangat sayang
pada puteri yang satu2nya itu berketetapan mencari
menantu yang pandai ilmu silat. la telah mengumumkan
bahwa dengan batas waktu satu bulan, pemuda yang
tingkah-lakunya baik, berusia tidak lebih dari 25 tahun dan
belum menikah, jika dapat menempuh ujian ilmu silat
dalam tiga taraf, akan dikawinkan dengan puterinya yang
cantik jelita dan diberikan pedang wasiat Poa Cu Kiam
yang bergagang emas dan harta benda yang ber-limpah235
banyaknya. Emas, pedang wasiat, gadis cantik tiga2nya
mempunyai gaya tarik yang hebat sekali. Segera setelah
berita ini tersiar, banyak sekali jago2 silat dikalangan Bu
Lim, dengan tak menghiraukan perjalanan jauh datang
untuk menguji peruntungan. Akan tetapi syarat ujian ilmu
silat yang ditetapkan oleh Sim Hiong Hui itu sangat berat.
Meskipun sampai sekarang sudah berjalan 25 hari, akan
tetapi belum ada seorang yang dapat mengatasi ujian
tersebut sampai taraf ke-2, dan emas, pedang dan gadis
cantik jelita itu tetap tak terganggu!"
Setelah mendengar penuturan itu, Kong Sun Giok
merasa bahwa cara menguji ilmu silat tersebut betul2 sangat
ganjil dikalangan Bu Lim. Dengan beban dendam gurunya
dan rupa gadis Bian Leng Jun yang selalu terlihat didalam
impiannya, ia tentu tak akan mencoba mengadu
peruntungan untuk mendapat hadiah yang menarik itu.
Tetapi ia ingin mengetahui syarat ujian ilmu silat dalam tiga
taraf itu.Maka ia lalu menanyakan jalan ketempat keluarga
Sim kepada pelayan rumah penginapan. Sambil tertawa
pelayan itu berkata : „Rumah Sim Hiong Hui mudah dicari.
Setelah keluar dari pintu kota disebelah barat Tuan akan
menemui sebuah gedung besar dengan pekarangan yang
sangat luas. Itulah rumah keluarga Sim. Kini batas
waktunya masih ada 5 hari. Aku dengar hari ini telah
datang banyak jago2 silat, maka pertempuran diwaktu lohor
ini pasti ramai. Tuan dapat makan dahulu baru pergi
kesana." Kong Sun Giok tersenyum, lalu menyuruh pelayan
itu menyediakan santapan. Setelah itu, ia berjalan menuju
jalan menurut petunjuk pelayan tersebut.
Ketika ia tiba diluar rumah keluarga Sim itu, ia
menyaksikan orang telah banyak berkumpul mengelilingi
sebuah panggung, dan tribune dikiri dan kanan panggung
itu juga telah penuh orang. Panggung itu berada36
dipekarangan belakang dari tempat kediaman Sim Hiong
Hui itu. Kong Sun Giok menghampiri tribune sebelah
timur, tiba2 ia terkejut dan berseru : „Jun Moy!"
Sebetulnya didalam tribune sebelah timur itu telah duduk
seorang pemuda berbaju hijau yang wajah, dan sikapnya
mirip seperti murid berbaju putih gadis Bian Leng Jun!
Kong Sun Giok berhenti dan berkata seorang diri : „Aneh!
Didunia ini ada pria yang demikian cantiknya. Selainnya
satu tahi lalat diatas alis kirinya, ia mirip sekali dengan Bian
Leng Jun yang berpakaian laki2."
Dengan tak terasa la berjalan kedepan pemuda berbaju
hijau yang segera mendungak melihatnya. Sambil
tersenyum pemuda itu menggeser sedikit untuk
mempersilahkan ia duduk disampingnya.
Dengan mengangkat kedua tangannya Kong Sun Giok
menghaturkan terima kasih kepada pemuda itu, lalu berkata
: „Sio-tee Kong Sun Giok mohon berkenalan dengan
saudara."
“Sio-tee bernama Yen keh Ciu. Apakah saudara Kong
Sun Giok datang untuk mengadu peruntungan? Melihat
paras dan jejak saudara, maka Sio-cia Sim Lam Si akan
tertarik, dan saudara tak usah menempuh ujian yang
berlangsung tiga taraf itu" Jawab pemuda berbaju hijau
sambil tersenyum.
Kong Sun Giok tak merasa canggung lagi, karena Yen
Keh Ciu berlaku wajar meskipun mereka baru saja
berkenalan. „Sio-tee sebetulnya hanya ingin menonton, dan
tak bermaksud mengadu peruntungan. Saudara Yen yang
jauh lebih pandai daripada aku, pasti bermaksud demikian."
Kata si-orang she Kong.
Yen Keh Ciu lalu berkata : „O…… sebetulnya saudara
Kong Sun Giok datang hukan karena tertarik oleh emas,37
pedang wasiat dan gadis cantik! Jika demikian saudara
menenangkan pikiran banyak jago2 silat yang telah datang
dengan maksud tersebut."
Pada saat itu tampak diatas panggung seorang tua yang
berbadan sehat dan bersemangat dan seorang gadis cantik
jelita berbaju hijau muda dengan sebuah pedang tergantung
dibahunya. Lalu orang tua itu berkata sambil mengepalkan
tinjunya : “Aku Sim Hiong Hui yang telah
menyelenggarakan pertemuan ini. Tentang maksudnya, aku
yakin para tamu yang terhormat sudah mengetahuinya.
Ujian dalam tiga taraf ini tidak sukar. Taraf pertama ialah
bertempur melawan aku. Jika tidak terkalahkan dalam 100
jurus, maka calon itu lulus. Taraf kedua ialah menguji
tenaga dalam dari tinju dengan jalan ‘Kek Ci Pik Kiok’ atau
memecahkan batu terdedeng kertas. Taraf ketiga adalah
mengadu silat pedang melawan puteriku. Ujian dilakukan
tiap2 hari pada waktu pagi dan lohor dengan terbatas tiga
calon. Kini batas waktu masih ketinggalan 5 hari. Para
tamu yang terhormat, pemuda yang manakah ingin naik
panggung menempuh ujian lebih dahulu?"
Yen Keh Ciu tersenyum terhadap Kong Sun Giok dan
berkata: „Saudara Kong, coba lihat Sio-cia Sim itu. Betapa
cantiknya ia! Silatnya lihay! mengapa saudara tidak coba
naik kepanggung menempuh ujian?"
Kong Sun Giok menganggap ia mengejeknya. Ia
mengerutkan keningnya. Tiba2 dari tribune disebelah barat
terdengar suara orang berteriak : „Sim Cuan Cu. Aku Pan
Bian Kong The Tin mohon mencoba!"
Teriakan tersebut diiringi dengan berkelebatnya
bayangan terbang dari tribune tersebut yang jaraknya lebih
kurang 3 atau 4 depa, dan jatuh diatas panggung! Hebat
betul ilmu meringankan tuhuhnya!38
Pan Bian Kim Kong The Tin ini tidak asing lagi bagi
orang2 dari kalangan Bu Lim, karena ia adalah seorang
perampok yang jahat yang berkeliaran sendirian.
Sim Hiong Hui setelah mendengar nama orang yang
naik panggung itu, lalu mengerutkan kening merasa masgul
Tetapi ia telah berjanji menerima calon2 yang dapat
menempuh ujian dalam tiga taraf dengan syarat2 tertentu,
dan ia tak dapat menolak calon itu. la mengawasi Pan Bian
Kim Kong itu. Meskipun sikapnya kuat dan bersemangat,
tetapi kedua matanya bersinar nafsu berahi dan
menunjukkan watak yang rendah.
Dengan tak banyak bicara lagi kedua orang itu segera
bertempur mengadu silat. Sim Hiong Hui dengan ilmu ‘Hut
Houw Cong’ atau ‘tamparan macan’ yang telah
menggemparkan kalangan Kang Ouw selama 30 tahun
menyerang setrrunya dengan berupa-rupa pukulan. Dibantu
dengan tenaga dalamnya yang dikeluarkannya dengan
sekuat tenaga, ia ingin dalam beberapa jurus saja Pan Bian
Kim Kong The Tin jatuh terpelanting kebawah panggung!
Akan tetapi The Tin telah ber-latih keras sebelum ia datang
ketempat itu. Semua pukulan si-orang tua itu dapat
dielakkan dan ditangkisnya. Setelah pertempuran
berlangsung 80 jurus, The Tin masih saja mengelakkan dan
menangkis. la tak menyerang! Setelah lewat 100 jurus, The
Tin loncat keluar, dan mengangkat kedua tangannya
memberi hormat kepada Sim Hiong Hui. la berkata sambil
tertawa :„Aku minta Sun Cuang Cu siapkan ujian taraf
kedua!"
Sim Hiong Hui menjadi cemas. Ia berpikir mengapa ia
tak beruntung menjatuhkan seterunya. la tak ingin
mendapat menantu yang demikian rendah wataknya. Ia
melirik kearah puterinya. Sim Lam Si tetap bersikap tenang,
se-akan2 menyuruh ayahnya tak usah kuatir. Sim Hiong39
Hui sangat mencintai puterinya. Iapun mengetahui bahwa
silat puterinya lihay dan mungkin dapat mengalahkan The
Tin. Kini ia terpaksa menyiapkan ujian taraf kedua. Se-
konyong2 dari tribune disebelah timur terdengar suara
orang berteriak : „Tunggu!"
Yen Keh Ciu setelah tersenyum kepada Kong Sun Giok,
lalu bangun dari tempat duduknya dan berkata: „Sio-tee ada
urusan!" Ia berjalan per-lahan2 dan naik kepanggung
melalui tangga. Setelah berada diatas panggung dengan
wajah yang murka ia membentak The Tin : „The Hian Cit!
Aku ingat pada 20 tahun yang lalu, aku pernah bersahabat
dengan gurumu Tai Ouw It Hok. Ketika itu kau baru
belajar jalan. Kini kau sudah besar, mungkin kau tak
mengenali aku lagi? Aku telah mengembara didaerah utara,
dan aku rindu terhadap sahabat2 disebelah selatan sungai.
Apakah gurumu Tai Ouw It Hok baik?"
Pan Bian Kim Kong yang sedang gembira, melihat
pemuda itu datang naik keatas panggung, dan mendengar ia
me-nyebut2 nama gurunya pada 20 tahun yang lalu, ia
menaksir tentu orang itu telah berusia 40 tahun. Tetapi
orang yang didepannya itu adalah seorang muda yang
berusia lebih kurang 19 tahun. Ia menjadi murka. Dengan
melotot ia bertanya : “Aku The Tin sudah berkecimpung,
dikalangan Kang Ouw semenjak aku berusia 8 tahun.
Selama 20 tahun aku mengikuti guruku, tetapi aku belum
pernah melihatmu! Kau tak usah beragak! Jika kau tidak
menghaturkan maaf, kau tak dapat turun dari panggung
ini!"
Yen Keh Ciu dengan tubuhnya yang tegap, sikapnya
yang sopan dan wajahnya yang menarik telah diperhatikan
oleh Sim Hiong Hui dan puterinya ketika ia naik keatas
panggung. Dengan tenang ia menyahut : „Kau mengikuti
guru semenjak berusia 8 tahun. Kau telah mengatakan telah40
mengikuti gurumu selama 20 tahun. Kau sekarang sudah
berusia 28 tahun. Syarat dari Sim Cuan Cu ialah pemuda
yang belum menikah dan berusia tidak lebih dari 25 tahun
baru dapat turut menempuh ujian. Betul ilmu silatmu agak
bagus, akan tetapi kau datang terlambat 3 tahun, dan tidak
memenuhi syarat. Oleh karena itu ujian taraf kedua, tak
dapat kau tempuh. Lebih baik kau kembali pulang ke Tai
Ouw!"
Mendengar ucapan itu, Sim Hiong Hui menyesali diri
sendiri berlaku teledor tentang syarat2 yang harus ditepati
oleh para calon. Karena keteledorannya itu, mungkin
puterinya mendapat suami yang rendah wataknya!
Pada saat itu, Sim Lam Si menjadi sangat tertarik oleh
sikap dan perbuatan Yen Keh Ciu, dan telah jatuh cinta
padanya.
Pan Bian Kim Kong The Tin yang telah ditelanjangi
dihadapan banyak orang oleh pemuda itu, menjadi marah
sekali. Dengan satu jeritan keras ia menyerang Yen Keh
Ciu dengan kedua tinjunya!
Sim Hiong Hui dan puterinya tidak senang melihat
perbuatan kasar dari The Tin itu. Mereka membentak!
Tetapi Yen Keh Ciu hanya kebat lengan baju kirinya, dan
The Tin memukul angin! Sambil tersenyum ia berkata
kepada Sim Hiong Hui dan puterinya : „Sim Cuang Cu dan
Sim Sio-cia, tak usah gusar. Orang gila ini, akan kuhajar!"
Lalu secepat kilat ia membalikkan tubuhnya dan dengan
satu tinju dihajarnya muka The Tin yang menangkis dengan
kedua tinjunya. „Brek" terdengar suara beradunya tinju2
itu, dan The Tin terpental 7 atau 8 kaki! Sambil tertawa Yen
Keh Ciu ayun tangan kanannya sambil berkata: „Jika kau
tak percaya hahwa aku adalah sahahat gurumu, pulanglah
dan tanyakan pada gurumu di Tai Ouw tentang pukulan
tinju tangan kananku ini!" The Tin yang baru saja41
mengumpulkan semangatnya dari pukulan pertama buru2
meloncat turun dari panggung untuk menghindarkan
pukulan tangan kanan Yen Khe Ciu itu, dan lari
sipatkuping seperti anjing dipukul.
Setelah me!ihat The Tin kabur, Yen Khe Ciu
menghampiri Sim Hiong Hui dan berkata : „Aku ini Yen
Khe Ciu minta belajar silat dari Sim CuangCu!"
Sikapnya, ilmu silatnya, tingkah-lakunya, kecerdasannya
telah menggiurkan hatinya Sim Hiong Hui maupun
puterinya. Sambil tertama gelak2 Sim Hiong Hui menjawab
: „Baru saja The Tin dapat bertahan melawan aku selama
100 jurus, dan ia dapat dikalahkan oleh Yen Cuang Su
hanya dengan satu jotosan. Taraf kesatu ini dapat
dibebaskan. Kau boleh mencoba taraf kedua, ialah ujian
'Kek Ci Pik Ciok' atau memecahkan batu tertedeng kertas!"
Lalu disuruhnya empat pesuruh membentangkan sehelai
kertas tipis. Tiga atau empat kaki dibawah kertas itu terletak
sebuah batu besar.
Sambil tersenyum Yen Khe Ciu mendekati pinggir kertas
dan berkata dengan hormat : “Aku akan coba ujian ini. Jika
gagal, harap jangan ditertawakan!"
Sim Hiong Hui dan Sim Lam Si mengharap ia berhasil
menempuh ujian itu. Untuk ujian taraf ketiga menerima
kalah.
Yen Khe Tiiu menggulung kedua lengan bajunya, dan
terlihat kulit lengannya yang putih bersih. la mengangkat
kedua tangannia dengan kedua tinju terkepal, lalu dengan
per-lahan2 diturunkannya kedua tinjunya keatas kertas tipis
itu. Kertas tersebut tak tergetar. Ia mundur beberapa tindak,
lalu berkata samhil tersenyum kepada Sim Hiong Hui :
„Tenaga dan ilmu Kek Ci Pik Ciok-ku ini masih belum42
sempurna. Aku tak dapat membikin batu menjadi bubuk.
apakah aku dapat lulus ujian?"
Sim Hiong Hui tak percaya bahwa Yen Khe Ciu telah
memecahkan batu dibawah kertas. la menyuruh pesuruh2
mengangkat kertas tipis itu. Terlihatlah olehnya batu itu
masih utuh! Akan tetapi setelah disentuh maka batu itu
berantakan menjadi 10 potong kecil! Ilmu memecahkan
batu itu bukan saja membikin Sim Hiong Hui dan puterinya
menjadi heran, bahkan Kong Sun Giok yang menyaksikan
ditribune sebelah timur juga terpesona. Ilmu tenaga
dalamnya pasti lebih lihay dari ilmunya!
Sejenak kemudian, Sim Hiong Hui berkata sambil
tersenyum : „Yen Cuang Su betul2 lihay ilmu silatnya. Aku
si-tua bangka ini sangat kagum! Ayolah tempuh ujian taraf
ketiga, ialah bertempur melawan puteriku."
Mendengar perkataan itu, Yen Khe Ciu tersenyum.
Lalu ia menghadapi Sim Lam Si dan berkata : „Aku tak
mempunyai senjata apapun. Aku minta Sio-cia
meminjamkan sebuah pedang kepadaku!"
Sim Lam Si telah berlatih silat dari banyak guru silat
kenamaan, dan silatnya banyak lebih tinggi dari ayahnya.
Akan tetapi hatinya telah tertarik oleh Yen Khe Ciu.
Dengan permintaan itu, segera diberikannya pedang
wasiat Poa Cu Kiam kepunyaan ayahnya dengan sikap
hormat sekali! Sim Hiong Hui melihat puterinya rela
meminjamkan pedang wasiat itu kepada Yen Khe Ciu
segera insaf bahwa menantu yang di-idam2kannya telah
berada didepan mata. la tertawa gembira sambil meng-elus2
jenggotnya
Dengan kedua tangan Yen Khe Ciu menerima pedang
Poa Cu Kiam itu. Dipandangnya gagang pedang emas yang43
indah itu dan memeriksa matanya yang tajam dan
mengkilap. Tidak salah jika pedang itu dikatakan sebuah
pedang wasiat! Lalu dipentilnya mata pedang itu dan
berkata kepada Sim Lam Si : „Dengan mendapat pinjaman
pedang wasiat ini, aku Yen Khe Ciu minta Sio-cia,
mengajariku ilmu shat Shin Lo Put Coan Pi Hak dari
pegunungan Bo San yang telah Sio-cia fahami!"
Mendengar Yen Khe Ciu menyebut nama gurunya, ia
terkejut. Ketika itu Sim Lam Si telah bersedia bertempur
dengan sebuah pedang lain yang dibawakan se-orang
pesuruh untuknya. Lalu dengan senyuman dari bibir merah
delima Sim Lam Si berkata : „Yen Kong-cu, ilmu silatmu
dapat menjagoi dunia. Tak usah merendahkan diri ! Aku
Sim Lam Si bodoh dan dungu. Meskipun telah belajar silat
selama 10 tahun, akan tetapi tak ada hasilnya. Aku mohon
Kong-cu memberi petunjuk2!"
Setelah membungkukkan tubuh memberi hormat,
dengan ilmu "Tan Hong Tiauw Yo” atau burung phoenix
menghadapi surya, Sim Lam Si menusuk pundaknya Yen
Khe Ciu!
Dengan bertindak cepat Yen Khe Ciu mundur dan
berkata : „Sim Sio-cia, serangan demikian ringan. Ayo,
keluarkan ilmu Shin Lo Put Coan Pi Hak-mu!"
Sim Lam Si yang telah bertekad mengalah setelah
melihat ilmu Kek Ci Pik Cioknya, merasa kuatir jika ia
dianggap enteng. Lalu dengan peringatan : „Kong-cu! Jaga
serangan ini!", pedangnya menyamber dari bawah keatas
kepalanya Yen Khe Ciu! Yen Khe Ciu berseru : „Itu
barulah silat pegunungan Bo San!" sambil mundur dua
tindak untuk mengelakkan sabetan pedang lawannya!
Diangkatnya pedang Poa Cu Kiam-nya, dan entah dengan
cara apa pedang itu di-putar2nya diatas kepalanya sehingga
sinarnya ber-kilau2 se-akan2 kembang api meliputi angkasa!44
Tiba2 pedang itu menyamber ketubuh Sim Lam Si se-
akan2 se-ekor naga datang melilit! Tidak kecewa jika
pedang wasiat itu dinamakan Poa Cu Kiam (Pedang Naga
Melingkar)! Sim Lam Si harus memutar pedangn ya
mcnangkis serangan tersebut, dan kedua pedang ter-putar2
mengurung kedua jago silat itu. Seterusnya Yen Khe Ciu
hanya berusaha mengegos, mengelit dan menangkis. la
tidak menyerang! Maksudnya hanya mendesak lawannya
mundur!
Pertempuran yang seru itu membikin semua orang2 yang
menyaksikan duduk atau berdiri terpesona, tak terkecuali
Kong Sun Giok.
Meskipun Yen Khe Ciu mengambil sikap menjaga, akan
tetapi tiap2 serangan memaksa lawannya mundur.
Kong Sun Giok berpikir : „Ilmu silat pedang guruku,
Goan Siu Totiang, boleh dikatakan nomor wahid dikolong
langit. Jika aku dapat belajar dari Yen Khe Ciu itu, maka
ilmu silat pedangku akan lebih lihay lagi. Sebetulnya ilmu
silat pedang Yen Khe Ciu dari partai silat apakah?"
Demikianlah pertempuran diatas panggung berjalan
lebih kurang 50 jurus, dan Sim Lam Si insyaf bahwa
lawannya lebih unggul daripadanya. Untuk membikin Yen
Khe Ciu berhenti bertempur, tiba2 ia menyerang lawannya
dengan ilmu Tui Hun Kauw Ciat atau mengusir roh dari
sembilan jurusan. Serangan pedangnya dilakukan dengan
ber-turut2 sampai 9 kali kearah muka, punggung, kiri dan
kanan lawannya. Tetapi Yen Khe Ciu dengan pedang Poa
Cu Kiamnya melayani semua serangan2 itu sambil tertawa,
dan dengan suatu gentakkan, terlepaslah pedang Sim Lam
Si dari tangannya!
Sim Lam Si lain lari kebelakang ayahnya dengan
perasaan malu. Sim Hiong Hui tertawa gembira dan siap45
mengumumkan kepada para penonton bahwa Yen Khe Ciu
telah lulus semua ujian, dan bahwa ia akan menikah dengan
puterinya dan memperoleh pedang wasiat Poa Cu Kiam
dan harta. Tetapi Yen Khe Ciu segera menancapkan
pedangnya Sim Lam Si keatas papan panggung, dan sambil
memegang pedang Poa Cu Kiam ia berkata kepada Sim
Hiong Hui dengan chidmad : „Sim Cuang Cu, Sim Sio-cia.
Aku hidup seperti awan. Selama hidupku aku tidak ingin
terikat, jadi akupun tak menghiraukan kebahagiaan orang
yang berumah tangga, maupun kekayaan" Lalu ia melirik
kearah dimana Kong Sun Giok duduk dan melanjutkan
pembicaraannya: „Cobalah lihat pemuda yang berjubah
biru ditribune itu. la mahir dalam sastra maupun ilmu silat.
Kepandaiannya lebih unggul dari kepandaianku. Ialah yang
pantas menjadi pasangan Sim Sio-cia. Aku hanya ingin
meminjam pedang Poa Cu Kiam ini untuk sementara
waktu, dan pasti aku kembalikan setelah lewat tiga tahun!"
Ayah dan puteri itu berubah wajahnya mendengar
ucapan itu, dan buyarlah impiannya. Lalu dengan
menuding2, Sim Hiong Hui berkata : „Kau…… kau……
menghina kami?! Kau terlalu ……'' Belum lagi murkanya
diucapkan keluar, dengan menotok kedua ujung jari
kakinya diatas papan panggung, Yen Khe Ciu telah loncat
terbang dari panggung untuk kemudian lari keluar dari
pekarangan entah kemana!
Kong Sun Giok yang menyaksikan dan mendengar
segala sesuatu yang terjadi diatas pangung itu baru insyaf
bahwa pemuda yang bernama Khe Ciu itu berarti „Keh
Ciu" atau mencari pedang. Ia tak berniat mengadu
peruntungan agar dapat menikah dengan gadis cantik dan
memperoleh pedang wasiat dan kekayaan, karena Bian Len
Jun masih ter-bayang2 dipikirannya, dan ia harus mencari
kedua paman gurunya untuk ber-sama2 mencari kitab Ju46
Keng agar dapat membalaskan dendam gurunya yang tewas
dilembah Lek Yun Kok. Bagaimanakah ia dapat mencari
urusan yang dapat menyulitkannya dalam mencapai
maksudnya? Lalu dikeluarkannya sebiji 'Hian Men Ti Cu'
dan sentil biji itu kearah pedangnya Sim Lam Si yang
ditancapkan oleh Yen Khe Ciu diatas panggung. Kemudian
ia lekas2 berlalu dari tempat itu.
---oo0oo---
BAGIAN 3
MENGHADAPI PEDANG MENCARI KITAB JU
KENG
Setelah ia berlalu dari pekarangan Sim Hiong Hui, ia
buru2 kembali kerumah penginapannya. Disiapkannya
koffer2nya dan segera meninggalkan kota Keng Tek Cin
untuk menuju ketelaga Poa Yo Ouw. Bagaimanakah
pandangannya terhadap Yen Khe Ciu? Apakah ia harus
benci atau sayang??? la sayang, karena meskipun usianya
masih muda, kecuali silat pedangnya mungkin ia dapat
mengatasi, tetapi ilmu lain2nya ia lebih pandai
daripadanya. Lagi pula rupanya mirip sekali dengan Bian
Leng Jun! la benci, karena ia terlampau cerdik dan banyak
tipu-muslihat. Setelah membawa kabur pedang Poa Cu
Kiamnya, ia telah mempermainkan gadis dan ayahnya
dihadapan orang hanyak sehingga gadis itu sangat malu.
Jika ia tidak jatuhkan pedangnya yang tertancap dipapan,
mungkin gadis itumenggorok leher membunuh diri untuk
mencuci malu!
Setelah Kong Sun Giok tiba dipinggiran telaga Poa Yo
Ouw, ia berjalan mengitari pinggir telaga itu sambil
menikmati keindahan alam. la ingin mencari perahu
sewaan. Tiba2 datanglah sebuah perahu yang dihias. Kong47
Sun Giok melihat bahwa perahu itu sudah ada
penumpangnya! la kecewa lagi, akan tetapi orang yang
didalam perahu memanggihiya : „Mungkin Kong-cu ingin
pesiar didalam perahu? Aku undang Kong-cu naik perahu
ini." Lalu perahu itu didayung kepinggir.
Ketika Kong Sun Giok naik keatas perahu itu, betapa
terkejutnya ia melihat orang yang memanggilnya tidak lain
tidak bukan ialah Yen Khe Ciu yang telah membawa kabur
pedang Poa Cu Kiam dan mempermainkan gadis Sim Lam
Si yang cantik jelita! Setelah mereka ber-hadap2an, Kong
Sun Giok berkata dengan ketus : „Aku Kong Sun Giok
meskipun mengagumi ilmu silat saudara, teapi jika saudara
ingin mempermainkan aku lagi, aku terpaksa tidak
mengenal saudara lagi!"
Pemuda berbaju hijau itu tertawa gelak2, dan seret Kong
Sun Giok duduk didalam perahu. Lalu la berkata : “Sio-tee
tidak duga bahwa saudara Kong Sun Giok demikian
alimnya. Aku sebetulnya berwatak kasar, tetapi aku ingin
bersahabat dengan saudara Kong." Ucapan yang memikat
hati itu melunakkan hati Kong Sun Giok. la segera
menerima cangkir arak yang dipersembahkan. Dengan
merubah wajahnya ia berkata :„Setelah mendapati pedang
Poa Cu Kiam, saudara tak usah memakai nama Khe Ciu
lagi. Sebetulnya apakah aku harus terus panggil Yen-heng ?"
Pemuda berbaju hijau itu menyahut sambil bersenyum :
„Saudara Kong bicara demikian, betul2 seorang pahlawan.
Aku sebetulnya bernama Tee Tian Kauw. Tahun ini aku
berusia 18 tahun setengah. Saudara Kong mungkin lebih
tua daripada aku?”
Kong Sun Giok mengerutkan keningnya, lalu menyahut :
„Aku berusia 19 tahun. Tetapi saudara Tee …… mengapa
harus nunggunakan tipu-muslihat untuk membawa kabur
pedang PoaCu Kiam?"48
Tee Tian Kauw bisu sejenak, lalu sambil tersenyum ia
menanya : „Bagaimana halnya dengan Sim Sio-cia?"
Sambil goyang2 kepalanya, Kong Sun Giok menjawab:
„Jika tidak kujatuhkan pedangnya dengan Hian Men Ti Cu
mungkin Sio-cia itu membunuh diri karena kau beri malu!”
Lalu Tee Tian Kauw menghaturkan terima kasihnya untuk
jasa itu. Lalu dengan mata melotot ia menanya : „Hian
Men Ti Cu? Apakah saudara Kong murid dari Thian Lam
Sa Kiam yang lihay itu?"
Mendengar sebutan gurunya, Kong Sun Giok
mengucurkan air-mata karena sedihnya. Dengan air-mata
berlinang ia berkata : „Thian Lam Sa Kiam adalah guru2ku.
Apakah saudara Tee menanya ini karena ada sangkutan ?"
Tee Tian Kauw menjadi makin heran, dan ia berkata lagi
: „Goan Siu, Goan Long dan Goan Cin ketiga Totiang
(pendeta kepala) dengan ilmu silatnya yang tinggi, tenaga
yang besar dan kelihayan menggemparkan pedangnya
sebetulnya tak ada taranya dikalangan Bu Lim. Sio-tee
meskipun tak ada sangkutan dengan mereka, akan tetapi
Sio-tee sangat mengagumi dan menghormati ilmu silatnya.
Mendengar Kong Heng bicara demikian sedihnya tentang
Thian Lam Sa Kiam, aku duga Kong Henq pasti sangat erat
sekali hubungannya. Apakah aku sebagai sahabat baru
tetapi setia dapat berbuat sesuatu untuk menolong
saudara??''
Lalu Kong Sun Giok menuturkan peristiwa pertaruhan
jiwa dilembah Lek Yun Kok dipegunungan Kwat Cong San
karena dendam dari 10 tahun berselang sehingga ketiga
gurunya tewas. Iapun menuturkan pesan dan kewajibannya
sebagai murid Thian Lam Sa Kiam untuk membalas
dendam itu.49
Setelah mondengar habis, Tee Tian Kauw menarik napas
panjang dan berkata seorang diri : „Tidak terduga Cun Bu
itu yang telah hilang kedua kakinya demikian lihaynya!
akupun mempunyai musuh, tetapi guruku tak
memberitahukan namanya. Aku hanya mengetahui musuh
itu adalah suatu iblis dikalangan Bu Lim. Kali ini aku
pinjam pedang Poa Cu Kiam adalah karena perintah
guruku yang berhudi. Dengan pedang wasiat itu, dan
melatih keras selama tiga tahun semua cara dan siasat ilmu
silat, guruku akan memberitahukan nama dari musuh besar
itu, dan mengizinkan aku pergi membikin perhitungan!"
Kong Sun Giok telah mengetahui bahwa Tee Tian Kauw
dalam hal ilmu silat pedang, ilmu silat lain2nya, maupun
ilmu tenaga dalam, ada lebih pandai daripadanya.
Mendengar ia juga mempunyai musuh besar, ia merasa
telah memperoleh seorang saudara yang serupa nasibnya. la
lalu bertanya: „Saudara Tee dengan kepandaian silat yang
lihay, dan gurumu demikian hati2nya, aku tak dapat pikir
sebetulnya siapakah iblis dikalangan Bu Lim itu?
Sebetulnya siapakah gurumu itu ?''
Tee Tian Kauw tidak segera menjawab pertanyaan itu. la
mengerutkan keningnya se-akan2 ada sesuatu yang
dipikirnya. Lalu ia berkata: „Ketika aku turun gunung,
guruku pernah berpesan. Untuk melawan musuh besar itu,
dikalangan Bu Lim hanya ada dua pedang yang dapat
digunakan. Yang satu pedang Leng Liong Pi dan yang satu
lagi ialah pedang Poa Cu Kiam. Tersebar kabar bahwa
pedang Poa Cu Kiam ini sangat erat hubungannya dengan
kitab Ju Keng yang saurdara Kong katakan. Setelah aku
memperoleh pedang Poa Cu Kiam, aku harus berlatih ilmu
silat pedang Kiat Biauw Kiam Sut sebanyak tujuh rupa
yang dipahami oleh guruku. Ilmu silat pedangku ini hanya
terdiri dari empat rupa. Selama aku mencari pedang wasiat50
yang berlangsung hampir setengah tahun, akupun telah
mempelajari ilmu silat pedang Tat Mo Shin Kiam dari
partai Silat Siauw Lim Sie, kelihayan ilmu silat pedang itu
dapat menumbangkan gunung! Sebetulnya pedang Leng
Liong Pi lebih mujizat daripada pedang Poa Cu Kiam tapi
aku telah berusaha mencarinya dengan sia2 belaka. Aku
beruntung masih bisa mendapatkan pedang Poa Cu Kiam
ini! Kini saudara Kong dapat perintah mencari kitab Ju
Keng. Aku kira j ika akupun dapat mempelajari ilmu dari
kitab Ju Keng itu, maka aku dapat siap menghadapi musuh
yang bagaimanapun juga lihaynya pada setiap waktu!
Guruku membatasi jangka waktu setengah tahun untuk aku
kembali. Kini batas waktunya telah tiba, aku harus kembali
kegunung. Aku rela menyerahkan pedang Poa Cu Kiam ini
kepada saudara, agar saudara dapat menyelidiki hubungan
apakah pedang ini dengan kitab Ju Keng. Setelah lewat tiga
bulan, aku minta saudara membawa pedang ini datang
kesebuah rumah gubuk yang terletak dipuncak Ti Shing
Hong dari pegunungan Kauw Ji San dipropinsi Hunan.
Pada waktu itu mungkin aku minta saudara mengajari ilmu
silat pedang yang luar biasa kepadaku. Tentang siapakah
guruku, aku kira saudara kelak dapat mengetahuinya."
Semenjak Kong Sun Giok meninggalkan distrik Ci Men,
ia telah merasa bahwa untuk mencari kitab Ju Keng, Yang
guru2nya telah berusaha mencarinya dengan hampa selama
10 tahun lebih, adalah seperti mencari sebatang jarum
didalam lautan hesar. la telah hampir2 hilang harapan!
Tidak terduga ia dapat menemui Tee Tian Kauw yang
mengatakan bahwa pedang Poa Cu Kiam itu erat sekali
hubungannya dengan kitab Ju Keng. la merasa sangat
beruntung! la menjadi gembira sekali!
Sebetulnya kitab Ju Keng itu harus dipelajari dengan
tekun oleh orang2 yang betul2 lihay ilmu silatnya, dan51
harus melatih dengan giat untuk dapat dipergunakan dan
tampak manfaatnya. Pedang Poa Cu Kiam itu adalah yang
sangat disegani oleh tiap2 jago silat. Kerelaan Tee Tian
Kauw menyerahkan pedang itu kepada Kong Sun Giok
untuk diselidiki hubungannya dengan kitab Ju Keng betul2
harus dipuji. Oleh karena itu Kong Sun Giok menjadi
sangat percaya kepada Tee Tian Kauw!
Ketika Tee Tian Kauw menyerahkan pedang wasiat itu.
Kong Sun Ciok berkata: „Dengan kemurahan hati saudara
Tee yang besar itu, aku tak tahu bagaimanakah
menghaturkan terima kasih. Aku berjanji, setelah lewat tiga
bulan, apakah aku mendapat atau tidak kitab Ju Keng itu,
aku PASTI datang kepuncak Ti Shing Hong dari
pegunungan Kauw Ji San untuk mengembalikan pedang
wasiat ini, dan aku tentu rela mengajari ilmu silat pedang
kepada saudara!"
Sambil memandang kearah telaga Tee Tian Kauw
berkata : „Perkenankan aku menganggap saudara Kong
sebagai kakak !"
Mendengar ucapan itu, Kong Sun Giok terkenang akan
gadis Bian Leng Jun yang mirip sekali dengan Tee Tian
Kanw! la menggambarkan peristiwa didalam kebun dari
tempat kediamannya ketika Bian Leng Jun menyerahkan
barang2 peninggalan dan surat pesan gurunya yang tertulis
dengan darah. Lalu ia keluarkan pedang buntung dan
kerincingan emas itu dan memperlihatkan kepada Tee Tian
Kauw. la berkata : „Marilah kita bersumpah menjadi
saudara. Kau katakan pedang Poa Cu Kiam dan kitah Ju
Keng sangat erat hubungannya. Itulah isyarat bahwa kau
dan aku harus juga erat hubungannya seperti saudara
kandung, bukan?"
Lalu dari meja Tee Tian Kauw angkat pedang Poa Cu
Kiam dan serahkan pedang itu kepada Kong Sun Giok52
sambil berkata : „Ketika guruku memberi petunjuk
kepadaku, akupun pernah bertanya tentang kitab Ju Keng,
dan hubungannya dengan pedang Poa Cu Kiam. Kitab Ju
Keng yang sangat disegani oleh jago2 silat sebetulnya
sangat sukar dicari. Guruku hanya mengatakan :„Untuk
mendapatkan kitab Ju Keng, orang harus memperoleh
pedarig Poa Cu Kiam. Kini pedang Poa Cu Kiam telah
ditangan kita, aku kira banyak harapan untuk memperoleh
kitab Ju Keng. Saudara dapat menyelidiki dan mempelajari
dengan teliti hubungan pedang ini dengan kitab Ju Keng itu
jika telah ditangan saudara!"
Kong Sun Giok mengetahui dengan diserahkan pedang
itu kepadanya, Tee Tian Kauw tak akan menyembunyikan
rahasia lagi. la menerima pedang itu yang panjangnya lebih
kurang 3 kaki, dan yang gagangnya merupakan seekor naga
sedang melingkar.
Setelah memeriksa gagang dan daun pisau pedang
tersebut agak lama kedua pemuda itu tertawa, dan Tee Tian
Kauw berkata : „Bagaimanakah kita dapat mencari kitab Ju
Keng dengan melihati pedang ini saja? Aku sampai lupa
bahwa aku harus Iekas2 kembali kepuncak Ti Shing Hong
dipegunungan Kauw Ji San di propinsi Hunan. Terimalah
pedang ini, dan aku minta saudara Kong mengantarkan aku
sampai ke Poa Yo." Permintaan itu pasti dikabulkannya,
karena jika ia tak bertemu Tee Tian Kauw, bagaimanakah
ia dapat membawa pedang Poa Cu Kiam, dan tanpa pedang
itu, apakah gunanya kitab Ju Keng? Betul janji kepada Cun
Bu berlangsung sepuluh tahun, tetapi janji kembali
kepuncak Ti Shing Hong dari pegunungan Kauw Ji San
hanya tiga bulan batas waktunya. Untuk memperingatkan
malam sumpah menjadi saudara kandung, mereka
mengambil keputusan pesiar didalam telaga itu semalaman
untuk berpisah di-esok harinya.53
Ke-esokan harinya perahu telah tiba di Tek An. Tee Tian
Kauw lalu berdiri, dan dengan air mata berlinang ia berkata
sambil memaksa diri tersenyum kepada Kong Sun Giok:
„Didalam dunia ini, perpisahanlah yang paling berat
rasanya. Tetapi kita masing2 mempunyai tugas penting, dan
harus menunaikan janji dan melaksanakan tugas penting
kita itu. Mulai hari ini, selama tiga bulan, Aku dipuncak Ti
Shing Hong menanti saudara. Dan Saudara jangan jangan”
la tak dapat meneruskan lagi air matanya mengucur. Sambil
susut air matania, la melepaskan diri dari pegangan Kong
Sun Giok dibahu kanannya, dan dengan ilmu meringankan
tubuh, ia loncat kedaratan empat depa jauhnya. la tak
menoleh kebelakang lagi dan terus lari ketempat tuyuannya!
Kong Sun Giok sangat sedih hatinya berpisah dengan
saudara angkatnya itu. Ia terus melihat larinya Tee Tian
Kauw sampai tak kelihatan lagi!
Lalu dibayarnya tukang perahu itu. Dengan pedang Poa
Cu Kiam dipinggang, iapun pergi ketempat yang ditujunya.
---oo0oo---
Kong Sun Giok lekas2 mencari rumah penginapan
dengan maksud beristirahat se-malam2annya. Karena ia tak
mempunyai urusan lain, dimalam itu dikeluarkannya lagi
pedang Poa Cu Kiamnya. Dipikirkannya kembali ucapan
Tee Tiyn Kauw yang mengatakan bahwa pedang tersebut
ada hubungannya dengan kitab Ju Keng. Lalu diselidikinya
lagi pedang itu dengan teliti. Daun pedang tersebut terbuat
dari baja murni. Dengan tangan kirinya memegang gagang
pedang, jari2 tangan kanannya me-mijit2 daun pedang.
Ketika pijitannya sampai dekat gagangnya, terasa olehnya
sesuatu yang berlainan! Gagang pedang itu yang berbentuk
naga melingkar dibuat dari emas, dan sebuah dari kedua54
mata naga itu terbuat dari mutiara merah, dan yang sebuah
lagi dari mutiara hitam. Mutiara merah itu sekeras baja,
akan tetapi mutiara hitamnya empuk seperti karet.
Dicongkelnya mutiara hitam itu dengan sebuah pisau kecil,
dan ternyata juga sekeras baja, akan tetapi dibawah mutiara
hitam itu ada bahan yang empuk. la ingin tahu, lalu
dikoreknya keluar bahan yang empuk itu, kiranya ternyata
sehelai kulit kambing yang sangat tipis!
Lalu kulit kambing tersebut dilipatnya kemudian
dihimpitnya dengan gagang pedang Poa Cu Kiam.
Kemudiari ia berlutut dihadapan pedang itu, dan
sembahyang", memanggil roh2 dari guru2nya, Tian Lam Sa
Kiam, untuk membantu usahanya mencari kitab Ju Keng
dan melatih ilmu silatnya agar dapat pergi kekota Lak Cao
dipropinsi Yunnan mencari Ban Cun Bu dan mengadakan
pembalasan yang setimpal!
Setelah sembahyang demikian, dibukanya lipatan kulit
kambing itu, dan matanya terbelalak ketika melihat di-atas
kulit kambing itu ada 7 Iingkaran kecil2 dan delapan huruf
berwarna kuning muda! 7 lingkaran itu terdiri dari 7 wanna,
dan delapan huruf tersebut adalah: „Kong Wai Cu Kong,
Sek Tiong Cu Sek" (Kekosongan diluar kosong, warna
didalam warna lain). Lalu diambilnya kapas sedikit, dan
dimasukkannya kedalam lubang bekas kulit kaimbing tadi,
kemudian barulah mutiara hitam tadi dimasukkannya
kembali. Kulit kambing dengan 7 lingkaran2 kecil dan 8
huruf2np diperhatikan dengan teliti. Apakah denan isyarat2
itu ia dapat mencari kitab Ju Keng?? Tetapi mengapa
…seganjil itu benar kulit kambing itu disembunyikan orang?
Kong Sun Giok memikirkan soal itu sepanjang malam
tanpa hasil. Akhirnya ia menghibur diri scndiri dengan
mengingat perkataan guru dari saudara angkatnya Tee Tian
Kauw yang mengatakan : „Untuk mendapat kitab Ju Keng,55
harus mendapat pedang Poa Cu Kiam" Kemudian kulit
kambing itu disimpannya dikantong dadanya sebelum ia
tidur.
Ketika ia bangun, 7 lingkaran yang beraneka warna dan
8 huruf diatas kulit kambing ter-bayang2 dihadapan"
matanya. la merasa se-olah2 ia telah menemui rahasia dari
pedang wasiat itu. Mengapa ia harus menanti 3 bulan
kembali kepuncak Ti Shing Hong dari pegunungan Kauw Ji
San. Mengapa ia tak segera pergi menemui saudara
angkatnya Tee Tian Kauw, memberitahukan hal ikhwal
kulit kambing itu agar dapat berunding, atau mcnemui guru
saudara angkatnya untuk minta petunjuk2?
Setelah mengambil ketetapan, pada waktu fajar
berangkatlah ia menuju ketempat kediaman saudara
angkatnya. Ketika la tiba didaerah dekat puncak Lui Leng
Hong dari pegunungan Bu Tong San dipropinsi Hunan,
bulan sedang bersinar dengan terangnya.
Pegunungan Bu Tong San sangat curam jurang2nya, dan
disana banyak binatang2 liar. Tetapi dengan tekad yang
kuat, Kong Sun Giok tidak berhenti untuk berlindung
didalam goa atau beristirahat dibawah pohon. la berjalan
terus dan mendaki jurang2 curam itu dengan ilmu
meringankan tubuhnya. Dengan lekas ia dapat melintasi
jalan gunung dan berada disuatu hutan. Tetapi pada saat itu
angin meniup keras dan awan tebal menutupi bulan. la
mengetahui bahwa tak lama lagi tentu hujan akan turun. la
berusaha mencari tempat berlindung. Dari jauh
didengarnya suara kelenengan dari kuil. la berlari menuju
kearah suara kelenengan itu. Betul saja dibelakang semak
belukar tampak olehnya tembok merah yang melingkari
sebuah kuil tua. Tetapi pada saat itu hujan telah turun. la
terpaksa berhenti dibawah sebuah pohon besar agar
pakaiannya tidak basah kuyup.56
La meloncat keatas sebuah dahan dan berlindung diatas
dahan itu seperti seekor burung. la menoleh kebawah, dan
tampak olehnya diantara akar2 pohon yang besar itu, ada
sebuah lubang mungkin lubang ular berbisa. Hujan makin
lebat, dan ia terpaksa mencari tempat yang lebih baik. Dari
atas pohon itu tampak olehnya sebuah gua. la meloncat
turun dan lari kegua itu.
la masuk kedalam gua, dan terciumlah olehnya bau amis
yang menusuk hidung. la ingin menyelidiki sumber bau
amis itu, maka la masuk dengan waspada. Se-konyong2 ia
menampak suatu sinar menyorot kearahnya. Dihampirinya
sinar tersebut dan tampak olehnya seorang orang tua
berbaju hitam sedang duduk bersila didalam gua itu.
Rambutnya yang panjang dan kedua ails beserta jenggotnya
putih seperti perak. Pakaiannya compang-camping. Nyata
sekali bahwa ia telah ber-tahun2 tak keluar dari goa itu!
Disamping orang tua itu tampak perbekalan bahan
makanan, dan mata air yang mengalir keluar goa. Didepan
orang tua itu tiga balok kayu yang besar dan hitam ditaruh
nielintang, se-akan2 ia dikelilingi oleh balok2 kayu tersebut.
Kong Sun Giok menghampirinya lalu memberi hormat
sambil berkata : „Aku bernama Kong Sun Giok. Karena
ingin mencari tempat berteduh telah datang masuk kedalam
gua ini sehingga mengganggu bapak. Aku minta
dimaafkan!"
Orang tua itu segera mengangkat kedna alisnya, dan
dengan kedua matanya tertutup berkatalah ia : „Mendengar
suaramu, kau adalah seorang orang muda. Apakah kau
datang dari Timur, atau dari Barat?"
„Aku datang dari propinasi Kiangsi dan hendak pergi
kepropinsi Hunan, dan aku melewati pegunungan Bu Tong
San ini." sahut Sun Giok dengan hormatnya.57
“Kau datang dari sebelah Timur. Beberapa lie dari gua
ini, disebelah Barat-daya ada sebuah kuil. Apakah kau telah
datang ke kuil itu?"Orang tua itu bertanya lagi.
Kong Sun Giok segera mengetahui hahwa kuil yang
disebut itu ialah kuil yang dilingkari tembok merah. Selama
pembicaraan itu berlangsung, orang tua itu tak pernah
membuka kedua matanya. Hal ini mengherankan Kong Sun
Giok. Atas pertanyaan tadi, ia menyahut : „Aku belum
pernah pergi kekuil itu. Bapak se-akan2 dijaga oleh tiga
balok yang besar ini dan rupanya telah lama berdiam
didalam gua ini. Aku mengerti ilmu silat, apakah ada
sesuatu yang dapat aku tolong?"
Orang tua itu menanya lagi: „Kau mengerti ilmu silat.
Dalam kalangan Bu Lim, kau dari partai silat yang
manakah?"
Dengan hormat Kong Sun Giok menjawab :„Guruku
ialah Goan Siu To Tio yang juga menjadi guru dari partai
silat Tian Lam Bu Ki Kiam!"
Dengan senyuman yang dapat dilihat dari gerak kedua
bibirnya, orang tua itu berkata : „Goan Siu itu adalah jago
silat pedang nomor wahid dikalangan Bu Lim. Ilmu silat
tenaga luar maupun tenaga dalamnya, semuanya lihay.
Apakah sebabnya dapat ia tewas ? Apakah ia tewas
ditangan musuhnya?"
Karena Kong Sun Giok tak mengetahui riwayat orang
tua berbaju hitam itu, ia menjadi ragu2 untuk
memberitahukannya. Akan tetapi sikap tersebut rupanya
ditebak oleh orang tua itu, maka ia berkata lagi :„Jika kau
merasa keberatan memberitahukan kepadaku, sudahlah!
Lantaran tiga balok yang besar ini, aku telah delapan tahun
tidak keluar dari gua ini. Jika kau betul dari partai Thian
Lam Sa Kiam, mungkin kau dapat nienolongku dengan58
ilmu tenaga dalam dan luar menghalaukan balok2 yang
besar ini, atau mematahkannya."
Melihat keadaan orang tua yang sudah sangat lanjut
usianya, dan menurut keteran'gannya telah terkurung
selama 8 tahun didalam gua, sebagai manusia ia harus
segera menolong. Ia tak menanyakan lagi riwayat orang tua
itu, atau mengapa balok2 yang besar itu tidak dihalaukan
jika ia pandai ilmu silat. Lagi pula ia dapat berusaha
meloloskan diri dari kurungan balok2 yang besar itu, karena
lubang diantara balok2 tersebut cukup besar. Mengapa ia
harus diam terkurung selama delapan tahun. Dengan segera
ia mendekati balok2 yang besar itu.Mengapa ia harus diam
terkurung selama 8 tahun. Dengan segera ia mendekati
balok2 yang besar itu.Mendengar suara tindakannya, orang
tua itu berkata lagi : “Kau jangan pandang remeh balok2
yang besar ini. Balok2 ini lebih kuat daripada baja. Jika kau
ingin menolong aku, kau harus menghalaukannya menurut
petunjukku, ialah dengan seluruh tenaga dalam, kau harus
gerakan balok itu, kemudian menekannya !"
Kong Sun Giok yang yakin akan ilmu silat yang dapat
dipelajarinya dari Thian Lam Sa Kiam masih memandang
remeh balok2 yang besar itu ! Akan tetapi untuk
menyenangkan orang tua itu, iapun menurutkan
kehendaknya.
Dikeluarkannya semua tenaga dalamnya, dan dengan
tinju kanan ditekannya sebuah balok besar. Ketika tinju
tersebut diangkat, „tak!", patahlah balok itu menjadi dua
potong! Berbareng dengan patahnya balok itu terbukalah
kedua mata si-orang tua yang tcerus mengawasi Kong Sun
Giok. Orang tua itu tak berdusta. Balok tersebut betul
sekeras baja, karena untuk mematahkan satu balok saja la
telah harus mengeluarkan tenaga yang besar sekali. Apakah
ia dapat mematahkan balok kedua? Sambil tersenyum ia59
bertanya: „Pak, apakah aku harus menggunakan kedua
tinjuku untuk mematahkan balok kedua ?"
Belum lagi habis ucapannya itu, tiba2 dari luar gua
terdengar suara kelenengan. Air muka orang tersebut
berubah, dan dengan mengerutkan kening ia berkata :
“Mengapa kau harus menggunakan kedua tinjumu ? Kau
tak usah membuang tenaga dengan sia2 !" Ketika itu iapun
dapat melihat pedang Poa Cu Kiam dipinggannya Kong
Sun Giok, dan dengan tad: terasa ia berseru ; „Hm !"
Kong Sun Giok yang tidak senang terhadap sikap yang
congkak dari orang tua itu, tak dapat berbuat lain, karena ia
telah berjanji menolong mengeluarkannya dari kurungan
balok2 itu. Dengan kedua tinjunya ditekannya balok kedua
dengan sekuat tenaga. Balok itupun patah !
Lalu orang tua tersebut berdiri, dan menarik napas lega.
Setelah melihat Kong Sun Giok mcnjadi letih ia bertanya:
„Pedang dipinggangmu itu "
Ucapan tersebut belum habis, se-konyong2 terdengar
suara jeritan yang ganjil dari luar gua, dan suara kelenangan
yang sehingga waktu itu telah berbunyi 30 kali. Kong Sun
Giok yang sudah menjadi letih dan setelah mencium pula
sesuatu bau yang amis menjadi lemas dan kemudian jatuh
pingsan! Sebelumnya ia jatuh pingsan ia rupanya
merasakan angin keras berembus dan mendengar orang tua
itu berseru dengan keras!
Entah beberapa lama Kong Sun Giok baru sadar dari
pingsannya. la merasa berbaring diatas tempat tidur, dan
terciumlah bau hio yang harum. Ketika ia memikirkan
peristiwa menolong si-orang tua didalam gua, berdirilah
bulu tengkuknya! Dicobanya bangun, tetapi ia merasa
pening dan tak bertenaga! la hanya dapat berbaring lagi dan
membuka kedua matanya. Kemudian datanglah seorang60
niko (rahib perempuan) yang sangat lanjut usia dan putih
rambutnya. Niko itu memandang Kong Sun Giok dan
berkata: „Kong-cu, kau hampir tewas karena baik hati
menolong orang. Bahkan hampir saja kau mencemaskan
semua jago2 silat dikalangan Bu Lim !"
Dengan terkejut Kong Sun Giok bertanya: „Mengapa ??
Niko itu berkata : “Ya kau telah melakukan itu dengan
tak mengetahui siapa orang yang kau tolong.Meskipun kau
mempunyai senjata, kau tak menggunakannya, akan tetapi
dengan tenaga dalammu kau telah mematahkan dua balok
besar. Untuk balok ketiga belum patah. Meskipun iblis tua
itu telah kabur, tetapi ia tak akan membunuh orang lagi.
Mungkin setelah dikurung 8 tahun didalam gua, ia telah
membuang wataknya yang congkak, kejam dan jahat!"
Ketika itu Kong Sun Giok baru insyaf bahwa orang tua
yang ditolongnya adalah satu iblis durhaka !
Niko itu lalu berkata lagi: „Aku ini Ceng Lian Niko.
Melihat jejakmu, kau tentu adalah seorang jago silat.
Melihat cara kau mematahkan balok2 tadi dengan tenaga
dalammu, aku segera mengetahui bahwa kau tentu dari
partai silat Thian Lam Sa Kiam. Apakah hubungannya kau
dengan Goan Siu, Goan Long dan Goan Cin, rekan2ku
itu?"
Kong Sun Giok mengetahui bahwa Ceng Lian Taysoe
itu terkenal juga sebagai „Fut Mo Shin Ni" (Pembasmi
iblis2) yang lihay sekali ilmu silatnya, dan sudah lama
tinggal bersembunyi memisahkan diri dari kalangan Kang-
ouw. la beruntung sekali dapat menjumpainya. Setelah ia
memberitahukan bahwa ia adalah murid dari Goan Siu To-
tiang, lalu dengan bernapsu ia betrtanya tentang orang tua
tadi : „Shin Ni (rahib sakti), orang tua yang berbaju hitam
itu apakah bukan 'Lat Siu Shin Mo' (iblis kejam) yang61
berbuat se-wenang2 dikalangan Kang-ouw pada 10 tahun
berselang?"
Ceng Lian Tay-soe menganggukkan kepalanya, dan
Kong Sun Giok menjadi sangat cemas, karena iapun
mengetahui bahwa jika iblis tersebut telah menjadi mabuk
arak, ia pasti berbuat kejahatan yang tak mengenal
prikemanusiaan. Jago2 silat yang berwatak rendah sering
memberikan ia arak yang baik sebagai suapan agar
kemudian dapat menolong mereka melakukan pembalasan
dendam. Jago2 silat dikalangan Bu Lim telah berusaha
menawan atau membasminya, akan tetapi karena ia
menjadi jahat hanya diwaktu mabuk arak, maka para jago2
silatpun sering2 melalaikan usaha membasmi atau
menangkapnya. Kemudian selama kurang lebih 10 tahun
tak terdengar maupun kelihatan lagi dikalangan Bu Lim
sebab terkurung oleh balok2 besar didalam gua. Kini karena
keteledorannya, Kong Sun Giok telah membebaskannya
lagi. Jika ia berbuat sebagaimana sediakala, maka jago2
silat dikalangan Kang-ouw pasti menyalahkan Kong Sun
Giok, dan Kong Sun Giok merasa berdosa! Makin
dipikirkannya, makin banyak keluar keringatnya !
Melihat kecemasan Kong Sun Giok, Ceng Lian Taysoe
berkata sambil tersenyum :„Kau tak usah terlampau cemas,
karena kau tidak sengaja! Sebentar aku akan
memberitahukan kau cara bagaimana iblis itu terkurung
oleh tiga balok2 besar didalam gua. Tetapi aku harus
menanyai kau lebih dulu : Goan Siu To-tiang yang lihay
sekali ilmu silat pedangnya, mengapa bisa tewas
ditanganmusuh ?"
Mengetahui bahwa Fut Mo Shin Ni Ceng Lian Taysoe
itu adalah jago silat dari angkatan tua dan juga rekannya
Thian Lain Sa Kiam, Kong Sun Giok menuturkan peristiwa
pertaruhan jiwa dari Thian Lam Sa Kiam dengan Lak Cao62
Shin Kun Ban Cun Bu dilembah Lek Yun Kok dari
pegunungan Kwat Cong San.
Ceng Lian Tay-soe mendengar dengan penuh perhatian,
dan setelah mendengar keterangan itu yang diut yapkan
dengan suara ter-sedu2 dan air mata berlinang, ia berkata :
„Lak Cao Shin Kun Ban Cun Bu dan Lat Siu Shin Mo dari
dahulu terkenal sebagai 'Lam Pak Sung Mo' (sepasang iblis
dari Selatan dan utara). Kini Ban Cun Bu telah di-ikat oleh
janjinya terhadap Thian Lam Sa Kiam dengan bantuan
Bian Leng Jun, ia tak akan berbuat se-wenang2 selama 10
tahun, dan harus berdiam di Lak Cao selama 10 tahun itu.
Lat Siu Shin Mo meskipun telah kau bebaskan, akan tetapi
karena balok ketiga belum patah, ia tak bisa membunuh
orang. Mulai hari ini, kau mencari kitab Ju Keng untuk
membalas dendam guru2mu melawan Ban Cun Bu. Dan
…… aku akan berusaha menangkap lagi iblis Lat Siu Shin
Mo ini dalam jangka waktu 10 tahun ini. Mudah2an usaha
kita berhasil!"
Kong Sun Giok lalu berpikir tentang iblis tua itu yang
senantiasa menutup kedua matanya sebelumnya balok
pertama patah, dan baru dapat bangun setelah balok kedua
patah. Kini menurut Ceng Lian Tay-soe, ia tak dapat
membunuh orang jika balok ketiga tidak patah. Karena
ingin mengetahui seluk-beluknya, ia bertanya pada Ceng
Lian Shin Ni : „Shin Ni, aku ingin mengetahui tentang
balok ketiga."
Sambil tersenyum Ceng Lian Tay-soe berkata: „Dengan
pedang Poa Cu Kiam itu dipinggang, kau harus makan
sebuah pil Leng Tan dari aku untuk memulihkan
perasaanmu. Lain kau harus makan lagi Pil Kauw Coan
Tan Sa dari aku untuk memulihkan tenaga tubuh dan kaki-
tanganmu dan membuyarkan segala racun yang telah kau63
hirup didalam gua tadi. Setelah kau sehat, baru aku
menceriterakan lebih lanjut !"
Lalu ia berikan sebutir pil obat Leng Tan kepada Kong
Sun Giok. Sejenak kemudian Kong Sun Giok merasa
semangatnya kembali, akan tetapi tubuh dan kakitangannya
masih lemes. Lalu diberikannya lagi sebutir pil Kauw Coan
Tan Sa. la merasa hangat diseluruh tubuhnya. Rupanya
khasiat pil obat itu mengalir masuk kedalam semua jalan2
darah ditubuhnya Kong Sun Giok. Lalu ia tak merasa lemes
atau letih lagi. la bangun dari tempat tidurnya dengan sehat
walafiat! Lalu ia membungkukkan diri untuk memberi
hormat kepada Ceng Lian Tay-soe yang telah menolongnya
dari bahaya maut didalam gua tadi, dan minta ampun atas
perbuatan membebaskan iblis Lat Siu Shin Mo yang jahat
dan kejam itu yang dilakukannya tidak dengan sengaja.
---oo0oo---
BAGIAN 4
PENDETA JAHATMEREBUTPEDANG
Ceng Lian Tay-soe menggoyangkan tangannya
memerintahkan Kong Sun Giok bangun, lalu ia mulai
menceritakan kisahnya: „Ketika itu, para jago silat dari ber-
bagai2 partai silat dikalangan Bu Lim telah setuju ber-
sama2 menangkap Lat Siu Shin Mo yang juga terkenal
dengan nama Shin It Cui. Dalam pandanganku, Shin It Cui
itu hanya kejam wataknya. Selain dari itu ia lebih pandai
dalam ilmu silat daripada kebanyakan jago2 silat. Untuk
melawannya kita harus waspada. Oleh karena itu, aku
mengajaknya untuk berjanji datang kekuilku dipegunungan
ini. Aku tantang ia mengadu silat dalam tiga taraf, dan yang
kalah harus memenuhi janji dari pihak yang menang. Shin
It Cui yang congkak itu menganggap bahwa ia dapat64
melakukan apa saja dan ia yakin bahwa aku ini Fut Mo
Shin Ni mempunyai ilmu silat lebih rendah daripadanya.
Dengan tak memikir lagi ia menerima tantanganku, dan
menyerahkan kepadaku cara2 mengadu tilat itu. Dengan
hasrat untuk mencegahnya berbuat se-wenang2 dikalangan
Bu Lim, aku tantang ia mengadu silat dengan senjata
pedang. Dengan sombong sekali ia berkata bahwa ia dapat
mengalahkan aku dalam 10 d yurus. Betul ilmu silatku lebih
rendah daripada ilmu silatnya, akan tetapi aku dapat
membela diri dengan caraku sendiri yang luar biasa.
Dengan ilmu silat pedang
Ceng Lian Kiam Hoat aku dapat meletihkan lawanku.
Aku tantang ia bertempur selama 100 jurus. Tantangan itu
membuatnya murka, dan dengan tak banyak bicara lagi ia
segera datang menyerang. Akibatnya ia tak dapat
mengalahkan aku dalam 100 jurus. Dengan perasaan malu
ia mengaku kalah dalam taraf pertama."
Mendengar pertaruhan Fut Mo Shin Ni Tieng Lian Tay-
soe melawan Lat Sin Shin Mo Shin It Cui dalam tiga taraf
itu menyebabkan Kong Sun Giok ingat akan pertaruhan
jiwa guru2nya Thian Lam Sa Kiam terhadap Lak Cao Shin
Kun Ban Cun Bu dilembah Lek Yun Kok dari pegunungan
Kwat Cong San, dan dengan tak terasa ia mengucurkan air
mata. Ceng Lian Shin Ni melihat itu, dan merasa kagum
atas perasaan halusnya. la berhenti sejenak, lalu
menerukkan kisahnya: „Pertempuran taraf kedua aku yang
mengusulkan. Aku yakin bahwa ia gemar minum arak, dan
selalu menyombongkan diri bahwa ia dapat minum arak se-
banyak2nya tanpa menjadi mabuk. Aku berikan arak Cian
Jit minum sampai 10 gelas. Dengan keyakinan penuh
bahwa ia dapat minum 10 gelas tanpa menjadi mabuk, ia
menerima usulku itu. Tetapi setelah ia minum 7 gelas, ia
terjatuh dan menjadi mabuk tak terhingga! Saat yang65
demikian baik sekali untukku. Aku segera mengangkatnya
kedalam gua, dan mengurungnya dengan tiga balok kayu
besar yang kudapat dari Sin Teng Tay-soe. Aku menanti
sampai ia sadar. Setelah sadar, ia insyaf bahwa iapun telah
kalah dalam taraf kedua. Sebagai salah seorang dari
kalangan Bu Lim iapun memenuhi janjinya, dan meminta
aku melanjutkan pertaruhan taraf ketiga. Aku bertekad
hendak mengalahkannya, dan aku suruh ia memukul patah
balok2 kayu itu dengan sate pukulan. Dengan tak berpikir
lagi, ia segera memukul satu balok dengan tinjunya. Akan
tetapi ……hampa! Ia tak mengetahui bahwa balok2 besar
itu dapat menunjang gedung yang besar, dan kuat seperti
baja! la menarik napas panjang seperti orang yang putus asa
!"
Kong Sun Giok lalu bertanya: „Shin It Cui yang ilmu
silatnya lebih tinggi daripada Shin Ni mengapa tak dapat
memukul patah balok kayu itu ? Sedangkan aku telah
berhasil memukul patah dua ?"
Sambil tersenyum Ceng Lian Tay-soe berkata : „Ilmu
tenaga dalam yang kau dapat pelajari dari guru2mu Thian
Lam Sa Kiam tak ada taranya. Balok2 kayu tersebut tak
dapat dipukul begitu saja. Kau telah metmatahkan balok2
itu dengan tenaga dalam. Shin It Tiui tenaganya besar
sekali, tetapi dengan tenaga besar saja ia tak dapat memukul
patah balok2 itu ! Mungkin sekarang setelah dikurung
selama 8 tahun didalam gua itu, ia telah berubah wataknya.
Setelah ia kalah dalam pertaruhan tiga taraf itu, ia harus
memenuhi janjinya.
Aku katakan kepadanya, bahwa jika balok kesatu belum
patah, ia tak dapat membuka-kedua matanya. Jika balok
kedua belum patah, ia tak dapat keluar dari gua. Jika balok
ketiga tidak patah, ia tak dapat membunuh siapapun! Untuk
mematahkan balok2 tersebut, la tak dapat melakukan66
sendiri. la harus dapat pertolongan orang lain untuk
memukul patah. Lagi pula pukulan itu tak dapat dilakukan
sampai dua kali. Jadinya …… balok itu harus dipatahkan
dengan satu pukulan! Shin It Cui hanya menarik napas.
Lalu menutup kedua matanya tidak bicara lagi. Aku
memberitahukannya bahwa hukuman itu ada manfaatnya
bagi orang2 dikalangan Bu Lim, dan aku minta ia tinggal
berdiam dalam gua itu. Tiap2 tiga hari aku bawakan
makanan untuknya dan la dapat minum air yang mengalir
didalam gua itu."
Kong Sun Giok sangat mengagumi perbuatan Ceng Lian
Tay-soe itu demi kepentingan jago2 silat dikalangan Bu
Lim. Lalu ia menanyakan :„Setelah aku pukul patah balok
kedua, aku menjadi letih karena mencium bau amis, dan
seterusnya aku terjatuh pingsan. Apakah aku telah
menghirup racun ular berbisa?"
Ceng Lian Tay-soe menyahut : „Sebetulnya didekat gua
ini dulu ada se-ekor ular berbisa. Aku telah berdaya
menangkapnya, tetapi hasilnya nihil. Tidak terduga pada
suatu hari ular itu masuk kedalam gua itu, dan dapat
dibinasakan oleh Shin It Cui! Bau amis yang kau cium
hanya sisa racun ular berbisa itu. Kini Shin It Cui telah
kabur. Tetapi beruntung sekali balok ketiga belum patah,
dan iapun tak dapat membunuh siapapun. Ia banyak
musuhnya. la tak dapat membunuh orang, tetapi banyak
orang ingin membunuhnya. Akupun harus memenuhi
kewajibanku sebagai orang yang mempunyai
prikemanusiaan mencegah agar ia tak terbunuh. Aku telah
bertekad mengejarnya dan berdaya melindunginya Cui dan
mengatakan kepadanya bahwa ia tak dapat apa2 dari segala
pembunuhan untuk kemudian menasehatinya supaya
datang kembali kekuilku ini untuk menjadi orang baik."67
Sambil tersenyum Kong Sun Giok berkata: „Tay-soe
sangat murah-hati. Aku yakin usaha Tay-soe dapat berhasil
dengan bantuan Tuhan yang maha kuasa !"
Ceng Lian Tay-soe berhenti bercerita sejenak, lalu
berkata lagi : „Aku telah berusia lanjut, dan aku pun tak
mengetahui Shin It Cui lari kemana. Aku hanya mengharap
ia pada suatu hari ingin kembali kekuil ini untuk
membersihkan diri. Dan aku dengan ilmu silat pedangku
Ceng Lian Kiam Hoat yakin dapat mengatasi segala
rintangan dalam usahaku mencarinya. Jika kau tak
keberatan, aku ingin mengajarkan ilmu silat pedangku ini
kepadamu !"
Kong Sun Giok yang telah mendengar kisah tentang
Shin It Cui yang tak dapat menaluki Ceng Lian Taysoe
dalam 100 jurus, yakin betul ilmu silat Ceng Lian Kiam
Hoat itu akan bermanfaat baginya. la menghaturkan terima
kasih atas tawaran itu, dan menyatakan kesediaannya untuk
mempelajari ilmu silat Ceng Lian Kiam Hoat itu.
Maka didalam kuil itu Ceng Lian Tay-soe dengan tekun
mengajari Kong Sun Giak yang cerdik dan pintar itu. Kong
Sun Giok merasa bahwa ilmu silat Ceng Lian Kiam Hoat
itu luar biasa lihaynya. Meski bagaimanapun hebatnya
serangan lawan, dengan ketabahan hati dan hanya dengan
sedikit tenaga dalam, ia dapat menangkis dan melindungi
dirinya ! Jika ia telah mempelajarinya sampai mahir sekali,
meskipun la melawan musuh yang jauh lebih pandai
daripadanya, iapun dapat menahan dan melindungi diri
dari serangan2 lawannya.
Kong Sun Giok betul2 sudah mahir dalam ilmu silat
Tieng Lian Tay-soe.68
Ketika Ceng Lian Tay-soe melihat bahwa Kong Sun
Kiam Hoat itu, ia baru senang melihat Kong Sun Giok
pergi meneruskan perjalanannya.
Sebetulnya Fut Mo Shin Ni Ceng Lian Tay-soe itu
adalah seorang jago silat dari angkatan tua. Ketika berada
dikuilnya, Kong Sun Giok lupa menanyakan 7 lingkaran
dengan tujuh warna dan sajak yang berbunyi 'Kong Wai Cu
Kong, Sek Tiong Tin Sek' (Kekosongan diluar kosong,
warna didalam warna lain) diatas bulu kambing yang hitam
yang terdapat dari dalam gagang pedang Poa Cu Kiamnya.
Setelah ia memperoleh pikiran itu, ia lekas2 kembali kekuil
Ceng Lian Tay-soe. Tetapi ketika ia tiba didepan kuil itu,
dilihatnya bahwa pintu kuil tersebut telah terkunci, dan
Ceng Lian Tay-soe entah dimana!
Kong Sun Giok merasa menyesal, mengapa ia tidak
ingat untuk menanyakan arti daripada sajak itu. Jika' ia
dapat mengetahui artinya, mungkin juga ia dapat petunjuk
untuk mencari kitab Ju Keng dengan lebih mudah. Lalu
dengan perasaan kecewa la melanjutkan perjalanannya lagi
menuju kepegunungan Kauw Ji San dipropinsi Hunan.
Disepanjang jalan ia mengenangkan peristiwa2 yang
lampau : peristiwa ia memperoleh saudara angkat Tee Tian
Kauw, peristiwa ia memperoleh pedang Poa Cu Kiam,
peristiwa berjumpa Lat Sin Shin Mo Shin It Cui digua, dan
peristiwa ia dapat pelajaran ilmu silat pedang Ceng Lian
Kiam Hoat dari Ceng Lian Tay-soe dikuil dipegunungan
Lee Ling San. Ketika ia tiba disuatu lembah yang sunyi
senyap, ia mengeluarkan pedang Poa Cu Kiamnya untuk
melatih diri dalam ilmu silat pedang Ceng Lian Kiam Hoat
yang baru difahaminya. la yakin bahwa ia telah betul2
faham segala sesuatu mengenai ilmu pedang itu, dan ia
merasa gembira sekali !69
Tetapi ketika ia tengah berlatih, rupanya ia mendengar
suatu suara dari dalam hutan dekat lembah tersebut. la
sarungkan pedangnya, dan berjalan menuju kearah suara
itu. Ia harus berjalan dijalan yang berliku2. Ketika ia tiba
disuatu belokan, ia berjumpa dengan seorang pendeta! Ia
mengharap supaya pendeta itu juga seorang jago silat, agar
ia dapat menguji ilmu silat pedang Ceng Lian Kiam
Hoatnya. Pendeta itu berdiri diatas sebuah batu yang besar.
Kong Sun Giok datang menghampiri.
Lalu pendeta itu meloncat turun dari atas batu besar itu,
dan inembentak :„O Mi To Hut ! Berhenti ! Kau harus
membayar untuk lewat !"
Nyata sekali pendeta itu bermaksud jahat. la berhenti
dan mengawasi pendeta yang berwajah seram itu,
brewokan, tubuhnya tinggi besar, kedua matanya beringas,
dan anting2 emas yang kelilingnya lebih kurang 2 dim
tergantung dikedua kupingnya. Dengan golok besar
ditangan kanannya, la berdiri tegak dihadapan Kong Sun
Giok !
Kong Sun Giok tidak bersikap ragu2 lagi setelah
peristiwa membebaskan iblis Shin It Cui. Tetapi ia mencoba
mengingat tentang jago2 silat dikalangan Kangouw yang
diberitahukan oleh gurunya Goan Siu To-tiang dan ia
teringat akan pesan gurunya untuk bersikap sopan. Lalu ia
bertanya : „Aku ada urusan hendak pergi kepropinsi
Hunan. Aku tidak mempunyai apa2. To-su (pendeta)
hendak meminta apakah? Apakah To-su bukannya yang
terkenal dikalangan Kang-ouw sehagai Kim Wan Lo Han
(Pendeta ber-anting2 emas)?" Pendeta itu tidak
menunjukkan sikap curiga setelah disebut riwayatnya. la
tertawa ter-bahak2 dan berkata : “Matamu lihay, dan
pengetahuanmu boleh juga. Aku tidak menghendaki emas70
atau perakmu. Aku hanya meminta pedang yang
dipinggangmu !"
Lalu Kong Sun Giok berpikir bahwa suara yang
terdengar olehnya ketika ia tengah berlatih ilmu silat
pedang Ceng Lian Kiam Hoat dilembah tadi, mungkin
suara dari pendeta ini yang sedang menontonnya. lapun
dapat mengetahui dari gurunya bahwa Kim Wan Lo Han
tersebut pandai ilmu silat Wai Go Men Ing Kong
(Menyerang hebat lima pintu), dan berbuat se-wenang2
dikalangan Kang-ouw. la sendiri semenjak keluar dari
tempat kediamannya di Ci Men belum pernah mengadu
ilmu silatnya. Kesempatan ini adalah yang terbaik,
pikirnya. Dengan tekad itu ia menyahut : „Tay-soe
mempunyai mata yang lihay. Tay-soe telah melihat pedang
Poa Cu Kiamku yang luar biasa ini. Jika pedang ini
kepunyaanku sendiri, aku pasti tidak keberatan
memberikannya. Akan tetapi pedang ini aku pinjam dari
saudara angkatku, dan aku tak dapat meluluskan
permintaan Tay-soe."
Melihat dan mendengar sikap dan jawaban Kong Sun
Giok itu, pendeta itu insyaf bahwa lawannya itu bukan
anak kemarin dahulu. Dengan kedua kakinya yang agak
terpaku ditanah, dan sikap yang gagah perkasa Kong Sun
Giok telah siap menghadapi segala sesuatu!
Lalu pendeta yang congkak dan kasar itu membentak lag
: „Aku hanya melihat pedang itu dipinggangmu. Jika kau
tidak sudi menyerahkannya kepadaku, kau harus membayar
dengan jiwamu!” Ucapan itu diiringinya dengan satu
tamparan dengan tangan kirinya. Tetapi ia menampar
angin! Kong Sun Giok tidak mengegos atau menjingkir.
Hanya dengan tenaga dalamnya ia membikin punah
tamparan itu! Pendeta itu memukul lagi! Tetapi ia
merasakan bahwa tinjunya itu se-akan2 memukul barang71
keras, meskipun lawannya tidak berkisar sedikitpun! Lalu
dengan terperanjat pendeta itu menanya : „Apakah kau ini
muridnya Thian Lam Sa Kiam??? Apakah Goan Siu To-
tiang gurumu???"
Kong Sun Giok lalu menjawab dengan tenang: „Betul,
guru2ku adalah Thian Lam Sa Kiam dengan ilmu silat
tenaga dalam yang tak ada taranya dikalangan Kangouw."
Wajah pendeta itu segera berubah. Dengan tersenyum ia
berkata lagi :„Aku dan guru2mu pernah sering kali
berjumpa. Jika aku tahu bahwa kau murid mereka, aku
tentu tidak berbuat begini. Seumur hidupku, aku belum
pernah mengalami tamparan kini menampar angin tinjuku
menjadi sakit karena memukul angin. Tetapi aku ada satu
permintaan. Aku minta pinjam pedangmu selama tiga hari.
Aku pasti mengembalikan. pedang itu setelah lewat tiga
hari."
Kong Sun Giok tidak mudah ditipu lagi. la menyahut
:„Tay-soe mengapa hendak menipu aku ? Apakah Tay-soe
anggap aku ini anak kecil? Mengambil atau meminjam
pedang sebetulnya tidak sukar. Tay-soe telah mencoba
menampar dan memukul aku, tetapi mengapa tidak
mencoba mengeluarkan kepandaian lagi ?"
Pendeta itu, yang belum pernah di-ejek demikian, segera
berpikir untuk menyerang lawannya dengan ilmu silat Wai
Go Men Ing Kong-nya (menyerang hebat herbareng dari
lima jurusan). Setelah bertekad demikian ia menjawab
sambil tertawa :„Membunuh orang harus dibayar dengan
jiwa. Hutang uang harus dibayar dengan uang. Jika kau
mendendam karena tamparan dan pukulanku tadi, aku rela
menerima tiga pukulan dari kau. Akan tetapi jika dengan
tiga pukulan kau tak dapat membuat aku bergerak, kau
harus pinjamkan pedangmu selama tiga hari!"72
Kong Sun Giok yakin bahwa ia dapat memukul
lawannya, sampai bergerak, lalu menerima baik usul itu.
Dengan 80% tenaganya dipukulnya balm kanan lawannya !
Tetapi Kim Wan Lo Han itu tak bergerak. Ia merasa se-
akan2 tangannya memukul balok kayu. Dikumpulkannya
semua tenaganya lalu memukul lagi. Tubuh lawannya
tergerak sedikit, akan tetapi kaki2nya tetap tak beranjak.
Dengan mengawasi Kong Sun Giok ia berkata :„Dalam
kalangan Bu Lim jago2 silat senantiasa mentaati janji. Jika
pukulan ketiga tak berhasil, kau harus pinjamkan pedangmu
selama tiga hari!"
Setelah dua pukulan yang tak berhasil itu, Kong Sun
Giok mulai insyaf akan kelihayan ilmu lawannya. Tetapi ia
teringat tentang peristiwa ia memukul balok kayu didalam
gua. Lat Sin Shin Mo telah memberi petunjuk kepadanya,
bahwa untuk mematahkan balok kayu ia harus menekan
dengan tenaga dalamnya. Masa tubuh Kim Wan Lo Han
keras daripada balok kayu didalam gua, pikirnya. Lalu ia
mempergunakan siasat tersebut. Dikumpulkannya semua
tenaga dalamnya. Kemudian disentuhnya bahu kiri Kim
Wan Lo Han dengan tinjunya, lalu ditekannya! Betul saja
siasat itu membikin Kim Wan Lo Han kesakitan dan men-
jerit2 seperti anak kecil terpukul palu besi, sambil ber-
jingkrak2!. Se-konyong2 dicabutnya anting2 emas dikedua
kupingnya, dan melontarkannya kearah Kong Sun Giok!
Kong Sun Giok baru saja merasa gembira telah berhasil
dengan siasatnya, dan ketika melihat anting2 emas itu
dilontarkan kearahnya, dengan tenang dipukulnya kembali
dengan tinjunya! Kong Sun Giok kurang pengalaman
dikalangan Kang-ouw. Ia tak memikirkan Kim Wan Lo
Han itu justru ditakuti karena anting2 emasnya itu! Ketika
Kong Sun Giok ingin mengelakkan serangan anting2 emas
itu dengan angin dari kedua tinjunya, Kim Wan Lo Han73
mengejek dengan suara yang keras : „Anjing! Hari ini kau
membayar dengan jiwamu dan pedangmu!"
Anting2 emas itu meledak diudara dan menjadi banyak
potongan yang kecil2 dan yang bersinar seperti bintang2
dilangit, datang menyambar Kong Sun Giok. Tiba2 entah
dari mana, terasa hembusan angin yang keras sekali dangan
harumnya arak. Potongan2 emas tersebut tertiup buyar dan
jatuh ketanah! Lalu terdengar suara tertawa yang nyaring.
Ketika tercium bau harum arak itu, Kim Wan Lo Han
teringat akan seseorang. Tetapi setelah mendengar suara
tertawa yang nyaring itu, wajahnya menjadi pucat lesi, dan
buru2 la lari kabur!
Dari jurang yang curam dekat tempat itu terdengar lagi
suara orang memaki :„Hei! KimWan Lo Han! Jika pemuda
ini sempat mematahkan balok kayu yang ketiga, jangan kau
harap dapat hidup hari ini!" Tetapi Kim Wan Lo Han telah
kabur masuk kedalam semak belukar untuk bersembunyi.
Ucapan itu membikin Kong Sun Giok terperanjat! la
menoleh keatas jurang yang curam itu. Betul saja seperti
dugaannya! Orang yang menolongnya adalah Lat Sin Shin
Mo Shin It Cui yang telah dibukakannya kedua matanya
dan membebaskannya keluar dengan mematahkan balok
kesatu dan balok kedua didalam gua dipegunungan Lee
Ling San. Ia berada diatas dahan sebuah pohon diatas
jurang yang curam, dan tengah mengawasinya dengan
wajah ber-seri2! Kong Sun Giok menjadi serba-susah
menghadapinya. Apakah Shin it Cui itu musuhnya atau
kawannya??? Apakah ia harus Iekas2 berlalu, atau ia harus
menghampiri dan menasehatinya supaya kembali kekuil
Ceng Lian Niko untuk ber-sama2 Ceng Lian Niko
mempelajari ilmu silat yang lebih mendalam, dan tidak
berbuat onar dikalangan Kang-ouw lagi???74
Melihat sikap Kong Sun Giok yang ragu2 itu, Shin It Cui
lalu meloncat turun dari atas, dan sambil menepuk bahu
kawannya ia berkata :„Kong Sun Lo-tee, aku tak
menghiraukan apa pandanganmu terhadapku setelah kau
dengar uraian Ceng Lian Niko tentang aku. Mungkin kau
anggap aku ini suatu iblis yang jahat dan gemar membunuh
orang. Akan tetapi kau telah membebaskan aku dari gua
yang gelap seperti neraka, dan membuka kedua mataku.
Aku harus membalas budi dan jasamu yang besar itu. Kau
telah menjadi pingsan karena hawa beracun dari ular
berbisa, dan akulah yang telah menolongmu dengan
membinasakan ular itu. Kau bukannya pingsan karena
hawa sisa ular beracun sebagaimana yang dikatakan Ceng
Lian Niko. Aku telah mendengar semua pembicaraan Ceng
Lian Niko kepadamu. Aku telah mengetahui dari
pembicaraan itu bahwa ia telah menipu aku dengan
menjadikan aku mabuk. Tetapi ia baik hati dan
menghendaki aku berubah, dan akan berdaya menjaga aku
dari pembalasan dendam musuh2ku. Jika tidak demikian
baiknya, pasti telah-kubakar habis kuilnya ber-sama2
dirinya! Setelah ia mengajari kau ilmu silat pedang Ceng
Lian Kiam Hoat, ia segera meninggalkan kuilnya dan
mengembara mencari aku. Setelah ia pergi, aku datang
kembali kekuilnya, dan mencuri araknya. Lalu aku
mengejar kau!"
Kong Sun Giok mendengarkan dengan sabar cerita Lat
Sin Shin Kun itu. la juga berpikir, jika Lat Sin Shin Kun tak
datang menolong dari serangan Kim Wan Lo Han, ia pasti
sudah binasa. la menghaturkan terima kasih sambil
membungkukkan tubuhnya. Shin It Cui buru2 menahannya
dan berkata: „Aku si-tua-bangka ini paling tidak menyukai
orang yang terlampau hormat. Jika kau tak keberatan
bersaudara dengan seorang pemabuk, kau dapat
memanggilku Cui Ko-ko (kakak pemabuk) dan aku panggil75
kau Lo-tee (adik), bagaimanakah ? Setelah kita menjadi
saudara angkat, masih ada yang hendak kubicarakan
denganmu."
Mendengar itu, Kong Sun Giok mengerutkan keningnya,
dan merasa geli didalam hatinya. Dipikirnya kisah2nya: ia
jatuh cinta kepada Bian Leng Jun, ia telah angkat saudara
dengan Tee Tian Kauw, dan kini ia akan mendapat lagi
satu kakak pemabuk yang sangat terkenal dan dibenci
dikalangan Kang-ouw. la lalu berkata :„Baik, Cui Ko-ko.
Aku siap mendengari Cui Ko-ko!" Lalu ia mencari sebuah
batu dan duduk siap mendengarkan.
Mendengar ia dipanggil Cui Ko-ko, bukan main
girangnya Shin It Cui. Lalu la memulai ceritanya: “Dari
pembicaraanmu dengan Ceng Lian Niko didalam kuil, aku
mendapat tahu bahwa guru2mu Thian Lam Sa Kiam telah
binasa ditangan Lak Cao Shin Kim Ban Cun Bu. Menjadi
murid dan membalas dendam untuk guru adalah soal
pertama. Tetapi pada 10 tahun berselang aku pernah
bertempur melawan Ban Cun Bu, dan kesudahannya,
diantara kami tidak ada yang kalah atau yang menang.
Tetapi setelah 10 tahun, ia sendiri dapat mengalahkan
Thian Lam Sa Kiam, aku yakin bahwa ilmu silat ,Sun Yo
Cin Kai’-nya sudah mahir betul. Setelah aku dikurung 8
tahun didalam gua aku tak yakin akan dapat melawannya
kembali! Tetapi untuk melawan Ban Cun Bu, aku akan
menyertai kau "
Kong Sun Giok menyahut : „Jika aku tak dapat
membunuh Ban Cun Bu, aku tak mempunyai muka untuk
bertemu dengan roh2 dari guru2ku dialam baka! Aku tak
menghiraukan betapapun juga hebatnya ilmu silat 'Sun Yo
Cin Kai', aku rela mati binasa melawannya dengan
pedangku! Maksud yang mulia dari Cui Ko-ko …… sangat
kuhargakan !"76
Sambil mengacungkan ibu jarinya Shin It Cui berkata :
„Lo-tee, kau betul seorang satria! Marilah kita coba
bertempur selama 100 jurus. Kau dapat menggunakan
pedang PoaCu Kiam itu!"
Kong Sun Giok yang ingin menguji kepandaian silatnya,
menjadi gembira sekali dengan permintaan itu. Dengan
pedang terhunus. dan ilmu silat-pedang yang telah
didapatnya dari Thian Lam Sa Kiarn ia meloncat
menyerang lawannya! Sambil berseru 'AWAS !' Shin It Cui
menyodoklcan kedua tinjunya keatas dada lawannya.
Ketika kedua tinju itu satu atau dua kaki jaubnya dari
dadanya, Kong Sun Giok menangkis dengan pedangnya,
dan Shin It Cui harus lekas2 menarik kembali kedua
tinjunia untuk menghindarkan sabetan pedang itu! Ia
mundur beberapa tindak dan sambil tertawa berkata : „Aku
telah mengetahui riwayatnya Goan Sin To-tiang. Kau harus
ingat betul2. limu silat pedang Thian Lam Sa Kiam itu
paling hebat dikalangan Bu Lim, apalagi jika kau melawan
dengan dendam yang akan dibalas!"
Ucapan tersebut diiringinya dengan satu pukulan secepat
kilat kemuka Kong Sun Giok. Tetapi Pada saat tindiu itu
segera akan menyentuh mukanya ia lekas2 menariknya
kembali. Maksudnya ialah ingin mengajari Kong Sung
Giok cara menonjok dengan ilmu "Tok Coa Tu Tiong” atau
„ular berbisa tiba2 meniambar". seraya melihat caranya
Kong Sun Giok mengelakkan jotosan itu!
Jotosan demikian telah tiga kali dikirimnya, dan Kong
Sun Giok senantiasa dapat mengegoskan dengan ilmu Ceng
Lian Kiam Hoat Yang telah didapatnya dari Ceng Lian
Niko. Kong Sun Giok insyaf akan maksud baik dari Shin It
Cui, dan dalam hatinya ia sangat berterima kasih
kepadanya. Shin It Cui mengirim jotosan2 tersebut sambil
berseru : „Lo-tee, gunakan ilmu Ceng Lian Kiam Hoatmu,77
dan aku akan menyerangmu lebih hebat!" Kong Sun Giok-
pun merasai bahwa tiap2 jotosan itu dapat memecahkan
batu walau bagaimanapun juga kerasnya, tetapi dengan
Ceng Lian Kiam Hoatnya yang istimewa untuk melindungi
diri, ia berhasil mengelakkan. Setelah pertempuran berjalan
lebih kurang 40 jurus, dengan pedang Poa Cu Kiamnya
Kong Sun Giok mencoba menyerang. Serangan2 pedang itu
semuanya dapat dielakkan oleh Shin It Cui. Lalu Shin It
Cui menyerukan supaya pertempuran dihentikan.
Ditepuknya bahu kiri Kong Sun Giok dan memberi
petunjuk: „Lo-tee Cara kau menyerang dengan ilmu silat
pedang Thian Lam Sa Kiam masih kurang hebat! Cara kau
menjaga atau melindungi diri dengan ilmu silat Ceng Lian
Kiam Hoatmu masih belum sempurna! Jika tidak
diperbaiki, kau tak dapat mengalahkan Ban Cun Bu!"
Kong Sun Giok, setelah mengucapkan terima kasih atas
petunjuk2 itu, berkata : „Terima kasih. Justru guruku
berpesan dan memerintahkan aku mencari kitab Ju Keng
agar ilmu silat Thian Lam Sa Kiam ini menjadi sempurna
dan dapat mengalahkan Ban Cun Bu !"
Shin It Cui menganggukkan kepalanya dan herkata ;
“Betul! Akupun pernah dengar tentang kitab Ju Keng itu
yang dapat mengatasi ilmu silat Sun Yo Cin Kai dari Ban
Cun Bu. Tetapi …… dunia ini sangat luas. Dimanakah kita
harus mencari kitab itu?"
Lalu Kong Sun Giok mengeluarkan kulit kambingnya,
dan sambil memperlihatkan kulit itu kepada Shin It Cui ia
berkata : „Cui Ko-ko! Kitab Ju Keng betul2 sukar dicari.
Apalagi isyarat2 lingkaran2 dengan tujuh warna diatas kulit
ini, dan arti sajak ini, aku belum fahami!”
Kemudian Shin It Cui menanyakan hal-ikhwal kulit
kambing itu, dan melihat dengan teliti lingkaran2 dan sajak
yang berbunyi „Kong Wai Cu Kong, Sek Tiong Cu Sek"78
yang tertera diatas kulit kambing itu, dan iapun tak
mengerti : Sejenak kemudian ia berkata: „Teka-teki ini
betul? ganjil! Simpanlah baik2. Kita berpisah disini dulu,
karena aku akan pergi dulu kekota Lak Cao dipropinsi
Yunan !"
Mendengar bahwa Shin It Cui ingin pergi kepropinsi
Yunan, Keng Sun Giok menjadi heran dan ia menanya :
„Untuk maksud apakah kau pergi ke Lak Cao ?"
Sambil tersenyum Shin Cui menyahut: „Untuk
menggempur musuh, kita harus mengetahui segala sesuatu
tentang musuh kita, bukan? Aku tekah dikurung selama 8
tahun, didalam gua aku tidak mengetahui sampai dimana
kelihayan si-iblis Ban Cun Bu itu. Aku harus pergi
ketempatnya untuk menyelidiki dan untuk rencanamu
membalas dendam."
Kong Sun Giok insyaf bahwa saudara angkatnya itu
betul2 ingin membantunya melaksanakan rencananya, dan
dengan hati yang berat ia mengucapkan kata2 perpisahan.
Dengan satu loncatan Shin It Cui naik keatas jurang yang
curam. la menoleh kebawah dan berkata : „Lo-tee ! Kau
baik sekali. Hanya hatimu sedikit lemah! Gelarku ialah 'Oi
Bo Im' atau 'Sibaju-Hitam tampa bayangan'. Aku dapat
berlari sangat pesat, dan hidungku lebih tajam daripada
hidung anjing. Meskipun kita berpisah sekarang, namun
sembarang waktu kita dapat berjumpa lagi! Aku hanya
mengharap agar sekembalinya dari Lak Cao, aku dapat
memberitahukan arti dari, pada isyarat2 dan sajak diatas
kulit kambing itu!" Kemudian dengan suara hembusan
angin ia telah berlalu entah kemana.
Kong Sun Giok berdiri terpesona, dan mengenangkan
kembali peristiwa tadi. la tersenyum ketika ingat akan kritik
Shin It Cui yang mengatakan bahwa hatinya sedikit lemah.
Ia menarik napas panjang, lalu meneruskan perjalanannya!79
Pegunungan Kauw Ji San terletak tidak jauh dari
propinsi Hunan. Setelah ia membelok kebarat-daya ia
segera masuk kebatas propinsi Hunan. la bertanya pada
pemburu2 dan tukang2 potong kayu yang dijumpainya
disepanjang jalan dimana letaknya puncak Ti Shing Hong,
akan tetapi mereka tak mengetahui. la berpikir, puncak itu
bernama Ti Shing (memetik bintang), maka puncak itu pasti
tinggi sekali. Mengapa ia tak mendaki puncak yang
tertinggi? Dengan tekad tersebut, ia segera menuju
kepuncak yang tertinggi. Dengan susah-payah ia mendaki
puncak yang tertinggi dan curam itu. Ia berdiri diatas
puncak yang diliputi oleh awan atau kabut yang tebal. la tak
dapat melihat jauh karena awan yang tebal itu, tetapi ia
dapat melihat bahwa tempat tersebut, dengan batu2 yang
besar dan banyak itu merupakan suatu tempat yang baik
sekali untuk bertapa. la mengharap puncak itu adalah
tempat kediaman saudara angkatnya Tee Tian Kauw, dan
lekas2 berjumpa dengannya. Betul saja, dari tempat sejauh
10 depa lebih terdengar suara orang yang nyaring sekali
memanggilnya : „Giok Ko-ko, mengapa demikian lekas kau
datang? Aku diatas puncak ini me-nanti2 kedatanganmu
tiap2 hari!" Sejenak kemudian, disertai dengan bau yang
harum, telah berdiri dihadapannya seorang gadis yang
sangat cantik jelita. Bukan main girangnia Kong Sun Giok;
ia berseru :„Jun Moi!" Tetapi setelah melihat tahi lalat
disebelah alis kirinya, ia baru insiaf bahwa gadis itu
bukannya Bian Leng Jun, tetapi Tee Tian Kauw. Namun, ia
merasa girang.
Mendengar seruan „Jun Moi" dari Kong Sun Giok, Tee
Tian Kauw lalu bertanya : „Giok Ko-ko, siapakah Jun Moi?
Aku ini adikmu Tee Tian Kauw. Masa baru berpisah
beberapa hari saja sudah tak mengenal aku?"80
Kong Sun Giok baru insyaf bahwa Tee Tian Kauw yang
wajahnya mirip sekali dengan wajah Bian Leng Jun pernah
mengecewakannya ketika mereka berada dipekarangan Sim
Hiong Hui. Dengan sikap yang canggung ia lekas2
menyahut: „Aku kangen kepadamu, maka aku Iekas2
datang. Barusan aku bersikap bingung, karena aku telah
mengalami beberapa peristiwa2 ganjil dijaIan. Aku tak tahu
mana yang lebih dahulu yang harus kuceritakan."
Kekeliruan itu tak dapat disalahkan, karena Tee Tian
Kauw yang wajahnya seperti seorang gadis yang cantik
jelita ketika itu berpakaian seperti seorang gadis. Lalu Tee
Lian Kauw berkata sambil tersenyum :„Giok Ko-ko, aku
minta maaf. Aku telah membikin kau keliru, karena
pakaian ini. Peristiwa2 apakah yang Ko-ko jumpai ?"
Kong Sun Giok yang masih teringat akan Bian Leng Jun
karena menghadapi Tee Tian Kauw, lalu menyahut : „Dik,
mengapa kau demikian terburu napsu? Aku ingin kau
segera mengajak aku menemui gurumu. Nanti akan
kuceritakan peristiwa2 itu! Aku harus menemui gurumu
dahulu. Jika tidak, aku dapat dianggap tidak tahu aturan
Tee Tian Kauw berkata : „Watakmu betul halus! Tetapi
didunia ini banyak sekali orang yang berlagak sopan, tetapi
hatinya busuk! Ayo! Kekamarku, dan minum dulu
secangkir teh daun Song!" Segera ditariknya tangan Kong
Sun Giok dan dituntun kekamarnya!
---oo0oo---
BAGIAN 5
SIAPAKAHDAPATDISALAHKAN
Rumah2 gubuk yang didiami oleh Tee Tian Kauw dan
gurunya, terletak diatas puntiak Ti Shing Hong. Meskipun81
rumput tumbuh disekeliling rumah2 itu, tetapi keadaan
disekitarnya permai sekali. Dibelakang rumah2 itu tampak
air terjun. Jika orang menoleh kebawah tampaklah puncak2
lainnya yang diselubungi awan yang tebal. Dengan berdiri
diatas puncak itu orang merasa se-akan2 berada diatas
langit! Hawanya yang amat sejuk telah menyegarkan Kong
Sun Giok kembali. Tee Tian Kauw menempati rumah
disebelah kiri rumah gurunya. Semua meja, bangku dan
tempat tidur dibuat dari batu gunung. Buku2 dan senjata2
tajam seperti pedang dsb..nya berada dekat tempat tidurnya.
Umumnya kamar itu tidak mengesankan kamar seorang
gadis. Kong Sun Giok berdiri menghadapi jendela se-akan2
banyak urusan menindih dadanya. Ketika Tee Tian Kauw
mempersembahkan secangkir teh daun Song kepadanya, ia
berkata sambil tersenyum : „Giok Ko-ko. Apa lagi yang
dipikirkan ! Pemandangan puncak ini belum kau lihat
seluruhnya. Nanti setelah kau dan aku menunaikan tugas2
kita masing2, aku akan menyertai kau ber-jalan2
dipegunungan ini menikmati keindahan alam.
Bagaimanakah pendapatmu ?"
Kong Sun Giok tak segera menyahut ia memikirkan
tugasnya yang belum ditunaikan, ia memikirkan pesan Bian
Leng Jun yang menantinya dikuil Sun Yo dikota. Lak Cao
selama 10 tahun. la memikirkan juga orang2 yang pernah
menolongnya. la memandang kepada Tee Tian Kauw,
sambil berkata kepada dinnya sendiri : „Mengapa kau mirip
sekali dengan Bian Leng Ju ? Mengapa kau bukannya Bian
Leng Jun?"
Tee Tian Kauw tak mengerti mengapa Kong Sun: Giok
tak menjawab, dan hanya memandang kepadanya. la
menanya lagi: „Giok Ko-ko, apakah kau memikirkan Jun
Moi? Siapakah Jun Moi? Apakah wajahnya mirip dengan
wajahku?”82
Kong Sun Giok menyanggukkan kepalanya dan berkata :
„Betul Kau mirip dengan dia. Kecuali tahi lalat diatas
alismu, kau sama sekali serupa dengan dia!"
Mendengar jawaban itu, Tee Tian Kauw tertarik.. Ia
menanya lagi : „Jika kau panggil ia Jun Moi, maka aku
harus panggil ia Jun Ci. Sebetulnya siapakah Jun Ci itu?
Bolehkah aku mengetahuinya?”
Melihat Tee Tian Kauw mendesak, Kong Sun Giok
terpaksa menyahut: „Kau dan Jun Moi hampir sama
usianya. Belum tentu ia lebih tua dari padamu. Teh daun
Song ini enak. Coba tuangkan secangkir lagi untuk aku.
Aku segera menuturkan peristiwa perkenalanku dengan Jun
Moi."
Setelah teh itu dipersembahkan lagi kepadanya, maka
mulailah Kong Sun Giok tierita tentang peristiwa
perkenalannya dengan Jun Moi. Ketika ia cerita bagaimana
BianLeng Jun membaw kabar kematian guru2nya yang
telah tewas, dengan tak tertahan ia mengucurkan air mata.
Karena peristiwa pertaruhan jiwa dilembah Leng Yun Kok
pernah ditieritakannya kepada Tee Tian Kauw, maka ia
sekarang hanya menceritakan tentang surat yang tertulis
dengan darah, pedang sepotong dan kerincingan emas yang
dibawa oleh Bian Leng Jun atas permintaan gurunya Goan
Siu To-tiang sebelum beliau menepati janji membunuh diri.
Ketika Tee Tian Kauw mendengar sehingga ketiga jago2
silat pedang Thian Lam Sa Kiam itu dapat memaksa Ban
Cun Bu berjanji tidak akan datang kedaerah pertengahan
selama 10 tahun untuk berbuat sewenang2 dikalangan Bu
Lim, iapun tak dapat menahan hatinya clan berseru : „Jun
Ci itu betul baik hatinya. Giok Ko-ko, kau harus ajak aku
pergi kekota Lak Cao agar aku dapat membantu kau
membalas dendam terhadap Ban Cun Bu, dan kemudian
memperkenalkan aku kepada Jun Ci."83
Kong Sun Giok menganggukkan kepalanya, dan Tee
Tian Kauw berkata lagi : „Peristiwa2 yang kau cerita kota
King Tek Cin. Tadi kau mengatakan kepadaku bahwa
setelah kita berpisah ditepi telaga, kau telah menemui
beberapa peristiwa2 yang ganjil lagi. Ayo, ceritakanlah."
Kong Sun Giok menyerahkan pedang Poa Cu Kiamnya
kepada Tee Tian Kauw. Kemudian dikeluarkannya kulit
kambing dan menuturkan dengan jelas segala sesuatu
tentang kulit kambing yang dicongkelnya dari gagang
pedang PoaCu Kiam.
Mula2 Tee Tian Kauw merasa gembira melihat kulit
kambing itu, akan tetapi setelah melihat lingkaran2 yang
tujuh warna dan sajak yang tertera diatas kulit kambing itu,
iapun mengerutkan kening berpikir, karena iapun tak dapat
menafsirkannya!
Kong Sun Giok meneruskan ceritanya tentang peristiwa2
ia mematahkan balok kayu didalam gua clan membebaskan
Shin It Cui yang kemudian menjadi saudara angkatnya. Tee
Tian Kauw mendengarkan dengan gembira, dan menaruh
simpati terhadap Lat Siu Shin Mo Shin It Cui. la menanya :
„Lat Sin Shin Mo itu betul2 lihay silatnya, karena dengan
mudah ia menolongmu dari Kim Wan Lo Han. Guruku
baru dapat keluar setelah tiga hari. Sementara ini, Giok Ko-
ko dapat mengajarku ilmu silat pedang Thian Lam Sa
Kiam!"
Sambil tersenyum Kong Sun Giok mengambil pedang
Poa Cu Kiam, dan kedua pemuda itu keluar dari rumah.
Tee Tian Kauw berkata lagi :„Giok Ko-ko, aku gemar
belajar. Kaupun dapat mengajariku ilmu silat pedang Ceng
Lian Kiam Hoat dari Fut Mo Shin Ni."
Dengan tertawa ter-bahak2 Kong Sun Giok berkata :
„Ya…… asal saja kau giat belajar, aku pasti sudi84
mengajarimu. Bukan saja aku akan mengajarimu ilmu silat
pedang Ceng Lian Kiam Hoat, bahkan juga ilmu silat tinju
Ceng Biauw Cong Hoat (ilmu tinju ajaib) yang kupelajari
dari saudara angkatku Cui Ko-ko atau Shin It Cui!"
Tee Tian Kauw me-lonjak2 karena terlampau girang.
Mereka berdua keluar dari rumah dan menuju kesuatu
padang rumput yang luas dengan membawa pedang. Kong
Sun Giok lalu mempertunjukkan ilmu silat pedang Thian
Lam Sa Kiam, dan kemudian ilmu silat pedang Ceng Lian
Kiam Hoat dan ilmu silat tinju Ceng Biauw Cong Hoat dari
Shin It Cui!
Tee Tian Kauw sangat pintar dan cerdas. la dapat
mengikuti dan memahami semua jurus, serangan, sabetan,
egosan, sodokan, tusukan, loncatan dan lain sebagainya
dari ilmu2 silat yang diajarkan kepadanya. Lalu mereka
berlatih sampal senja. Tee Tian Kauw berterima kasih
untuk kesungguhan hatinya saudara angkatnya
mengajarinya. Lalu la mengajak saudara angkatnya itu
bermalam dirumahnya. Selama tiga hari Tee Tian Kauw
menuturkan selak-beluk puncak Ti Shing Hong itu, atau
merundingkan ilmu2 silat sambil menikmati teh daun Song.
Dengan demikian persaudaraan mereka itu menjadi makin
hari makin kekal.
Pada hari ke-4-nya, Tee Tian Kauw pagi2 telah
mendatangi Kong Sun Giok. Sambil tersenyum ia berkata :
“Giok Ko-ko, jurus "Hua Kai Kua Hut' atau „bunga
terbuka melihat dewa" dari ilmu silat Ceng Lian Kiam
Hoat, masih juga belum dapat kufahami dengan sempurna.
Bolehkah Ko-ko memberi petunjuk lagi ?"
Sambil tersenyum Kong Sun Giok bangun, mengambil
pedangnya, dan ber-sama2 Tee Tian Kauw keluar menuju
kelapang rumput.85
Kemudian dengan pedang Poa Cu Kiamnya Kong Sun
Giok mempertunjukkan segala cara silat pedang Ceng Lian
Kiam Hoat. Lalu Tee Tian Kauw mengambil pedang Poa
Cu Kiam dari Kong Sun Giok dan berkata: „Giok Ko-ko,
aku akan melatih jurus 'Hua Kai Kua Fut', dan aku minta
kau beri petunjuk lagi bila perlu!"
Kong Sun Giok belum menjawab, tiba2 dari belakang
Tee Tian Kauw terdengar suara orang menegur, dan orang
itu berkata sambil tertawa : „Tian Kauw, kau jangan merasa
puas dengan ilmu silat itu! Tiap kau melakukan silat pedang
Ceng Lian Kiam Hoat itu hanya kuat dibagian atas, tetapi
lemah dibagian bawah. Dan tenaga yang kau keluarkan
tidak cukup. Sebetulnya ilmu silat pedang Ceng Lian Kiam
Hoat ini adalah dari Ceng Lian Shin Ni; dan ia belum
pernah menurunkan ilmu silat tersebut kepada orang lain.
Dari manakah kau mempelajarinya? Dan pedang
ditanganmu itu, apakah pedang Poa Cu Kiam, atau pedang
Leng Liong Pit?"
Kong Sun Giok menoleh kearah orang yang berbicara
itu. la melihat bahwa orang tersebut sedang berdiri didepan
rumah yang berada didekat rumah dimana ia telah
menginap selama tiga hari. la adalah seorang pendeta,
berusia lebih kurang 40 tahun, dan tubuhnya kokoh sekali.
la insyaf bahwa pendeta itu tentulah gurunya Tee Tian
Kauw. Lalu la buru2 menghampiri dan membungkukkan
diri dihadapannya memberi hormat. Rupanya Tee Tian
Kauw sangat disayangi oleh gurunya. Dengan tak menoleh
kearah gurunya ia menjawab : „Pedang ini pedang Poa Cu
Kiam, aku tak berhasil mencari pedang Leng Liong Pit.
Tentang ilmu silat pedang aku telah belajar banyak. Coba
lihatlah ini. Ini jurus Tat Mo Shin Kiam (menyentuh
pedang lawan) dari partai silat Siauw Lim, …… ini jurus
Hui Hong Bu Liu (angin topan menumbangkan pohon )86
dari partai silat Tiam Cong yang dapat menumbangkan
gunung, dan ini adalah jurus : „Tiam Lam Bo Kit Kiam
Hoat (sodokkan dahsyat) dari partai Tiam Lam yang
kudapat dari saudara angkatku Kong Sun Giok"
Demikianlah Tee Tian Kauw melatih dan
mempertunjukkan jurus2 silat pedang yang telah
didapatinya dilapang rumput itu.
Lalu pendeta itu berkata sambil tersenyum : „Tian
Kauw, ilmu silat pedang tidak dapat menjadi mahir dengan
berlatih hanya setengah hari! Siapakah pemuda ini? Kau
belum memperkenalkannya kepadaku!" Tee Tian Kauw
berhenti berlatih, menarik lengannya Kong Sun Giok dan
berkata : „Giok Ko-ko, inilah guruku Heng Tay-soe! Tay-
soe, inilah saudara angkatku, Kong Sun Giok !"
Kong Sun Giok yang telah menyaksikan dengan mata
kepala sendiri betapa lihay silatnya Tee Tian Kauw, yakin
menanya: „Cucu Kong Sun! Apakah kau muridnya Thian
Lam Sa Kiam ?" Kong Sun Giok tak menyahut. la
mengeluarkan air-mata karena ia teringat kembali akan
guru2nya yang budiman itu! Tee Tian Kauw buru2
menyahut : „Guru2 Giok Ko-ko adalah Goan Siu To-tiang
dan kedua saudaranya Goan Liong dan Goan Cin. Mereka
adalah yang terkenal sebagai Thian Lam Sa Kiam (Tiga
jago silat pedang dari selatan). Mereka semuanya telah
gugur dimedan Bu Lim. la kini memikul beban yang sama
beratnya seperti aku. Musuhnya Giok Ko-ko ialah Lak Cao
Shin Kun Ban Cun Bu. Tetapi siapakah musuhku? Aku
mohon Tay-soe lekas2 memberitahukan."
Heng Tay-soe tidak menjawab pertanyaannya Tee Tian
Kauw, ia terus mengawasi Kong Sun Giok, dan berseru:
„Apa ? Lak Cao Shin Kun Ban Cun Bu???"
Tee Tian Kauw melihat bahwa gurunya tidak ingin
menyaksikan silat pedangnya lagi, tidak ingin87
memberitahukan nama musuhnya, dan Kong Sun Giok
belum lagi menjawab, lalu menyerahkan pedang Poa Cu
Kiam kepada saudara angkatnya sambil berkata: „Giok Ko-
ko, tolong pegang pedang ini. Aku ingin memperlihatkan
silat tinju kepada guruku! Ceritamu agak panjang. Sebentar
kita masuk kedalam rumah, dan aku dapat menceritakan
kepada guruku."
Lalu ia kembali kelapangan rumput, dan
mempertunjukkan ilmu silat tinjunya. Baru saja la
melakukan satu jurus, gurunya berseru: „Ha!" Tee Tian
Kauw terus menjalankan jurus2 silat tinjunya yang gesit dan
gaib se-akan2 seratus naga sedang me-nari2, dan aingin
keras berembus, dimana tinjunya melayang!
Setelah Tee Tian Kauw berhenti berlatih, Heng Taysoe
berkata sambil goyang2 kepalanya: „Itu adalah ilmu silat
'Thian ShingCong' (Memetik bintang2 dilangit) dari Lat Sin
Shin Mo Shin It Cui. Tian Kauw, bagaimana dalam hanya
setengah tahun, kau dapat mempelajari ilmu2 silat yang
lihay2 ?? Ayo, kita masuk kedalam rumah, dan kau harus
memberitahukan kepadaku."
Tee Tian Kauw yang biasa di-manja2kan merasa
gembira sekali dengan pujian gurunya. Setelah mereka
berada didalam rumah, Heng Tay-soe bertanya kepada
Kong Sun Giok : „Cucu Kong Sun, Tian Kauw sudah lama
tinggal bersama aku, dan ia sangat manja sehingga tak
mengenal aturan. Karena kau telah menjadi saudara
angkatnya, kau harus mendidik ia dalam hal budi pekerti
dan sopan santun!"
Kong Sun Giok sukar menjawab, ia hanya tersenyum.
Pada saat itu ia baru melihat bahwa kedua lengan pendeta
itu telah buntung! Ketika mula2 berjumpa tadi ia tak
melihat, karena Heng Tay-soe berdiri dengan kedua
lengannya yang buntung tertutup dengan lengan bajunya88
yang besar. la berpikir: „Dunia ini betul2 ganjil. Ban Cun
Bu buntung kedua betisnya, akan tetapi masih dapat
menjagoi dikalangan Bu Lim. Dan ……… Tay-soe ini
buntung kedua lengannya!"
Kamar didalam rumah yang didiami oleh Heng Taysoe
sangat sederhana. Kursi, maupun mejanya semua terbuat
dari batu gunung. Diatas sebuah meja batu terlihat
bungkusan2 daun2 obat2an, kitab2 kuno dan hio2 wangi
untuk bersembayang. Heng Tay-soe duduk diatas tempat
tidur. Karena kedua lengannya buntung, maka dilengan
kanannya telah dipasang suatu gaitan dari baja yang dapat
bekerja sepcrti tangan untuk makan atau minum!
Tee Tian Kauw lalu menyediakan dua cangkir teh.
Secangkir diberikannya kepada Kong Sun Giok, dan
secangkir lagi ditaruhnya dimeja batu untuk gurunya. Lalu
ia menceritakan peristiwa Thian Lam Sa Kiam
mempertaruhkan jiwa terhadap Ban Cun Bu dilembah Lek
Yun Kok dari pegunungan Kwat Cong San, peristiwa Bian
Leng Jun membawa kabar buruk tentang tewasnya Thian
Lam Sa Kiam kepada Kong Sun Giok, peristiwa tentang
caranya ia inemperoleh pedang Poa Cu Kiam sehingga ia
dapat menemui Kong Sun Giok dan menjadi saudara
angkat ditelaga Poa Yo Ouw. Tetapi dalam ceritanya itu,
dengan tak sengaja ia menceritakan juga tentang janji Bian
Leng Jun untuk bertemu dengan Kong Sun Giok lagi
setelah 10 tahun, dan tentang wajahnya yang mirip sekali
dengan wajah Bian Leng Jun, kecuali tahi lalat diatas alis
kirinya.
Heng Tay--soe mendengarkan dengan sabar dan penuh
perhatian, dan perasaan simpati terhadap Kong Sun Giok.
Ia minum teh yang dipersembahkan oleh Tee Tian Kauw,
lalu menarik napas panjang dan berkata : „Thian Lam Sa
Kiam telah berkorban demi kepentingan jago2 silat89
dikalangan Bu Lim. Perbuatannya itu mulia sekali. Ban
Cun Bu pada akhirnya tentu musnah! Dulu aku pernah
dengar bahwa untuk memperoleh kitab Ju Keng, orang
harus mempunyai pedang Poa Cu Kiam. Kini kamu berdua
telah memperoleh pedang Poa Cu Kiam, dan nampaknya
rencana untuk memperoleh kitab Ju: Keng mendapat
kemajuan. Tetapi apakah kamu telah mencari dan
mendapatkan soal2 yang luar biasa tentang pedang itu?"
Kong Sun Giok hendak menyahut, tetapi telah didahului
oleh Tee Tian Kauw yang buru2 berkata : „Giok Ko-ko
bukan saja telah menemui sesuatu yang ganjil tentang
pedang itu, bahkan dalam perjalanannya dari telaga Poa Yo
Ouw, iapun telah mengalami peristiwa2 aneh. Tay-soe,
minumlah teh dulu, nanti aku ceritakan lebih lanjut."
Lalu diceritakannya peristiwa tentang Kong Sun Giok
menemui kulit kambing didalam gagang pedang Poa Cu
Kiam, peristiwa ia mematahkan balok2 kayu yang
mengurung Lat Sin Shin Mo didalam gua dipegunungan
Lee Leng San ketika ia hendak berlindung dari hujan,
peristiwa Ceng Lian Shin Ni mengajarkan ilmu silat pedang
Ceng Lian Kiam Hoat, peristiwa tentang KimWan Lo Han
yang merampas pedang Poa Cu Kiamnya dan kemudian
ditolongoleh Shin It Cui atau Lat Siu Shin Mo yang
kemudian menjadi kakak angkatnya, dan peristiwa Shin It
Cui mengajarinya ilmu silat tinju „Tian Shing Cong" dan
lain sebagainya.
Setelah Tee Tian Kauw berhenti dengan kisah2 itu, Hung
Tay-soe berkata, suaranya rendah: ”dikalangan Kang-ouw
orang2 sudah mengetahui bahwa Lat Siu Shin Mo Shin It
Cui itu membunuh orang seperti membunuh se-ekor ayam,
akan tetapi iapun mengenal budi. Seterusnya kamu harus
bertindak hati2, karena dikalangan Kangouw banyak sekali
bahaya. Sekali karnu bertindak salah, bukan saja namamu90
menjadi busuk, bahkan kamu juga harus membayarnya
dengan jiwa!"
Kong Sung Giok mendengar nasehat itu dengan
khidmat, akan tetapi Tee Tian Kauw memotong
pembicaraan gurunya dan berkata: „Tay-soe dapat nasehati
kita nanti. Menurut pandanganku, orang yang mengenal
budi seperti Shin It Cui, harus dihormati"
Heng Tay-soe tersenyum dan Tee Tian Kauw
meneruskan : „Tay-soe, aku telah memahami ilmu silat
pedang seperti Tat Mo Shin Kiam (menyentuh pedang
lawan), 'Hui Hong Bu Liu' (angin topan menumbangkan
pohon), Thian Lam Bo Kit Kiam Hoat (sodokkan dahsyat
ala ilmu silat pedang Thian Lam), dan juga 'Tian Shing
Cong' (memetik bintang2 dilangit)! Tapi …… tentang
rencana Giok Ko-ko mencari kitab Ju Keng, meskipun kita
telah memperoleh pedang Poa Cu Kiam, bagiku masih
merupakan suatu teka-teki. Tay-soe, apakah artinya 'Sek Kit
Su Kong, Kong Kit Su Sek' (Warna ialah kekosongan,
Kekosongan ialah warna) yang diajarkan kepada para
penganut Buddha? Diatas kulit kambing tertera sajak yang
seperti itu apakah kedua sajak2 tersebut tak ada sangkut-
menyangkut? Dan bagaimanakah tentang lingkaran2 yang
mempunyai tujuh warna itu???"
Lalu dari tangannya Tee Tian Kauw, Heng Tay-soe
menyelidiki isyarat2 dan sajak yang tertera diatas kulit
kambing itu. Kemudian dipejamkannya matanya untuk
berpikir ! Tee Tian Kauw yang duduk disamping gurunya
memberi isyarat kepada Kong Sun Giok untuk
memperhatikan wajah gurunya. Kong Sun Giok mengawasi
wajahnya Heng Tay-soe, lalu mengawasi sikapnya Tee Tian
Kauw, dan teringat lagi olehnya Bian Leng Jun. Agak lama
juga Heng Tay-soe menutup kedua matanya.91
Tiba2 kedua matanya dibukanya lebar2, dan berkata
dengan suara yang khidmad sekali :„Orang yang
meninggalkan kulit kambing ini mempunyai dua watak.
Satu waktu ia membuat orang benci, dan lain waktu ia
membuat orang sayang kepadanya. Jika sajak diatas kulit
kambing itu diperbandingkan dengan sajak dari Buddha,
maka orang dapat semakin bingung menafsirkannya! Tapi
Cucu Kong Sun adalah seorang yang juga mahir dalam
ilmu surat. Huruf Tionghoa mementingkan bentuk. Tulisan
huruf Tionghoa ialah hampir serupa dengan tulisan Mesir
kuno, yaitu hiroglypik. Misalnya huruf 'Jin' (orang) ditulis
seperti kita menggambar orang, huruf 'Hie' (ikan) ditulis
seperti kita menggambar se-ekor ikan, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, bentuk2 huruf2 yang disusun menjadi sajak
itu, harus kita selidiki juga. Dan orang yang pandai
menggambar, entah ia menggambar pemandangan, entah ia
menggambar suatu benda, sebelumnya ia mulai
menggambar, ia telah menentukan dimana ia harus mulai
mencoretnya, dan dimana harus dibiarkan kosong atau
diberi warna ……"
Tee Tian Kauw memotong lagi omongan gurunya, dan
berkata :„Tay-soe, jadi sajak yang berbunyi 'Kong Wai Cu
Kong' (Kekosongan diluar kosong) itu serupa dengan
'kosong' dalam suatu gambar?"
Heng Tay-soe menganggukkan kepalanya, dan
meneruskan penjelasannya : „Diluar lingkaran2 yang
mempunyai tujuh warna diatas kulit kambing itu bukannya
putih kosong? Itulah serupa dengan 'kosong' diatas suatu
gambar."
Lalu Kong Sun Giok menanya :„Tay-soe jika demikian
yang tidak berwarna diluar lingkaran2 ialah yang diartikan
'kekosongan diluar kosong'. Akan tetapi………"92
Tee Tian Kauw memotong lagi pembicaraan itu, dan
berkata : „Di-tengah2 tujuh lingkaran yang berwarna itu
tertampak juga suatu warna yang berlainan daripada tujuh
warna itu. Apakah ini diartikan 'Warna didalam warna' ?"
Heng Tay-soe tertawa dan berkata : „Kamu berdua
cukup cerdas! Sajak yang berbunyi 'Kong Wai Cu Kong,
Sek Tiong Cu Sek' (Kekosongan diluar kosong, warna
didalam warna) memberitahukan kepada kita bahwa kulit
kambing yang berwarna hitam itu sebetulnya berwarna
putih! Kulit kambing yang berwarna putih menjadi hitam
karena telah disepuh hitam, atau terlapis oleh kulit hitam.
Cobalah kita selidiki lagi kulit kambing itu. Tian Kauw kau
dapat merendam kulit kambing ini dalam air bersih untuk
mengetahui apakah kulit ini terdiri dari dua lapisan !"
Tee Tian Kauw segera bangun dari tempat duduknya,
dan keluar membawa kulit kambing itu untuk direndam
didalam air gunung. Kemudian ia kembali lagi membawa
dua potong kulit kambing yang basah. Betul saja kulit
kambing itu terdiri dari dua lapis…… lapisan atas berwarna
hitam, dan lapisan bawah berwarna putih. Sambil tertawa ia
berkata : „Giok Ko-ko, kau agak tolol Mengapa tidak
direndamtadinya?"
Kong Sun Giok tidak menjawab. la merasa canggung di-
ejek demikian, tetapi ia merasa girang melihat
perkembangan usahanya.
Lalu Heng Tay-soe berkata: „Orang yang meninggalkan
kulit kambing ini betul2 cerdik. la telah membuat orang
memutar otaknya untuk menafsirkan lingkaran2 dengan
tujuh warna itu dan sajak yang merupakan teka-teki.
Siapapun tidak akan menduga kulit ini terdiri dari dua lapis
!"93
Tee Tian Kauw lalu menggosok kering kedua potong
kulit kambing itu dengan hati2, dan sambil memegang kulit
kambing yang putih ia menanya gurunya :„Tay-soe,
cobalah lihat kulit kambing ini. Bukankah diatasnya ada
gambar pemandangan?"
Kong Sun Giok mendekati Heng Tay-soe dan
mengawasi gambar yang tertera diatas kulit kambing yang
putih itu. la melihat gambar sebuah puncak gunung yang
tinggi, dan disebelah kanan puncak yang tinggi itu ada lagi
sebuah puncak yang lebih rcndah. Diatas puncak tersebut
tampak suatu lingkaran berwarna merah, dan didalam
lingkaran merah itu ada delapan huruf yang berbunyi: Ju
Cai Ju Tiong, Ko Beng Ju Kek (Kelembutan berada dalam
watak lemah-lembut, kemuliaan dapat menalukkan
kelembutan)!
Ketiga orang itu lalu duduk diam, dan berusaha
menafsirkan arti sajak itu. Apakah puncak yang tinggi itu
menunjukkan puncak gunung dimana kitab Ju Keng
tersimpan? Tetapi puncak gunung yang manakah? Apakah
puncak yang rendahan tempat tersimpannya kitab Ju Keng?
Lagi pula sajak yang berbunyi : Ju Cai Ju Tiong, Ko Beng
Ju Kek apakah artinya? Huruf pertama 'Ju' itu mungkin
berarti kitab Ju Keng. Tetapi apakah artinya huruf 'Ju' yang
kedua? Mereka memutar otak berusaha menafsirkan selama
setengah hari. Kemudian Tee Tian Kauw mengembalikan
kulit kambing yang putih itu kepada Kong Sun Giok sambil
berkata: „Gok Ko-ko, huruf 'Ju' kedua itu sukar ditafsirkan.
Pendapatku ialah kau harus mencari puncak yang tinggi itu
dulu, dan kemudian pergi menyelidiki puncak yang lebih
rendah."
Kong Sun Giok menjawab sambil tersenyum :„Tian
Kauw, omonganmu sangat beralasan. Tetapi entah berapa94
banyaknya puncak2 gunung. Puncak tinggi yang manakah
yang harus?"
Lalu 'Heng Tay-soe berkata : „Dikaki gunung Siat Hong
San disebelah barat propinsi Hunan ada tinggal bertapa
seorang tua yang bernama Sio Yo Sian Seng. la telah
mengembara keberbagai tempat, dan mengenal banyak
gunung2 maupun sungai2. Tidak salahnya jika cucu Sun
Giok pergi menemui dia, dan memohon pertolongan atau
bantuannya."
Usul tersebut menggirangkan Kong Sun Giok. la
sebetulnya hendak segera berangkat, akan tetapi ia teringat
akan Bian Leng Jun dalam dirinya Tee Tian Kauw. Sikap
tersebut dapat dilihat oleh Tee Tian Kauw yang lalu
berkata: „Giok Ko-ko, aku yakin kau ingin lekas2 mencari
kitab Ju Keng, tetapi kau agaknya enggan berpisah dari aku.
Tetapi kita berdua mempunyai kepandaian silat yang tinggi,
dan kita dapat berjumpa lagi dengan mudah. Aku berlatih
ilmu silat pedang disini, dan kau dapat segera pergi mencari
Sio Yo Sian Seng. Setelah aku mahir betul, aku pasti datang
menyusul mencari Sio Yo Sian Seng dan menemui kau."
Heng Tay-soe berkata sambil tertawa : „Tian Kauw,
usulmu itu bagus sekali. Aku hanya mengharap kamu
berdua dapat selamanya saling bantu-membantu, dan dapat
ber-sama2 menunaikan tugas2mu." Lalu dengan
menghadapi Kong Sun Giok, ia berkata : „Cucu Kong Sun,
kau telah datang kesini dari tempat yang jauh. Aku tak ada
mempunyai apa2 untuk diberikan kepadamu. Aku hanya
dapat memberikan kepadamu 'Kasih-sayangku', dan aku
harap kau dapat menjaga diri dimana saja kau berada
dengan sikapmu yang sopan-santun, dan dengan watakmu
yang mengenal budi. Dengan berbuat demikian, aku yakin
kau senantiasa disertai keberuntungan !"95
Setelah itu, ia menghadapi Tee Tian Kauw dan berkata :
„Tian Kauw, aku harap kau giat berlatih, dan berlatih
sampai sempurna ilmu2 silat pedang yang baru kau pelajari
dari saudara angkatmu dengan mencurahkan semua
perhatianmu selama satu bulan. Setelah itiu kau dapat turun
gunung untuk menunaikan tugasmu! Nah! Kini kau
antarkan saudara angkatmu turun dari puncak ini !"
Kong Sun Giok lalu membungkukkan tubuhnya
memberi hormat clan menghaturkan terima kasih kepada
Heng Tay-soe. Kemudian ber-sama2 Tee Tian Kauw ia
turun dari puncak itu.
Mereka berjalan ber-damping2an sepcrti sepasang
merpati, dan tidak berbicara. Berpisahan itu sangat berat
bagi mereka!
Dengan ilmu meringankan tubuh, dengan cepat mereka
tiba dikaki gunung. Tee Tian Kauw menghadapi Kong Sun
Giok, memandang wajahnya sejenak, dan berkata: “Giok
Ko-ko, kau harus rela berpisah. Kau harus lekas2 mencari
kitab Ju Keng itu. Setelah lewat satu bulan, dengan ilmu
silat pedang yang akan kupelajari dengan sempurna, aku
pasti datang menyusul kau !"
Dengan berat sekali, Kong Sun Giok memaksa dirinya
untuk berpisah. la memutar badan, dan dengan tak
berbicara lagi ia segera lari pergi kearah barat-laut!
Tee Tian Kauw menggigit bibir untuk menahan air
matanya jangan sampai mengucur keluar. Ia terus
mengawasi Kong Sun Giok sampai hilang.
Disepanjang jalan Kong Sun Giok senantiasa
mengenang2kan pengalaman2 dan peristiwa2 yang lampau
: Lak Cao Shin Kun Ban Cun Bu kehilangan kedua betis,
akan tetapi dapat menjagoi dikalangan Bu Lim. Heng Tay-
soe kehilangan kedua lengan, akan tetapi ilmu silat yang96
telah diajarkannya kepada muridnya Tee Tian Kauw lihay
sekali: Bian Leng Jun yang cantik jelita tengah menantinya
dikota Lak Cao. Tee Tian Kauw yang mirip dengan Bian
Leng Jun dan yang selalu membikin ia mabuk asmara telah
menjadi adiknya. Lat Siu Shin Mo yang terkenal lihay
sekali ilmu silat tinjunya, karena telah dibebaskannya dari
kurungan dalam gua, juga telah menjadi kakak angkatnya.
Semua pengalaman2 dan peristiwa2 itu menyenangkannya.
Akan tetapi …… tugas ia membalas dendam guru2nya
belum terlaksana. Dimanakah kitab Ju Keng itu yanmdapat
membantu usahanya? Dan apakah artinya sajak „Ju Cai Ju
Tiong, Ko Beng Ju Kek" yang tertera diatas kulit kambing
yang putih itu? Betul sajak yang berbunyi : Kong Wai Cu
Kong, Sek Tiong Cu Sek telah dapat diartikan, akan tetapi
masih juga tidak diketahui dimana kitab Ju Keng tersimpan.
Menurut Heng Taysoe, ia harus mencari Sio Yo Sian Seng
yang mungkin dapat memberikan petunjuk padanya. Jika
Sio Yo Sian Seng juga tak dapat mengetahuinya ……
bagaimanakah? Demikianlah Kong Sun Giok berpikir
disepanjang jalan.
Pada suatu hari ia tiba disuatu tempat yang luar biasa.
Didepan matanya ada barisan gunung. Batu2 gunung yang
beraneka bentuk, pohon2 dan tumbuh2an yang belum
pernah dilihatnya dan air terjun dengan air yang jernih,
tampak disekitarnya. Dilereng gunung disebelah baratlaut ia
menampak hutan pohon bambu, dan tiap2 pohon bambu
setinygi 7 atau 8 depa. Angin yang sejuk meniup dengan
halus ketubuhnia. Ia merasa berada didunia lain!
Sebetulnya ia gemar sekali akan pohon bambu. la datang
menghampiri hutan bambu itu, dan setelah mencari tempat
Yang nyaman, ia berbaring ditanah untuk beristirahat
dengan maksud mencari orang yang dapat memberi97
petunjuk kepadanya dimanakah letaknya guniang Siat
Hong San.
Belum lama ia berbaring, se-konyong2 terdengar olehnya
dari dalam hutan bambu itu suara nyanyian : „Cobalah
tanya kepada para pahlawan, setelah mereka menjadi jago,
apakah manfaatnya? Bukankah manusia akhirnya juga
masuk kelubang kubur?"
Kong Sun Giok yang faham akan sastra segera dapat
mengetahui bahwa sajak yang dinyanyikan itu adalah
karangan Bee Ci Yen dari zaman dinasti Goan. la bangun
dan menyelidiki siapakah yang telah bernyanyi itu. Dengan
ilmu meringankan tubuhnya, dengan pesat dan gesit sekali
ia berlari kian kemari mencari orang yang menyanyi itu.
Ketika ia merasa bahwa ia telah berada dekat sekali dengan
orang itu, ia berjalan dengan sikap yang waspada. Betul saja
di-tengah2 hutan bambu itu, disamping satu batu gunung
yang besar ada seorang tua berjubah warna coklat tengah
berbaring. Orang tua itu sedang menikmati arak dan
hidangan2 ringan!
Meskipun orang tua itu mengetahui ada orang yang
menghampirinya, akan tetapi ia tetap berbaring sambil
bernyanyi. Ketika itu ia menyanyikan sajak dari penyair
Pek Lok Tian dari zaman dinasti Tong. Mendengar sajak2
yang dinyanyikan itu, Kong Sun Giok segera mengetahui
bahwa orang tua ini bukan orang biasa. la berjalan sampai
didepan orang tua itu, membungkukkan diri memberi
hormat, lalu berkata : „Pak, mungkin bapak ini seorang
suci. Hamba ini juga bukannya orang yang tamak atau
serakah. Bagi hamba tempat ini asing sekali. Oleh karena
itu hamba mohon bapak memberi petunjuk2."
Si-orang tua lalu bangun dan duduk disamping batu itu.
la mengawasi Kong Sun Giok sejenak, lalu berkata sambil
tertawa : „Sio-tee dari manakah? Sio-tee ingin menanya98
jalan yang manakah ? Kau katakan kau bukan seorang yang
tamak atau serakah, akan tetapi ilmu meringankan
tubuhmu itu betul2 lihay. Dengan maksud apakah kau
datang kesini ?"
Kong Sun Giok melihat bahwa si-orang tua itu masih
merasa curiga terhadapnya. la bersikap sabar dan hormat,
dan berkata lagi: „Hamba datang dari puncak Ti Shing
Hong dari pegunungan Kauw Ji San. Hamba ingin pergi
kepuncak Siat Hong San disebelah barat propinsi Hunan.
Hamba telah mengganggu ketenteraman bapak, dan hamba
minta dimaafkan."
Orang tua itu lalu tertawa lagi dan berkata : „Sio-tee
rupanya baru terjun dikalangan Kang-ouw. Meskipun kau
tidak tamak, akan tetapi kau masih belum dapat menahan
napsu. Tempat ini adalah Siat Hong San!"
Kong Sun Giok merasa girang mendengar bahwa ia telah
berada digunung Siat Hong San. Ta merasa girang karena
meskipun ia tak tahu jalan, namun ia telah beruntung tidak
tersesat. Dengan wajah ber-seri2 ia menghaturkan terima
kasih kepada orang tua itu.
Wajah orang tua itu lalu berubah. Dengan senyuman
lebar ia berkata :„Sio-tee telah datang dari puncak Ti Shing
Hong dari pegunungan Kauw Ji San. Tetapi disitu ada
tinggal berdiam atau bertapa seorang jago silat ang lihay
dengan nama Kong Men Ki Hiap Heng Tay-soe. Apakah
kau tidak menjumpainya ?"
Mendengar orang tua itu juga mengenal Heng Tay-soe,
ia berpikir „Aneh sekali! Aku telah beruntung sekali! Segala
yang aku usahakan selalu memperoleh bantuan. Apakah
orang tua ini bukannya Sio Yo Sian Seng ang sedang
dicarinya?" Lalu ia bertanya dengan hormat : „Hamba ini
bernama Kong Sun Giok. Aku, atas perintah Heng Tay-soe,99
datang kesini dengan maksud mencari Sio Yo Sian Seng.
Apakah hamba dapat mengetahui nama bapak ?"
Orang tua itu meng-urut2 jenggotnya yang panjang, dan
sambil tersenyum ia berkata : „Sio-tee, kau bukan saja telah
tiba digunung Siat Hong San, kau juga telah menjumpai Sio
Yo Sian Seng. Aku baru saja kembali dari pegunungan Oey
San. Gelarku ialah sibangau liar. Aku pemalas. Aku enggan
melihat orang. Akan tetapi karena Sio-tee ada hubungan
dengan Heng Tay-soe, dan telah datang dari tempat yang
jauh, aku harus menerima kau. Marilah kita masuk
kegubukku, dan kau dapat menceritakan maksud
kedatanganmu. Meskipun ilmu silatku ini kalah dari ilmu
silatnya Heng Tay-soe, tetapi belum tentu kalah dari ilmu
silatmu. Jika ada sesuatu yang aku dapat membantu, kau
dapat memberitahukan kepadaku."
Sambil berbicara, si-orang tua membereskan cangkir dan
guci araknya, dan mengajak Kong Sun Giok kegubuknya.
Kong Sun Giok memperhatikan bahwa perabot2 didalam
gubuk itu kebanyakan dibuat dari bambu atau batu gunung.
Setelah mereka terduduk, Kong Sun Giok lalu
mengeluarkan kulit kambing yang putih dan
memperlihatkan itu kepada Sio Yo Sian Seng dengan
permintaan supaya sudi menjelaskan teka-teki yang tertera
diatas kulit kambing itu!
Sio Yo Sian Seng mengawasi dan menyelidiki agak lama
teka-teki diatas kulit kambing itu. Lalu ia memejamkan
kedua matanya untuk berpikir. Kemudian Sio Yo Sian Seng
membuka kedua matanya, dan dengan mengerutkan kening
ia berkata : „Kong Sun Sio-tee, meskipun aku baru saja
mengenal kau, tetapi Heng Tay-soe telah menolong aku,
dan budinya tak bisa kulupakan. Aku harus menceritakan
segala sesuatu dengan jujur. Aku selalu bersikap masa
bodoh. Aku tidak menghiraukan harta benda atau100
keuntungan. Aku gemar sekali berkelana. Oleh karena itu
selama beberapa puluh tahun yang lampau aku telah
berkelana kebanyak tempat, mungkin juga aku pernah
berkelana diseluruh negeri ini. Aku pernah mendaki banyak
gunung maupun puncak. Aku tidak ingat semua gunung2
atau puncak2 itu. Tetapi aku akan menceritakan apa saja
yang aku masih ingat. Setelah melihat gambar puncak2
gunung diatas kulit kambing itu, aku teringat akan puncak2
yang bentuknya dan Ietaknya mirip seperti puncak2
didalam gambar diatas kulit kambing itu."
Kong Sun Giok berkata sambil tersenyum :„Hambapun
tidak mendesak bapak. Sudilah kiranya bapak
memberitahukan apa saja yang bapak masih ingat."
Sambil tersenyum Sio Yo Sian Seng melanjutkan : „Sio-
tee telah menjumpai aku. Aku ingin mengetahui maksud
Sio-tee pergi ke-puncak2 itu."
Lalu Kong Sun Giok menuturkan segala sesuatu tentang
tekadnya mencari kitab Ju Keng atas perintah gurunya agar
dapat membalas dendam dan mencuci malu gurunya. Iapun
ingat akan pemberitahuan gurunya yang telah berusaha
mencari kitab Ju Keng itu selama beberapa puluh tahun
tetapi hampa.
Orang tua itu agaknya puas dengan penjelasan itu, lalu
sambil meng-hitung2 dengan jari2 tangannya, ia
melanjutkan penuturannya : „Gunung Tiang Pek San yang
terletak diluar tembok kota dekat Chosen kedua puncaknya
mirip seperti puncak2 digambar. Gunung Pek Tian San
dipropinsi Sinkiang kedua puncaknya juga mirip seperti
puncak2 digambar. Puncak2 yang mirip seperti gambar itu
terletak dipegunungan Biauw Ling dipropinsi Kwie Cioe,
dipegunungan Lak Cao dipropinsi Yunan dan
dipegunungan Kong Son dekat propinsi Kwangtung.101
Kelima tempat itu se-akan2 terpencar disemua mata angin.
Sio-tee bagaimanakah mencarinya?"
Dengan hormat Kong Sun Giok menjawab : „Dengan
ketekunan dan kegiatan maka besi potongan dapat digosok
menjadi jarum. Bapak telah membantu hamba membatasi
tempat2 yang hamba harus datangi dengan penuturan yang
berharga itu. Jika hamba mundur karena kesukaran atau
kesulitan, bagaimanakah hamba dapat menunaikan tugas
hamba? Tiang Pek San berada dipropinsi dekat Chosen, Pek
Tian San dipropinsi Sinkiang, ke-dua2nya agak jauh. Tetapi
pegunungan Biauw Ling, Kong San dan Lak Cao berada di-
propinsi2 Hoen Lam dan Kwiciu, dan hamba dapat pergi
mencari dipegunungan2 tersebut. Jika tak berhasil, hamba
baru pergi kepropinsi Sinkiang atau kepegunungan Tiang
Pek San yang terletak dekat Chosen. Budi guru2 hamba
sangat besar, dan hamba harus melaksanakan pesan guru2
hamba itu. Dengan lain perkataan, hamba telah bersumpah,
jika hamba tak berhasil melaksanakan pesan guru2 hamba,
hamba lebih suka mati daripada hidup berhutang budi. Ya
hamba akan menjadi malu terhadap diri sendiri. Oleh
karena itu, hamba tak akan berhenti berusaha! Sebulan lagi,
muridnya Heng Tay-soe, Tee Tian Kauw akan datang
kesini mencari hamba. Hamba mohon bapak
memberitahukan maksud dan tempat2 yang hendak hamba
datangi. Hamba sangat berterima kasih kepada bapak."
la membungkukkan tubuhnya menghaturkan hormat dan
menyatakan terima kasihnya. Lalu ia minta diri kepada Sio
Yo Sian Seng itu. Sebelumnya ia pergi, Sio Yo Sian Seng
mengeluarkan sebuah botol kecil terbuat dari porselen
putih. Diserahkannya botol kecil itu kepada Kong Sun Giok
clan berkata : “Sio-tee bersemangat satria, dan mengenal
budi. Tidak percuma Thian Lam Sa Kiam mempunyai
murid serupa kau. Aku Sio Yo Sian Seng sangat102
mengagumi watak dan budi-pekertimu. Kali ini kau hendak
pergi kepropinsi Hoen Lam (In Lam) dan Kwiciu, kau juga
mengetahui akan menjumpai banyak rintangan2. Kau pasti
akan masuk kedalam hutan2, mendaki gunung2,
menyeberangi sungai2 dalam usahamu mencari tempat
dimana kitab Ju Keng tersimpan menurut petunjuk yang
tertera diatas kulit kambing itu. Aku tidak mempunyai
barang apa2 yang berharga untuk diberikan kepadamu.
Tetapi botal kecil ini berisi obat yang mustajab sekali yang
dapat menghilangkan segala racun. Siotee dapat
menyimpannya baik2 dibadan. Pada suatu waktu obat itu
akan berguna sekali bagimu. Aku do'akan kau berhasil."
---oo0oo---
BAGIAN 6
DENGAN TEKAD MENDAKI GUNUNG BIAUW
LING
Kong Sun Giok mengetahui bahwa Beng Ya Hok alias
Sio Ya Seng sudah lama berkelana dimana-mana, dan yakin
bahwa obat-obatan yang dibuatnya pasti mustajab. la
menghaturkan banyak terima kasih, lalu berjalan menuju
kepegunungan Biauw Ling dipropinsi Kwiciu menurut
petunjuk2 Sio Yo Sian seng itu.
Propinsi Hunan clan propinsi Kwiciu berdamping-
dampingan. Setelah menyeberangi sungai Kiam Ho
dipropinsi Kwiciu, Kong Sun Giok-tiba disuatu desa yang
terletak dekat kaki gunung Lui Kong San. Ia mencari
sebuah kedai untuk membeli makanan dan minuman dan
untuk beristirahat. Ketika ia sedang minum arak dikedai itu,
tiba2 terdengar olehnya seorang yang sedang duduk dimeja
lain dikedai itu berkata : „Ilmu silat Thian Lam dari
pendeta maling itu terlampau lihay. Meskipun guru kita103
telah mengundang dua orang jago silat dari daerah Kwiciu
tengah, ia masih juga belum merasa aman. Apakah barang2
yang kita butuhkan telah kau siapkan?"
Pertarungan hebat karena pembalasan dendam
dikalangan Kang Ouw adalah peristiwa yang lumrah.
Tetapi ucapan „Silat Thian Lam dari pendeta maling itu
terlampau lihay" telah membikin Kong Sun Giok terkejut.
Ia berpikir :„Guruku, Goan siu To Tiang, telah
memberitahukan bahwa aku harus mencari dua saudara
kakak2 seperguruanku dalam usaha mencari kitab Ju Keng
dan membalas dendam. Dari kedua kakak2 itu yang satu
terkenal sebagai Menjangan, dan yang lain sebagai Bangau.
Mereka berkecimpung dikalangan Kang Ouw dan
senantiasa berkelana dimana-mana. Mereka tidak
mempunyai tempat kediaman yang tetap. Mungkinkah
„pendeta maling" yang disebut-sebut oleh orang itu salah
seorang dari mereka? Oleh karena itu, ia terus
mendengarkan ucapan2 dari meja lain itu dengan pertuh
perhatian. Dengan tertawa terbahak orang yang ditanya tadi
menjawab : „Caraku ini boleh dikatakan yang terbaik
disemua propinsi2 dibarat-daya. Malam ini pendeta maling
itu mungkin binasa ditangan guru kita kedua jago silat dari
daerah tengah propinsi Kwiciu. Jika tidak, iapun tidak akan
luput dari kebinasaan dihutan dimuka pengunungan Lui
Kong San!"
Lalu orang yang bertanya mula2 tadi berkata : „Su-tee!
Jangan bicara keras2! Pendeta maling itu lihay sekali ilmu
silatnya, dan siasat kita ini tidak boleh bocor! Persiapan itu
harus kita lakukan dulu!"
Kemudian mereka memanggil pemilik kedai, membayar
makanan dan araknya, dann keluar dari kedai itu.
Kong Sun Giok yakin bahwa „pendeta maling" dengan
ilmu silat Tian Lam yang disebut-sebut oleh kedua prang104
tadi adalah salah seorang paman gurunya, atau seorang
Hiap-su (pendekar budiman)!
“Siasat apakah sedang mereka persiapkan? Berapakah
banyaknya jago2 silat yang mereka undang untuk melawan
„pendeta maling" itu?”
Kong Sun Giok berpikir „Mengapa aku tidak pergi
menyelidiki hutan dimuka pengunungan Lui Kong San.
Bila „pendeta maling" itu adalah kakak2 seperguruanku
bukankah aku dapat segera memberitahukan kabar buruk
tentang tewasnya Goan Siu To Tiang, dan dapat bersama-
sama mencari kitab Ju Keng dalam usaha membalas
dendam guru dan paman2 guruku?"
Kedai yang terletak dekat kaki gunung Lui Kong San itu
tidak jauh dari hutan yang terletak dimuka gunung itu. Hari
baru senja. Lalu dengan tekad yang bulat Kong Sun Giok
jalan menuju kehutan itu.
Dihutan itu banyak sekali tumbuh pohon bambu. Tiga
buah sisi hutan itu adalah gunung2, dan sebuah lagi adalah
lapangan luas. Kong Sun Giok menduga bahwa tempat
yang dimaksud oleh kedua orang tadi adalah lapangan yang
luas itu dengan pohon2 bambu dan beberapa pohon2 yang
besar dan tua. Setelah memilih sebuah pohon yang besar,
lalu ia memanjat keatas sebuah dahan dari pohon itu dan
bersembunyi. Dari tempat persembunyiannya ia dapat
melihat dengan leluasa.
Baru lebih kurang seperempat jam ia berada diatas dahan
itu, tampaklah olehnya lima buah bayangan hitam sedang
berlari-lari dari arah barat-laut, dan tiga prang diantara
mereka itu dapat berlari dengan pesat sekali dengan ilmu
meringankan tubuhnya. Kong Sun Giok memperhatikan
bahwa salah seorang dari ketiga orang yang tiba lebih dulu,
adalah pendeta berjubah kuning dan memegang senjata105
sebuah sekop persegi, dan dua prang yang lain berpakaian
hitam yang serupa bentuknya, akan tetapi yang satu
jangkung dan gemuk tubuhnya, dan yang lain pendek dan
kurus. Semuanya mempunyai wajah yang jahat dan kejam!
Kong Sun Giok menduga : „Pendeta berjubah kuning itu
pasti guru kedua prang yang bicara didalam kedai tadi, dan
kedua prang yang berpakaian hitam pasti adalah jago silat
yang diundang datang dari daerah tengah propinsi Kwiciu.
Dua prang lagi yang ketinggalan, dibelakang adalah yang
aku jumpai di-kedai."
Setelah mereka berkumpul, pendeta berjubah kuning
mengajak semuanya masuk kedalam hutan. Sambil
tersenyum ia berkata kepada kedua pemuda yang
berpakaian hitam :„Ilmu silat dari pendeta maling itu betul2
lihay. Aku harus minta bantuan kedua saudara!"
Lalu si-jangkung-gemuk menyahut : „Harap saudara
jangan kuatir! Sebetulnya segala siasat yang kau siapkan itu
tidak perlu. Masa kita bertiga tak dapat melawan seorang
jago silat Thian Lam?"
Ucapan „jago silat Thian Lam" itu lebih meyakinkan
Kong Sun Giok, bahwa yang akan datang memenuhi janji
untuk bertempur adalah kakak2nya itu, si Menjangan atau
si Bangau!
Baru saja ucapan si-jangkung-gemuk itu selesai,
terdengarlah dari belakang sebuah batu gumung yang besar
dan yang terletak lebih kurang 3 depa dari sijangkung-
gemuk itu suara orang tertawa dan berkata :„Kim Cit! Pang
Kauw! Kamu datang dari daerah tengah, dan sekarang baru
belajar kenal dengan ilmu silatku. Bagaimanakah kamu
mengetahui bahwa jago silat Thian Lam dapat dilawan
dengan mudah."106
Ucapan tersebut dibarengi dengan melompat keluarnya
dari belakang batu besar itu seorang Tojin (pendeta)
berjubah hijau, berusia lebih kurang 30 tahun, bertubuh
tegap dan berwajah merah. Diatas bahunya menonjol
keluar dari punggungnya sebuah gagang pedang.
Semenjak memperoleh kabar buruk tentang gugurnya
guru dan paman2 gurunya, Kong Sun Giok selalu
memikirkan dimanakah ia harus mencari saudara2nya itu.
Dewasa itu, ketika ia melihat pendeta yang berjubah hijau,
dan yakin betul bahwa pendeta itu adalah kakak2nya si
Bangau, ia tak dapat lagi menahan napsunya. la berseru
sambil meloncat turun dari dahan pohon „Ji-Su-heng!"
Si-jangkung-gemuk yang bernama Kim Cit dan
bersenjata martil besi, dan si-pendek-kurus yang bernama
Pang Kauw sudah lama berbuat sewenang-wenang didaerah
tengah propinsi Kwiciu, dan tidak ada orang yang dapat
mencegahnya! Kim Cit dengan ilmu silat tenaga luar yang
baik sekali belum pernah di-ejek orang. Mendengar ejekan
It Hok Tojin (si-Bangau), ia menjadi sangat gusar. Ketika
baru saja ia hendak menyerang, Kong Sun Giok sudah
melompat turun dari dahan pohon!
Dengan wajah bengis ia membentak : „Dari manakah
datang anak haram ini? la berani mengganggu kita
Bukankah ia mencari mati?!" Makian itu dibarengi dengan
satu jotosan yang keras kearah dadanya Kong Sun Giok!
It Hok To-jin pun tidak menduga bahwa Suteenya (adik)
telah datang berkelana sampai dipegunungan Biauw Ling.
Ia telah mengetahui bahwa jotosan Kim Cit itu sangat lihay
Baru saja ia ingin membantu, tiba2 terdengar suara
embusan angin yang keras diudara, dan Kong Sun Giok
sudah berdiri didampingnya! Kim Cit telah terdorong
mundur 5 - 6 kaki, dan belum sempat menjejakkan kakinya!107
Sebetulnya setelah Kong Sun Giok melompat turun dari
dahan nohon, dan mengetahui bahwa Kim Cit
menyerangnya dengan sebuah jotosan, ia segera
menggunakan ilmu Tian Shing Cong atau Menyodok
bintang2 dilangit yang dipelajarinya dari Lat Siu Shin Mo,
saudara angkatnya. Dengan tangan kiri dipijitnya tangan
Kim Cit yang menjotos itu, lalu dengan mencondongkan
tubuhnya sedikit kekiri, bahu kanannya mendorong tubuh
Kim Cit sehirgga ia terdorong mundur 5 - 6 kaki!
Silat itu bukan saja mengejutkan pendeta berjubah
kuning, dan si-pendek-kurus Pang Kauw, bahkan Kim Cit
sendiripun menjadi tak berdaya, karena setelah tangannya
dipijit oleh Kong Sun Giok, matanya menjadi berkunang-
kunang, dan ia merasa dadanya yang terdorong oleh bahu
lawannya sakit-sekali seakan-akan telah ditinju dengan
hebat!
It Hok 'T'o-jin yang menyaksikan itu, juga merasa heran
dan gembira. Tetapi ketika ia melihat bahwa Kong Sun
Giok mengeluarkan air mata, dengan cemas ia bertanya :
„Su-tee, mengapa kau tiba2 datang kepegunungan Biauw
Ling ini? Apakah guru dan kedua paman guru selamat?"
Kong Sun Giok berpikir, bahwa disitu bukan tempatnya
untuk menceriterakan kabar yang harus disampaikannya. la
berketapan hendak membereskan lawan2nya yang sedang
dihadapi. Maka ia menahan air matanya dan menyahut :
„Mereka semuanya baik. Memang banyak yang hendak
siauwtee bicarakan. Lebih baik kita bereskan jahanam2 ini
lebih dulu. Sebentar Sio-tee akan menceriterakan kepada Ji
Su-heng!"
It Hok To-jin masih merasa cemas karena bunga putih
yang disematkan didadanya Kong Sun Giok. Dengan
jawaban Kong Sun Giok tadi ia terpaksa meladeni
lawan2nya. Sambil menunjuk pendota berjubah kuning, ia108
berkata kepada Kong Sun Giok : „Su-tee, coba lihat pendeta
ini. Berapa usianya menurut taksiranmu? Tetapi ia dapat
julukan 'Hidung putih', lucu, bukan? Apakah ia tidak harus
dibunuh mati?"
Dengan mengayun sekop perseginya pendeta berjubah
kuning membentak : „It Hok Cek To (pendeta maling)
Pertempuran malam ini, yang kuat hidup dan yang lemah
binasa. Yang murni berbahagia dan yang palsu musnah.
Siapakah yang sudi, mengadu mulut denganmu. Ayo, cabut
pedangmu!"
It Hok To-jin tertawa, dan mengangkat tangannya untuk
mencabut pedangnya. Kong Sun Giok berkata dengan suara
rendah : „Pendeta jahat ini, disamping mengundang jago2
silat untuk membantu, juga telah memasang perangkap.
Sio-tee yang melawan pendeta itu, dan Su-heng dapat
menjaga."
It Hok To-jin telah mengetahui bahwa gurunya Goan Siu
To Tiang sangat sayang pada Kong Sun Giok, dan telah
mengajarinya semua ilmu silat pedang Thian Lam. Dengan
ilmu silat Tian Shing Cengnya, yang telah menyebabkan
Kim Cit tadi tak berdaya, ia yakin bahwa Kong Sun Giok
dapat melawannya. Dengan menunjuk ketiga2 lawannya, ia
berkata : „Su-tee, baiklah kau yang mengajar pendeta
hidung putih ini supaya tahu adat. Kedua pembunuh itu,
Kim Cit dan Pang Kauw juga penuh dengan dosa2. Jika
kau melawan mereka, ingat delapan huruf yang berbunyi :
Yang diatas batang lehernya hanya jahanam2 belaka!'
Tentang perangkap yang mereka pasang, aku akan
memperhatikan!"
Lalu sambil tersenyum, Kong Sun Giok mencabut
pedangnya. Pendeta berjubah kuning memang sudah takut
melawan It Hok To-jin. Kini setelah melihat cara Kong Sun
Giok menjadikan Kim Cit tak berdaya, ia maju dengan109
perasaan kuatir. Kim Cit yang telah diberi malu oleh Kong
Sun Giok, lalu datang menghalangi si-pendeta, berjubah
kuning. la berkata : „Pendeta tua, kau mundur. Aku yang
akan mengajar adat anak kemarin dahulu ini".
Pendeta berjubah kuning itu, bukan saja bertabiat busuk,
tetapi juga palsu hatinya. Mendengar seruan Kim Cit, ia
buru2 mundur dengan perasaan girang. Lalu Kim Cit
mengeluarkan, senjatanya yang ganjil bentuknya. Dengan
suara keras ia membentak : „Hei! maling kecil! Kau datang
menyerang dan rasakan martil besi yang termashur lihay di
barat-daya dari Kim Cit ini!"
Kim Cit bersenjata sebuah martil besi yang berbentuk
tinju manusia dan gagangnya lebih kurang 4 kaki
panjangnya. Dengan senjata yang ganjil itu ia telah berbuat
sewenang-wenang didaerah tengah propinsi Kwiciu dan
belum pernah menjumpai lawan yang dapat
menalukkannya!
Kong Sun Giok yang berwatak peramah dan suka
pemurah sebetulnya tidak bermaksud mencelakakan orang
lain. Akan tetapi lawannya itu sangat kejam dan jahat. Jika
manusia semacam itu dibiarkan berbuat sewenang-
sewenang dikalangan Kang Ouw, bukan saja mereka
menodai nama baik jago2 silat dikalangan Kang Ouw,
bahkan juga mencelakakan atau membunuh rakyat yang tak
berdosa.
Dengan tekad tersebut Kong Sun Giok lalu menyerang
lawannya dengan pokkiam. Ilmu silat pedang Tian Lam
sangat memperhatikan ketenangan dan kesungguhan. Kong
Sun Giok menyerang dengan tenang, tetapi bersungguh-
sungguh. Serangan yang secepat kilat menusuk kearah
mukanya Kim Cit yang belum pernah rnenjumpai tusukan
secepat itu! la terkejut, dan dengan secepat kilat pula
ditangkisnya ujung pedang itu dengan martil besinya.110
Tetapi ia tidak mengetahui bahwa ilmu silat pedang Thian
Lam itu, disamping mempunyai ketenangan dan
kesungguhan, juga ketekunan. Kong Sun Giok lekas
menarik kembali pedangnya sebelum beradu dengan martil
besi lawannya untuk disodokkan lagi dengan secepat kilat
kearah dada musuh!
Si-martil besi Kim Cit melihat tangkisannya gagal, lalu
menekan pedang yang menusuk kearah dadanya dengan
martil besinya. Ia merasa martil besinya melekat kencang
pada pedang seterunya dan kemudian ia merasa bahwa
pedang itu sangat berat sekali dan menyebabkan tangannya
yang memegang martil besi itu tergetar. Kong Sun Giok
menarik martil besi lawannya, dan disaat itu dada seterunya
kosong tak terjaga! Dengan memutar pedangnya ke
tenggorokkan seterusnya. Seumur hidupnya ia belum
pernah membunuh orang, dan pada saat yang kritis itu
diubah tusukkan tersebut untuk menebas lengan kanan
seterunya, Kim Cit menjerit kesakitan, dan lengan
kanannya terlempar ketanah.
Si-pendek-kurus tidak menduga sedikitpun bahwa
saudara angkatnya Kim Cit dapat dengan mudah
dikalahkan dan lengan kanannya ditebas. Tetapi dalam saat
itu, sambil menyuruh pendeta berjubah kuning menolong
dan mengobati lukanya Kim Cit, ia maju kehadapan Kong
Sun Giok sambil membentak : “Hei!Maling kecil! Kau tahu
siapakah yang telah kau lukai!? Mulai saat ini kau jangan
harap dapat hidup tenang! Aku dan kawan2ku akan
mengejar dan membunuh kau dimana saja kau berada!
Ayo! Jika kau betul2 lihay, coba kau tabas buntung lengan
kiri aku ini, Pang Kauw!''
Kong Sun Giok memperhatikan bahwa kekejaman dan
kejahatan wajah Pang Kauw An serupa dengan Kim Cit,
ditambah pula dengan sifat munafik. la lebih benci pada111
Pang Kauw itu. Dengan mengejek ia berkata : „Aku tak
perduli siapakah yang telah kulukai. Tapi aku tahu aku
telah mengajar adat seorang yang durhaka! Jika aku tidak
herhasil membasmii makhluk2 yang jahat serupa kalian,
bagaimanakah aku dapat melawan raja dari semua iblis,
Lak Cao Shin Kun Ban Cun Bu!"
Ucapan „Lak Cao Shin Kun Ban Cun Bu" itu bukan saja
menyebabkan wajah2nya Pang Kauw, Kim Cit dan pendeta
berjubah kuning menjadi pucat, bahkan It Hok To-jin pun
menjadi terkejut. la tidak mengetahui mengapa Kong Sun
Giok ingin melawan raja dari semua iblis2, Ban Cun Bu?
Kong Sun Giok menghadapi Pang Kauw dengan mata
terbelalak, dan berkata : „Kau suruh aku menebas buntung
lengan kirimu? Jika dalam tiga jurus tak berhasil aku
menebas lengan kirimu, bukanlah aku ini Kong Sun Giok!"
Kedua mata yang bersinar itu mengawasi Pang Kauw
yang segera melihat lengan kirinya. Kong Sun Giok
meneruskan : „Jangan kira kamu dapat berbuat sewenang-
wenang didaerah barat-daya. Aku dan paman guruku akan
membasmi kamu semua jahanam2 dalam jangka waktu
setengah tahun. Setelah kau kehilangan lengan, kau
mungkin menyuruh orang memasang perangkap untuk
mencelakakan kami. Tetapi kita dari partai Thian Lam tak
akan gentar!"
Pang Kauw setelah mendengar ejekan itu, tidak dapat
lagi menahan sabarnya. Dengan siulan tersebut seperti
seekor naga sedang merintih. Pedang didalam tangannya
tergetar. la menggunakan ilmu silat pedang Hua Kai Kua
Hut atau membuka bunga melihat dewa yang dipelajarinya
dari Ceng Lian Shin Ni. Makin lama makin hebat getaran
pedang itu, dan ke-dua2 toya Pang Kauw terdorong
kesamping. Pang Kauw lekas2 menyodok lagi. Tetapi Kong
Sun Giok mengegos kekanan, dan dengan satu bacokan112
secepat kilat ia berhasil menebas buntung lengan kiri,
seterusnya sebelum ia dapat berbuat suatu! Demikianlah
dalam tiga jurus : menggetarkan pedangnya, mengegos
kekanan, dan membacok, Kong Sun Giok berhasil menebas
buntung lengan kiri seterusnya Kong Sun Giok tidak
menyerang terus. Pedangnya ditarik kembali, dan
memberikan kesempatan kepada lawannya untuk
mengobati lukanya. Lalu ia membentak: „Sebetulnya kami
harus segera membunuh kamu yang sangat jahat dan kejam
ini. Akan tetapi kami teringat akan pesan guru kami untuk
tetap bermurah hati meskipun terhadap musuh besar. Kini
kami menebas buntung lenganmu sebagai peringatan, dan
kami harap kamu dapat menyesal akan perbuatan jahatmu
yang sudah2, dan berubah menjadi orang baik. Jika
dikemudian hari aku mendengar kamu berbuat jahat juga,
dan bila berjumpa lagi, pedangku ini akan menghabiskan
riwayatnya!"
Kim Cit dan Pang Kauw, setelah membalut lengannya,
dengan wajah yang tetap kejam dan perasaan sakit hati,
berlalu tanpa mengucapkar apapun! Si pendeta berjubah
kuning setelah melihat kedua jago silat yang diundangnya
telah dikalahkan dengan masing2 kehilangan sebuah
lengan, menjadi ketakutan bercampur girang. la ketakutan
karena ia pasti tak dapat melawan seterunya dan mungkin
juga perangkapnya akan menjadi gagal. la girang karena ia
yakin bahwa Kim Cit dan Pang Kauw yang telah diberi
malu demikian hebatnya, pasti menaruh dendam dan akan
memberitahukan itu kepada guru2nya. Ia yakin bahwa
salah satu guru2nya Kim Cit dan Pang Kauw dapat
meladeni orang2 dari partai Thian Lam! la tidak lari, tetapi
berdiri dengan penuh pikiran.113
Dengan sebuah bacokan Kong Sun Giok telah berhasil
menabas buntung lengan kiri lawannya
Lalu Kong Sun Giok menanya It Hok To-jin : ,.Ji Su-
heng, masih ketinggalan seorang pendeta durhaka. Apakah
Sio-tee juga yang harus membereskan?"
It Hok To-jin telah menyaksikan bahwa ilmu silat
pedang Kong Sun Giok itu dapat dipercaya. Dengan
beberapa ilmu silat yang telah dipelajari dan telah
dipertunjukkannya, Kong Sun Giok pasti dapat
membereskan pendeta berjubah kuning itu dengan mudah.
la berkata sambil tersenyum : „Sutee, pendeta durhaka ini
berlainan daripada jahanam2 tadi. la hanya gila perempuan,
dan kita mudah menjumpainya lagi. Dosa2nya besar sekali.
Kau harus menghajarnya!"
Kong Sun Giok manggut, lalu mendatangi pendeta
berjubah kuning itu. la membentak : „Hei, pendeta cabul!
Dengan menyamar sebagi orang suci kau berbuat mesum114
terhadap banyak wanita2. Dosa2mu besar sekali. Lagipula
kau telah menyuruh dua orang bersembunyi didalam hutan
untuk memasang perangkap. Ayo! lekas2 panggil mereka
keluar!"
Si-pendeta berjubah kuning tidak berani melawan,
karena ia yakin ia tak sanggup. Tetapi ia sangat cerdik. la
tertawa dan menyahut :„Kau tak usah tergesa-gesa. Aku
kini menyuruh kamu menangis". Lalu dipanggilnya
orang2nya : „Hei, lekas2 bawa, kesini kepalanya It Lok Cek
To!"
Ucapan tersebut membikin It Hok To-jin terkejut. 'Petapi
Kong Sun Giok yang telah mengetahui siasat lawannya
tidak menghiraukan.
Dua orang keluar dari hutan. Orang yang bertubuh
pendekan membawa sebuah bungkusan kain merah, dan
dengan mata terbelalak ia berkata dengan suara keras
kepada It Hok To-jin : „Hei! it Hok Cek To! Aku bawa
kepala saudaramu It Lok Cek To! Ni! ambil dan lihat
dengan kepala matamu sendiri!" Lalu dilemparkannya
bungkusan kain merah itu kepada ItHok To-jin!
It Hok To-jin menangkap bungkusan kain merah itu. Ta
merasa cemas sekali, karena ia yakin bahwa saudaranya, It
Lok To-jin, telah dibunuh dengan jalan curang oleh
musuh2nya. la hendak membuka bungkusan kain merah
itia untuk menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri.
Tetapi perbuatannya itu dicegah oleh Kong Sun Giok yang
berkata :„Ji Su-heng, hati2! Mungkin mereka menipu kita.
Bungkusan itu mungkin bukannya kepala orang. Kita harus
menggunakan ilmu tenaga dalam membuka bungkusan itu,
dan jangan mau tertipu oleh mereka!"
It Hok To-jin yang banyak pengalaman segera insyaf
akan keteledorannya setelah diperingati oleh Kong Sun115
Giok. la lekas2 meletakkan bungkusan itu ditanah. Lalu
bersama-sama Kong Sun Giok ia menggunakan tenaga
dalamnya menghadapi bungkusan itu yang jauhnya lebih
kurang 4 depa dari mereka. Betul saja, begitu bungkusan
tersebut terbuka, suara ledakkan terdengar! Bungkusan itu
isinya obat-pasang. Semua orang kecuali Kong Sun Giok
dan It Hok To-jin terlempar jatuh oleh ledakkan tersebut!
Kong Sun Giok dan it Hok To-jin hanya terdampar mental
2 depa jauhnya!
Setelah asap ledakkan buyar, Kong Sun Giok dan It Hok
To-jin menyaksikan pemandangan yang menegakkan bulu
roma. Si pendeta berjubah kuning telah menjadi hancur
luluh karena ledakkan itu. Kedua orang2nya, karena berdiri
agak jauh, yang satu segera tewas karena kepalanya
berantakkan, dan yang lain luka parah dengan mandi darah!
It Hok T'o-jin meng-goyang2kan kepalanya dan berkata :
„Inilah pembalasan Tuhan kepada orang2 yang bermaksud
jahat."
Melihat penderitaan hebat dari orang yang 90% mati itu,
maka It Hok To-jin menjotos dadanya sekali lagi, dan
segeralah ia tewas, dan lenyaplah penderitaannya!
Kemudian It Hok To-jin menghadapi Kong Sun Giok
dan berkata :„Su-tee kini kau dapat menceriterakan
semuanya, apakah guru dan paman2 guru kita semuanya
selamat?"
Belum lagi Kong Sun Giok menjawab, air matanya
segera mengucur dan ia amat merasa sedih. Lalu
dituturkannya peristiwa pertaruhan jiwa dilembah Lek Yun
Kok antara guru dan paman2 gurunya dengan Lak Cao
Shin Kun Ban Cung Bu. It Hok To-jin tidak dapat menahan
kesedihan hatinya, dan air matanyapun mengucurlah.
Dengan menumbuk sebuah pohon besar dengan tinjunya, ia
berkata dengan kedua mata terbelalak „Kini aku baru116
mengerti mengapa Su-tee barusan sebut2 Ban Cun Bu. Su-
tee, marilah kita bersama-sama membalas dendam guru dan
paman2 guru2 kita!"
Kong Sun Giok berkata : „Ji Su-heng, untuk membalas
dendam terhadap Ban Cun Bu kita mempunyai waktu 10
tahun. Guru kita juga ada pesan tcrhadap kita. „Kemudian
ia menuturkan peristiwa Bian Leng Jun membawa berita
buruk itu kepadanya dan pengalaman2 yang telah
dijumpainya setelah menerima berita buruk tersebut. Lalu
diberikannya kulit kambing yang telah dicongkelnya keluar
dari gagang pedang Poa Liong Kiam. It Hok To-jin
memeriksa kulit kambing itu, dan berkata : „Su-tee,
seterusnya kita tak dapat berpisah lagi. Kita harus mencari
kitab Ju Keng itu. Sayang sekali Toa Suheng kita entah
dimana. Mungkin ia dapat mengetahui dimana letaknya
puncak gunung yang ganjil dan tertera diatas kulit kambing
ini."
Kong Sun Giok berkata :„Menurut Sio Yo Sian Song
alias Reng Ya Hok, dari puncak2 yang mirip seperti gambar
itu ada satu yang terletak dipegunungan Biauw Ling. Kita
kini tak berjauhan dari pegLmungan Biauw Ling. Bukanlah
lebih baik kita menuju kesitu ?"
It Hok To,jin menganggukkan kepalanya dan berkata :
„Baik. Jika kita ke Lak Cao dan Kong San. Pegunungan
Pak Tian San dan Tiang Pek San sangat jauh dari sini,
maka kita harus pergi lebih dahulu kepegunungan2 yang
terdekat."
Kemudian mereka menguburkan dengan saksama
mayat2 seteru2nya sebelum mereka pergi kepegunungan
Biauw Ling.
Pegunungan Biauw Ling, dengan puncak2nya yang
ganjil dan luar biasa bentuknya, merupakan pegunungan117
yang terbesar dipropinsi Kwincin. Banyak keluarga2 suku-
bangsa Biauw tinggal menetap dipegunungan itu. Jarang
sekali orang pergi kepegunungan itu, karena ular berbisa
dan, binatang2 yang berbahaya masih merajalela disamping
orang2 Biauw yang masih belum mengenal kesopanan.
Dengan keyakinan bahwa mereka akan dapat mengatasi
semua rintangan2 itu, It Hok To-jin dan Kong Sun Giok
tidak takut untuk pergi kepegunungan itu bahkan sampai
ke-tempat2 yang terpencil sekalipun! Disepanjang jalan It
Hok To-jin menceriterakan segala adat-istiadat suku bangsa
Biauw disamping pengalaman2nya dikalangan Kang Ouw.
Pada suatu hari mereka harus meliwati hutan yang lebat.
Tiba2 Kong Sun Giok bertanya: „Ji Su-heng, Kim Cit dan
Pang Kauw yang telah kutebas buntung masing2 sebuah
lengannya telah mengatakan bahwa mereka mempunyai
sandaran untuk membikin pembalasan, apakah betul?"
It Hok To-jin menjawab : ,.Ketika aku menerima berita
buruk tentang tewasnya guru dan paman2 guru kita, aku
amat sedih, dan oleh karena itu aku lupa memberitahukan
kepadamu. Dewasa ini dikalangan Bu Lym, terdapat 10
jago2 silat yang lihay sekali dari partai yang baik maupun
yang jahat. Guru dan paman2 guru kita dari piartai Thian
Lam, Ban Cun Bu dan Shin It Cui yang terkenal sebagai
dua iblis dari Utara dan Selatan, Ceng Lian Shin Ni yang
kau diumpai dikuil dan yang telah menghukum Shin It Cui,
Sin Teng Coa-su dari pulau Cin Ju to dilautan utara, Shin
Lo dari pegunungan Mo San semuanya berdiumlah 8
orang, ditambah lagi dengan guru2nya Kim Cit dan Pang
Kauw, yalah Tok Pi Cai Jin (Srigala berlengan satu) dan
Lang Sin Siu Si (Pelajar berjiwa srigala)!”
Kong Sun Giok mengerutkan keningnya dan bertanya
lagi: „Guru saudara angkatku ialah Tian Kauw, Pu Heng
Toa-su, agaknya ilmu silatnya sangat tinggi, hanya kedua118
lengannya buntung. Apakah ia tak termasuk diantara 10
orang2 tersebut ?"
It Hok To-jin menggoyangkan kepalanya dan berkata:
"Orang tua itu rupanya mempunyai suatu urusan yang
meremukkan hatinya. Oleh karena itu ia memakai nama
'Heng' yang artinya 'Benci'. Tentang i!mu silatnya aku tak
mengetahui banyak. Tetapi kaIangan Kang Ouw ini luas
sekali. Yang terkenal adalah 10 orang itu, tetapi yang belum
terkenal entah berapa banyak." la berhenti sejenak, lalu
meneruskan: "Aku tadi mengatakan ada 10 orang: ialah 3
jago2 silat pedang Tian Lam, Ceng Lian Shin Ni, Sin Teng
Toa-su, dari kalangan agama Budha. Shin Lo dari
pegunungan Mo San tidak baik perbuatannya. Lat Siu Shin
Kun Shin It Cui meskipun terkenal kejam, tetapi ia masih
mempunyai perasaan prikemanusiaan. Lak Cao Sin Kun
Ban Cun Bu, meskipun kejam dan jahat, akan tetapi ia
memegang kepercayaan, dan selalu menepati jandii dan
pantas menjadi Su-hu (guru)! Guru2 dari Kim Cit dan Pang
Kauw, Tok Pi Cai Jin dan Lang Sin Siu Si, betul2 jahat dan
kejam dan perhuatannya sangat keji! Mereka akan
melakukan segala siasat untuk memusnahkan musuh2nya.
Ilmu silatnya ada yang paling rendah diantara 10 jago2 ini.
Terhadap musuh yang lebih kuat mereka bersembunyi,
tetapi terhadap musuh yang lebih lemah mereka menghina.
Maka selama 10 tahun ini meraka jarang menjumpai lawan
yang dapat memberikan hajaran yang setimpal kepadanya!
Su-tee berwatak ksatria, dan selalu rela memberi ampun
meskipun terhadap musuh yang jahat dan kejam. Su-tee
telah membebaskan Kim Cit dan Pang Kauw, dan jika kita
berjumpa dengan kedua guru2nya itu, maka usaha kita
mencari kitab Ju Keng ini pasti menemui rintangan besar!"
Kong Sun Giok menyahut : „Ji Su-heng merasa cemas.
Tetapi bukanlah kita akan bertempur melawan Ban Cun Bu119
yang lebih lihay dari Tok Pi Cai Jin dan Lang Sin Siu Si ?
Apa salahnya jika kita betul2 menjumpai mereka dan
menguji ilmu silat kita melawan mereka?"
It Hok To-jin tertawa dan menjawab :„Su-tee beryali
besar'.a Baiklah, kita siap melawan kedua jago2 silat yang
kejam itu, dan menyuruh mereka mencoba pedang kita !"
Sambil bercakap-cakap mereka berjalan terus, dan ketika
hampir tiba dikaki gunung, It Hok Tojin berhenti dan
berkata : „Su-tee, coba perhatikan. Gunung ini kelihatan
subur sekali dibagian atas dan agak tandus dibagian bawah,
mirip seperti gambar yang tertera diatas kulit kambing".
Kong Sun Giok memperhatikan dan menyaksikan bahwa
puncak gunung diatas mereka itu betul2 sebagaimana
dikatakan oleh It Hok To-jin, dan disehelah kanan dari
puncak itu terlihat sebuah puncak yang lebih rendah. Kong
Sun Giok melompat-lompat sehingga 3 atau 4 depa
tingginya karena girang, dengan keyakinan bahwa puncak
gunung yang mereka cari rupanya telah mereka temui!
It Hok To-jin yang menyaksikan loncatan itu berpikir
:„Su-tee ini telah mahir dalam ilmu silat pedang dapat
mengatasi Ceng Lian Shin Ni, dan ilmu tinju yang
dipelajarinya dari Shin It Cui. Kini ilmu meringankan
tubuhnya telah aku saksikan sendiri, hebat sekali.
Pembalasan dendam Tian Lam Sa Kiam terhadap Ban Cun
Bu telah ditakdirkan dibebankan diatas bahunya!"
Mereka menuju kepuncak itu, akan tetapi ketika berada
ditempat yang lebih dekat dari puncak itu, King Sun Giok
menjadi kecewa lagi, karena ia melihat juga sebuah puncak
yang lebih rendah disebelah kirinya. Dengan marah2 ia
berkata : „Lagi2 kita gagal!" It Hok To-jin menghibur : „Su-
tee, tak usah putus-asa. Kita belum mendaki puncak itu dan120
menyelidikinya. Mari kita mendaki untuk menyelidiki
dengan saksama."
Kong Sun Giok hanya dapat mengikuti kakak
seperguruannya, tetapi didalam hatinya ia yakin bahwa
puncak tersebut bukannya puncak yang harus mereka cari.
---oo0oo---
Bagian 7
MENAKLUKKAN DUA JAHANAM
…… Dengan satu tinju Sun Giok memukul patah dan hancur
batang kayu itu dengan mudahnya ………
Puncak tersebut sangat sukar untuk dipanjat karena
pohon2 sangat lebat dilerengnya. Tiba2 ia bertanya pada It
Hok To-jin : „Ji Su-heng, jika kita telah tiba dikota Lak
Cao, apakah kita akan hertempur melawan Ban Cun Bu
dikuil Sun Yo Kung ?"121
It Hok To-jin berpikir sejenak, lalu menyahut : “Menurut
keterangan Su-tee, guru kita Goan Siu To Tiang ber-sama2
paman2 guru kita, Goan Cin dan Goan Long, tidak dapat
melawan Ban Cun Bu sendiri dalam 10 jurus. Bukankah
ilmu silatnya lihay sekali? Dengan ilmu silat kita sekarang
ini, aku yakin belum dapat kita melawannya. Menurut
pendapatku, kita harus bersabar, dan menaati pesan guru
kita ialah mencari kitab Ju Keng, lalu kita pergi ke Toa. Su-
heng untuk ber-sama2 mempelajari ilmu silat tenaga dalam
sampai mahir sekali. Kemudian kita dapat melawan Ban
Cun Bu dengan berhasil."
Kong Sun Giok setuju dengan pendapat itu, dan mereka
meneruskan perjalanannya. Ketika mereka tiba disuatu
tempat yang membagi jalan mereka ketiga jurusan, It Hok
To-jin berhenti. Dipasangnya telinganya untuk
mendengarkan sesuatu. Kong Sun Giok lalu memanjat
keatas sebuah pohon dan dengan berdiri disatu dahan
pohon itu ia dapat melihat sebuah rumah gubuk. Didepan
rumah gubuk tersebut berdiri seorang yang berusia lebih
kurang 50 tahun yang sedang berlatih memukul batang2
pohon dengan tinjunya. Batang2 pohon yang besar itu
ditaruh diantara dua batu besar, dan dengan satu tinju tiap2
batang pohon yang besar itu patah hancur! It Hok To-jin
yang juga sudah naik keatas dahan pohon itu menyaksikan
perbuatan itu. la terkejut. Karena batang2 pohon itu yang
panjangnya tidak lebih dari 3 kaki dan tebalnya hampir satu
kaki telah dipukul hancur dan patah dengan sekali tinju. la
yakin juga bahwa batang2 pohon itu adalah kayu yang kuat
dan keras seperti besi dan yang terdapat hanya
dipegunungan Biauw Ling. la yakin bahwa pukulan itu
lebih lihay daripada pukulannya sendiri. Siapakah jago silat
itu yang tinggal terpencil dipegunungan yang sunyi-senyap
ini?. Setelah berunding sejenak, Kong Sun Giok dan It Hok
To-jin turun dari atas dahan pohon itu dan menghampiri122
jago silat didepan rumah gubuk itu. Ketika mereka sudah
dekat jago silat itu, It Hok To-jin bertanya dengan hormat :
„Kami It Hok To-jin dan Su-tee Kong Sun Giok ada urusan
hendak pergi kepropinsi Yunnan. Kami mohon saudara
sudi menunjukkan jalan yang manakah yang harus kami
tempuh."
Mendengar pertanyaan itu, jago silat itu mengangkat
kepalanya. Pada saat itu tampaklah oleh It Hok To-jin
bahwa bukan saja kedua mata orang itu bersinar, tetapi
hidungnyapun melengkung seperti patok burung elang,
kedua bibirnya tipis dan mulutnya lancip seperti mulut
musang, dan seluruh wajahnya kelihatan sangat kejam dan
jahat. Ia membentak : „Menanyakan jalan adalah urusan
remeh. Siapapun yang liwat disini harus mematahkan
batang2 kayu ini seperti aku!" Lalu ditinjunya sampai patah
sebuah batang pohon lagi!
It Hok To-jin berpikir : „Mungkin aku dapat memukul
patah batang kayu itu, tetapi untuk membikin hancur?
Hebat betul ilmunya!" Kong Sun Giok yang melihat
kecemasan Ji Su-hengnya, lalu berkata kepada jago silat itu
sambil tersenyum : “Orang tua!Memukul patah dan hancur
batang2 pohon tidak terhitung ilmu silat yang luar biasa.
Pekerjaan itu tak usah dilakukan oleh Ji Suhengku. Aku
sendiri dapat melakukannya!"
Mendengar jawaban Kong Sun Giok itu, It Hok To-jin
menjadi heran, karena memukul patah dan hancur batang2
pohon itu memerlukan tenaga dalam yang luar biasa
lihaynya. Si jago silat melirik kearah Kong Sun Giok, lalu ia
menyemprotkan hawa dari hidungnya untuk mengejek!
Kong Sun Giok tak menghiraukan ejekkan itu. la maju
kedepan menggunakan ilmu yang diajarkan Shin It Tiui
ketika ia membebaskannya dari balok2 Sa Lo Shin Bok123
digua, dengan satu tinju ia memukul patah dan hancur
batang kayu itu dengan mudah.
It Hok To-jin terkejut dan merasa girang. Bahkan si jago
silat juga berdiri tercengang! Kong Sun Giok berkata sambil
tersenyum : „Orang tua! Itu hanya pekerjaan yang tak
berarti! Apakah kau juga ingin menguji sifat pedang Thian
Lam kita?!"
Si jago silat lalu tertawa ter-bahak2, dan suara tertawa itu
seperti bunyi seekor srigala. Ia berkata: “Anak muda ini
betul2 lihay ilmunya. Aku tak usah menguji ilmu silat
pedangmu. Jalan ini ada tiga jurusan. Jalan yang disebelah
kiri adalah jalan yang paling dekat kepropinsi Yunnan. Dua
jalan lainnya penuh binatang2 berbahaya dan ular2 berbisa.
Aku tak dapat menyertai kamu. Mungkin lain kali kita
berjumpa lagi !"
Setelah itu, ia berdiri tegak dan meloncat 3 atau 4 depa
tingginya. la turun diatas tanah yang berumput lalu
menghilang kedalam hutan, entah kemana!
Kong Sun Giok berkata : „Jika aku tidak dapat belajar
dari Shin It Cui, akupun tak berani mencoba. Tetapi ...... Ji
Su-heng, bagaimana pandangan Ji Su-heng, setelah melihat
wajahnya dan suaranya si-orang tua itu? Bukankah ia mirip
seperti gurunya Kim Cit dan Pang Kauw yang telah Ji Su-
heng ceriterakan pada Su-tee? Bukankah ia itu Lang Sin Siu
Si ?"
It Hok To-jin melompat-lompat dan berseru : „Betu12! ia
itu Lang Sin siu Si! Mengapa pada waktu itu aku tak
mengenalinya? Orang itu jahat, kejam dan keji! Barusan ia
lari karena ia kuatir tak dapat melawan kita berdua! Kita
harus waspada! la pasti memasang perangkap. Kita tidak
boleh menempuh jalan disebelah kiri seperti yang telah
dikatakannya tadi!"124
Kong Sun Giok berpikir, lalu berkata : „Ia pasti
memasang perangkap. Jika keadaan berlainan, kita pasti
akan menggempur orang2 durhaka semacam ia. Tetapi
tugas kita sekarang ialah mencari puncak yang ganjil itu
untuk mencari kitab Ju Keng. Kita tak usah mengejarnya,
tetapi kita harus dengan tekun mencari kitab Ju Keng untuk
membalas dendam guru dan paman2 guru kita."
It Hok To-jin tetap cemas kelihatannya. Melihat wayah
itu, Kong Sun Giok berkata sambil tersenyum : „Kita tak
usah ragu2 lagi. Mari kita ambil jalan disebelah kiri. Bila
kita menjumpai sesuatu, kita dapat melawan atau mengatasi
ber-sama2 !"
Lalu mereka mengambil jalan disebelah kiri. mula2 jalan
itu rata, akan tetapi ketika mereka tiba diujung jalan itu
mereka menghadapi lereng gunung yang curam, dan hawa
udara ditempat itu sangat bau! Mereka merasa hendak
muntah menghirup hawa udara yang bau itu! Kong Sun
Giok berkata : „Ji Su-heng, Lang Sin Siu Si itu betul2 jahat
dan keji. la telah menjebak kita! Tetapi nasi sudah jadi
bubur! Ayo kita teruskan dan lihat apa didepan kita."
It Hok To-jin melihat keadaan disekitarnya yang sangat
seram dan berbahaya kelihatannya. la kuatir jika mereka
dibokong oleh Lang Sin Siu Si dengan kawan2nya.
Disuruhnya Kong Sun Giok mencabut pedangnya, dan ia
sendiri menggenggam senjata rahasianya „Hian Men Ti
Cu".Mereka berjalan terus dengan hati ber-debar2.
Hari sudah mulai lohor, dan awan dilangit menutupi
matahari. Rupanya segera akan turun hujan. Dengan hawa
udara yang bau itu, Kong Sun Giok merasa kepalanya
pusing. la menegur It Hok To-jin. Baru saja ia menegur : „Ji
Su-heng!", tiba2 se-ekor burung terjatuh didepan mereka. It
Hok To-jin melihat keatas udara, 5 ekor burung sedang
terbang keatas. Tetapi ketika mereka terbang lebih tinggi125
lagi, tiap2 burung jatuh ketanah dan mati! Peristiwa yang
luar biasa itu menyebabkan It Hok To-jin berpikir. Tiba2 ia
menahan Kong Sun Giok dan berkata : „Su-tee, celaka!
Kita telah masuk perangkap.Mungkin kita sukar keluar dari
perangkap ini dan kita akan tewas karena hawa udara yang
beracun!" Lalu dikeluarkan dua butir obat mustajab, dan
diberikannya sebutir pada Kong Sun Giok, untuk dimakan.
la sendiripun lekas menelan pil obat itu. la berkata :
„Burung2 itu jatuh mati karena hawa udara yang beracun
ini. Kita menjadi pusing karenanya. Untung kita lekas
mengetahui. Mereka coba kembali, tetapi mereka merasa
sekujur tubuhnya mendadi lemes. It Hok Tojin jin berseru :
„Celaka! pil obat aku tidak menolong ! Kita gagal mencari
kitab Ju Keng. Sayang It Lok T'o-jin belum menget,ahui
pesan guru kita..: dan aku gagal."
Kong Sun Giok juga menjadi terkejut mendengar bahwa
obat itu tak menolong. la mengutuk perbuatan keji dari
Lang Sin Siu Si. Ia lekas2 mengeluarkan pil obat yang
diberikan oleh Sia Yo Sian Seng. Lekas2 diberikannya tiga
butir kepada It Hok To-jin, dan ia sendiri menelan tiga butir
sambil berkata: „Pil obat dari Sio Yo Sian Seng ini istimewa
untuk membuyarkan racun dari hawa ini!"
Betul saja, setelah lewat lk, 5 menit, mereka tidak merasa
lemes atau pusing kepala lagi. Lalu Kong Sun Giok berkata
: „Ji Su-heng kita tak usah kuatir lagi.Mari kita meneruskan
perjalanan kita dan melihat apakah yang akan dibuat oleh
jahanam itu!"
Setelah mereka berjalan seperempat jam lagi, It Hok To-
jin berhenti, dan menunjuk kedepan. Kong Sun Giok
berhenti dan memasang telinga. la mendengar seakan-akan
ada orang yang sedang tertawa. Pada saat itu angin sedang
meniup keras sehingga daun2 pohon tertiup berhamburan!126
Dengan waspada mereka berjalan maju. Betul saja
didepan mereka disuatu tempat terbuka yang jauhnya 1ebih
kurang 10 depa dari mereka terlihat oleh mereka Lang Sin
Siu Si yang sedang tertawa. Terdengar pula ia berkata :
„Dipegunungan Biauw Ling, inilah „Tian Kiat Kok" itu
hawa racunnya paling hebat, yang mulai timbul diwaktu
hari mulai lohor. Aku harus minum arak dulu, dan sebentar
aku datang membereskan mayat2nya!" Terdengar lagi oleh
mereka jawaban dari perkataan itu : „Ji-tee harus sabar!
Kita harus hati2 melakukan sesuatu. Kau jangan anggap
bahwa mereka pasti tewas. Kits harus memasang perangkap
lagi untuk menyempurnakan pekerjaan kita!"
It Hok To-jin segera mengetahui bahwa orang itu adalah
Tok Pi Cai-jin (Srigala berlengan satu) yang serupa kejam,
jahat dan kejinya.
Terdengar lagi Lang Sin Siu Si menanya : „Toako,
apakah kau kira mereka berdua dapat luput dari lembah
Tian Kiat Kok itu?"
Tok Pi Cai Jin menyahut sambil tertawa : „Ji-tee, kau
yakin akan berhasil, dan berbuat sembrono. Orang2 itu
bukan saja telah luput dari bahaya, bahkan sudah berada
didekat kita !"
It Hok To-jin mengetahui bahwa mereka tak usah
bersembunyi lagi. Ditariknya Kong Sun Giok keluar, lalu
bersama2 meloncat menghadapi kedua jahanam itu! Tok Pi
Cai Jin berusia Iebih kurang 60 tahun, mulutnya lancip
seperti srigala, kedua matanya celong dan berpakaian baju
kuning. Lengannya sebelah telah buntung. Kong Sun Giok
lalu mengejek: „Tok Pi Cai Jin, Lang Sin Siu Si! Kamu
jangan berpikir akan dapat berbuat sewenang-wenang
dengan ilmu silatmu. Perbuatanmu sangat keji. Kamu
durhaka sekali! Tangan kanan dari Kim Cit dan tangan kiri
dari Pang Kauw telah kutebas buntung untuk mengajar adat127
kepada rnereka. Jika kalian ingin membalas, mengapa tidak
membalas dengan secara terang-terangan? Mengapa harus
menggunakan siasat yang busuk?! Jahanam!!"
Belum lagi ucapannya selesai, Lang Sin Siu Si
menggerakkan lengan bajunya kearah mukanya Kong Sun
Giok. Setelah ia minum dari secangkir arak ia berkata: „Ini
adalah secangkir arak yang dapat memutuskan usus. Aku
telah minum ½ cangkir. Apakah kau berani minum habis?!"
Kong Sun Giok mengetahui bahwa arak itu tidak ada
racunnya, dan ia tidak ingin dipandang sebagai penakut. la
menerima arak itu. Tiba2 dari udara jatuh seekor burung
yang mati diatas cangkir itu sehingga, araknya tumpah! ,
Lang Sin Siu Si menjadi cemas ketika burung itu jatuh
begitu tepat. la mencondongkan tubuhnya dan dengan ilmu
meringankan tubuhnya ia naik 4 a 5 depa dan tiba diatas
sebuah semak bebelukar!
Kong Sun Giok juga memperhatikan bahwa ketika Lang
Sin Siu Si memberikan cangkir arak kepadanya, pada jari
kecil tangan kanannya rupanya ada menempel benda yang
mengkilap!
la menjadi curiga. Ia insyaf bahwa burung yang jatuh
dengan tiba2 tentulah atas perbuatan siserigala dengan ilmu
tenaga dalamnya. Hanya beruntung baginya burung itu
jatuh tepat diatas cangkir sehingga arak itu tumpah!
It Hok To-jin juga telah menyelidiki keadaan disekitar
mereka. Lalu ia berbisik kepada Kong Sun Giok: „Su-tee
lawan Tok Pi Cai Jin, dan aku melawan Lang Sin Siu Si!"
Kong Sun Giok menganggukkan kepalanya dan berkata :
„Aku lihat dijari kecil tangan kanannya Lang Sin Siu Si ada
benda yang luar biasa. Ji Suheng harus perhatikan. Tetapi128
jika dugaanku tidak salah, ada orang yang akan membantu
kita yang sedang bersembunyi didekat ini!"
It Hok To-jin berkata : „Ada atau tidak ada pembantu,
Su-tee jangan pandang enteng musuh2 kita. Kita harus
gempur dengan ilmu silat kita dengan sungguh2 untuk
memegang nama “Thian Lam!"
Kong Sun Giok membungkukkan badan menerima
petunjuk, lalu dengan pedang terhunus menghadapi
musuh2nya!
Lang Sin Siu Si lalu berkata kepada Tok Pi Cai Jin:
„Twako yang melawan maling kecil itu! Aku yang melawan
maling ini!"
Belum lagi ucapannya selesai, It Hok To-jin telah
mendatanginya dengan pedang terhunus. Ia
membentakniuh : „Hei! Jahanam! Hari ini kau rasai
pedrang dari Thian Lam'." Dengan tenaga dalamnya uyung
pedang itu menusuk kedada Lang Sin Siu Si denga tergetar.
Lang Sin Siu Si mengegos sambil tertawa keras, lalu ia
menendang kemaluannya It Hok To-jin! It Hok To-jin
menarik kembali pedangnya sambil loncat mundur
beberapa depa untuk menghindarkan tendangan maut itu!
Ia yakin ia tak dapat melawan dengan pedangnya. la harus
melawan dengan tinju!
Lang Sin Siu Si yang melihat gerak cepat seterusnya
tidak segera mengirim serangan2. Ia berlagak meninju
dengan tinju kanannya, lalu tinju kirinya menjotos bahu
lawan! It Hok To-jin juga ingin mengetahui berapa lihay
tenaga dalam seterunya. Ia tidak membalas menyerang, ia
mengegoskan jotosan itu dengan membelokkan tubuhnya
sedikit kesamping, lalu dengan kedua tangannya
dipegangnya lengan yang meninju untuk didorong kedepan.
Lang Sin Siu Si terdorong kedepan, dan ia buru2 meloncat129
keluar dari tendangan seterunya! Pada saat itu pula It Hok
To-jin memperhatikan bahwa dijari kecil tangan kanan
Lang Sin Siu Si ada menempel suatu benda yang
mengkilap. Dengan ilmu silat Thian Lam, It Hok To-jin
senantiasa dapat menjaga diri dari semua serangan2. Ia
hanya kuatir siasat busuk dari lawannya!
Dipihak Kong Sun Giok, pertempuran berjalan dengan
dahsyat sekali! Ketika It Hok To-jin mendatangi Lang Sin
Siu Si, Tok Pi Cai Jin dengan sekali loncat telah berdiri
dihadapan Kong Sun Giok. la membentak : „Lengan2 Kim
Cit dan Pang Kauw, telah kau tebas buntung, anjing kecil!"
Kong Sun Giok yang tak biasa dibentak demiaian kasarnya,
menjadi murka sekali dan membentak kembali : „Bukankah
aku telah beritahukan kepadamu bahwa akulah yang
menebas buntung lengan2 murid2mu??! Apakah perlu aku
jelaskan lagi?!"
Tok Pi Cai Jin menyahut : „Hari ini aku akan menebas
buntung lenganmu dan juga lengan kawanmu untuk
mengganti lengan2nya Kim Cit dan Pang Kauw!"
Kong Sun Giolc tidak bicara lagi. la menusuk biji mata
lawannya dengan ujung pedang ditangan kanannya, dan
dengan, memutar tubuhnya sedikit kekekanan dengan tinju
kiri dijotosnya pinggang lawannya dengan ilmu Hian Shing
Cong atau menjotos bintang2 dilangit yang dipelajarinya
dari shin It Cui.
Tok Pi Cai Jin tidak menduga sama sekali bahwa
serangan2 itu dapat dilakukan berbareng. Ia melihat bahwa
ia diserang oleh pedang, dan tak menduga jotosan kearah
pinggangnya. Jotosan itu ..... rupanya ia pernah lihat entah
dimana! Dielakannya tusukan pedang itu, dan secepat kilat
dan secepat kilat ia meloncat mundur beberapa depa untuk
menghindarkan jotosan dipinggangnya! Kong Sun Giok
mengejar. la menyerang dengan ilmu silat pedang Thian130
Lam Chit Kiam Pwee Cong atau 7 kali tusuk dengan
pedang dan 8 kali jotos dengan tinju sehingga Tok Pi Cai
Jin menjadi kewalahan mengegoskan diri dan
menghindarkan serangan2 maut itu!
Akhirnya Kong Sun Giok menggunakan ilmu tinju Leng
Pek To Hoan atau menggeprak ombak dilaut, dan Tok Pi
Cai Jin harus meloncat mundur 8 depa lagi! Lalu Kong Sun
Giok berhenti dan mengejek: „Hei! jahanam! Aku tak
mengerti mengerti mengapa dengan ilmu silatmu yang
hanya begitu saja kamu berdua mengaku jago. Apakah hari
aku harus memotong buntung lengan2 dan kaki2mu?!
Tiba2 Tok Pi Pi Cai Jin ini meloncat keudara dan dan
dari atas ia datang menerkam ia datang menerkam Kong
Sun Giok sambil berkata dengan suara keras : „Maling
kecil! Sambut tinjuku ini!"
Betul silat pedang Thian Lam tak ada taranya, dan silat
tinjunya nomor wahid dikalangan Kang Ouw, tetapi ia
masih kurang pengalaman! Tinju Tok Pi Cai Jin itu dikirim
dengan semua tenaga dalam sehingga hawanya saja
membikin Kong Sun Giok terpental 5 kaki jauhnya! Tok Pi
Cai Jin menyerang lagi dengan satu jotosan kedadanya
Kong Sun Giok yang belum lagi berdiri jejak! Kong Sun
Giok menjadi nekad. Dengan pedangnya dan dengan ilmu
Ceng Lian Kiam Fat yang dipelajari dari Ceng Lian Sin Ni
ditabasnia tinju yang menjotos dadanya itu. Tok Pi Cai Jin
lekas2 menarik kembali tinjunya. la terkejut! Tinju itu
adalah yang belum pernah gagal. la heran dari manakah
pemuda ini dapat mempelajari demikian banyaknya ilmu
silat! Dengan ilmu pedang Thian Lam dan ilmu tinju Thian
Sing Cong, Kong Sun Giok menyerang, dan dengan ilmu
Ceng Lian Kiam Fat ia menjaga diri! Bagaimanakah Tok Pi
Cai Jin dapat menerkamnya??? Setelah pertempuran
berjalan 80 jurus, nyata sekali bahwa Tok Pi Cai Jin tak131
dapat berbuat apa. la keteter. Dipihak It Hok To-jin yang
memperhatikan penjagaan diri dari menyerang, Lang Sin
Siu Sipun tak dapat berbuat apa2. Demikianlah pertarungan
berlangung selama I00 jurus tetapi belum dapat diketahui
pihak manakakah yang kalah!
To Pi Cai Jin menjadi makin panas karena seumur
hidupnya belum pernah ia menjumpai lawan yang demikian
gigihnya. Dengan ilmu Long Pe To Hoan atau menggeprak
ombak dilaut dikirimnya lagi sebuah jotosan yang dahsyat
sekali kedadanya Kong Sun Giok sehingga Kong Sun Giok
harus mundur beberapa tindak. la berseru kepada Lang Sin
Siu Si : „Ji-tee! jangan buang2 tenaga lagi. Suruh mereka
merasakan Im Yang Ji Kiat Cong Lik atau tenaga tinju
kedua iblis!"
Dengan tangan tanpa senjata Lang Sin Siu Si sukar
menyerang It Hok To-jin dengan ilmu silat pedang Thian
Lamnya. Setelah mendengar petunjuk Tok Pi Cai Jin, ia
berdiri tegak dan mengawasi kedua mata It Hok To-jin.
Kong Sun Giok mengetahui bahwa pihak lawannya akan
menyerang dengan seluruh kepandainnya. Iapun mendekati
Ji Su-hengnya, dan berdiri tegak dengan pedang terhunus
menanti serangan musuh!
Lalu Tok Pi Cai Jin dan Lang Sin Siu Si dengan wajah
serupa iblis menggepal tinju2nya Terlihat bahwa tinju2 itu
berubah menjadi merah dan terus menjadi hitam. It Hok
To-jin mengerti bahwa tinju yang akan mereka kirim ialah
Im Yang Dii Kiat Cong Lik yang terkenal dahsyat dan tak
dapat ditahan oleh ilmu Bu Kie Ci Kong atau tenaga dalam
yang tak terbatas! Kong Sun Giok yang masih kekurangan
pengalaman tak mengetahui itu. la hanya yakin bahwa ilmu
Bu Kie Ci Kong dari gurunya, Goan Siu To Tiang dapat
menahan jotosan2 Im Yang Ji Kiat Cong Lik dari
seteru2nya!. It Hok To-jin menjadi cemas sekali, tetapi ia132
tak dapat mundur. Lalu dengansuara rendah ia
memperingati Kong Sun Giok bahwa hanya, dengan Ceng
Lian Kiam Hoatnya, Kong Sun Giok mungkin dapat
menjaga dirinya sendiri, dan bahwa ia akan berusaha
menjaga diri dengan ilmu Thian Lam Kiam Sutnya. Dalarn
saat yang tegang itu, dari belakang semak belukar yang
berdekatan se-kon,yong2 terdengar suara orang tertawa
gelak2, dan berkata : „Aku kira ilmu Im Yang Ji Kiat Cong
Lik itu adalah ilmu silat yang kamu baru ciptakan. Tetapi
ilmu tersebut hanya ilmu Tai Yo Cong (meninju matahari)
dan Ngo Im Bu Kiat Siu (menyerang dari 5 pend;guraa)
yang dilakukan berbareng. Bagi orang yang belum
mengetahui siasat itu, ilmu kamu itu dapat berhasil. Tetapi
serangan tersebut dapat dilumpuhkan dengan ilmu Bu Kie
Ci Kong dari Thian Lam jika telah mengetahui siasat kamu!
Hei! tua bangka! Apakah kau ingin hilang satu lengan
lagi?!"
Ucapan tersebut membikin Tok Pi Cai Jin dan Lang Sin
Siu Si terkejut. Tok Pi Cai Jin menanya Lang Sin Siu Si
„Siapakah itu yang merintangi kita? Apakah ia bukannya si
pemabuk?"
Lalu terdengar lagi, suara tertawa ter-bahak2, dan suara
meloncat keluar dari semak belukar Lat Siu Shin Mo Sin It
Cui, saudara angkatnya Kong Sun Giok yang telah
dibebaskannya dari tahanan didalam gua. Seluruh
wajahnya merah seakan-akan ia sedang mabuk arak.
Dihampirinya Tok Pi Cai Jin dan Lang Sin Siu Si, lalu
membentak : „Sudah lama tak berjumpa! Karena tempo
hari aku mabuk, aku telah tertahan didalam goa delapan
tahun. Kini aku Ouw.Maukah kamu menyertai aku minum
arak ?!"
Tok Pi Cai Jin dan Lang Sin Siu Si segera mundur
beberapa tindak setelah melihat Shin It Cui. Lang Sin Siu Si133
lalu berkata dengan hormat : „Kami tak berani menyertai
paman minum arak. Karena paman, kami memberi ampun
kedua maling itu. Namun, kita akan berjumpa lagi lain
kali." Setelah mengucapkan itu, mereka memutar badan,
lalu -loncat pergi entah kemana!
Lalu sambil tersenyum Kong Sun Giok berkata kepada It
Hok To-jin „Ji Su-heng, inilah yang Ji su-heng katakan jago
dari 10 jag2 silat dikalangan Bu Lim, Lat Slu Shin Mo Shin
It Cui Kemudian ia memberi hormat kepada Shin It Cui
dan berkata : „Cui Ko-ko, inilah ji su-heng siotee (kakak
seperguruan ke-2 dari adik)!"
It Hok Tojin yang teIah mengetahui hubungan Shin It
Cui terhadap Kong Sun Giok memberi hormat kepada Shin
It Cui dan berkata : „Aku bernama It Hok dari partai Thian
Lam. Terimalah hormatku!"
Shin It Cui tertawa dan menyahut : „Baik, baik! Kau
dapat memanggilku Cui Ko-ko seperti Kong Sun Giok
memanggil aku, Ha! ha! ha!"
Lalu Kong Sun Giok menanya : „Cui Ko-ko, aku dengar
bahwa Tok Pi Cai Jin dan Lang Sin Siu : diantara 10 jago2
silat yang palihg terkenal, adalah yang paling busuk
wataknya. Mengapa hari ini Ko-ko membebiakan mereka,
dan tidak membasminya?"
Sambil tersenyum Shin It Cui menjawab : „Jika aku
bertemu dengan mereka 8 tahun yang lewat mereka pasti
sudah tewas ditanganku, Tetapi ada dua alasan........
apakah kau tidak mengeahui alasannya?"
Kong Sun Giok mengerutkan keningnya, lalu berkata
sambil tersenyum :„Aku telah lupa. Balok ketiga belum
patah, maka Cui Ko-ko tidak dapat membunuh orang.
Alasan kedua mungkin pada dewasa ini ilmu silat kita
belum dapat melawan mereka?"134
Shin It Cui menjawab : „Alasan pertama telah kau tebak
dengan tepat. Tetapi alasan kedua salah. Coba tebak lagi".
Kong Sun Giok menoleh kearah It I-Iok To-jin meminta
ia membantu menebak. Setelah liwat agak lama, mereka
berdua menggelengkan kepala karena tak dapat menebak.
Mereka minta Shin It Cui memberitahukan alasan kedua.
Sambil menunjuk mukanya Shin It Cui menanya : „Coba
lihat, mengapa mukaku ini merah sekali?"
It Hok Tojin menyahut sambil tertawa : “Cui Ko-ko
telah banyak meminum arak!" Shin It Cui tertawa ter-
bahak2 dan berkata : „Jika aku mabuk arak, maka tenagaku
bertambah. Tetapi merah ini bukannya karena minum
terlampau banyak arak. Merah ini disebabkan oleh karena
aku telah menderita, luka didalam tubuh, karena kena ilmu
Sun Yo Cin Kai atau membuyarkan siasat seteru dari Lak
Cao Shin Kun Ban Cun Bu!"
Ketika itu Kong Sun Giok ingat bahwa pada saat ia
berpisah dari Shin It Cui, Shin It Cui pernah mengatakan
bahwa ia hendak pergi ke Lak Cao menjumpai Ban Cun Bu
agar dapat menyelidiki sampai dimanakah kepandaiannya
Ban Cun Bu. Kini ternyata bahwa Shin It Cui telah
menderita luka didalam tubuh karena kena ilmu Sun Yo
Cin Kai Ban Cun Bu. Dengan perasaan cemas ia bertanya :
„Cui. Ko-ko telah kena Sun Yo Cin Kai, apakah luka
didalam tubuh itu berbahaya? Cui Ko-ko dan Ban Cun Bu
terkenal sebagai „Kedua iblis dari Selatan dan Utara",
mengapa sekarang menjadi....."
Shin It Cui tidak menunggu ucapan itu selesai, ia
menjawab : „Setelah aku tiba digedung Sun Yo Kung, aku
minum lima botol arak. Baru dengan ilmu tinju Tian Shing
Cong aku melawan Ban Tiun Bu. Pertempuran itu
berkesudahan seri. Kemudian kita mengadu tenaga dalam,
dan aku kalah dan menderita luka dalam ini. Namun Ban135
Cun Bu juga harus beristirahat selama 10 atau 15 hari
dengan aku! Ilmu Bu Kie Ci Kong dari Thian Lam
sebetutnya dapat menolong menyembuhkan luka dalam aku
ini, dan aku minta kamu membantu. Setelah itu aku akan
mencari suatu tempat yang terpencil agar aku dapat melatih
semacam ilmu silat yang sangat lihay dengan maksud
kembali melawan Ban Cun Bu!"
Kemudian ia duduk ditanah dengan kedua lengannya
dipentang. Kong Sun Giok dan It Hok To-jin masing2
berdiri dikiri dan dikanan didepannya. Lalu dengan ilmu Bu
Kie Ci Kong mereaa mengirim tenaga dalamnya ketubuh
Shin It Cui. Mereka lakukan pertolongan tersebut selama
lebih kurang setengah jam, dan warna merah dimukanya
pelahan2 lenyap. Setelah itu, Shin It Cui membuka
matanya lebar2 dan menurunkan kedua lengannya. la
berkata sambil tertawa : „Kamu berdua sangat baik hati
menolongku. Aku rasakan bahwa luka didalam tubuh ini
sudah jauh berkurang. Aku hanya memerlukan istirahat,
dan luka dalam ini pasti sembuh! Kong Sun Giok Sie-tee,
coba beritahukan aku bagaimana kamu sampai menjadi
musuhnya Tok Pi Cai Jin dan Lang Sin Siu Si?"
Kong Sun Giok lalu menceriterakan hal ikhwalnya
tentang permusuhan terhadap kedua jahanam itu. la juga
mempertunjukkan kulit kambing kepada Shin It Cui. Shin It
Cui setelah mengetahui bahwa Heng Toa-su, gurunya Teh
Tian Kauw, ke-hilangan dua lengan, rupanya memikiri hal
itu! Lalu ia selidiki lagi kulit kambing itu. Sambil
menganggukkan kepalanya ia berkata : „Aku telah tertipu
oleh Ceng Kian Shin Ni dan telah ditawan selama 8 tahun
didalam gua. Tentang puncak seperti ini seingatku pernah
aku lihat dipegunungan dekat kota Lak Cao. Kamu boleh
pergi kesitu untuk membuktikan ......." Hei, sio-tee, barusan
ketika kau melawan Tok Pi Cai Jin kau dapat menggunakan136
ilmu Tian Shing Cong dan Ceng Lian Kiam Hoat
berbareng. Jika kau juga dapat barengi dengan tenaga
dalam, tanpa bantuan kitab Ju Keng, kau juga dapat
menjagoi dikalangan Bu Lim!„
Kong Sun Giok membungkukkan diri memberi hormat
dan berkata :„Cui Ko-ko, bagaimanakah burung2 yang
sedang terbang dapat segera mati? Apakah bukan karena
benda ajaib dijari kecil tangan kanannya Lang Sin Siu Si?"
Shin It Cui menyahut : „Aku belum ceriterakan tentang
benda itu. Betul benda dijari kecil tangan kanannya Lang
Sin Siu Si itu sangat beracun. Pada masa mudanya ia telah
melawan musuh yang lihay, dan jari kecilnya itu tertabas
putus. Lalu digantinya dengan benda logam yang beracun.
Sin It Cui yang mengenakan pakaian hitam seakan-akan
terbang menyerangnya. Kong Sun Giok buru2 menangkis dengan
pedangnya.
Ketika ia hendak memberikan cangkir arak kapadamu,
jika jari yang dibuat dari logam itu menyentuh tanganmu,
kau segera kena racun. Beruntung sekali burung yang kena
hawa beracun itu jatuh tepat diatas cangkir arak itu137
sehingga kau terhindar dari sentuhan jari logam yang
beracun itu!"
Kong Sun Giok mengeluarkan keringat dingin mengingat
bahaya maut yang hampir saja mengakhiri riwayatnya ! Hal
itu menyebabkan ia sangat benci pada kedua jahanam
dengan tipu muslihatnya yang keji itu! It Hok To-jin yang
mendengarkan yuga, menjadi terpesona, karena iapun
dapat binasa jika menyentuh jari logam beracun itu!
Shin It Cui meneruskan : „Lang Sin Sill Si dan Tok Pi
Cai Jin meskipun sangat kejam dan keji, tapi ilmu silatnya
hanya lebih tinggi sedikit dari pada kamu berdua. Kong Sun
Sio-tee jika dapat betul memahami ketiga ilmu silat Thian
Lam Kiam Hoat, Thian Shing Cong dan Ceng Lian Kiam
Hoat, sudah dapat menaklukkan mereka. Hanya lain kali
jika menjumpai mereka lagi, kamu harus waspada, tapi tak
usah gentar! Seumur hidupku, aku hanya kalah satu kali.
Ialah terhadap Ban Cun Bu. Tapi aku akan melatih ilmu
silat lagi dengan tekun, dan aku pasti akan melawan ia lagi.
Kini sebelumnya kita berpisah, aku akan menyerang Sio-tee
lagi, dan Sio-tee harus menggunakan ilmu Ceng Lian Kiam
Hoat, Thian Lam Kiam Hoat dan juga Thian Shing Cong
melawan aku !"
Kong Sun Giok mengetahui ia tidak dapat menolak,
maka ia menjadi waspada. Ia mencabut pedangnya, segera
menyerang dengan ilmu Liu Shing Hui Ji atau para bintang
jatuh berhamburan, sebagian dari ilmu silat pedang Thian
Lam! Ketika serangan itu dilancarkan sangat hebatnya,
dengan tangan kirinya ia menjotos Shin It Cui dari bawah
dengan ilmu Can Shing Cong! Jotosan itu adalah jotosan
pura2, karena pedang ditangan kanannya menyerang
lawan.
Shin It Cui menotok tanah dengan kedua ujung jari
kakinya, dan secepat kilat ia keluar dari serangan2 pedang138
yang gencar itu. Lalu dari atas ia totok bahu kanannya
Kong Sun Giok sambil berkata : „Sio-tee totokan ini pura2.
Serangan pedangmu tidak disertai tenaga dalam, maka aku
masih dapat luput dari kurungan, dan pihak lawan masih
dapat menyodok seranganmu!"
Kong Sun: Giok setelah ditotok bahu kanannya berpikir
bahwa ilmu silatnya masih harus dilatih, ia buru2
membuyarkan tatokan tadi dengan pedangnya. Lalu
terdengar Shin It Cui berteriak : „Sio-tee, kini kau saksikan
ilmu Shin Mo Bo Ing atau iblis hilang tak berbekas ini!"
Belum lagi ucapan itu selesai, Shin It Cui yang mengenakan
pakaian hitam seakan-akan terbang menyerangnya. Kong
Sun Giok buru2 menangkis dengan tinjunya sambil
bertindak mundur tiga tindak! Serangan itu tak terhenti.
Kong Sun Giok harus menangkis dengan pedangnya
dengan ilmu Ceng Lian Kiam Heat ialah ilmu pedang yang
menjaga diri. Tiap2 serangan, Shin It Cui selalu memberi
petunjuk cara mengegoskan atau menangkisnya, sehingga It
Hok To-jin yang berdiri menonton disamping juga banyak
mendapat pelajaran. Demikianlah pertempuran berjalan
lebih kurang 50 jurus baru berhenti. Dengan tertawa Shin It
Cui berkata : „Kita harus berpisah selama setahun
kemudian barulah berjumpa lagi!"
Kong Sun Giok menanya : „Cui Ko-ko dimana hendak
berlatih?"
Shin It Cui menyahut :„Semua pegunungan dikolong
langit ini adalah tempat kediamanku. Kamu sukar mencari
aku. Baik saja perjanjian Thian Lam Sa Kiam terhadap Ban
Cun Bu itu berjangka waktu 10 tahun, dan kita masih
banyak-mempunyai waktu. Dalam setahun ini, kamu
berusaha keras inencari kitab Ju Keng, dan aku melatih
ilmu silatku. Dikemudian hari kita pasti berjumpa lagi."139
Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan : „Ilmu silat Iblis
Ban Cun Bu itu bet12 lihay. Beruntung sekali ia menaati
janjinya jika tidak, selama 10 tahun ini ia dapat berbuat
sewenang-wenang. Baru saja aku menggunakan ilmu Shin
Mo Bo Ing melawan Kong Sun Giok. Itu adalah salah satu
tiga ilmu Shin Mo (iImu iblis sakti) yang aku ciptakan
sendiri. Tentang ilmu itu telah aku berikan petunjuk2
kepadamu. Tetapi sebelum kau memperoleh kitab Ju Keng,
kau jangan sembarangan melawan Ban Cun Bu!"
Kong Sun Giok menghaturkan terima kasih atas nasehat
dan petunjuk dari Shin It, Cui itu. Ia yakin bahwa Shin It
Cui betuI2 lihay ilmu silatnya dan akan membantunya
membalaskan dendam terhadap Ban Cun Bu. Lalu ia minta
Shin It Cui mengajari lagi tiga ilmu Shin Mo itu kepadanya.
Ilmu Shin Mo itu banyak jurus dan langkah2nya, akan
tetapi Kong Sun Giok yang pintar dan cerdas dapat
mempelajarinya. la hanya memerlukan berlatih lagi untuk
memahami seluk-beluknya ketiga ilmu ShinMo itu.
Setelah yakin bahwa Kong Sun Giok betul2 sudah
paham ketiga ilmu Shin Mo itu, dengan hati yang berat
Shin It Cui berpisah!
---oo0oo---
Bagian 8
KEJADIAN DI TEMPAT TERLARANG
Kong Sun Giok dan It Hok To-jin juga segera berangkat
kekota Lak Cao dipropinsi Yunnan untuk mencari puncak
gunung yang ganjil bentuknya itu dengan maksud mencari
kitab Ju Keng sebagai petunjuk untuk memahirkan ilmu
silatnya.140
Tapi setelah tiba dikota Lak Cao, Kong Sun Giok
terkenang akan kekasihnya, Bian Leng Jun. la tak dapat
masuk kekuil Sun Yo Kung. Apakah ia tak ada akal agar
dapat menjumpainya? Lagipula jika ia berhasil menjumpai
Bian Leng Jun, ia dapat menanyakan segala sesuatu tentang
keadaan pegunungan Lak Cao dan tentang puncak gunung
yang bentuknya ganjil itu.
Ketika mereka berpisah, Bian Leng Jun pernah berkata
bahwa untuk mencarinya, ia harus pergi kekuil Pik Yun
Yen dikaki puncak gunung Pek Lok Hong, dan disitu
meminta supaya Liauw Seng Toa-su membawa surat
kepadanya. Setelah ia memberitahukan kehendaknya
kepada It Hok To-jin mereka lalu menanyakan jalan kekaki
puncak gunung Pek Lok Hong dengan maksud mencari
Liauw Seng Taa-su dikuil Pik Yun Yen!
Tapi, manusia berusaha, dan Tuhan berkuasa. Mereka
berhasil tiba dikuil Pik Yun Yen, akan tetapi Liauw Seng
Toa-su telah meninggal dunia bulan yang lalu.
Kong Sun Giok terpaksa menahan napsu untuk
menjumpai kekasihnya, karena ia tak berani masuk kekuil
Sun Yo Kung. Bersama-sama Ji Suhengnya ia menuju
kepergunungan Lak Cao itu untuk mencari puncak gunung
yang telah dilukiskan oleh Bang Ya Hok dan Shin It Cui.
Pegunungan Lak Cao luas, dan kedua orang itu telah
berusaha keras mencari puncak gunung itu dengan sia-sia
belaka!
Lalu Kong Sun Giok mengusulkan mencari puncak itu
dengan terpisah, seorang mencari diarah selatan dan
seorang mencari kearah utara, dan tiap2 selang tiga hari
mereka berkumpul lagi dikuil Pik Yun Yen.
Setelah disetujui, Kong Sun Giok mencari kearah
selatan, dan entah sudah berapa banyaknya puncak2141
gunung yang telah dilihatnya, berapa lembah yang telah
diliwati! Pada hari yang kedua ia tak berani meneruskan,
karena kuatir ia tak dapat kembali kekuil Pik Yun Yen
menemui Ji Su-hengnya pada hari ketiga.
Ia berdiri diatas suatu puncak, sambil menoleh kebawah
dan menyaksikan pohon2 cemara, pohon2 bambu dan
rumput2 tumbuh sangat suburnya. Bahkan dilereng gunung
dilihatnya atap2 dari beberapa rumah! la ingin turun untuk
mendatangi salah satu rumah itu, tiba2 dirasanya ada orang
dibelakang. la lekas2 menoleh kebelakang. Diatas sebuah
batu gunung yang datar berdiri seorang gadis yang
mengenakan pakaian putih dan membawa sebungkus obat-
obatan. Gerak-geriknya sangat lincah dan wajahnya ber-
seri2. Rupanya gadis itu baru saja turun dari puncak!
Melihat Kong Sun Giok menoleh kebelakang, gadis itu
tidak menunggu ditegur lagi. la menegur : „Dipegunungan
Lak Cao ini orang dapat pesiar dimana saja, akan tetapi
puncak gunung inilah yang paling sukar untuk dipanjat.
Apakah kongcu ada mempunyai urusan penting?
Bagaimanakah jika berhenti sebentar?"
Melihat gadis yang mengenakan pakaian putih itu, Kong
Sun Giok terkenang lagi kepada Bian Leng Jun. Lalu ia
bertanya : „Siocia, apakah kuil yang dikaki puncak gunung
ini bukannia kuil Sun Yo Kong, tempat kediamannya Lak
Cao Shin Kun Ban Cun Bu?"
Si-gadis berbaju putih menyahut : „Kongcu menebak
dengan tepat. Ban Cun Bu tak akan keluar dari kuil Sun Yo
Kung selama 10 tahun. Jika orang lain berani masuk
kedalam kuil Sun Yo Kung sebelum memperoleh izin dari
Ban Cun Bu, maka orang itu akan dihukum. Hukuman
berat ialah hukuman mati, hukuman enteng ialah kedua
kakinya ditabas buntung!"142
Mendengar penjelasan itu, Kong Sun Giok mengerutkan
kening. Lalu dengan tersenyum ia berkata : „Ban Cun Bu
itu sangat kejam. la telah menganggap hutan dan tanah
pegunungan yang luas ini mililknya. Ia sendiri kehilangan
dua betis, dan ia juga ingin orang lain kehilangan betis.
Betul2 kejam!"
Melihat Kong Sun Giok demikian bencinya terhadap
Ban Cun Bu, si gadis itu menanya lagi : “Beruntung sekali
kau menjumpai aku. Jika kau menjumpai orang lain,
mungkin kau kini sudah menjadi mayat!"
Mendengar penjelasan itu, Kong Sun Giok makin
menjadi panas. Dengan congkak ia berkata : “Siocia jangan
bicara terlampau edan! Aku tidak percaya jika tiap2 orang
dikuil Sun Yo Kung pandai ilmu silat!"
Jawaban itu menyinggung perasaan sigadis berbaju
putih. Ia membelalakkan kedua matanya, dan membentak :
„Kau ini luarnya seperti orang yang baik, akan tetapi
watakmu sangat congkak.
Kau tidak menghargai peringatanku yang bermaksud
baik ini! Nah! sekarang kau boleh rasain ini" Lalu
dipegangnya paculnya dengan kedua tangannya. Di-
putar2nya pacul itu, dan maju menyerang Kong Sun Giok!
Melihat cara sigadis menggunakan senjata pacul itu,
Kong Sun Giok segera mengetahui bahwa gadis itu bukan
lawan yang remeh. la tidak sempat cabut pedangnya.
Dengan kedua tangan didorongnya sebuah batu gunung
yang besar kearah sigadis, lalu ia lekas2 mencabut
pedangnya. Si gadis harus minggir, dan serangannya gagal!
Diayunkannya lagi paculnya untuk serampang betisnya
Kong Sun Giok. Meskipun Kong Sun Giok telah
memegang pedangnya, akan tetapi melihat gadis berbaju
putih itu selalu menyebabkan ia terkenang pada Bian Leng143
Jun, engganlah ia melawan dan menyerang. la bertekad
menangkis dan mengegoskan semua serangan2, maka ia
menggunakan ilmu Ceng Lian Kiam Hoat dengan me-
mutar2 pedangnya dalam usahanya melindungkan diri, dan
dengan maksud me-nakut-nakuti sigadis! Tapi gadis itu
berkepala batu, dan ilmu silatnya juga lihay. Si gadis
menggigit bibir berhenti menyerang. la membentak : „Kau.
ini betul2 congkak.! Kau tidak dengar nasehat orang. Kau
bertempur dengan pura2. Ayo, enyah dari sini! Jangan
sampai menyesal dikemudian hari!"
Kong Sun Giok tidak menghiraukan perkataan sigadis
itu. la kini betul2 ingin mencoba ilmu silat murid2 dari Lak
Cao Shin Kun: la mengejek : “Sioca, kaulah yang tak
mengenal kemurahan hati orang lain. Jurus tadi, jika tidak
kulakukan dengan pura2, kau sudah tewas diujung
pedangku!"
Mendengar ucapan itu, sigadis menjadi panas. la
mengejek kembali : „Kau betul2 bermulut besar! Kau boleh
serang aku dengan semua kepandaianmu !" Lalu ia
mengangkat paculnya dan menyerang kearah kepala Kong
Sun Gick seakan-akan petir menyambar sasarannya!
Dengan pedangnya Kong Sun Giok mengelakkan
serangan2 itu, tetapi ia tidak menyerang. Setelah
pertempuran berjalan 9 jurus, Kong Sun Giok
menggetarkan pedang didalam tangannya dan menyodok
kearah sigadis. Pedang yang tergetar itu mendenging
dengan amat nyaring dan ujung pedang itu kelihatannya
seperti titiran yang sedang berputar-putar !
Sigadis menduga lawannya membalas menyerang.
Sambil menangkis sodokkan itu, ia mengejek: „Dengan
ilmu silat pedang semacam itu, jangan kau harapkan dapat
berlalu dari pegunungan Lak Cao ini dengan mudah ! Jika
dalam 100 jurus kau dapat membikin aku bergeser dari144
tempat berdiriku ini sampai satu depa, aku, Cin Leng Ngo,
mengaku kalah !"
Pada saat itu pertempuran baru berlangsung 20 jurus
lebih, dan selama itu Kong Sun Giok hanya bertempur
dengan separuh tenaga. Setelah diejek, Kong Sun Giok baru
mulai menyerang dengan hati yang sungguh2. Sigadis
melawan dengan terus-menerus berdiri. la memukul,
membabat, menyodok, mengayun dan menangkis dengan
senjata paculnya sambil berdiri. Pertempuran telah
berlangsung 30 jurus lebih, akan tetapi Kong Sun Giok
masih juga belum berhasil mendesak lawannya mundur
satu depa! la menjadi merasa kagum atas ilmu silat murid
Ban Cun Bu itu. Pada saat itu pula ia teringat akan pesan
gurunya dan pembalasan dendam yang dibebankan
kepadanya. Segera air matanya keluar mengingat cara
gugurnya guru dan paman2 gurunya dilembah Lek Yun
Kok. Mukanya berubah menjadi merah, dan dengan
mengertek gigi, ia mulai menyerang gadis itu dengan ilmu
Liong Men Sa Ki (raga menyerang dari tiga jurusan ), ilmu
Kim Ki To Li (ayam emas patoki buah kenari) dan ilmu Kit
Lui Po Ji (geledek menyambar diwaktu taufan mengamuk).
Sigadis terkejut. Ia harus melawan, menangkis dan
mengegosin serangan2 yang dahsyat itu. Dengan ilmu To
Cao Pik Kiam atau menahan serangan melindungi diri ia
berusaha dengan sekuat tenaga mengelakkan serangan2 itu,
dan keringat mengucur diseluruh tubuhnya! Kong Sun Giok
masih juga belum berhasil mendesak gadis itu mundur atau
berkisar sedepa dari tempat berdirinya. Lalu dengan ilmu
Cek Ci Tong Lai atau „hawa beracun menghembus dari
sebelah Timur" Kong Sun Giok mengurung lawannya
dengan putaran pedangnya!145
Ilmu Cek Ci Tong Lai adalah jurus yang luar biasa dari
ilmu silat pedang Thian Lam, Serangan itu laksana hujan
lebat diwaktu badai menderu2, sehingga sigadis tak
mengetahui darimanakah datangnya serangan2. Sigadis
memutar paculnya diatas kepalanya dalam usahanya
menjaga diri dari serangan luar biasa itu. Se-konyong2 ia
merasa kedua kakinya dingin. Ia buru2 melompat keatas,
dan ketika ia jatuh ditanah lagi mukanya menjadi merah,
karena ia telah berkisar sedepa lebih dari tempat berdirinya
semula!
Cin Leng Ngo membiarkan bahunya dipegang erat2 oleh Kong
Sun Giok,ia hanya mengadahkan kepalanya
Kong Sun Giok menarik kembali pedangnya, dan sambil
tersenyum ia berkata : „Siocia, kau tadi omong besar.
Bukankah kau sekarang sudah berkisar sedepa lebih?
Barusan ujung pedangku telah menyentuh kedua kakimu
sehingga kau harus melompat keatas! Aku telah146
menyebabkan kau bergeser dalam lebih kurang 50 jurus.
Apakah sekarang kau mengaku kalah? Kini aku baru
mengetahui bahwa ilmu silat muridnya Ban Cun Bu hanya
begitu saja!"
Dengan ejekkan itu Cin Long Ngo menjadi panas. la
menyahut : „Kau telah berhasil menyebabkan aku bergeser
sedepa lebih, dan aku mengaku kalah. Tetapi jika aku
melawan dengan sungguh2, belum tentu aku kalah !"
Lalu dengan tidak menunggu jawaban dari lawannya, ia
menyerang dengan mengayun paculnya, Serangan itu
disambut dengan menyondongkan tubuh sedikit
kebelakang, dan dengan pedang ditangan kanannya ia
menolak gagang pacul itu keatas. Kong Sun Giok dapat
menyodok dengan tinju kirinya, tetapi ia tak sampai hati!
Sigadis menyerang selama 10 jurus. Tiap2 serangan hanya
dielakkan atau ditangkis. Sigadis mengayun paculnya dan
anginnya menyatakan bahwa ayunan itu dilakukan dengan
tenaga dalam.
Kong Sun Gick kini insyaf bahwa serangan itu tak dapat
dianggap remeh. Ia meroba siasatnya dan menggunakan
ilmu Ceng Lian Kiam Hoat yang didapatnya dari Ceng
Lian Shin Ni. Ujung pedangnya tergetar se-akan2 air
memancur kesemua jurusan, dan melumpuhkan serangan
pacul gadis itu? Ia mengejek lagi : „Ha! Ha! dengan ilmu
silat itu kau berani mengatakan tempat ini terlarang?! Jika
orang lewat disini, kau tidak akan dapat mencegah!"
Ejekkan itu menyebabkan sigadis marah sekali. Ia
menyerang dengan ilmu Lan Hoan To Coan atau ombak
besar menggulung perahu. Tetapi dengan ilmu Ceng Lian
Kiam Hoat, Kong Sun Giok dapat meladeni semua
serangan2 itu. Tiap2 paculan dan tiap2 sabetan telah
berhasil dipunahkannya.147
Meskipun sigadis telah menyerang selama 100 jurus, ia
masih belum ingin berhenti. Kong Sun Giok membentak :
„Hei! Apakah kau tidak mau berhenti?! Apakah kau sudah
bosan hidup?!"
Peringatan itu tak dihiraukan oleh sigadis. Kong Sun
Giok terpaksa merobah jurus silatnya. Dari bertahan ia
menyerang. Ia terpaksa menggunakan ilmu istimewa dari
gurunya - ialah ilmu Sa Yao Liong Men atau tiga loncatan
masuk kedalam gua naga. la menyerang dengan bacokkan,
pedang ber turut-turut tiga kali sangat gencarnya sehingga si
gadis menjadi kaget dan paculnya terlepas dari
pegangannya dan terlempar keudara!
Sambil tersenyum Kong Sun Giok mencokel gagang
pacul itu, dan dengan satu sentakkan pacul tersebut
melayang kearah sigadis yang segera menangkapnya. Tapi
sigadis melemparkan lagi paculnya, dan membentak :
„Sekarang kau rasai pukulan tinju dari seorang murid Lak
Cao Shin Kun!" Dan ucapan tersebut dibarengi dengan satu
jotosan. Kong Sun Giok mengelak untuk menghindarkan
jotosan itu, dan dengan tertawa ter-bahak2 ia berkata : „Jika
kau ingin bertempur melawan aku dengan tinju, aku juga
dapat melayani. Jika aku kalah melawan kau dalam 10
jurus, aku malu menjadi murid Thian LamSa Kiam !"
Belum lagi ucapan itu selesai, tiba2 dengan ilmu Leng
Yen Can Tan atau „monyet ajaib mencakar rebab", sigadis
itu mengirim jotosan dan kemudian mencakar lawannya,
Kong Sun Giok terpaksa menggunakan ilmu tinju Tian
Shing Cong atau menjotos bintang2 dilangit yang
didapatnya dari Shin It Cui. Dengan meloncat-loncat
sebuah tinju kiri dikirimkannya dengan pura2 kepada
lawannya, tetapi dengan ilmu Shing Lo Kie Pu atau „jaring
rapat menerkam mangsa" tangan kanannya mengirim tinju
sungguh2 dengan tenaga dalam kedada lawannya. Sigadis148
harus bertindak mundur agar tak terdampar hebat oleh
anginnya! Sambil tertawa Kong Sun Giok mengejar, dan
pada saat itu sigadis menjerit sambil rnenggoyang-
goyangkan tangannya : „Jangan pukul aku, jangan pukul
aku !. Aku ingin bertanya padamu!"
Kong Sun Giok berhenti, dan sambil tersenyum ia
bertanya :„Apakah yang hendak kau tanyakan? Murid2 Lak
Cao Shin Kun betul2 lihay.Mereka bisa menjadi kejam dan
juga bisa menjadi lunak!. Mereka bisa menggertak orang,
dan juga bisa membujuk arang! Jika mereka tidak berhasil
menggertak dan kalah bertempur, mereka segera mencoba
membujuk. Cin Siocia, ada pertanyaan apakah? Apakah
ingin menebas buntung kedua betisku untuk diserahkan
kepada gurumu, Ban Cun Bu?"
Dengan khidmat Cin Leng Ngo berkata : „Betul ilmu
silatmu itu lihay, akan tetapi jika kau sekarang berani
masuk kekuil Sun Yo Kung dan menyinggung guruku, Ban
Cun Bu, kau seperti seekor serawon terbang masuk kedalam
api, dan akan musnah! Kau mungkin kenal Lat Siu Shin
Mo Shin It Cui yang namanya terkenal diseluruh kalangan
Bu Lim. Bagaimanakah ilmu silatnya jika dibandingkan
dengan ilmu silatmu? Pada tiga hari berselang ia telah
datang kekuil Sun Yo Kung. Dan apakah akibatnya???
Iapun serupa serawon (rayap putih) telah masuk kedalam
api dan telah terbakar sayapnya! Aku baru saja mengenal
kau. Sebetulnya aku tidak harus menceriterakan ini
kepadamu. Tetapi setelah mendengar kau menyebut-nyebut
nama Thian Lam Sa Kiam, aku menjadi terpikir akan
sesuatu hal. Cobalah bicara dengan jujur, apakah kau ini
bernama Kong Sun Giok?"
Ucapan „Kong Sun Giok" itu menyebabkan Kong Sun
Giok itu terkejut! Ia berwatak ksatria, dan berhati murah. la
terkenang lagi pada Bian Leng Jun, juga seorang murid dari149
Ban Cun Bu. Apakah mungkin Bian Leng Jun pernah
menceriterakan perasaannya kepada gadis ini, yang
mungkiri juga menjadii kawan karibnya Bian Leng Jun?
Segera ia merobah sikapnya yang congkak, dan dengan
ramah ia bertanya :
„Aku betul bernama Kong Sun Giok. Mohon bertanya
mengapa Cin Sio-cia mengetahui nama itu?. Apakah
...........”
Ucapan itu belum selesai, lalu Cin Leng Ngo tersenyum
manis seakan-akan ia tertarik oleh wajah yang tampan dari
Kong Sun Giok. la tak segera menyawab. Ia pandang Kong
Sun Giok dari atas kebawah. Tiba2 ia bertanya lagi : „Tian
Lam Sa Kiam telah membuat janji dengan Lak Cao Shin
Kun Ban Cun Bu yang jangka waktunya beryangka 10
tahun.Mengapa kau datang kesini sebelum pada waktunya?
Apakah ilmu silat iang telah kau perlihatkan ketika
melawan aku itu, dapat kau pelajari dari kitab Ju Keng?"
Pertanyaan itu juga menyebabkan Kong Sun Giok
menjadi heran? Sebetulnya ketika Tian Lam Sa Kiam (tiga
jago silat pedang dari Tian Lam) melawan Ban Cun Bu
dilembah Lek Yun Kok di pegunungan Kwat Cong San
dengan bertaruh bahwa yang kalah harus membunuh diri,
Cin Leng Ngo juga telah menyaksikan dengan mata
kepalanya sendiri. Tetapi Kitab Ju Keng itu hanya orang
yang pernah membaca surat pesan gurunya, Goan Siu To
Tiang, dapat mengetahuinya. Bagaimanakah Cin Leng Ngo
mengetahui? .Apakah Bian Leng Jun, kekasihnya, telah
memberitahukan kepadanya seebagai kawan karibnya?
Pikiran dernikian membikin Kong Sun Giok bingung.
Melihat sikap yang bingung dari Kong Sun Giok itu, Cin
Leng Ngo sambil tersenyum berkata : „Kongcu, jangan
bingung. Dengar aku menjelaskan. Diantara 8 gadis2 dari150
Lak Cao Shin Kun ada seorang gadis yang mempunyai
dendam, dan seorang gadis lain yang amat membenci
gurunya. Kedua gadis ini telah menjadi saudara angkat
dengan bersumpah untuk melaksanakan maksudnya
bersama-sama. Gadis2 itu yang satu ialah Bian Leng Jun,
dan yang satu lagi ialah Cin Leng Ngo"
Pada waktu itu Kong Sun Giok seperti orang baru sadar
dari pingsannya, berseru : „Ai! Aku telah berbuat hal yang
tidak pantas terhadap Sio-cia. Aku telah bersikap congkak
dan kurang ajar terhadap Sio-cia. Bian Leng Jun itu adalah
........."
Cin LengNgo membantu : „Kekasihmu?"
Dengan muka merah Kong Sun Giok meneruskan: “Ya,
aku te!ah menaruh hati padanya. Apakah aku harus
memanggil Sio-cia Cin Ci (saudara perempuan Cin)?
Cin Leng Ngo menyahut : „Aku tak keberatan.
Sebetulnya aku lebih tua daripada kau, dan pantas kau
panggil aku Cin Ci "
Kong Sun Giok dengan tidak menunggu Cin Leng Ngo
sampai habis berbicara, meneruskan : „Cin Ci, apakah Jun
Moi-ku ada dikaki gunung ini? Aku ingin sekali
menjumpainya!"
Cin Leng Ngo mengawasi wajahnya Kong Sun Giok dan
menjawab : „Jika aku lihat wajahmu, akupun dapat percaya
akan kejujuranmu. Kau datang pada waktu yang tepat.
Tetapi untuk menjumpainya sekarang amat sukar "
Kong Sun Giok dengan cemas bertanya :„Cin Ci,
mengapa? mengapa?"
Dengan khidmat Cin Leng Ngo menjelaskan : „Ia sedang
menderita sakit, dan sakitnya agak berat!"151
Mendengar kabar buruk itu, Kong Sun Gick amat sedih.
la tak mengetahui berapa berat sakitnya Bian Long Jun.
Dengan tak terasa, air-matanya berlinang-linang. la lupa
bahwa ia berhadapan dengan seorang gadis yang baru saja
dikenalnya. Dipegangnya bahu Cin Leng Ngo dan sambil
menggoncang-goncangnya menanya : „Cin Ci, beritahukan
kepada aku. Sakit apakah ia? kebetulan aku membawa obat
mustajab "
Cin Leng Ngo membiarkan bayunya dipegang erat2 oleh
Kong Sun Giok. la menoleh keatas langit. Lalu ia berkata
seorang diri : „Ia terpaksa tinggal ditempat yang tak
disukainya. Tetapi ia terpaksa, karena ia mempunyai
dendam terhadap orang yang ia layani. Acapkali ia, tertawa
dengan terpaksa. Sebetulnya sekujur tubuhnya membawa
kesedihan, kemurkaan, penderitaan batin. Cobalah pikir,
betapa hebatnya penderitaan perasaan itu! Maka lama
kelamaan ia merana, dan jatuh sakit. Sakit apakah itu?"
Kong Sun Giok tak dapat menyelami arti jawaban itu.
Apakah maksudnya memberitahukan dengan jalan yang
berliku-Iiku itu? Mengapa Cin Leng Ngo tidak
memberitahukan kepadanya dengan cara yang sederhana,
ringkas dan tepat?
Cin Leng Ngo menunjukkan kepalanya, dan mengawasi
lagi wayahnya Kong Sun Giok. Ia berkata : „Jika ucapan
ini tidak kujelaskan lagi, kau tak akan mengarti. Sebetulnya
adikmu itu Bian Leng Jun menderita sakit rindu. Penyakit
demikian aku kira tak dapat ditolong dengan obat-obatan."
Kong Sun Giok tertekan hatinya, la merasa seakan-akan
jantungnya akan meledak dan kepalanya pusing. Bian Leng
Jun, kekasihnya, sedang menderita! la harus berdaya
menjumpainya. Dan menjumpainya harus dilakukan
dengan jalan yang penuh bahaya, karena Bian Leng Jun
berada dikuil Sun Yo Kung, tempat musuh besarnya, Ban152
Cun Bu ! Tiba2 kedua matanya menyala seperti orang yang
telah menjadi nekad.
Cin Leng Ngo rupanya dapat membaca isi hati Kong
Sun Giok. Sambil tersenyum ia menghibur : „Kali ini
beruntung sekali aku berjumpa dengan kau. Mungkin
peristiwa ini dapat menolong Bian Leng Jun. Tapi jika aku
melihat sikapmu sekarang, aku merasa pasti kau akan
mengambil resiko yang besar untuk masuk kekuil Sun Yo
Kung. Meskipun aku menasehatkan supaya kau jangan
melakukan hal itu, kau pasti tidak akan mengindahkan
nasehatku ini. Jika kau telah bertekad masuk kekuil itu
untuk menjumpai Bian Leng Jun, aku minta supaya kau
memperhatikan petunjuk2ku ini."
Kong Sun Giok merasa sedikit tenang, dan dengan tidak
sabar ia bertanya :„Cin Ci, harap kau katakan, aku
memperhatikan, dan berterima kasih!"
Cin Leng Ngo berkata : „Kau selalu panggil aku Cin Ci.
Aku merasa tua dengan panggilan itu."
Kong Sun Giok yang tidak biasa bergaul dengan wanita,
menjadi merah mukanya. Ditundukkannya kepalanya, dan
dengan sikap yang sabar ia menanti petunjuk2, agar dapat
masuk kekuil Sun Yo Kung dengan selamat.
Lalu Cin Leng Ngo mulai :„Lak Cao Shin Kun Ban Cun
Bu sangat cepat mencurigai orang. Tempat2 kediaman ke-8
murid2 wanitanya diaturnya sendiri, dan ia sering2
mengadakan pemeriksaan. Kuil itu sangat besar. Aku, yang
tinggal didalam kuil itu juga, tidak mengetahui pada dewasa
ini, dikamar yang rnana Bian Leng Jun tinggal. Kamar2
kita sering2 ditukar. Disamping itu antara kita kedelapan
murid2 wanita ini, satu sama lain saling curiga mencurigai.
Hanya aku dan Bian Leng Jun yang telah bersumpah
menjadi saudara, dan saling percaya mempercayai. Soal153
pertama ialah, jika kau telah berhasil masuk kedalam kuil
itu, jangan sekali-kali membikin gadis2 yang lain
mengetahui bahwa kau datang istimewa untuk melihat Bian
Leng Jun. Jika tidak maka cintamu itu terhadap Bian Len
Jun akan menjadi salah satu sebab dari kecelakaanmu!"
Cin Leng Ngo berhenti sejenak, lalu meneruskan :
“Kedua, kamar2 didalam kuil Sun Yo Kung kebanyakan
berwarna putih Tetapi ada sebuah kamar yang berbentuk
menara dan berwarna merah. Kamar itu jangan sekali-kali
kau dekati !"
Kong Sun Giok menganggukkan kep,alanya menerima
petunjuk2 itu. Rupanya Cin Leng Ngo belum selesai
dengan petunjuk2nya. Ia meneruskan : „Jika kau berada
dalam bahaya, kau harus menerjang menuju kebarat, dan
jangan sekali-kali kau menerjang ke-selatan!"
Kong Sun Giok memperhatikan terus petunjuk2 itu, dan
dengan perasaan terima kasih ia berkata : „Cin Ci, kau
sangat baik hati. Aku pasti tak akan lupa. Dikemudian hari
jika ada kesempatan, aku pasti membalas kebaikan hati Cin
Ci itu!"
Cin Leng Ngo memejamkan matanya. Ketika dibukanya
kembali, air matanya bercucuran mernbasahi kedua pipinya
dan jatuh diatas pakaiannya. Ia menarik napas panjang, dan
berkata seorang diri : „Cin Leng Ngo! Cin Leng Ngo!
maksudmu setinggi langit, tetapi jiwamu setipis kertas.
Hidupmu telah ditakdirkan penuh dengan perasaan benci.
Kapankah kau dapat melakukan pembalasan? Jika kau
dapat membasmi Lak Cao Shin Kun, dan membantu Bian
Leng Jun dalam usaha membalas dendamnya, Cin Leng
Ngo, kau mati berjasa!"154
Kong Sun Giok terperanjat. Ia heran mengapa Cin Leng
Ngo tiba2 menjadi seperti orang yang kurang ingatan.
Dengan tak disengaja ia menegur, ”Cin Ci ! Kau mengapa?"
Cin Leng Ngo menangis dengan sedih. Air matanya tak
berhenti mengucur. la tak dapat menjawab. Perkataannya
tercekik ditenggorokannya !
Kong Sun Giok menjadi sibuk. la tak tahu cara
menghiburnya. la hanya dapat memegang bahunya dan
berkata :„Sudahlaih! Sudahlah! Cin ci ! Kau jangan
menangis. Tangismu menyebabkan hatiku sedih. Meskipun
kita baru kenal, tetapi percayalah, aku Kong Sun Giok akan
berusaha menolong atau membantu. Beritahukanlah apa
yang menyebabkan kau bersedih hati. Meskipun aku harus
masuk kelautan api, meratakan gunung, pasti kuusahakan
menolong Cin Ci!"
Cin Leng Ngo berhenti menangis, menghapus air
matanya, dan mundur dua tindak. Ia mengawasi lagi Kong
Sun Giok, lalu berkata : „Giok Tee betul2 mempunyai
perasaan simpathi terhadap penderitaan orang lain. Tidak
heran jika Bian Leng Jun jatuh cinta kepadamu. Janjimu
tadi sudah cukup bagiku. Tetapi apa yang akan terjadi
dikemudian hari kita belum dapat mengetahui. Biarlah
Tuhan sebagai saksi"
Ketika itu terdengar oleh mereka bunyi lonceng dari kuil
Sun Yo Kung. Mendengar bunyi lonceng itu, pucatlah
muka Cin Leng Ngo. Ia berkata tergesa2 kepada Kong Sun
Giok: „Itu adalah suara lonceng, tanda bahwa Ban Cun Bu
yang membunyikannya untuk memanggil murid2nya
berkumpul. Aku keluar mencari daun obat-obatan dan
sudah memakan waktu yang banyak. Aku harus segera
kembali kekuil. Giok Tee, kau harus berpikir masak2.
Sekarang lebih baik jangan masuk kekuil Sun Yo Kung.155
Tetapi jika, kau masih berkeras kepala berusaha masuk
kekuil itu, kau harus ingat betul2 petunjuk2ku tadi !"
Lalu ia memandang Kong Sun Giok sejenak, berbalik
dan turun menuju kekuil dikaki puncak gunung itu!
Kong Sun Giok mengikuti larinya sigadis itu dengan
kedua matanya sampai hilang. la duduk disuatu batu
gunung besar mengenangkan kembali peristiwa tadi. la
merasa beruntung telah berjumpa dengan Cin Leng Ngo
sehingga ia dapat kabar tentang kekasihnya dan menerima
petunjuk2 yang berharga bila ia masuk kekuil Sun Yo Kung
dari musuh besarnya, Ban Cun Bu. Ia menarik napas
panjang meredakan tindihan berat diatas jantungnya karena
berita sakitnya Bian Leng Jun itu. Ia menggertakkan giginya
jika memikirkan tentang kekejaman kejahatan Ban Cun Bu
yang telah menyebabkan Thian Lam Sa Kiam menemui
ajalnya dilembah Lek Yun Kok dari pegunungan Kwat
Cong San dan menyiksa batinnya Bian Leng Jun. Lalu
dengan tak terasa, ia berseru : „Thian yang maha kuasa!
saksikanlah! Aku tak akan berhenti berusaha sebelumnya
aku membasmi orang durhaka itu.”
Pada saat itu matahari mulai condong ke-Barat, dan ia
teringat bahwa ia harus lekas2 kembali kekuil Pik Yun Yen
untuk menemui Ji Su-hengnya, It Hok To-jin!
Sambil berjalan ia membuat rencana sesuatu cara yang
harus dipergunakannya nanti bila ia masuk ke kuil Sun Yo
Kung. la harus pergi kekuil itu, karena Bian Leng Jun
sedang menderita sakit.Mungkin dari Bian Leng Jun ia bisa
memperoleh sesuatu yang dapat menolongnya membasmi
Ban Cun Bu. Apakah ia harus menceriterakan peristiwa tadi
kepada Ji Su-hengnya? Apakah ia harus mengajak Ju Su-
hengnya masuk kedalam kuil yang berbahaya itu?156
Akhirnya ia berpikir tentang ilmu silatnya Ban Cun Bu
yang lihay sekali. Ia yakin dengan Ji Suhengnya saja ia tak
dapat melawan Ban Cun Bu. Lebih baik ia tak
menunjukkan diri sebagaimana yang telah diterangkan Cin
Leng Ngo.
Ketika ia tiba dikuil Pik Yun Yen, It Hok Tojin telah
menanti hampir setengah hari.
Lalu masing2 melaporkan pertemuannya disepanjang
jalan. It Hok To-jin mulai laporannya dengan menarik
napas : „Aku telah berjalan dan memeriksa hampir seiuruh
tempat dipegunungan ini, tetapi hasilnya nihil. Kali ini, kita
harus memperpanjang jangka waktu untuk menyelidiki,
sebelumnya kita bertemu lagi. Kau mencari disebelah
tenggara, dan aku di sebelah Barat-Laut. Kita mencari
selama 7 hari baru kembali kekuil ini."157
Didorongnya jendela itu perlahan-lahan dan hati2. Ia
menjenguk kedalam. Tampaklah olehnya bahwa didalamnya
terdapat seorang gadis yang sedang menyisir dan tak lama,
kemudian tampak masuk seorang gadis lain.
Lalu datang gilirannya Kong Sun Giok menuturkan
kisahnya selama 3 hari. la ingin menceriterakan se-
gala2nya. Tetapi setelah mendengar uraian Ji Su-hengnya,
ia berpikir, lebih baik pertemuannya dengan Cin Leng Ngo
dirahasiakan saja dahulu dan begitu juga dengan
maksudnya untuk masuk kedalam kuil Sun Yo Kung. Ia
tidak ingin mengajak Ji Su-hengnya masuk kemulut macan.
oleh karena itu ia hanya menuturkan jalan2 yang telah
ditempuhnya dan usaha2nya yang tak berhasil.
Pada esok harinya mereka berangkat Iagi dan masing2
mengambil jalan yang telah ditetapkan.
Kong Sun Giok menuju lagi ketempat pertemuannya
dengan Cin Leng Ngo, dan sampai di tempat tersebut pada
waktu senja. Matahari belum terbenam. Ia berpendapat,
bahwa lebih baik menanti sampai gelap, baru turun menuju
kekuil Sun Yo Kung?
Sebetulnya kuil Sun Yo Kung itu luas sekali. Semua
kamar2 didalam kuil itu berwarna putih dan berbentuk segi
delapan. Tetapi ada satu kamar yang berbentuk menara segi
lima dan berwarna merah. Kamar istimewa itu dibangun
dengan sangat indah sekali.
Ketika sudah gelap, Kong Sun Giok turun gunung
menuju kekuil itu. Dari tempat yangk agak tinggi, Kong
Sun Giok dapat melihat kamar2 didalam kuil itu. Melihat
pintu2 yang ganlyil dari kamar yang berwarna merah, Kong
Sun Giok insyaf bahwa kamar tersebut merupakan suatu
perangkap bagi orang yang mendekati kamar itu. Iapun
melihat, bahwa disebelah dekat kamar itu terdapat pintu158
maut, dan pintu keamanan rupanya berada disebelah Barat.
la ingat pesan Cin Leng Ngo : Bila berada dalam bahaya, ia
harus menerjang kesebelah Barat.
Dihampirinya kuil itu, sebuah suara manusiapun tak ada
terdengar kecuali suara binatang2 atau kutu2 disekitar
pegunungan itu. Rupanya kuil itu tak dijaga dari luar!
la menduga bahwa Lak Cao Shin Kun Bu merasa aman
menjaga-kuilnya dengan ilmu silatnya yang lihay sekali,
dan tidak kuatir orang lain berani masuk kedalam!
Jika keadaan demikian rupa, maka usaha Kong Sun
Giok untuk mencuri masuk kedalam, dapat dilakukan
dengan hanya sedikit rintangan! Dengan menotok tampat
dengan kedua ujung jari kakinya dalam sekejap saja ia
sudah berdiri diatas tembok yang melingkari seluruh kuil
itu. Ia harus bertindak dengan waspada. Dibukanya
matanya lebar2 dan mengawasi dengan cermat segala
sesuatu disekitarnya. Ditengah2 pekarangan kuil itu
dilihatnya tiga buah bangunan yang merupakan ruang
untuk berapat, dan tiga bangunan ini dilingkari lagi dengan
pagar pohon bambu! Ia meloncat turun seperti se-ekor
kucing, dengan tidak bersuara. Ia menuju kepagar pohon
bambu itu. Pagar tersebut dilaluinya dan didepan pintu
salah sebuah bangunan, dilihatnya sebilah papan dengan
tiga huruf „Hoan Cui Hian" (Lingkaran Hijau Muda).
Ia harus waspada, dan ia berhenti sebentar untuk
menyelidiki lebih lanjut sebelum ia maju lagi. Pada hari
kemarin ia telah bertempur melawan seorang murid
muridnya, Cin Leng Ngo, dan ia insyaf bagaimana lihay
ilmu silatnya. Dari satu jendela ia melihat sinar lampu
menyorot keluar. Ia menghampiri jendela itu, yang ternyata
tidak dikunci, tetapi hanya dirapatkan saya.159
la dorong dan membuka jendela itu dengan per-lahan2
dan hati2. la melongok kedalam. Dilantai ia lihat satu panci
penuh dengan bubur. Seorang gadis sedang duduk
dihadapan kaca tengah menyisir rambutnya yang panjang.
Gadis itu mengenakan pakaian yang tipis, dia duduk
membelakangi jendela. Ia terkejut, dan berhenti diluar
sejenak. la, rupanya tak ingin melihat lagi !
Baru saja ia bertindak untuk menyelidiki kamar yang
lain, tiba2 ia dengar suara tindakan kaki orang berjalan
diluar pagar bambu yang melingkari tiga bangunan itu
dengan teliti.
Ia segera berhenti dan menahan napas. Ia mendengari
dengan teliti. Lalu ia jambret ujung atap rumah di atasnya.
Dengan satu enjot2an, ia sudah berada diatas atap rumah
itu!
Tetapi suara loncatan keatas atap rumah itu dalam
keadaan yang sunyi-senyap itu terdengar oleh sigadis
didalam kamar. Gadis itu menegur : „Siapakah diluar
kamar?"
Segera seorang gadis lagi berjalan masuk kedalam kamar
itu, dan menjawab sambil bersenyum : „Leng Cu, aku
disini. Bukankah kau sedang bersolek? Didalam kuil ini,
selain Shin Kun (Ban Cun Bu), tidak ada pria lain, bukan?
Apakah kau takut pencuri laki2 datang kesini ?"
Gadis yang bernama Leng Cu itu berkata sambil tertawa:
„O, Tu Leng Hong ci-ci ? Mari duduk. Aku belum habis
menyisir rambutku ini".
To Leng Hong berkata sambil bersenyum :„Co moimoi
(adik Tip), sudahlah, jangan bersolek lagi! Malam ini
meskipun kau yang harus bertugas menjaga, akan tetapi
Shin Kun masih berada diloteng membunyikan lonceng
memanggil Cin Leng Ngo"160
Ucapan „Cin Leng Ngo" itu membikin Kong Sun Giok
terkejut! Ia terus pasang kuping mendengari percakapan
kedua gadis dikamar itu.
Terdengar oleh ia kata2 Co Long Tin yang mengejek :
„Hu Li Ceng (ruba betina) itu betul membingungkan kita !
Shin Kun memanggil la lagi dengan membunyikan lonceng
itu.Mungkin ia sedeng mencari kesempatan lagi !"
Ucapan itu membikin Kong Sun Giok lebih cemas.
Kesempatan apakah yang Cin Leng Ngo sedang cari?
Apakah Cin Leng Ngo juga sedang mencari ia, karena
yakin bahwa la akan mengambil resiko masuk kekuil Sun
Yo Kung ???
---oo0oo---
BAGIAN 9
TEKA-TEKIDIATAS PUNCAK SIAN YAN HONG
Dari percakapannya Tu Leng Hong dan Tio Leng Cu,
Kong Sun Giok memperoleh kesan, hahwa diantara Ban
Cun Bu dan murid2nya ada hubungan hubungan rahasia
disamping perhubungan yang layak sebagai murid dan
mengingat murid2 itu semuanya muda belia serta cantik
rupawan menawan hati.
„Apakah semua murid2 wanita dari Ban Cun Bu itu
masih gadus?” Apakah semua murid semua2 itu berwatak
agung mempertahankan kesucian diri? Dan juga Bian Leng
Jun kekasihku itu, apakah ia tetap masih seorang gadis suci-
murni?"
Dari percakapannya kedua gadis didalam kamar itu,
Kong Sun Giok juga menarik kesimpulan bahwa Cin Cin
Ngo adalah murid wanita yang paling disayangi oleh Ban161
Cun Bu. Akan tetapi sangat mengharukan ketika jumpai
gadis itu diatas puncak kemaren, sikapnya sangat ganjil
sekali se-akan2 dia menaruh dendam terhadap gurunya
yang kelakuannya seperti binatang serigala, agaknya, ia
sedang menanti kesempatan untuk membikin perhitungan.
Didalam punjung (tempat beristirahat), Kong Sun Giok
melihat ada seorang gadis yang berbaju putih.162
Kedua gadis didalam kamar terus ber-cakap2, dan yang
dipercakapkan tidak lain hanyalah soal asmara atau lebih
jelasnya soal kemesuman, Kong Sun Giok merasa cemas
dan sangsi akan kesucian kekasihnya, karenanya ia menjadi
makin gelisah dan bimbang hatinya. Ia ingin lekas2
menemui Leng Jun yang oleh Cin Len Ngo dikatakan
sedang menderita sakit agak berat. Dengan ilmu
meringankan tubuh, ia meloncat keatas atap dari kamar
lain.
Mengingat pembicaraan Cin Leng Ngo kemaren, di
samping kecemasan akan kesucian „kekasihnya", ia pun
merasa simpatik terhadap nasibnya Cin Leng Ngo itu, gadis
yang cantik juwita dengan kepandaian silat yang baik, tetapi
menderita nasib buruk. Tidak heran jika gadis itu telah
mengucurkan air-mata dan ber-kali2 menghela nafas
panjang-pendek.
Setelah ia berada diatas kamar lain, ia berusaha
mengintip kedalam kamar tersebut melalui genteng kaca. ia
berada diatas suatu kamar lain yang lebih indah serta yang
dilingkari pula, oleh pohon2 bambu dan terletak disuatu
sungai kecil yang airnya jernih dan bersih bagaikan kaca.
Diatas sungai itu ada jembatan bau merah, yang diatasnya
dihangun pula satu punjung (tempat beristirat) berbentuk
segi-enam dengan hiasannya yang sudah mentereng.
Didalam punjung tersebut terlihat seorang gadis berbaju
putih bersih sedang memandangi menikmati bulan yang
sinarnya memancarkan keseluruh jagat.
Baru saja ia hendak mengintip kedalam kamar, tiba2
gadis itu menarik perhatiannya, akan segera juga ia menjadi
terkejut, karena gadis berbaju putih itu adalah Bian Leng
Jun yang sedang dicarinya!
Cin Leng Ngo telah memberitahukan kepadanya bahwa
Bian Leng Jun sedang menderita sakit agak berat, akan163
tetapi mengapa kini dimalam hari ia bisa berada didalam
punjung diatas jembatan memandangi bulan? Dengan
perasaan ke-ragu2an itu, ia tak berani bertindak lancang. la
loncat turun dari atap kamar, dengan ber-hati2 ia jalan
menghampiri jambatan. Setelah berdiri dekat sekali, dan
merasa pasti bahwa gadis itu adalah Bian Leng Jun, ia coba
menegurnya dengan mengucapkan satu sajak.
Air sungai sangat mengalir deras.
Duduk bersedirian apakah yang sedang dipandangnya?
Suara yang terkenal dan ramah itu membikin gadis
berbaju putih diatas jembatan itu terkejut dan menoleh
kearah datangnya suara itu. Mereka ber-hadapan2 muka
kedua pasang mata bentrok satu pada lain. Mereka kenal
mengenali, Kong Sun Giok bertindak maju untuk segera
merangkul Bian Leng Jun sambil berseru „Jun Moi!"
Rupanya Bian Leng Jun kuatir dapat dilihat orang lain,
maka ia lepaskan rangkulannya, ia berbisik : „Giok Koko
ilmu silatmu belum mahir betul. Mengapa kau berani
datang kesini? Mari masuk kekamarku supaya tidak
kelihatan orang lain!" Lalu Bian Leng Jun tarik tangannya
Kong Sun Giok diajak masuk kekamar yang letaknya
dipinggir sungai itu. Bian Leng Jun mempersilahkan Kong
Sun Giok duduk, ia sendiripun lalu duduk menghadapi
Kong Sun Giok, ia berkata dgn. wajah menunjukkan
kecemasannya: „Koko, dengan ilmu silatmu yang belum
mahir, kau telah datang kesini, bukankah seperti juga kau
masuk kedalam kandang macan?" Lalu ia menuangkan dua
cang kir teh yang masih panas. Kong Sun Giok tidak segera
menyahut, sebaliknya ia mengawasi wajah Bian Leng Jun
yang tampaknya sangat pucat dan banyak lebih kurus. Lalu
ia geleng2 kepalanya dan menarik nafas panjang.164
Bian Leng Jun lebih memperhatikan keselamatan Kong
Sun Giok, ia tidak mcnghiraukan penyakitnya. Tatkala
pertanyaannya tidak dijawab ia bangun dari tempat
duduknya menghampiri Kong Sun Giok, dan sambil
memegangi pundak kekasihnya, dengan sangat kuatir
agaknya, ia menanya lagi: „Giok Koko! Kau dengarkah apa
yang aku katakan tadi?"
Kong Sun Giok mengangguk, lalu dengan suara rendah
la menyahut : „Aku telah mendengar dari Cin Leng Ngo
Tici bahwa kau sedang menderita sakit, yang agak berat.
Oleh karena itu, dengan tak menghiraukan bahaya yang
mungkin dihadapi, aku telah berusaha keras datang kesini.
Jun Moy! Bagaimanakah penyakitmu? Apakah sudah
banyak baik ?"
Bian Leng Jun sangat berterima kasih akan perhatian
Kong Sun Giok terhadap dirinya. la memandangi wajah
Kong Sun Giok, lalu air matanya mengucur keluar dan
mengalir diantara kedua pipinya yang pucat. Ia menyahut :
„Aku mempunyai kepandaian silat. Jika tidak menderita
luka, aku tak akan menderita sakit berat. Tetapi ....."
Ketika itu terdengar diluar kamar suara orang berjalan
diatas jembatan batu. Bian Leng Jun terkejut. Ia menunjuk
kebelakang tempat tidurnya, dan menyuruh Kong Sun Giok
bersembunyi dikolong tempat, sedangkan ia sendiri lekas2
naik keatas tempat tidur menutupi tubuhnya dengan
selimut.
Sesaat kemudian tampak bertindak masuk Tu Leng
Hong dan Tio Leng Cu. Dengan bersenyum Tu Leng Hong
menanya: „Jun Moy, apakah kau banyak baik? Kemarin
kau telah dapat bangun, mengapa sekarang berbaring lagi?
Apakah penyakitmu kambuh pula? Antara delapan orang
dikuil Lak Cao ini, kaulah yang terpandai ilmu silatnya.
Oleh karena itu kami semua selalu memikiri tentang165
keselamatanmu. Tapi kau juga paling banyak sedih
hati......!"
Bian Leng Jun pe-lahan2 bangun dan duduk diatas
pembaringannya. la, menyahut: „Terima kasih atas
perhatian kedua Cici. Pagi tadi aku rasakan penyakitku
banyak baikkan, tapi mulai sore ini aku merasa tidak
enakan. Namun, aku kira penyakitku tidak akan menjadi
tambah berat. Dimana Cin Cici? Biasanya ia tiap2 hari di-
waktu begini datang menengoki aku, mengapa sekarang ia
tidak datang?"
Ketika itu Tio Leng Tin telah memperhatikan dua
cangkir teh yang masih panas diatas meja.Mendengar Bian
Leng Dun menanyakan Cin Leng Ngo, sangat disayang
oleh Suhu. ”Sekarang mungkin la berada dikamar Suhu.
Mana ada waktu dia datang menengoki kau lagi!"
Kong Sun Giok yang sedang bersembunyi dapat
mendengar nyata dan jelas sekali semua percakapan
mereka, dan apa yang diomongkan Tio Leng Cu itu telah
membuktikan kesimpulannya tentang adanya perhubungan
mesum antara Ban Cun Bu dan beberapa murid2nya. la
menjadi lebih cemas lagi terhadap kekasihnya Bian Leng
Jun. Dan ia dapat mengertikan mengapa Cin Leng Ngo
menaruh dendam terhadap gurunya yang bersifat binatang
itu. Bukankah Cin Leng Ngo telah memperingatkan
padanya dengan sangat agar ia jangan mendekati bangunan
indah yang bercatkan merah? Berbahaya bagi orang yang
datang mengintipnya, mungkin didalam bangunan itu Ban
Cun Bu melakukan perbuatan yang durhaka dan mesum.
Sudah tentu gadis2 didalam kuil itu tak berdaya terhadap
gurunya itu yang lihay ilmu silatnya, tetapi buruk dan
biadab perbuatannya. Mungkinkah Bian Leng Jun dapat
mempertahankan kesuciannya dalam keadaan demikian?166
Bian Leng Jun tidak sudi kedua saudari seperguruannya
itu terus bicara tentang kemesuman guru mereka. la coba
turun dari tempat tidurnya sambil berkata : „Maaf jika aku
telah menyambutnya kedua Cici tidak sebagaimana
mestinya. Kamar ini amat sempit.Marilah kita keluar!"
Tio Leng Cu menyahut sambil bersenyum : „Sudahlah,
Jun Moy kau tak usah bangun. Kami berdua akan segera
pergi kebangunan istimewa itu untuk tugas berjaga. Nah,
kami pergi sekarang. Sudahlah, kau tak usah bangun.
Selamat malam!"
Tetapi Bian Leng Jun bangun juga dan mengantar
mereka sampai diluar. Setelah melihat mereka berjalan
jauh, barulah ia masuk kembali kedalam kamarnya. la
panggil Kong Sun Giok keluar dari tempat sembunyi
dengan suara ter-sedu2 ia berkata : „Giok Koko, jika kau
betul2 sayang dan menyintai aku, kau harus lekas2 berlalu
dari sini."
Kong Sun Giok hanya mengawasi Bian Leng Jun dengan
perasaan kasihan akan nasibnya.
„Giok Koko! Aku tahu bahwa kau berat untuk segera
berlalu. Tadi Tio Leng Cu telah memperhatikan dua
cangkir teh yang belum diminum, ia rupanya mencurigai
aku. Aku kuatir ia akan memberitahukan kepada Ban Cun
Bu yang pasti datang melakukan penyelidikan. Kau haruns
lekas2 berlalu dari sini. Jika tidak, bencana, akan menimpah
kita! Ayolah, aku antarkan kau sampai diluar tembok!"
Meskipun Kong Sun Giok belum banyak pengalaman,
tetapi tentang asmara, ia mengerti juga, ia menjadi
cemburu. Karena cemburunya itulah membuat ia tidak
ingin lekas berlalu. Tetapi disamping itu pikirnya demi
keselamatannya Bian Leng Jun, ia terpaksa harus berlalu167
juga. la mengikuti Bian Leng Jun jalan keluar sampai dekat
jembatan batu.
„Giok Koko," kata Bian Leng Jun, „kita segera akan
berpisah pula. Aku tak mengerti mengapa kau tidak
menghiraukan bahaya datang kemari?"
„Aku tak bisa lupakan budimu. Aku bukannya tidak
mengetahui akan bahaya bagi diriku. Kali ini aku datang
kekota Lak Cao, terutama karena hendak mencari kitab Ju
Keng. Kebetulan aku berjumpa dengan Cin Leng Ngo,
daripadanya aku ketahui, bahwa kau sedang menderita
sakit. Oleh karena itu, dengan tak menghiraukan bahaya,
aku datang memasuki juga kuil ini untuk dapat bertemu
dengan kau."
„Apa ketemu? Kitab Ju Keng berada dikota Lak Cao?"
tanya Bian Leng Jun dengan heran.
Dengan singkat Kong Sun Giok menuturkan usahanya
mencari kitab Ju Keng tersebut, juga ia tunjukkan gambar
puncak yang ganjil yang tertera diatas kulit kambing.
Dengan girang Bian Leng Jun berkata: „Disebelah utara
kata Lak Cao aku pernah lihat puncak yang mirip dengan
gambar ini, dan puncak yang lebih rendah disebelah puncak
yang ditengah itu namanya puncak Sian Yan Hong, karena
didaerah sekitar puncak itu terdapat banyak sekali kera2!"
Penuturan tersebut juga meggirangkan Kong Sun Giok,
dan pegang bahunya Bian Leng Jun erat2 sambil berkata :
„Aku dapat bayangkan betapa berat penderitaanmu. Aku
akan segera pergi kepuncak Sian Yan Hong dan berusaha
mencari kitab Ju Keng, KeIak setelah aku berhasil, aku
pasti datang membasmi Ban Cun Bu untuk membalaskan
dendam Suhu dan Su-siok-ku. Dengan demikian aku dapat
juga membebaskan kau sekali, bukan?"168
„Giok Koko," kata Bian Leng Jun, „aku hanya harap
kau percaya akan kebersihan diriku. Meskipun Ban Cun Bu
itu srigala yang berupa manusia, tetapi aku masih dapat
mempertahankan kesucianku." Lalu ia gulung lengan baju
kanannya. Kong Sun Giok ber-debar2 dan berdetak
jantungnya melihat kulit yang demikian putih dan halus,
namun ia masih tidak mengerti perbuatan gadis itu. Lalu
Bian Leng Jun memperlihatkan satu tanda merah dilengan
atasnya, sambil berkata: „Giok Koko, kau tentu tahu bahwa
tanda merah ini adalah bekas totokan yang lihay. Apakah
kau dapat menerka siapa yang telah menotoknya ?"
Kong Sun Giok berpikir untuk beberapa saat lamanya,
akhirnya ia menggelengkan kepalanya.
,,Akupun telah menduga kau tak akan dapat
menebaknya," kata Bian Leng Jun, „ini adalah bekas
totokan ....."
Belum lagi habis kata2 Bian Leng Jun itu, tiba2 entah
dari mana loncat turun searang wanita berpakaian putih
berusia lebih tua dari padanya, dan berdiri dihadapan
mereka. Sambil mengawasi Bian Leng Jun wanita itu
mengejek : „Kau menyelewengi peraturan Ban Cun Bu Sin
Kun yang keras itu? Lupakah kau kepada hukumannya
yang berat, bahwa barang siapa yang berani keluar dari
kamarnya dan mengadakan perhubungan dengan seorang
pria dari luar akan dipotong kedua tangannya? Bian Su-
moy! Kau telah melanggar peraturan itu! Ayo, Iekas ikut
aku menghadapi Suhu untuk mengakui dosamu!"
Suara itu, wajah dan gerak-geriknya wanita itu tidak
asing lagi bagi Kong Sun Giok, karena ia pernah
mendengar suaranya, dan pernah melihat juga orangnya.
Wanita itu tak lain tak bukan adalah Tio Leng Cu! Bukan
main kagetnya Bian Leng Jun. Mukanya yang sudah pucat169
bertambah pucat lagi. la, tak dapat mengangkat atau
menjawab. la mengertek gigi.
Kong Sun Giok pun terkejut sesaat. la sangsi untuk
menggunakan kekerasan atau keramah-tamahan untuk
menolong Bian Leng Jun. Tetapi kemudian dengan tabah ia
hadapi Tio Leng Cu, dan berkata : „Tio Siocia ....." Tapi
Tio LengCu tidak memberikan ia kesempatan untuk bicara,
dengan muka beringas ia pelototi Kong Sun Giok, lalu
bertindak menghampiri Bian Leng Jun yang ia tepuk
pundaknya dan berkata : „Bian Su-moy, kau biasanya suci
sekali. Tapi ternyata hanya akal belaka untuk menjumpai
kekasihmu, kau lebih pandai daripada aku!"
Dicemohkan dan diejek secara demikian, Bian Leng Jun
hanya dapat mengucurkan air-mata, dengan tak dapat
membuka mulut. Lalu Tio Leng Cu mengubah sikapnya,
dengan bersenyum ia berkata : „Bian Su-moy, kau tak usah
takut. Ucapanku tadi hanya untuk menakut-nakuti kau.
Kita yang hidup seperti saudara sekarang sekandung, pasti
tak melaporkan hal ini kepada Ban Cun Bu. Tapi setelah
aku mengetahui tindak-tandukmu aku harus
memperingatkannya bukan? Nah! Bian Su-moy, aku telah
berjasa dan melepas budi terhadap kau, dengan cara apa
dan bagaimanakah kau akan membalas budiku ini?" Sambil
bicara, Tio Leng Cu mengawasi Kong Sun Giok yang
tampan itu. Bian Leng Jun yang telah tinggal ber-sama2
untuk beberapa tahun telah mengetahui betul segala sikap
dari saudari seperguruannya. Ia yakin bahwa Tio Leng Cu
dan Tu Leng Hong adalah yang paling jahat. Dalam
keadaan terjepit itu, ia terpaksa bersenyum dan menyahut :
„Maksud baikmu, Tio Cici, aku telah mengetahui dan
sangat kuhargai. Tapi Tu Cici juga sedang mendatangi.
Mustahil aku harus .....”170
Tio Leng Cu yang mendengar Tu Leng Hong
mendatangi lalu menoleh kebelakang. Bian Leng Jun
kedipkan mata kepada Kong Sun Giok sambil melayangkan
kepelannya kepunggungnya Tio Leng Cu.
Tio Leng Cu yang cerdik itu, meskipun sedang menoleh
kebelakang selalu merasa curiga terhadap Bian Leng Jun.
Pukulan itu ia dapat egosi dengan menjatuhkan diri
ketanah. la berseru: „Pelacur ! Aku akan melaporkan
perbuatanmu kepada Ban Cun Bu!" Ia ambil satu senjata
kecil yang mirip anak panah dari pinggangnya. Perbuatan
itu dapat dilihat oleh Bian Leng Jun. Jika .anak panah itu
dilontarkan keatas, maka Ban Cun Bu pasti segera datang.
Dengan ter-gesa2 ia berseru: „Giok Koko, Iekas cegah
sundel ini agar tak berkesempatan melontarkan anak panah
itu!"
Kong Sun Giok yang berdiri siap waspada lalu mencabut
pedangnya, dan dengan ilmu yang ia baru dapat pelajari
dari Sin It Cui, ia segera loncat keatas untuk menerkam Tio
Leng Cu. Tapi Tio Leng Cu sangat cerdik. la mengetahui
bahwa ia tak dapat melawan Bian Leng Jun, apalagi
dibantu pula oleh Kong Sun Giok. Ia menggulingkan diri
dan lari kearah lembah sambil melemparkan anak panah
itu!
Begitu lekas anak panah itu dilempar keudara, segera
terlihat asap hijau keluar dari panah itu. Justru disaat yang
sangat tegang ini, dari satu pohon tua yang berada tidak
jauh kelihatan satu benda yang mirip bintang perak terbang
keatas dengan sinar terang dibelakangnya. Bintang perak itu
mengejar anak panah dan lenyapkan asap yang keluar dari
anak panah itu! Dan satu sinar lain yang terang pula
mengejar Tio Leng Cu yang sembunyi lari kearah lembah.
Kemudian terdengar Tio Leng cu menjerit satu kali disusul
dengan jatuh rubuhnya ia ditanah!171
Perubahan yang se-konyong2 ini membikin Bian Leng
Jun tercengang. Siapakah gerangan yang telah
menolongnya ? Jika anak panah tadi berhasil mengeluarkan
asap hijau agak lama sedikit dan dilihat oleh Ban Cun Bu,
maka tamatlah riwayatnya Bian Leng Jun, mungkin Kong
Sun Giok juga.
Tio Leng Cu yang mengetahui dir inya bukan menjadi
tandingan kedua orang itu, segera menggulingkan dirinya, untuk
kemudian lari kearah lembah.
Belum lagi hilang rasa herannya, dari pohon yang tua itu
melayang turun satu bayangan putih yang lantas menyeret
mayatnya Tio Leng Cu kedalam semak!
Setelah melihat dan, ketahui siapa adanya bayangan
putih itu, Bian Leng Jun berseru gembira: „Giak Koko,
itulah Cin Cici. la yang paling sayang aku!"172
Dengan rambut terurai dan pakaian tak rapi Cin Leng
Ngo loncat dihadapan. Bian Leng Jun. Lalu dengan
mengerutkan kening ia memperingatkan : „Jun Moy suruh
Giok Koko-mu lekas berlalu dari sini. Aku terpaksa
membunuh mati Tio Leng Cu dengan menggunakan jarum
beracun, dan mayatnya tak boleh ketahuan orang lain! Juga
diantara kita delapan orang, Ban Cun Bu mengetahui
kurang satu, ia pasti menjadi gusar sekali dan akan
menyelidiki. Aku meskipun sangat disukai oleh dia, dan
kau yang mempunyai dendam terhadap dia, pasti akan
didesak terus-menerus untuk memberikan penjelasan
tentang binasanya Tio Leng Cu. Terlebih pula Tu Leng
Hong yang sangat erat hubungannya dengan Tio Leng Cu,
dia pasti akan berusaha sekuat tenaga mencari tahu sebab2
kematiannya. Kita bertiga semuanya mempunyai dendam
terhadap Ban Cun Bu. Tapi sekarang bukan waktunya
untuk kita ber-cakap2 tentang asmara dan segala kentut
busuk. Kita harus tekun memahirkan silat kita untuk
memberikan hajaran yang setimpal kepada srigala yang
berbentuk manusia Ban Cun Bu itu. Ayo, suruh Giok
Koko-mu lekas berlalu!"
Kong Sun Giokpun berpendapat harus ia segera berlalu
demi untuk keselamatan semuanya. la pegang bahunya
Bian Leng Jun dan berkata : „Jun Moy, kau harus jaga
dirimu baik2. Bila aku berhasil mencari kitab Ju Keng,
maka hari itu kita berjumpa lagi tak akan lama!" Lalu ia
berpaling kepada Cin Leng Ngo, berkata : „Cin Sio-cia,
terima kasih atas semua pertolonganmu!" la tidak menanti
jawaban lagi, dengan ilmu „Pwe Po Teng Kong" (delapan
langkah naik keudara) dan „Liong Heng It Sao Sao" (cara
naga ber-lari2) dengan sekejap saja ia telah berada jauh dari
kuil yang berbahaya itu!173
Meskipun ia masih dapat dengar suara tangisnya Bian
Leng Jun, dengan keraskan hati ia lari terus berlari dari kuil.
Setelah ia tiba dipuncak gunung, ia berhenti dan menoleh
kearah kuil, sesudah puas memandanginya, barulah ia
melanjutkan perjalanannya lagi. Dari ucapannya Cin Long
Ngo tadi, Kong Sun Giok teringat akan jarum2 beracunnya
nona itu, tentang mengapa ia paling disayang oleh Ban Cun
Bu, dan tentang dendam apakah yang Bian Leng Jun
sembunyikan terhadap Ban Cun Bu. Tapi yang paling
memusingkan kepalanya, ialah apakah Bian Leng Jun
masih tetap gadis dengan bernaung didalam kuilnya Ban
Cun Bu? Dan siapakah yang menotok lengan kanannya
Bian Leng Jun?
Semua soal yang merupakan teka-teki itu baginya masih
belum ada penjelasan, sangat gelap untuk ia dapat
menrbaknya. la tak dapat mengerti kesemuanya itu. Dan
..... untuk sementara waktu ia tak dapat menanya! Hampir
saja la jatuh dari pinggir jurang ketika la ber-lari2 sambil
mengasah otaknya memikiri teka-teki itu. Satu kali ia telah
injak seekor ular berbisa, untung dengan kelihayan ilmu
pedangnya la dapat membinasakan ular berbisa itu !
Kemudian la teringat kembali kepada Ji-su-hengnya. la lalu
bertekad menuturkan petunjuk Bian Leng Jun tentang
puncak Sian Yan Hong untuk mencari kitab Ju Keng, agar
setelah mahir betul ilmu silatnya, ia dapat menunaikan janji
atau sumpahnya kepada Suhu dan Su-sioknya membasmi
Ban Cun Bu!
la telah berjanji dengan Ji-su-hengnya, It Hok Tojin,
untuk berjumpa lagi dikuil Pik Yun Giam setelah 7 hari.
Hari yang dijanjikan belum tiba, ia tak menunggu lagi
kembalinya It Hok To-jin. la meninggalkan pesan disehelai
kertas dengan maksud agar It Hok To-jin setelah
membacanya segera menyusul ia pergi kepuncak Sian Yan174
Hong! Baru satu hari dalam perjalanan menuju kepuncak
Sian Yan Hong, diperjalanan ia menjumpai Ji-su-hengnya,
It Hok To-jin yang menegur ia: „Su-tee kebetulan sekali hari
ini kita dapat berjumpa disini. Puncak gunung yang ganjil
yang terlukis diatas kulit kambing, aku telah berhasil dapat
mencarinya. Disamping puncak itu mirip sekali seperti
gambar diatas kulit kambing!"
Dengan bersenyum Kong Sun Giok menyahut : „Jisu-
heng! Bukankah letaknya puncak gunung itu disebelah
utara dari kota Lak Cao? Dan puncak gunung yang lebih
rendah itu bukankah dengan kera2 ?"
It Hok To-jin terkejut, dan dengan heran menanya „Dari
siapakah kau dapat mengetahuinya : Penuturannya tentang
puncak2 yang dimaksud semua cocok dengan apa yang aku
telah tampak!"
Kong Sun Giok tidak ingin menceriterakan peristiwa
yang dialaminya dikuilnya Ban Cun Bu untuk menjumpai
kekasihnya. la menjawab bahwa keterangan2 itu ia
memperolehnya dari seorang tukang potong yang
mengetahui keadaan pegunungan dikota Lak Cao.
It Hok To-jin tidak curiga jawaban Su-teenya. la
mengangguk dan berkata lagi: „Puncak ganjil itu meskipun
mirip benar dengan gambar yang tcrlukis diatas kulit
kambing, tetapi, kita harus melewati puncak Sian Yan
Hong yang penuh kera2 itu. Kata orang kitapun akan
menjumpai batu2 yang terukir seperti kera2 tidakkah aneh?"
Kong Sun Giok tertawa. la merasa heran jika
dipegunungan itu ada batu2 terukir seperti kera2. la tak
sabar lagi, segera ia ajak Ji-su-hengnya pergi menuju
kepuncak Sian YanHong itu!
Dengan tak menghiraukan letih atau lelah, mereka terus
berjalan menuju kepuncak Sian Yan Hong, dan pada waktu175
lohor mereka tiba dikaki puncak gunung tersebut. Kong Sun
Giok keluarkan dan mereka beberkan kulit kambingnya,
untuk coba memperbandingkan puncak gunung
dihadapannya dengan yang tergambar diatas kulit kambing
itu. Untuk kegirangannya ia dapatkan temuannya cocok
satu pada lain tiada perbedaan. Sudah tentu saja It Hok To-
jinpun turut bergirang.
Mereka lalu mulai mendaki puncak gunung itu. Tidak
salah jika puncak gunung itu dinamakan Sian Yan Hong,
ada kera yang sedang ber-ayun2 didahan pohon, ada yang
duduk termenung, ada yang ber-lari2an dari cabang kelain
cabang pohon, dan ada yang ber-lari2an ditanah. Kera
tersebut tidak takut kepada orang. Melihat kedatangannya
Kong Sun Giok dan It Hok To-jin, mereka tidak lari malah
berkumpul dan mengikuti dibelakangnya.
Ketika mereka jalan disuatu pengkolan, It Hok Tojin
menunjuk kesuatu pohon yang tua sekali sambil berkata:
„Su-tee, coba lihat pohon cemara yang tua itu! Dibawah
pohon itu ada satu batu gunung. Dan lihatlah dengan
seksama, tidakkah batu itu mirip seekor kera? Pernahkah
kau melihat kera yang serupa demikian?"
Kong Sun Giok mengawasi ukiran kera dibatu gunung
itu. la mengaguminya. Kemudian ia memeriksa lagi
keadaan disekitarnya. Sebelum meneruskan perjalanannya.
Setelah mereka tiba dilereng gunung, It Hok To-jin
menunjuk kesuatu danau kecil. Ia berkata: „Su-tee, keadaan
pegunungan ini mirip benar dengan gambar diatas kulit
kambing. Tapi dimanakah kita harus mencari kitab Ju Keng
An? Apakah kita harus menggali tiap2 batu gunung untuk
mencarinya?"
Kong Sun Giok diam membisu untuk berpikir! la
mengawasi danau kecil yang terletak didekatnya, se-akan2176
kitab Ju Keng yang sedang dicarinya itu berada di dasar
danau itu! Kemudian ia berkata : „Ji-su-heng, sajak yang
berbunyi Ju Cai Ju Tiong (kelembutan didalam kelembutan)
tentunya huruf Ju dari kitab Ju Keng. Bukankah air danau
ini dapat diartikan kelembutan ?"
It Hok To-jin menundukkan kepalanya berpikir, lalu ia
mengangguk sambil berkata : „Mungkin tafsiran Sutee
betul. Tapi segala pohon rumput, tanah atau batu
dipegunungan Sian Yan Hong ini semuanya lembut sekali
kelihatannya. Cobalah kita menjajaki dalamnya yanau itu
dengan melemparkan batu kedalamnya!" Lalu It Hok To-jin
melemparkan batu kecil kedalam danau dan mendengar
suara air itu.177
„Su-tee llihatflah! Dibawah pohon cemara tua itu ada sebuah
batu gunung dan perhatikanlah baik2, batu itu menyerupai seekor
kera, pernahkah engkau melihat kera yang berupa demikian?"
Tanya It Hok To-jin kepada Kong Sun Giok.
„Menurut pendapatku," kata Kong Sun Gok, „danau ini
dalamnya lebih kurang sedepa Iebih. Bagaimanakah
pendapat Ji-su-heng?"
It Hok To-jin tertawa dan menyahut: „Tentang air aku
tak mengerti banyak. Tetapi terhadap danau2 yang cetek,
kita harus waspada. Biarlah aku turun kedalam air itu dan
harap Su-tee menjaga dengan hati2."
Kong Sun Giok mengangguk. la cabut pedangnya dan
menanti dipinggir telaga. It Hok To-jin buka pakaiannya, ia
turun dan menyelam kedalarn danau ! Danau itu tidak
dalam, sejenak saja It Hok To-jin telah sampai didasarnya
la berusaha menyelidiki dasarnya danau itu, lalu ia
menimbul lagi. Setelah naik keatas, ia berkata : „Didasar
danau, itu tak menemui apa2 yang dapat menimbulkan
kecurigaan. Agaknya kita harus mencari ditempat lain!"
Kong Sun Giok mengangguk, lalu berkata : „Kitab Ju
Keng sangat erat hubungannya dengan partai silat Tian
Lam kita. Walau bagaimana susah-payahnyapun harus
mencarinya !"
Kemudian mereka melanjutkan perjalanannya dengan
mendaki jalan yang curam. Mereka harus bermalam
dilereng gunung dalam usaha mencari tanda atau petunjuk
yang dapat menuntun mereka ketempatt tersembunyinya
kitab tersebut. Setelah lewat empat hari semangat dan
harapan mereka menjadi berkurang karena usaha mereka
tetap nihil ! Pada suatu ketika, mereka duduk beristirahat
dibawah sebuah pohon, memikiri tindakan yang harus178
mereka tempuh. Se-konyong2 terlihat oleh mereka
bayangan putih berkelebat dibawah puncak gunung!
Mereka terkejut, dan It Hok To-jin lihat bayangan putih
itu adalah seorang gadis berbaju putih dengan wajah yang
cantik. Setelah gadis itu datang dekat, dengan pedang
terhunus la menanya :„Apakah kau dari pihak jahanam Ban
Cun Bu?"
Kong Sun Giok segera juga mengenali gadis itu. Dengan
tidak tunggu lagi gadis itu menyahut, ia berpaling kepada It
Hok To-jin, sambil bersenyum ia berkata : „Ji-su-heng
jangan salah paham. Inilah orang yang Sio-tee telah
tuturkan kepada Ji-su-heng. Sio-cia inilah yang dengan
seksama telah menolong menguburkan jenazah2 Suhu dan
Su-siok2 kita dipegunungan Kwat Con San, kita dari partai
Thian Lam sangat berhutang budi besar sekali panjangnya.
Betul la muridnya Ban Cun Bu, tetapi ia senantiasa
membantu kita, dan ia sendiripun mempunyai dendam
terhadap jahanam Ban Cun Bu gurunya itu. Mari Sio-tee
perkenalkan. Inilah Bian Leng Jun Sio-cia," sambil
menunjuk gadis itu. „Dan ia bernama Bian Leng Jun. Inilah
Ji-su-heng, It Hok To-jin." la berkata kepada kekasihnya itu.
Tapi mengapa kau se-konyong2 datang kesini dengan
kesusu dan berkuatir nampaknya ?"
Setelah Bian Leng Jun menghaturkan hormat kepada It
Hok To-jin ia menyahut: „Aku perlu datang untuk....."
Belum lagi perkataannya habis diucapkan, It Hok To-jin
memotong dengan kata2nya : „Bian Siocia, perkenankanlah
aku menghaturkan banyak terima kasih atas bantuan dan
pertolonganmu."
„Soal itu tak harus dipandang sebagai pertolongan.
Mengubur jenazah2 adalah kewajiban tiap2 manusia yang
mempunyai pri-kemanusiaan." Sahut Bian Leng Jun. „Tapi
aku perlu datang kesini untuk memberitahukan hal yang179
penting kepada Giok Koko. Setelah Tio Leng Cu lenyap,
Ban Cun Bu menjadi sangat curiga. la telah
memberitahukan banyak orang untuk mencarinya. Akupun
tidak mengetahui cara bagaimana Tu Leng Hong mendapat
tahu tentang jejakmu berdua. Ban Cun Bu telah
memerintahkan Cin Leng Ngo Cici memimpin 6 orang
gadis untuk mencari Tio Leng Cu dan kalian !"
Kong Sun Giok tidak segera menyahut. la mengerutkan
kening, lalu menghadapi Bian Leng Jun, ia berkata :
„Mereka mencari kami tidak menjadi soal. Kita lawan
bertempur dulu murid2nya. Dengan demikian mum\ngkin
kita dapat membasmi beberapa orang kaki-tangannya !"
„Tetapi dengar dulu pembicaraanku. Tu Leng Hong
tiap2 hari mengobar2 Ban Cun Bu sehingga lambat laun ia
mencurigai Cin Cici, dan karena itulah kedudukannya Cin
Cici sangat berbahaya!Maka menurut pendapatku, sebentar
jika kita harus bertempur melawan mereka, aku minta To-
tiang jangan turun tangan melukai padanya dan Giok Koko
setelah menyingkiri Tu Leng Hong, harus pura2 tertawan
oleh Cin Cici, dan kemudian didalam perjalanan kekuil Sun
Yo Kong, barulah kau melarikan diri. Kawan2nya Cin Cici
tentulah akan melaporkan kepada Ban Cun Bu peristiwa
yang terjadi. Dengan demikian ada kemungkinan Cin Cici
akan bebas dari kecurigaan Ban Cun Bu !" kata Bian Leng
Jun.
It Hok To-jin yang tidak mengenal To Leng Cu, Tu Leng
Hong dan Cin Leng Ngo itu, setelah mendengar siasat yang
diatur Bian Leng Jun, merasa bahwa gadis itu betul2
berhasrat menolong. la tidak menanya lagi! Kong Sun Giok
yang mengagumi siasat Bian Leng Jun dan kasih-sayangnya
terhadap Cin Leng Ngo, juga menginsyafi kedudukaannya
Cin Leng Ngo itu berkata kepada It Hok To-jin : „Urusan
yang gawat ini Sio-tee kelak akan menjelaskannya kepada180
Ji-su-heng. Kini kita harus turut melaksanakan siasat Bian
Sio-cia!"
It Hok To-jin mengangguk. Pada saat itu Bian Leng Jun
tampak mendatanginya bayangan2 putih. Ia
memperingatkan : „Giak Koko, lekas cabut pedangmu, kita
tidak boleh sungkan2 lagi. Kau harus serang aku dengan
sungguh2, jangan sampai mereka curigai kita ber-pura2.
Lain daripada itu, akupun ingin mengetahui kepandaian
silatmu !"
Kong Sun Giok berubah wajahnya, kelihatannya sedang
beringas. la ayun pedangnya dan menyerang Bian Leng Jun
dengan jurus2 ilmu pedang Thian Lam. Segera terdengar
suara beradunya pedang, dan lelatu api meletik beterbangan
dari kedua senjata yang beradu dengan dahsyat itu. Bian
Leng Jun yang belum pernah men-coba2 kepandaian Kong
Sun Giok dan tidak mengetahui kelihayan ilmu silatnya,
harus melawan dengan hati2. Hanya dalam beberapa jurus
saja, ia merasa ia bukan tandingannya Kong Sun Giok.
Tapi ketika Cin Leng Ngo dan kawan2nya sudah dekat, ia
berseru : „Giok Koko, hati2 jagalah serangan2ku !" Lalu ia
putar pedangnya dengan ilmu Cun Ji Boan Tian Hui atau
hujan dimusim semi turun dengan deras. Terlihatlah
pedangnya ber-putar2 berkilauan, menyabet, menusuk, atau
menangkis! Tapi bagi Kong Sun Giok serangan2 itu
dianggap remeh. Ia bersilat dengan ilmu pedang Ceng Lian
Kiam Hoat yang ia telah dapat pelajari dari Ceng Lian Sin
Nie. Ilmu silat pedang itu dapat menjaga segala jenis
serangan, bahkan dapat mendesak mundur lawan!
Kemudian ia rubah jurusnya dari bertahan, ia berbalik
menyerang. Satu tusukan dilancarkan. Tusukan itu apabila
diteruskan dapat menusuk dan membunuh lawannya, tetapi
ia segera menariknya kembali. Ketika itu Cin Leng Ngo dan
kawan2nya telah datang dengan pedang2 terhunus! Kong181
Sun Giok sengaja berteriak : „Hei, gadis jahanam dari Ban
Cun Bu! Jaga seranganku ini !" Teriakannya itu ia barengi
dengan satu tusukan kearah dadanya Bian Leng Jun untuk
ditahan lagi ketika ujung pedang itu hanya terpisah satu
centimeter dari dada lawannya.
Bian Leng Jun sambil bertarung memperhatikan
kedatangan Cin Leng Ngo, dan kawan2nya. Setelah mereka
sudah datang dekat ia berseru : „Cin Cici, ayo kita basmi
bangsat ini !"
Dengan serentak ke-enam gadis, murid2 Ban Cun Bu,
datang menyerang. Kong Sun Giok harus menggunakan
jurus2 Liong Bun Sam Tiauw (tiga loncatan melewet pintu
naga). Bie Kong Tian Lo (Memasang perangkap dari atas)
dan Tong Lay Cu Hie ( Angin topan menghembus dari
timur), pertama untuk mengelakkan serangan2 berbareng
dari lawannya, serentak mencari posisi untuk memberi
hajaran2 dahsyat kepada semua lawan2nya ! Ketiga jurus
yang digunakan itu adalah jurus2 istimewa dari ilmu silat
pedang Thiam Lam ! Dan Kemudian setelah semua
lawan2nya terpaksa, loncat mundur jika tidak ingin menjadi
mayat, la gunakan ilmu Pie Mui Tui Goat atau menutup
pintu menghalau bulan yang ia dapat pelajari dari Sin It
Cui, saudara angkatnya. Jurus itu ialah jurus yang
dilancarkan dengan pukulan tangan kirinya, karena ia
bermaksud menangkis dengan pedang ditangan kanan, dan
tangan kirinya menotok lawan agar tak berdaya.
Bian Leng Jun telah rasai angin dari pukulan2 yang
dahsyat itu. la merasa girang. Tak lama kemudian dua gadis
terpukul jatuh tersungkur. Kong Sun Giok terus bertarung
bagaikan seekar banteng yang sedang mengamuk, tapi
sangat ber-hati2 agar tidak melukakan Bian Leng Jun dan
Cin LengNgo!
---oo0oo---182
BAGIAN 10
JU CAY JU CONG
ATAU KELEMBUTAN DALAM KELEMBUTAN
Tapi ia, harus melaksanakan siasat yang telah diatur oleh
Bian Leng Jun, yakni berlagak kalah dan ditawan musuh,
meskipun sebenarnya ia dapat membasminya, bahkan kalau
mau membunuh mati semua gadis2 itu!
Se-konyong2 Bian Leng Jun berseru: „Cin Cici! Tu Cici!
Bangsat ini rupanya sudah letih. Ayo kita sergap ia ber-
sama2!”
Ketika itu empat gadis lain sudah siap lagi menyerang
dengan pedang2 terhunus! Cin Leng Ngo kuatir kalau2
Kong Sun Giok keteter, maka ia perintahkan : „Tu Leng
Hong, Goei Leng Sa, kalian berdua tangkap bangsat kecil !
Dan Khouw Leng Hong beserta Bian Leng Jun pergi
tangkap To-jin itu! Yang lainnya yaitu Sie Leng Ko dan To
Leng San, ikut aku ber-jaga2 dan menanti hasil mereka.
Kita harus pegang nama Ban Cun Bu Sin Kun, sangat
memalukan kita semua mengeroyok hanya seorang!”
Cin Leng Ngo adalah yang paling tua, dan patut menjadi
pemimpin. Oleh karena itu perintahnya segera ditaati. Bian
Leng Jun dan Khouw Leng Hong lalu lari menyerang It
Hok To-jin, sedangkan Tu Leng Hong dan Goei Leng Sa
tetap melawan Kong Sun Giok, dan Cin Leng Ngo ber-
sama2 Sie Leng Ko dan Tu Leng San menanti dan jika
perlu memberikan bantuan kepada kawan2nya! Gadis2 itu
yang kesemuanya mengenakan baju putih, lihay juga
silatnya, terutama Tu Leng Hong dan Goei Leng Sa yang
melawan Kong Sun Giok dengan nekad sekali!183
Kong Sun Giok segera mengerti maksudnya Cin Leng
Ngo yang menyuruh Tu Leng Hong dan Goei Leng San
melawan ia. la harus membunuh mati Tu Leng Hong yang
jahat dan iri hati itu. Oleh karena itu, untuk merubuhkan
kedua gadis itu, ia rubah jurus Ceng Lian Kiam Hoatnya
dan menyerang lawan2nya dengan jurusHua Kay Kian Hut
(menyingkap bunga melihat buddha) Tu Leng Hong dan
Goei Leng Sa belum pernah melawan satu yang demikian
lihay silatnya, mereka hanya dapat menangkis serangan2
sambil bertindak mundur beberapa tindak. Kesempatan itu
dipergunakan Kong Sun Giok untuk melancarkan jurus2
Liong Ban San Tiauw, Bie Kong Tian Lo dan Tong Lay Cu
Hie, dengan melancarkan tusukan2 yang ber-tubi2.
Goei Leng San tidak menduga sama sekali bahwa ilmu
silat Kong Sun Giok demikian dahsyat. Pikirnya, untuk
menghindarkan diri dari bahaya maut, lari menyingkir
adalah yang paling selamat. Lalu dengan ilmu Yan Ceng
Pwee San Hoan atau burung walet membalikkan tubuh 18
kali, ia menjatuhkan diri ditanah dan ber-guling2 7-8 kaki
jauhnya!
Kong Sun Giok tidak mengejar gadis yang kabur itu,
karena niatnya harus membunuh mati Tu Leng Hong, yang
sudah menjadi jeri melihat kawannya melarikan diri. Pada
satu saat Kong Sun Giok menyabet pedang lawannya dan
serentak mengirim tinju kirinya dengan ilmu To Tang Kim
Ceng atau memukul rubuh lonceng emas. Pukulan itu
bukan main dahsyatnya Tu Leng Hong mengegos dan
membalas menusuk Kong Sun Giok dengan ilmu Sun Yo
Cit Lek atau tenaga mata-hari diujung yang ia dapat pelajari
dari gurunya, Ban Cun Bu. Tusukan itu ditujukan kepada
dahinya Kong Sun Giok, yang apa bila kena, akan
menewaskan korbannya! Tetapi Kong Sun Giok yang lebih
lihay ilmu silatnya segera mengegos dan mengirim lagi184
pukulan Tian Sin Ciangnya. Hanya anginnya saja dari
pukulan itu dapat menggempur pedang lawannya, bahkan
menyerang terus kearah dada Tu LengHong!
Terdengarlah jeritnya Tu Leng Hong membikin bulu
roma berdiri tegak, dibarengi dengan jatuh tertelentangnya
gadis itu. Segera darah keluar dari mulut dan hidungnya!
Cin Leng Ngo menyaksikan itu semua. la segera berseru
kepada Sie Leng Ko, Tu Leng Sa dan Goei Leng San yang
masih ber-guling2 dengan kedua mata terbelalak: „Bangsat
ini betul2 kurang ajar. la telah membunuh mati murid Ban
Cun Bu Sin Kun! Ayo kita beramai serentak menyerang
dia!" Ucapan itu disertai dengan datang menyerang 4 gadis
kepada Kong Sun Giok!
Kong Sun Giok mengetahui, menurut siasat yang
dirancang Bian Leng Jun, bahwa ia tidak usah membunuh
orang lagi, dan bahwa la harus mencari daya agar lekas
tertawan. Maka dengan pedangnya la hanya menangkis
dengan ilmu Ceng Lian Kiam Hoat. Kemudian dengan satu
serangan pura2 ia mendesak mundur lawannya untuk
loncat mendekati It Hok To-jin. la berkata : „Ji-su-heng!
Murid2nya jahanam Ban Cun Bu betul2 tidak mempunyai
perasaan malu. Mereka dengan jumlah lebih banyak
mengerubuti kita berdua. Ayo kita cari jalan keluar dan Iari
untuk bertemu lagi ditempat asal semula yang telah kita
tetapkan lain kali kita masih ada tempo untuk membasmi
siluman2 ini !"
Sambil tertawa gelak2 It Hok To-jin ayun pedangnya
dengan ilmu pedang Thian Lam Kiam Hoat, dengan
mudah ia mendesak mundur dua gadis yang sedang
melawan ia. Lalu ia loncat mundur tiga depa, dan lari turun
kelereng gunung.185
Bian Leng Jun pura2 mengejar ia, tetapi It Hok To-jin
dari lengan bajunya melontarkan 20 atau 30 biji2 kayu
kecil2 sehingga gadis itu terpaksa berhenti mengejar.
Sejenak kemudian It Hok To-jin sudah tida kelihatan lagi
meski bayangannia sekalipun Khouw Beng Hong dan Bian
Leng Jun agaknya ingin mengejar, tetapi Cin Leng Ngo
berseru : „Hei, jangan dikejar! Kalian lebih perlu
membantui kami untuk berikan hajaran kepada bangsat
ini!"
Segera semua gadis2 itu balik dan mengerubuti Kong
Sun Giok seorang, Kong Sun Giok harus menggunakan
ilmu Lian Kiam Hoat untuk menjaga diri. Tiba2 ia
menjerit, dan dengan menjejakan kedua kakinya, ia
meloncat keluar dari kepungan itu. la lari menuju ke-lereng
gunung, tetapi Cin Leng Ngo memerintahkan semua
saudara2 seperguruannya dengan serunya : „Hei, saudari2 !
Bangsat itu telah membunuh Tu Su-moy kita. Ayo kita
kejar dan tangkap padanya untuk dibawa kehadapan guru
kita !"
Dengan satu kedipan mata kepada Bian Leng Jun ia lari
mengejar, dan segera diikuti oleh saudari2 seperguruannya.
Kong Sun Giok terus ber-lari2. Ketika tiba disuatu tikungan
dibawah-satu batu gunung, la berhenti dan membalik badan
menghadapi lawan2nya yang datang mengejar. la tertawa
gelak2 dan berkata : „Hei, siluman! Sekarang kalian rasai
pedangku ini yang segera akan kirim kalian keakherat !"
Cin Len Ngo yang dapat lari paling depan berhenti lebih
kurang dua depa didepan Kong Sun Giok. Dengan
menyengir ia lontarkan 7 kerincingan emas kearah Kong
Sun Giok. Bukan main cahayanya yang ber-kilau2an dari
ketujuh kerincingan emas itu, yang kesemuanya datang
menyerang Kong Sun Giok!186
Kong Sun Giok tidak lengah. la telah siap waspada. la
pindahkan pedang ketangan kirinya, tangan kanannya
segera merogoh dan melontarkan 10 biji kayu2 kecil, yang
melayang dan membentur jatuh ketujuh kerincingan emas
lawannya!
Tapi Cin Leng Ngo setelah melontarkan kerincingan2
emasnya tidak tinggal diam. la loncat menerkam lawannya
dengan pedang terhunus. Dan tangan kirinya berusaha
menotok dada lawannya!
Kong Sun Giok terkejut, ia buru2 menangkis tusukan
pedang Cin Leng Ngo dengan pedang ditangan kirinya,
sambil mengegos tubuhnya kesamping untuk menjatuhkan
diri dan memberikan kesempatan kepada Cin Leng Ngo
menangkap ia. Ketika itu Bian Leng Jun dan kawan2nya
juga sudah datang, dan mereka datang menyerang dengan
tusukan2 pedang. Cin Leng Ngo membentak: „Tahan!
Bangsat ini tak dapat dibunuh! Kita harus tawan ia hidup2
untuk dibawa kehadapan guru kita! Kita tak berkuasa
memberikan hukuman kepadanya, apalagi membunuhnya
dia mati!"
Kong Sun Giok setelah menjatuhkan diri, lalu pura2
tidak bergerak dibawah ujung pedangnya Cin Leng Ngo,
Bian Leng Jun dan kawan2nya juga tak berani menyerang
lagi. Lalu Cin Leng Ngo berkata dengan suara yang agak
keras: „Bian Su-moy, kau berlaku sembrono, maka kau
harus dihukum. Sebagai hukuman, kau harus membawa
bangsat yang sudah tak berdaya ini kembali kekuil Sun Yo
Kong!"
Bian Leng Jun yang telah merasa orang karena siasat
yang diaturnya telah berjalan sebaaimana dikehendaki, lalu
pura2 bersikap sungguh2, dan menyahut : „Aku terima
salah, dan aku akan menunaikan tugas yang Cin Cici
serahkan kepadaku untuk menebus keslahanku !"187
Kemudian Cin Leng, Ngo menghadapi Goei Leng Sa
dan berkata : „Goei Su-moy, kau harus bawa mayatnya Tu
Leng Hong kembali kekuil!"
Kong Sun Giok setelah menjatuhkan diri, lalu pura2 tidak
bergerak dibawah ujung pedang Cin Leng Ngo.188
Goei Leng Sa agak mendeluh diperintah membawa
mayat, sedangkan Bian Leng Jun disuruh membawa
tawanan hidup. Tetapi sebagai murid yang tingkatnya
rendahan ia tak berani membangkang. Ia segera pergi
mengurus mayatnya Tu Leng Hong yang telah berlumuran
darah untuk dibawa kembali kekuil Sun Yo Kong!
Bian Leng Diun terpaksa mengangkat Kong Sun Giok
dan dipanggulnya diatas bahunya, lalu jalan -mengikuti Cin
Leng Ngo dan lain2 Su-moynya kembali kekuil Sun Yo
Kung.
Dalam keadaan demikian, Kong Sun Giok bagaikan
mimpi se-akan2 berada didalam sorga. la dapat menciumi
harum tubuh kekasihnya sambil meng-usap2 punggung
kekasihnya. la berterima kasih kepada Cin Leng Ngo yang
telah menyuruh Bian Leng Jun membawa ia. Kesempatan
yang demikian asyik dinikmatinya tak mudah akan dapat
dialaminya!
Bian Leng Jun yang mula2 merasa malu2 pelahan2
menjadi merasa berterima kasih juga kepada Su-cinya
(kakak seperguruan) yang sengaja memberikan kesempatan
kepadanya agar dapat berdekatan sekali kepada Kong Sun
Giok yang ia cintai. Makin lama makin erat ia pegang
tubuh kekasihnya yang dipanggulnya, beban, yang berat itu
tidak terasakan lagi olehnya! Kedua pemuda-pemudi ketika
itu sama perasaannya !
Disepanjang jalan tiba2 Sie Leng Ko menanya Tu Leng
San: „Tu Su-ci (kakak Tu). Kau lebih paham akan tindak-
tanduk guru kita, dan juga lebih mahir tentang jalan2
dipegunungan Lak Cao ini. Apakah kau mengetahui juga
tentang batu gunung yang mirip seperti seekor kera diatas
tempat dimanaCin Su-ci menangkap bangsat tadi?"189
Tu Leng San tidak menyahut. Ta hanya tertawa. „Sie Su-
may," tanya Tu Leng San kemudian, „apakah kau kira batu
itu seekor kera?"
Sie Leng Ko hanya meng-geleng2 kepala. Tapi Cin Leng
Ngo berkata : „Tadi dengan ilmu Cin San Kim Leng
(melepas 7 kerincingan emas) yang dibarengi dengan ilmu
Cay Hian -Sin Hoat (menotok jalan darah musuh) aku
berhasil membikin bangsat itu tak berdaya. Dalam
kesibukan aku tadi, aku tidak memperhatikan batu yang
kau katakan mirip seekor kera itu. Tapi selayang pandang
aku melihat juga bahwa kera batu itu mempunyai rambut
kepala yang agak panjang berwarna kuning. Apakah kera
itu bukannya Kim Hoat Sin Ju (kera sakti berbulu emas)?
Tu Su-moy, tajam dan kuat ingatanmu, kau dapat
menceriterakan hal ikhwalnya Kim Hoat Sin Ju itu."
Kong Sun Giok yang hanya ber-pura2 pingsan itu telah
mendengar semua percakapan gadis2 itu. la tertarik
mendengar disebutnya nama Kim Hoat Sin Ju, dan kera
batu itu. Sambil bersenyum Tu Leng San mulai berceritera :
„Apa yang dikatakan Cin Su-ci betul! Kera batu gunung itu
adalah Kim Boat Sin Ju. Pada kira2 100 tahun berselang,
puncak gunung ini bukan bernama Sian Yan Hong, tetapi
bernama Tok Bong Hong (puncak ular berbisa). Diatas
puncak ada satu ular yang besar sekali dan bersisik merah.
Ular tersebut sering keluar membikin bencana dan
membunuh orang. Orang yang telah menjadi korban ular
tersebut tidak terhitung jumlahnya. Kemudian ada scorang
To-jin (pendeta sakti ). Ia membawa seekor Kim Hoat Sin
Ju (kera sakti berbulu emas). Dengan gagah berani dan
berhasrat mulia To-jin tersebut naik keatas puncak untuk
membasmi ular berbisa itu. Setelah bertempur selama satu
hari satu malam, meskipun ular berbisa itu telah dapat
dibinasakan, akan tetapi kera saktinyapun lebih dahulu190
telah ditelan oleh ular berbisa itu. To-jin itu bukan main
sedih hatinya. la menguburnya mayat kera saktini, dengan
saksama, dan diatas kuburan kera itu telah ditanam sebuah
pohon cernara, dan dibatu gunung ia telah memahat patung
kera yang ia sangat cintai itu setelah itu barulah ia berlalu
dengan hati yang hancur!"
Setelah mendengar kisah itu, Kong Sun Giok lupa bahwa
ia tengah ber-pura2 pingsan. la menarik napas panjang
menyatakan simpati terhadap To-jin yang budiman itu.
Ketika ia insyaf, gadis2 yang menggiring ia telah bersikap
waspada menjaga ia. Sudah terlanjur. Tiba2 ia loncat
sedepa lebih. Dengan ilmu pukulan Tian Sim Ciongnya dan
mengertak gigi, ia melepaskan tinjunya. Angin pukulannya
itu telah mendorong mundur dua orang gadis. Lalu ia
loncat kebelakang seorang gadis untuk merampak kembali
pedangnya!
Cin Leng Ngo berseru: „Tidak diduga bangsat ini dapat
membebaskan diri dari totokanku. Ayo, kita lekas2 terkam
ia lagi!"
Tetapi Kong Sun Giok, yang lebih lihay silatnya dari
mereka semua, me-mutar2kan pedangnya dengan ilmu
pedang Ceng Lian Kiam Hoatnya, dengan demikian ia
mendesak mundur lain2nya. Lalu ia loncat dihadapan Cin
Leng Ngo sambil memukul dengan tipu Cui Pa San Mui
atau menggebrak terbuka pintu gunung. Cin Long Ngo
harus bertindak mundur lima langkah untuk menghindari
angin tinju yang dahsyat itu. Ketika itu gadis2 lainnya telah
datang menyerang, lagi. Kong Sun Giok segera
menggunakan ilmu Sin Mo Bo Im atau siluman menghilang
tak berbekas yang ia dapat pelajari dari Sin It Cui. la
menotokkan kedua jari kakinya ditanah untuk loncat keluar
dari kepungan, akan kemudian bagaikan seekor naga lari
cepat masuk kedalam ia lari mendaki lereng gunung!191
Cin Long Ngo pura2 lari mengejar, tapi Kong Sun Giok
meniru cara It Hok To-jin, melontarkan biji2 kayu kecilnya
kearah pengejarnya. Cin Leng Ngo tak berani mengejar
lagi, kesempatan itu digunakan oleh Kong Sun Giok untuk
lari masuk kedalam semak belukar.
Melihat siasat yang diatur berjalan dengan lancar dan
beres Cin Leng Ngo dan Bian Leng Jun dengan hati riang
meneruskan perjalanannya kembali kekuil Sun Yu Kong.
Kong Sun Giok terus ber-lari2 menuju ketempat yang
dijanjikan dengan It Hok To-jin, ialah didalam kuil Pik Yun
Giam. It Hok To-jin, sedang duduk termenung, seorang diri
memikiri kitab Ju Keng yang belum berhasil diperolehnya.
Melihat Kong Sun Giok mendatangi, dengan gembira ia
berkata : „Su-tee, kau telah kembali demikian cepat?
Berhasilkah siasat yang direncanakannya itu ?"
Dengan muka yang bersinar terang-riang Kong Sun Giok
lalu menuturkan kisahnya bagaimana la semula bertemu
dengan Cin Leng Ngo dan, memberitahukan ia bahwa Bian
Long Jun sedang menderita sakit, dan karena ingin
menjumpai Bian Leng Jun, ia telah menolong masuk
kedalam kuil Sun Yo Kong dengan tidak menyeleweng janji
Su-hengnya. Karena itulah ia jadi kenal gadis Cin itu.
Dengan menarik nafas parijang ia berkata selanjutnya : „Ji-
su-heng, harap kau dapat memaafkan kelancanganku!
Perkenankanlah aku menceriterakan suatu peristiwa yang
menggembirakan!"
„Ji-su-heng," demikian Kong Sun Giok mulai kata2nya.
„Sio-tee telah mengetahui dimana Ietaknya kitab Ju Keng!"
Ucapan tersebut membikin It Hok To-jin terkejut
tercampur girang. la menanya : „Su-tee baru saja terlepas
dari tawanannya murid2 Ban Cun Bu, bagaimanakah Su-tee
mengetahui tempat letaknya kitab Ju Keng?" Kong Sun192
Giok menghirup secangkir teh panas, lalu ia melanjutkan
tuturnya. Dengan berscnyum ia berkata: „Ji-su-heng, diatas
kulit kambing bukankah ada dua baris sajak ?"
It Hok To-jin mengangguk dan menyahut : „Begitu!
Sajak tersebut ialah Ju Cay Ju Tiong (Kelembutan didalam
kelembutan ) dan Ko Beng Ju Kek (kesaktian diatasi oleh
kelembutan)."
Kong Sun Giok membenarkan dengan anggukan
kepalanya dan katanya pula: “Tidak salah! Disamping
pohon cemara tua dipuncak Sian Yan Hong bukankah ada
satu kera dari batu gunung? Kera itu adalah Kim Hoat Sin
Ju (kera sakti berbulu emas)!"
Kedua matanya It Hok To-jin dibuka lebar2. la coba
memikirkan dan menaksirkan teka-teki didalam sajak2 itu,
tetapi ia tak dapat memahaminya. Kemudian Kong Sun
Giokpun menuturkan pembicaraan yang ia dapat dengar
dari Tu Leng San tentang kera sakti berbulu emas itu akan
akhirnya menyudahi kisahnya dengan kesimpulan sebagai
berikut : „Patung kera sakti Kim Hoat Sin Ju itu hanya
separoh.Maka huruf Ju (kelembutan) adalah separoh huruf
Ju (kera sakti).Maka sajak Ju Cay Ju Tiong berarti kitab Ju
Keng berada didalam kera sakti (Ju), bukankah??"
Sambil membelalakkan kedua matanya lebar2 se-akan2
orang yang baru insyaf akan kekeliruannya, It Hok Tojin
berkata : „Su-tee betul2 seorang yang cerdik dan cerdas!
Tafsiranmu itu tepat sekali! Ayo sekarang juga kita pergi
kebatu yang mirip seekor kera dibawah pohon cemara itu
untuk mencari kitab Ju Keng, demi kepentingan partai
Thian Lam kita dan juga untuk membalas dendam Suhu
dan Su-siok2 kita!"
Dengan hati yang sangat gembira kcdua saudara
sepergruan itu lalu pergi ketempat dimana batu gunung193
berada. Tetapi sebelumnya mereka tiba ditempat, dari sisi
jalan mereka mendengar suara yang nyaring sekali
menyebut: „O Mi To Hut! Kong Sun Kong-cu, mungkin
kau sehat wal'afiat!"
Kong Sun Giok terkejut akan segera juga mereka
kembali, karena suara itu tak asing lagi baginya, ialah suara
dari Hut Mo Sin Kie Ceng Lian Tay-su yang telah
mengajarkan ia ilmu silat pedang Ceng Lian Kiam Hoat. la
lari kearah suara itu. Betul saja dibalik semak belukar disisi
jalan ia dapatkan Ceng Lian Taysu sedang berdiri menanti.
Setelah diperkenalkan kepada It Hok To-jin, Ceng Lian Sin
Nie berkata: „Setelah aku berlalu dari pegunungan Kong
Lee Leng, aku berusaha mencari Sin It Cui di-mana2, tetapi
usahaku hampa belaka. Untunglah aku dapat berjumpa lagi
dengan Kong Sun Kong-cu!" la berhenti sejenak lalu
melanjutkan lagi : „Kalian telah datang dipegunungan Lak
Cao, bukankah ingin pergi kekuil Sun Yu Kong untuk
menyatroni Ban Cun Bu? Mungkinkah dalam jangka waktu
yang singkat ini, kalian telah berhasil mencari kitab Ju Keng
guna memahirkan ilmu silat dan datang membasmi Ban
Cun Bu??"
Kong Sun Giok telah mengetahui tentang wataknya
Ceng Lian Sin Nie yang telah membatasi keganasan Sin It
Cui yang tak diperbolehkan membunuh orang sebelum
balok ketiga dipukul patah. lapun menceriterakan hal
ikhwal ia telah mengangkat saudara dengan Sin It Cui.
Ceng Lian Sin Nie mendengarinya dengan penuh
perhatian, sampai penuturan Kong Sun Giok selesai. la
berkata: „Sin It Cui sebetulnya seorang yang budiman,
hanya ia belum insyaf akan perbuatan2nya yang salah. Jika
kau dapat disegani oleh ia, kau betul2 beruntung, karena
kau dapat belajar banyak2 ilmu silat daripadanya. Kau
harus ketahui bahwa ilmu pukulan Tian Sin Ciong adalah194
salah satu ilmu Sin Mo San Sut (ilmu sakti membasmi
siluman) yang tidak mudah diwarisi kepada orang lain!
Tapi, meskipun kau telah pelajari ilmu Tian Sim Ciang dari
Sin It Cui, kau seharusnya tidak boleh bertindak sembrono
terhadap Ban Cun Bu! Sin It Cui dengan ilmu Sin Mo San
Sut-nya telah dibikin luka parah oleh Ban Cun Bu dengan
ilmunya Sun Yo Cin Kay. Iblis Ban Cun Bu itu lihay sekali.
Setelah kau peroleh kitab Ju Keng dan memahaminya, kau
malah harus berlatih sungguh2 sebelumnya kau dapat
melawan iblis Ban Cun Bu itu !"
Kong Sun Giok clan It Hok To-jin merasa berterima
kasih atas peringatan Ceng Lian Sin Nie. Lalu mereka
menuturkan pengalaman2 dan peristiwa2 yang mereka
alami selama mereka berusaha mencari kitab Ju Keng,
dengan maksud agar Ceng Lian Sin Nie juga dapat
memberikan mereka petunjuk2 yang berharga. Kong Sun
Giok tidak lupa menceriterakan kesimpulannya tentang
sajak2 yang tertera diatas kulit kambing dalam
hubungannya dengan kera batu dibawah pohon cemara itu.
Ceng Lian Sin Nie-pun anggap kesimpulannya Kong Sun
Giok masuk diakal setelah la melihat sajak2 diatas kulit
kambing tersebut. Sambil bersenyum ia berkata : „Karena
Sin It Cui telah memberitahukan kepada Kong Sun Kong-
cu bahwa ia sedang bertapa untuk memahirkan ilmu
silatnya dengan maksud melawan Ban Cun Bu lagi, aku
kira ia tak akan berkeliaran melakukan perbuatan yang
bukan2. Rupanya aku sekarang tak mempunyai tugas
penting lagi. Dengan demikian aku juga dapat menyertai
kalian pergi kepuncak Sian Yan Hong mencari kitab Ju
Keng yang sangat berharga itu."
Dengan ditambahnya seorang yang berilmu silat tinggi,
Kong Sun Giok menjadi girang sekali. Lalu dengan ilmu195
meringankan tubuh, mereka lari menuju kepuncak Sian
Yan Hong.
Melihat bentuk yang angker dan jurang yang curam lagi
tebing dari puncak Sian Yan Hong, dengan tak dirasanya
lagi, Ceng Lian Sin Nie menyatakan kekagumannya.
Setelah mereka tiba ditempat kera batu gunung itu, mereka
lalu mencari tanda atau tali yang dapat menuntun mereka
ketempat tersimpannya kitab Ju Keng. Lama juga mereka
berusaha mencarinya, tapi mereka tak menemukan tanda
apapun juga!
Kong Sun Giok menjadi putus asa agaknya. la menghela
nafas dan mengeluh : „Kera sakti itu telah berkorban untuk
membasmi ular berbisa dan telah berjasa besar terhadap
rakyat yang tinggal disekitar puncak gunung ini. To-jin yang
budiman itu telah memahat patungnya sebagai tanda
peringatan. Seyogyanya kita tidak harus membongkar
patung itu untuk mencari kitab Ju Keng!"
Ceng Lian Sin Nie pinjam pedangnya Kong Sun Giok,
lalu dengan ujung pedang itu la me-ngetok2 patung kera itu.
la mendengarinya dengan cermat suara batu yang
diketoknya itu, suara mana ia memastikan bahwa batu itu
tidak kosong dalamnya. Iapun tampaknya seperti orang
yang berputus asa juga la berkata kepada Kong Sun Giok:
„Ju Cay Ju Tiong (kelembutan didalam kelembutan)
sebetulnya huruf Ju (kelembutan) itu harus cocok dengan
huruf Ju yang berarti kera sakti. Patung yang kita lihat
hanya bagian atas dari tubuhnya kera saja. Apakah kera itu
tak ada bahagian bawahnya ?"
Kata2 itu membikin Kong Sun Giok insyaf bahwa ia juga
harus menyelidiki bagian bawah dari patung kera tersebut.
„To-jin itu telah memahat bagian atas dari kera saktinya.
Bagian bawahnya mungkin hanya batu patung yang diatas
itu juga!"196
It Hok To-jin tidak menunggu lagi. Ia cabut pedangnya,
dan dengan ujung pedangnya itu ia tusuk dibagian bawah
dari patung kera itu! Betul saja terdengar suara bahwa batu
dibagian bawah dari patung kera itu kosong. Kong Sun
Giok ingin segera menyelidiki lebih dekat, tetapi Ceng Lian
Sin Nie berkata sambil tertawa : „Sabar, jari tanganku ini
dapat menembusi batu atau emas. Biarlah aku yang toblosi
batu gunung ini." Lalu dengan semua tenaga dalamnya
yang telah dikerahkan ia menggurat dengan satu jarinya
tangannya sebuah lingkaran diatas batu bagian bawah dari
patung kera itu. Kemudian dengan jari itu juga ia congkel
lingkaran tersebut. Segera juga batu seluas satu kaki persegi
tercongkel keluar. Batu itu betul2 kosong dalamnya!
Dengan bernapsu Kong Sun Giok masukkan tangannya
kedalam lubang tersebut. Lalu ia berseru dengan gembira.
Dengan tangan gemetar ia tarik keluar satu kotak dari
kristal yang berukuran 10 cm X 20 cm.
It Hok To-jin mendongak dan mengawasi langit dengat
khidmat. la berterima kasih kepada Tuhan. Lalu ia
menghampiri Kong Sun Giok untuk memeriksa isi daripada
kotak kristal yang baru diperolehnya. Kotak itu berisi satu
kitab yang panjangnya 15 cm dan lebarnya 8 cm. Diatas
kulit kitab tertulis delapan huruf yang berbunyi: Cu Ju Kek
Kong, Bo Tiong Bo Kit (Dengan kelembutan mengatasi
kekerasan, Segala soal berhasil baik) .
Dengan sangat girangnya Kong Sun Giok berkata : „Ji-
su-heng, cobalah lihat huruf Bo Tiong Bo Kit itu, bukankah
itu kunci daripada ilmu silat pedang Thian Lam yang
dinamakan Bo Kit Hie Kong (Tenaga dalam tak terhingga)?
Dari sini kita dapat membuktikan kebenarannya bahwa
kitab Ju Keng itu sangat erat hubungannya dengan partai
silat Thian Lam"197
It Hok To-jin memotong pembicaraan, ia berkata : „Su-
tee, kita harus sabar. Kotak ini belum terbuka, dan kitab Ju
Keng masih didalamnya. Untuk membuka kotak kristal ini,
kita harus minta pertolongannya Ceng Lian Tay-su."
Ceng Lian Sin Nie pegang kotak kristal itu, ia lihat
bahwa di-tengah2 kotak ada garis hitam yang
melingkarinya. Ia coba untuk membukanya dari garis
hitam, tetapi kotak itu tidak dapat terbuka se-akan2 dibuat
dari batu kristal yang utuh!
It Hok To-jin mengerutkan kening, lalu berkata :
„Dengan susah-payah kita mendapatkan kitab Ju Keng,
tetapi kitabnya berada didalam kotak yang tak dapat
dibuka. Kita harus berdaya sedapat mungkin untuk
membukanya, jika tidak, kita hanya dapat melihat kitab itu
dari luar saja, sedangkan isinya yang penting dan berguna
kita tak dapat membatlanya."
la berpikir sejenak, lalu dengan bersenyum ia berkata
kepada Ceng Lian Sin Nie :„Aku mohon Tay-su
menggunakan lagi jari tangan Tay-su yang lihay. Dengaui
tenaga yang telah dikumpulkan di-ujung jari, aku yakin
Tay-su dapat menggores garis hitam yang melingkari kotak,
dan mungkin kotak tersebut akan terbuka."
Ceng Lian Sin Nie menyahut :„Kotak kristal ini betul2
ganjil. Baiklah, aku akan mencoba membukanya dengan
menggunakan kuku jariku." la duduk diatas satu batu
gunung untuk mengumpulkan tenaga dalamnya disalurkan
keujung jari tangannya untuk menggores lingkaran hitam
disekitar tengah2 kotak kristal itu dengan menggunakan
kukunya. Goresan kukunya menimbulkan peristiwa yang
ganjil sekali. Segera asap tebal keluar dari goresan. It Hok
To-jin, Kong Sun Giok dan Ceng Lian Sin Nie menjadi
kaget, dan keringat dingin keluar dari seluruh tubuh
mereka!198
Tenaga dalam yang dikerahkan diujung jari tidak
berhasil membuka kotak, hanya asap tebal yang mengepul
keluar dari bekas goresan kuku! Lebih celaka lagi, kitab
didalam kotak itu rupanya juga terbakar. Mereka menjadi
masgul dan cemas!
Kitab Ju Keng telah mereka dapati setelah mengalami
banyak kesukaran2, kesulitan2 bahkan pertarungan2 dan
pembunuhan2, tapi kini rupanya sedang terbakar dihadapan
mereka!Mereka memandangnya dengan tak berdaya!
Kong Sun Giok lalu teringat akan sajak kedua, yang
berbunyi: „Ko Beng Ju Kek (Kesaktian atau kekerasan
dapat diatasi oleh kelembutan).” Kotak keristal tersebut tak
dapat dibuka dengan kekerasan, mungkin dapat dibukanya
dengan menggunakan kelembutan. Karena kegirangan yang
sangat memperoleh kotak yang berisi kitab Ju Keng itu,
Kong Sun Giok telah lupa sama sekali kepada bunyi sajak
yang kedua itu.
„Jika kitab didalam kotak keristal musnah terbakar,”
pikirnya, „kita tak akan berdaya membalas dendam Suhu
Su-siok2 kita. Kelak, setelah lewat sepuluh tahun, iblis Ban
Cun Bu pasti akan datang kedaerah pertengahan dan
melakukan perbuatan yang se-wenang2 sehingga lebih
banyak orang yang akan menjadi korbannya! Dan sampai
waktu itu, apabila terjadi, siapakah yang akan dapat
mencegah perbuatannya yang durhaka dan tak
berperikemanusiaan itu ?"
Mereka tak berdaya. Mereka berdiri tertegun dan
berkuatir menyaksikan kotak diliputi oleh asap yang tebal.
Rupanya kitab Ju Keng didalamnya juga terbakar menjadi
abu!
It Hok To,-jin merasa bersalah dan berdosa. la yang
mengusulkan membuka kotak keristal itu dengan meng199
gunakan kuku jari. Karena ia, maka kitab Jiy Keng itu
musnah terbakar! la berdosa terhadap gur dan paman2
gurunya yang telah berada didunia baka. Karena tak bisa
membalaskan dendamnya. Lalu ia cabut pedangnya dan
ingin menggorok lehernya sendiri!
Perbuatan yang nekad itu dilihat oleh Ceng Lian Sin Nie
yang buru2 mengebutkan lengan bajunya. Hembusan angin
dari kebatan lengan baju itu dahsyat sekali, pedangnya It
Hok To-jin terlepas dan terlempar ditanah! Ceng Lian Sin
Nie pun membentak : „Meskipun kita telah berbuat salah,
kita tak harus kecewa atau putus asa. Lagi pula kesalahan
tersebut tidak sengaja! Dengan tewasnya kau, bukankah
iblis Ban Cun Bu akan lebih ringan menghadapi
musuh2nya?"
It Hok To-jin menundukkan kepala tidak menyahut. la
merasa malu. Air matanya tak tertahankan lagi, mengucur
deras sekali. Setelah ia merasa agak tenang sedikit ia
berkata :„Aku hanya ingin menebus dosaku karena
musnahnya kitab yang berharga ini. Aku rela rnelakukan
segala apa yang akan dapat menebus dosaku yang maha
besar ini !"
Ceng Lian Sin Nie melihat lagi kotak keristal itu, dan
memperhatikan juga bahwa kitab Ju Keng didalamnya telah
menjadi abu. Ia taruh kembali kotak keristal itu didalam
lubang ditempatnya semula, dan menutup lobangnya
dengan potongan batu yang ia telah congkel keluar.
Kemudian ia panggil Kong Sun Giok dan It Hok To-jin dan
suruh mereka duduk. la mulai menanya: ,,Bukankah partai
Thian Lam mempunyai tiga orang murid ?"
Kong Sun Giok mengangguk dan menyahut :„Betul!
Kami masih mempunyai seorang Toa-su-heng (kakak
seperguruan laki2). Dikalangan Kang-ouw ia terkenal
sebagai It Ceng To-jin."200
“Aku tidak percaya dan tidak menduganya bahwa kalian
dapat cari kitab Ju Keng," kata Ceng Lian Sin Nie, „oleh
karena itu aku senantiasa memikirkan cara untuk melawan
Ban Cun Bu. Menurut pendapatku, untuk melawan Ban
Cun Bu, kalian harus melawan dengan bertiga, dan satu
harus rela berkorban!"
It Hok Tojin tidak menanti ucapan itu selesai, ia
menyahut : „Harap Tay-su berikan petunjuk tentang
caranya membasmi iblis Ban Cun Bu! Aku telah bersumpah
rela berkorban, maka akulah yang akan mengorbankan diri
untuk menebus dosaku dalam membasmi Ban Cun Bu
nanti!" la berhenti bicara dan memandang sejenak kearah
Kong Sun Giok. Lalu ia melanjutkan : „Su-tee Kong Sun
Giok adalah seorang cerdas serta tangkas pula. Setelah
mempelajari ber-bagai2 macam ilmu silat, ia akan jauh
lebih pandai silatnya daripada aku. Partai silat Thian Lam
harus menjadi beban-nya. la harus mempertahankan nama
Thian Lam demi kepentingan Suhu dan Su-siok2 kita !
Bagiku tak lain aku harus berkorban!
Ceng Lian Sin Nie mendengarinya akan menganggukkan
kepalanya. Kong Sun Giok terharu mendengar ucapan Ji-
su-hengnya. Ia menjadi sedih hati, dan menundukkan
kepalanya tidak bicara. Sedang sesaat Ceng Lian Tay-su
menanya It Hok To-jin lagi: „Jika kau telah bertekad untuk
berkorban, apakah kau sudi melakukan atau melaksanakan
petunjuk2ku?"
It Hok Tajin mengangguk tanpa ragu2.201
Tenaga yang dikerahkan diujung jari tidak berhasil membuka
kotak kristal itu, hanya asap tebal yang mengepul keluar dari
bekas goresan kuku!
„Kau bawa suratku kepulau Tian Ju dilaut Pak Hay,"
kata Ceng Lian Sin Nie, „kau harus cari kawan karibku Sin
Teng Tay-su, dan daripadanya kau harus pelajari ilmu silat
Thian Lui Ciang (tinju geledek). Ilmu pukulan itu mudah
dipelajari jika kau berbakat. Cacad dari ilmu silat itu ialah
tak-dapat menggempur lawan yang tenaga tubuhnya lebih202
kuat. Aku yakin Ban Cun Bu tidak sekuat kau, ilmu
pukulanku mungkin berhasil dalam menghadapi Ban Cun
Bu itu. Setelah kau mahir betul mempelajarinya, baharulah
bersama saudara seperguruanmu, kau pergi menghadapi
dan menggempur Ban Cun Bu ! Ketika itu dapatlah kalian
membikin perhitungan, dengan iblis yang jahat itu dan
membalas dendam Suhu dan Su-siok2mu. Dalam
pertarungan itu. Kau dapat menggunakan ilmu pukulan
Thian Lui Ciang. Ilmu silat Sun Yo Cin Kay dari Ban Cun
Bu, pasti dilancarkan dengan cepat sebagai kilat, tetapi
meskipun kau harus mengegos, mengelit dan menangkisnya
dengan susah-payah, bahkan kau juga harus rela menerima
serangan2 yang dahsyat, kau dapat membikin ia menjadi
letih. Disaat ia menjadi letih, ilmu paham akan arti dan
maksud Ceng Lian Sin Nie itu. mungkin juga
membinasakannya.”
It Hok To-jin mendengarkan penuturan itu dengan
perhatian. la mengangguk sebagai tanda bahwa ia telah
paham akan arti dan maksud Ceng Lian Sin Nie itu. „Dan
dalam taraf kedua," meneruskan Ceng Lian Sin Nie, „Toa-
suheng-mu It Ceng To-jin harus meriyerang dengan ilmu
silat pedang Bo Kit Hie Kong-nya. Sebagaimana kalian
ketahui jurus Bo Kit Hie Kong adalah jurus yang sangat
dimalui oleh jago2 dikalangan Kangouw. It Ceng To-jin
paling lama mengikuti Thian Lam Sha Kiam (Tiga jago
silat pedang Thian Lam), dan ia pasti telah mahir betul
menggunakan jurus2 yang lihay itu! Menurut pendapatku,
pada dewasa ini ilmu silat yang paling lihay adalah ilmu
silat Sun Yo Cin Kay yang diyakini oleh Ban Cun Bu.
Tentang ilmu silat pedang, harus diakui bahwa ilmu Bo Kit
Hie Kong dari partai silat Thian Lam yang paling dahsyat !
Sebetulnia ilmu Bo Kit Hie Kong dapat mengatasi Sun Yo
Cin Kay. Maka It Ceng To-jin harus menandinginya
dengan banyak loncat dan mengegos: pertama, untuk203
menghindarkan diri dari serangan2, dan kedua, untuk
meletihkan lawan. Jika la dapat bertahan selama 50 jurus,
maka Ban Cun Bu pasti akan menjadi lelah!"
Kong Sun Giok tak sabar lagi. la berseru : „Tay-su,
jangan lupa bahwa Kong Sun Giok juga adalah muridnya
Thian Lam Sha Kiam! Aku tak dapat dikesampingkan. Aku
harus bantu membinasakan iblis Ban Cun Bu yang kejam
itu!"
Anda sedang membaca artikel tentang Cersil : Pedang Pusaka Buntung 1 dan anda bisa menemukan artikel Cersil : Pedang Pusaka Buntung 1 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/cersil-pedang-pusaka-buntung-1.html?m=0,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cersil : Pedang Pusaka Buntung 1 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cersil : Pedang Pusaka Buntung 1 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cersil : Pedang Pusaka Buntung 1 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/cersil-pedang-pusaka-buntung-1.html?m=0. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar